Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL RENCANA PENELITIAN

Respon Pemberian Pupuk Hijau Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil


Tanaman Sawi Pada Tanah Aluvial

Dosen Pengampu :
Dr. Iwan Sasli, SP., M.Si

Disusun Oleh :

Abdul Cholik C1011181075

Aqshal Reynaldi C1011181078

Arif Rahman Nugroho C1011181077

Febriyati Vebiola C1011181084

Ida Juwita C1011181080

Irma Sasmita Adi Putri C1011171137

Marini Simbolon C1011181104

(AGROTEKNOLOGI B)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taalla atas berkat
dan rahmat-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas proposal
penelitian yang berjudul “ RESPON PEMBERIAN PUPUK HIJAU TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI PADA TANAH
ALUVIAL” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan proposal
penelitian ini adalah untuk mempelajari cara pembuatan skripsi pada Universitas
Tanjungpura dan menyelesaikan tugas mata kuliah metode ilmiah.
Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terimaksih kepada semua
pihak yang telah memberikan waktunya untuk membantu dalam menyusun
sehingga proposal penelitian ini dapat selesai. Meskipun telah berusaha
menyelesaikan proposal penelitian ini sebaik mungkin, penulis menyadari bahwa
proposal penelitian ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna
menyempurnakan segala kekurangan dalam menyempurnakan segala kekurangan
dalam penyusunan proposal ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga proposal penelitian ini berguna bagi para
pembaca dan pihak pihak lain yang berkepentingan

Pontianak, oktober 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG ...............................................................................................1
1.2. RUMUSAN MASALAH .........................................................................................2
1.3. TUJUAN ..............................................................................................................3
1.4. HIPOTESIS ...........................................................................................................3
BAB II..................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................................................4
2.1. Botani Tanaman Sawi ..........................................................................................4
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Sawi ............................................................................5
2.3. Teknik Budidaya Tanaman Sawi ..........................................................................6
2.4 Pupuk Hijau ..........................................................................................................8
2.5 Tanah Aluvial ......................................................................................................10
BAB III...............................................................................................................................12
METODOLOGI PENELITIAN ...............................................................................................12
3.1 Alat dan Bahan .........................................................................................12
3.2 Metode Penelitian ....................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Sawi (Brassica juncea L) merupakan tanaman musiman atau tanaman
hortikultura yang tergolong Marga Brassica. Tanaman sawi yang dimanfaatkan
adalah daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran) baik tanaman segar
maupun tanaman yang sudah diolah. Tanaman sawi ini banyak dibudidayakan
di Indonesia karena tanaman sawi sangat mudah dibudidayakan. Tanaman sawi
dapat tumbuh dengan baik pada kondisi tanah yang gembur, banyak
mengandung humus, subur serta pembuangan airnya baik dan dapat tumbuh
dengan optimum pada pH 6 – 7. Meskipun tanaman sawi dapat di tanam pada
berbagai jenis tanah, namun tanaman sawi paling baik ditanam pada jenis tanah
lempung berpasir seperti andosol.

Pada saat ini, kebutuhan akan sawi semakin lama semakin meningkat
seiring dengan peningkatan populasi manusia dan manfaat mengkonsumsi sawi
bagi kesehatan. Kandungan yang terdapat pada sawi ini adalah protein, lemak,
karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C. Selain itu manfaat
sawi sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal ditenggorokan pada penderita
batuk, penyembuh sakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi
ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan.

Dilihat dari kondisi pertanian Indonesia saat ini yang mana berkaitan
dengan permasalahan kesuburan tanah yang dapat berpengaruh pada hasil
budidaya tanaman sawi, maka diperlukan upaya dalam mengatasi permasalahan
tersebut. Salah satu upaya peningkatan kesuburan tanah dengan peningkatan
bahan organik ke dalam tanah. Peningkatan bahan organik tanah dapat dilakukan
dengan penambahan amelioran ke dalam tanah. Amelioran ialah bahan yang
dapat meningkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat fisik dan kimia
tanah. Pupuk hijau termasuk amelioran yang dapat menambah bahan organik
tanah. Pupuk hijau sudah dikenal petani dari dulu, namun petani mulai
meninggalkannya karena penggunaan pupuk anorganik yang lebih memberikan
hasil yang langsung terlihat nyata daripada pupuk hijau.

1
Lamtoro dan Crotalaria spp. sebagai salah satu sumber bahan organik
dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau. Pupuk hijau seperti Lamtoro dan
Crotalaria spp. mampu memperbaiki kesuburan tanah karena mudah
terdekomposisi, mampu menambat nitrogen dari atmosfer serta yang terpenting
adalah tersedia secara in situ sehingga mudah dan murah untuk diaplikasikan.
Penggunaan lamtoro dan crotalaria spp. sebagai bahan pupuk hijau diharapkan
dapat memperbaiki sifat tanah dan juga dapat meningkatkan hasil produksi
tanaman sawi pada tanah aluvial.

Tanah Aluvial merupakan tanah endapan, dibentuk dari lumpur dan pasir
halus yang mengalami erosi tanah. Banyak terdapat di dataran rendah, di sekitar
muara sungai, rawa-rawa, lembah-lembah,maupun di kanan kiri aliran sungai
besar. Ciri ciri dari tanah aluvial berwarna kelabu dengan struktur yang sedikit
lepas-lepas dan peka terhadap erosi. Kadar kesuburannya sedang hingga tinggi
tergantung bagian induk dan iklim. Meskipun kesuburan ditanah aluvial sedang
hingga tinggi namun sering ditemukan permasalahn yang ada pada tanah aluvial
yaitu kandungan pH pada tanah aluvial tergolong rendah (5,3 – 5,8), terjadinya
keracunan alumunium yang sangat tinggi, kandungan alumunium terlarut dalam
jumlah cukup banyak dan terdapatnya P terarbsorbsi relatif rendah. Untuk itu
upaya mengatasi permasalahan tersebut kami peneliti mencoba untuk
memberikan perbaikan terhadap tanah aluvial sehingga dapat meningkatkan
produksi tanaman sawi.

1.2.RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana respon pertumbuhan tanaman Sawi dengan pemberian Pupuk


Hijau pada tanah aluvial?

2. Bagaimana perkembangan tanaman Sawi terhadap pemberian Pupuk Hijau


pada tanah aluvial?

2
1.3.TUJUAN

1. Mengetahui respon pertumbuhan tanaman Sawi dengan pemberian Pupuk


Hijau pada tanah aluvial.

2. Mengetahui perkembangan tanaman Sawi terhadap pemberian Pupuk Hijau


pada tanah aluvial.

1.4.HIPOTESIS
1. Diduga pemberian pupuk hijau dapat memberi pengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman Sawi pada tanah aluvial.
2. Diduga pemberian pupuk hijau dengan dosis yang berbeda akan
menghasilkan pertumbuhan tanaman Sawi yang optimal.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Tanaman Sawi

1. Sistematika

Menurut Margiyanto (2007), botani tanaman sawi dapat


diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Rhoeadales

Famili : Cruciferae

Genus : Brassica

Spesies : Brassica juncea

2. Morfologi
a. Akar
Sistem perakaran tanaman sawi memiliki akar tunggang (Radix
primaria) dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silendris)
menyebar kesemua arah kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini
berfungsi antara lain mengisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta
menguatkan berdirinya batang tanaman (Rukmana, 2003).
b. Batang
Batang tanaman sawi pendek sekali dan beruas-ruas sehingga
hampir tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan
penopang daun. 7 Batang sawi memiliki ukuran yang lebih langsing dari
tanaman petsai (Anonymous, 2005).

4
c. Daun
Secara umum tanaman sawi biasanya mempunyai daun panjang,
halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Daunnya lebar memanjang, tipis,
bersayap dan bertangkai panjang yang bentuknya pipih. Warna daun pada
umumnya hijau keputihan sampai hijau tua (Rukmana, 2003).
d. Bunga
Struktur bunga tanaman sawi tersusun dalam tangkai bunga
(Imflorescentia) yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak.
Tiap kuntum bunga sawi terdiri atas empat helai daun kelompok, empat
helai daun mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari
dan satu buah putik yang berongga dua (Haryanto, 2001).
e. Buah dan Biji
Buah sawi menurut Rukmana (1994) termasuk tipe buah polong,
yaitu bentuknya memanjang dan berongga. Tiap buah (polong) berisi 2 – 8
butir biji. Biji sawi berbentuk bulat kecil berwarna coklat atau coklat
kehitam-hitaman. Cahyono (2003) menambahkan, biji sawi berbentuk
bulat, berukuran kecil, permukaannya licin mengkilap, agak keras, dan
berwarna coklat kehitaman.

2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Sawi

a. Iklim
Keadaan iklim sangat mempengaruhi produktivitas suatu tanaman.
Menurut Cahyono (2003), yang perlu diperhatikan untuk pertumbuhan dan
produksi tanaman sawi antara lain suhu, tanaman sawi memerlukan suhu
berkisar 19℃– 21℃, kelembaban udara, tanaman sawi membutuhkan
kelembaban udara yang optimal berkisar antara 80 - 90 %, Sedangkan curah
hujan yang sesuai dalam pembudidayaan tanaman sawi berkisar 1000 –
1500 mm pertahun.
b. Ketinggian Tempat
Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl
tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur.

5
c. Tanah
Tanaman sawi dapat tumbuh pada tanah yang gembur dan tanah
yang sifatnya mudah mengikat air dan banyak mengandung humus, subur,
serta pembuangan air baik, derajat keasaman (pH) tanah yang optimum
untuk pertumbuhannya berkisar antara 6 – 7 (Margianto, 2007).

2.3. Teknik Budidaya Tanaman Sawi

1. Pengadaan benih
Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani.
Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan
agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita
gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita
perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat
menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus
utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih
yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas
benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur
lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan
dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan
dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko
Margiyanto, 2007). Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi
disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau
di kotak persemaian (Anonim, 2007).

2. Pengolahan tanah
Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu,
supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran
udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam
tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-
asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar
tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di
dalamnya (AAK, 1992).

6
3. Penanaman
Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat
penanaman, yang perlu dijalankan adalah :

a. Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat


berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi
terlebih dahulu.
b. Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian
benih disebarkan menurut deretan secara merata.
c. Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau
pupuk kandang yang halus.
d. Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam
meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman
dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih
disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm.
Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air
siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007).
Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret).
Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan
diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984).

4. Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan
penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan
susulan.

5. Pengendalian hama dan penyakit


Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun.
Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan
insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk
tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum
dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007).
OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta

7
vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia
binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.).

Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi


antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk
basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak
daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995).

6. Pemanenan
Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan.
Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang
mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di
atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu.
Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy
margiyanto, 2007).

2.4 Pupuk Hijau

Disebut pupuk hijau karena yang dimanfaatkan sebagai pupuk


adalah hijauan, yaitu bagian-bagian seperti daun, tangkai, dan batang
tanaman tertentu yang mai muda. Tujuannya, untuk menambah bahan
organik dan unsur-unsur lainnya kedalam tanah, terutama nitrogen (Lingga
& Marsono, 2013). Pupuk hijau merupakan bahan hijauan yang dibenamkan
kedalam tanah untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan
tanah bereproduksi.

Pupuk hijau memberikan beberapa keuntungan:

1. Menyuplai bahan organik bagi tanah.


2. Menambah nitrogen ke tanah.
3. Merupakan makanan bagi mikroorganisme.
4. Mengawetkan dan juga meningkatkan ketersediaan bahan
organik.

Sifat-sifat yang diugunakan untuk tanaman sebagai sumber pupuk


hijau adalah:

8
1. Cepat tumbuh,
2. Tanaman bagian atas banyak dan suklen,
3. Tanaman tersebut sanggup tumbuh pada tanah yang kurang subur
(firmansyah, 2010).
1. Klasifikasi Tanaman Lamtoro

Lamtoro atau yang sering disebut petai cina, atau petai selong adalah
sejenis perdu dari famili Fabaceae (Leguminoseae, polong-polongan), yang
kerap digunakan dalam penghijauan lahan atau pencegahan erosi. Lamtoro
berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah, di mana tanaman ini tumbuh
menyebar luas. Penjajah Spanyol membawa biji-bijinya dari Meksiko ke
Filipina di akhir abad XVI dan dari tempat ini mulailah lamtoro menyebar luas
ke berbagai bagian dunia dan ditanam sebagai peneduh tanaman kopi, penghasil
kayu bakar, serta sumber pakan ternak. Lamtoro mudah beradaptasi di berbagai
daerah tropis seperti Asia dan Afrika termasuk pula di Indonesia (Riefqi, 2014).

Menurut Ajo (2009) tanaman lamtoro memiliki klasifikasi sebagai


berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub-divisi : Angiospermae

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae

Genus : Leucaena

Species : Leucaena leucocephala

2. Klasifikasi Tanaman Crotalaria juncea L

Tanaman orok-orok atau Crotalaria juncea L adalah tanaman


leguminosa yang termasuk ke dalam keluarga perdu dan semak yang dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan berpotensi sebagai pupuk hijau.

9
Crotalaria juncea L termasuk tanaman leguminosa yang mampu mengikat N
secara bebas dari udara, dapat menghasilkan biomassa dengan cepat, tinggi
kandungan air dan N dan memiliki perakaran yang dalam sehingga dapat
memompa unsur hara ke permukaan tanah. Di berbagai negara tropika
Crotalaria juncea L, di tanam dalam rotasi tanaman dengan padi, jagung,
tembakau, kapas, nanas, kopi dan digunakan sebagai tanaman penutup tanah
dalam perkebunan. Tanaman ini dapat menjadi sumber N yang berasal dari
bagian vegetatif tanaman dan hasil fiksasi N2 udara maupun N dalam tanah oleh
bintil akar tanaman yang bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium sp sehingga
diharapkan mampu menambah kandungan N dalam tanah (Bang, 1990; Julianto
et al., 2011).

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliosida

Ordo : Fabales

Familia : Fabaceae

Genus : Crotalaria L.

Spesies : Crotalaria juncea L.

2.5 Tanah Aluvial

Tanah Alluvial berwarna kelabu muda bersifat fisik keras dan pijal jika
kering dan lekat jika basah. Kaya akan fosfat yang mudah larut dalam sitrat 2%
mengandung 5% CO2 dan tepung kapur yang halus dan juga berstruktur pejal
yang dalam keadaan kering dapat pecah menjadi fragmen berbetuk persegi
sedang sifat kimiawinya sama dengan bahan asalnya (Munir, 1996).
Kandungan unsur haranya relatif kaya dan banyak tergantung pada bahan
induknya. Reaksi tanahnya dari asam, netral sampai basa. Berdsarkan bahan
induknya terdapat ttanah Aluvial pasir, lempung, kapur, basa,asam dan lain-
lain (Darmawijaya, 1990).

10
Tanah Alluvial pada proses pembentukannya sangat tergantung dari
bahan induk asal tanah dan topografi, punya tingkat kesuburan yang bervariasi
dari rendah sampai tinggi, tekstur dari sedang hingga kasar, serta kandungan
bahan organic dari rendah sampai tinggi dan pH tanah berkisar masam, netral,
sampai alkalin, kejenuhan basa dan kapasitas tukar kation juga bervariasi
karena tergantung dari bahan induk (Hardjowigeno, 1985).
Hakim dkk (1986) mengemukakan bahwa tanah Aluvial bervariasi dari satu
daerah ke daerah lainnya. Beberapa bahan endapan dapat berupa batu kapur,
batuan metamorfik, deposit lanau dan dapat pula berupa gunung berapi yang
bercampur bahan organik.
Tanah Alluvial mengalami pencucian selama bertahun-tahun tanah
ditandai dengan kandungan bahan organik yang tinggi. Vegetasi kebanyakan
lumut yang tumbuh rendah. Tumbuhan tumbuh dengan lambat, tetapi suatu
lahan yang rendah menghambat dekomposisi bahan organik sehingga
menghasilkan tanah yang mengandung bahan organik dan KTK yang tinggi
(Foth,HD,1994). Kadar fosfor Alluvial ditentukn oleh banyak atau sedikitnya
cadangan mineral yang megandung fosfor dan tingkat pelapukannya.
Permasalahan fosfor ini meliputi beberapa hal yaitu peredaran fosfor di dalam
tanah, bentuk-bentuk fosfor tanah, dan ketersediaan fosfor (Pairunan, dkk,
1997). Status kesuburan Alluvial amat tergantung dengan bahan induk dan
iklim. Suatu kecenderungan memperlihatkan bahwa di daerah beriklim basa P
dan K relative rendah dan pH lebih rendah dari 6,5. daerah-daerah dengan
curah hujan rendah di dapat kandungan P dan K lebih tinggi dan netral (Hakim,
dkk, 1986).

11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan

a. Bahan
 Benih Sawi keriting.
 Tanah yang digunakan sebagai media tumbuh adalah tanah aluvial.
 Pupuk Hijau yang terbuat dari tanaman Lamtoro dan Crotalaria spp
 EM4
 Air
b. Alat
 Cangkul
 Parang
 Polibag
 Palu
 Penggaris/meteran
 Ember
 Timbangan
 Kamera
 Alat tulis menulis, dan alat – alat lain yang menunjang dalam
penelitian ini.

3.2 Metode Penelitian

a. Rancangan Percobaan
Rancangan penelitian menggunakan metode eksprimen lapangan
dengan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan
dengan 4 ulangan dan setiap perlakuan terdiri dari 3 sampel tanaman
sehingga terdapat 60 sampel tanaman.

Perlakuan tersebut masing - masing sebagai berikut :

- P1 = tanpa perlakuan pupuk hijau


- P2 = 120 ml pupuk hijau/polybag
- P3 = 180 ml pupuk hijau/polybag

12
- P4 = 240 ml pupuk hijau/polybag
- P5 = 300 ml pupuk hijau/polybag

Data hasil penelitian dianalisis ragam dengan metode uji F taraf uji 5%.
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Jika hasil penelitian berpengaruh
nyata uji dilanjutkan dengan uji beda nyata jujur (BNJ) dengan taraf uji 5%.
Gasperz, 1991).

b. Pelaksanaan Penelitian
1. Pembuatan Pupuk Hijau Cair
Bahan dasar yang dijadikan sebagai pupuk hijau cair adalah
tanaman Lamotoro dan Crotalaria spp. Mengambil bagian daun dan
membersihkannya dari kotoran yang tercampur pada daun. Daun yang
telah dibersihkan kemudian dicincang dan dimasukkan ke dalam ember
sebanyak 10 kg. Kemudian ditambahkan dengan air 500 ml yang telah
dicampur atau dihomogenkan dengan EM4 5% dari total bahan yang
digunakan. Perbandingan berat daun segar dan air adalah 2 : 1 ( 2 kg
daun segar dan 1 liter air). Ember selalu dalam keadaan tertutup agar
tidak ada unsur hara yang hilang karena penguapan. Bagian tutup ember
diberi lubang dan selang kecil lalu memasukkan ujung selang ke dalam
botol yang berisi air untuk membuang gas yang berlebihan di dalam
ember. Menyaring limbah dalam ember setelah 14 hari penyimpanan.
Larutan setelah penyaringan itulah yang dinamakan pupuk hijau cair dan
dapat digunakan pada tanaman, ( Jusuf,2006).
c. Parameter Pengamatan
1. Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dimulai dari permukaan tanah (pangkal batang)
sampai ujung daun tertinggi dari tanaman.
2. Panjang Daun (cm)
Pengukuran panjang daun dilakukan dengan cara mengukur daun tanaman
sawi hijau yaitu mulai dari pangkal tangkai daun sampai ujung daun melalui
ibu tulang daun.

13
3. Jumlah Daun (helai)
Penghitungan jumlah daun dihitung berapa banyak daun tanaman sawi hijau
telah membuka pada saat pengamatan.
4. Lebar Daun (cm)
Pengukuran lebar daun dilakukan dengan menggunakan meteran.
5. Panjang Akar (cm)
Pengukuran panjang akar dilakukan pada saat tanaman sawi telah dipanen.
Akar tanaman diukur dari leher akar atau tempat munculnya akar sampai
ujung akar.
6. Berat Segar Tanaman (gram)
Berat segar merupakan pengukuran biomassa tanaman. Berat segar tanaman
dihitung dengan jalan menimbang tanaman sebelum kadar air dalam
tanaman berkurang.
7. Berat Kering Tanaman (gram)
Berat kering merupakan penimbunan hasil bersih asimilasi CO2 yang
dilakukan selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

14
DAFTAR PUSTAKA
Margiyanto, A. 2007. Budidaya Tanaman Sawi. Diakses pada tanggal 20 oktober
2020
Zein, A. 2008. Pengaruh Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Kedelai
(Glycine Max (L.) Merr) Pada Tanah Podzolik Merah Kuning. Jurusan
Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Padang.
Rukmana. 2003. Bertanam Petsai dan Sawi. Hal 11-35. Yogyakarta : Kanisius.
Haryanto. 2001. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya, Jakarta.
Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi Budidaya Sawi Hijau (Pai-Tsai). Hal 12-
62. Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusatama.
AAK. 1992. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Kanisius. Yogyakarta. 175 hal.
Sunaryono, H., dan Rismunandar. 1984. Kunci Bercocok Tanam Sayur-Sayuran
Penting di Indonesia. CV. Sinar Baru. Bandung
Lingga, P. Dan Marsono. 2013. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Raharjo, B.Priyono, S.Budi, S.Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Cabai Rawit Di Tanah Aluvial.Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura Pontianak.

15

Anda mungkin juga menyukai