Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH PEMBERIAN DOSIS PUPUK UREA

TERHADAP PERTUMBUHAN BAWANG DAUN

disusun oleh :
Gina Giptia
Jessica Patricia
Racka M Badri
Rafieal Aqsho

Kelas : XII-C

SMA NEGERI 5 BANDUNG


2019-2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................. 2


BAB I PENDAHULUAN ...............................................................
1.1 JUDUL PENELITIAN..............................................................
1.2 LATAR BELAKANG ..............................................................
1.3 RUMUSAN MASALAH ..........................................................
1.4 TUJUAN PENELITIAN ...........................................................
1.5 MANFAAT PENELITIAN ......................................................
1.6 IDENTIFIKASI VARIABEL ...................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................
2.1 TANAMAN BAWANG DAUN ..............................................
2.2 MORFOLOGI ...........................................................................
2.2.1 AKAR ....................................................................................
2.2.2 BATANG ...............................................................................
2.2.3 DAUN ....................................................................................
2.2.4 BUNGA .................................................................................
2.2.5 BUAH ....................................................................................
2.2.6 BIJI .........................................................................................
2.3 JENIS BAWANG DAUN.........................................................
2.4 SYARAT TUMBUH ................................................................
2.5 PUPUK UREA..........................................................................
2.6 TANAH HUMUS .....................................................................
2.7 SEKAM BAKAR......................................................................
2.8 RUMUSAN HIPOTESIS..........................................................
BAB III METODE PENELITIAN .................................................
3.1 VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL .
3.2 RANCANGAN PENELITIAN.................................................
3.3 SASARAN PENELITIAN........................................................
3.4 INSTRUMEN ALAT DAN BAHAN.......................................
3.5 PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN.......................
3.6 RENCANA ANALISIS DATA ................................................
3.7 JADWAL PENELITIAN ..........................................................
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN .........................................
4.1 DATA HASIL PERCOBAAN .................................................
4.2 INTERPRETASI DATA ..........................................................
4.3 UJI HIPOTESIS ........................................................................
4.4 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ..................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .........................................
5.1 KESIMPULAN .........................................................................
5.2 SARAN .....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................
LAMPIRAN ....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Penelitian


Pengaruh pemberian dosis pupuk urea terhadap pertumbuhan bawang daun.

1.2 Latar Belakang


Bawang daun adalah jenis sayuran dari kelompok bawang yang memiliki nama
latin Allium fistulosum. Bawang daun memiliki bentuk yang panjang dan berwarna hijau. Pada
bagian ujungnya, bawang daun berwarna hijau tua, sedangkan batangnya berwarna hijau muda
dengan tekstur sedikit keras. Bawang daun dipanen dengan cara dicabut hingga akarnya, seperti
halnya bawang. Bawang daun juga memiliki aroma dan rasa yang sangat khas, meski tidak
sekuat aroma dan rasa bawang putih atau merah. Aroma bawang daun yang khas itu
membuatnya dijadikan bumbu masak. Meskipun sering dianggap bukan sebagai bumbu dapur
utama dan hanya dijadikan bumbu pelengkap, namun bawang daun menjadi faktor penting untuk
menambah kelezatan rasa masakan. Bawang daun bahkan hampir selalu ada di setiap masakan
khas Indonesia. Penggunaan bawang daun sebagai bumbu masakan biasanya dengan cara diiris
kecil kemudian dicampurkan ke dalam masakan.
Permintaan bawang daun terus mengalami peningkatan seiring bertambahnya jumlah
penduduk Indonesia maupun penduduk dunia. Peningkatan produksi bawang daun dapat
dilakukan dengan cara penambahan unsur hara pada lahan pertanian. Unsur hara dapat diperoleh
dengan cara pemupukan. Pemupukan merupakan suatu usaha penambahan unsur hara dalam
tanah yang dapat meningkatkan kesuburan dan produksi tanaman (Irwanto, 2010). Pertumbuhan
tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara, baik yang mikro maupun makro,
upaya pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk organik maupun pupuk
anorganik. Pemberian pupuk ke dalam tanaman dalam jumlah yang rasional dan berguna dapat
meningkatkan hasil panen. Pengaruh penambahan pupuk terhadap tanah adalah untuk
menciptakan suatu kadar zat hara yang tinggi, serta dapat meningkatkan produksi dan kualitas
hasil tanaman (Sarief, 1986).
Menurut penelitian Pratiwi (2008) bahwa pemberian pupuk anorganik yang mengandung
nitrogen seperti urea dapat menaikkan produksi tanaman. Hal ini dikarenakan bahwa nitrogen
berperan penting dalam pembentukan dan pertumbuhan pada bagian vegetative tanaman. Data
hasil analisis tanah, tanah percobaan memiliki kandungan 0,18 nitrogen dengan kriteria rendah.
Pertumbuhan yang baik, tidak hanya penting diketahui cara penggunaan pupuk, jenis pupuk dan
waktu pemupukan yang tepat, tetapi juga penting diketahui dosis pupuk urea produksi tanaman
yang maksimal. Salah satu sumber nitrogen yang banyak digunakan adalah urea dengan
kandungan 45 - 46% N, sehingga baik untuk proses pertumbuhan tanaman bawang daun
khususnya tanaman yang dipanen daunnya. Selain itu pupuk urea mempunyai sifat higroskopis
mudah larut dalam air dan bereaksi cepat sehingga cepat pula diserap oleh akar tanaman. Dosis
urea yang diaplikasikan pada tanaman akan menentukan pertumbuhan tanaman bawang daun
(Lingga, 2007), respon tanaman terhadap nitrogen sangat tergantung dari keadaan tanah, macam
tanaman dan tempat tumbuh. (Cahyono, 2003). Dosis urea yang disarankan adalah 2l7 kg/ha,
atau setara dengan 1,2 g/tanaman. Asumsinya adalah setiap hektar lahan ditanami sejumlah
160.000 tanaman dengan jarak tanam 20 x 25 cm. (Anonim, 1992). Menurut penilitian Bayu
Prastowo dkk (2013), pemberian pupuk urea dengan dosis 1,2 g/polibag berpengaruh terbaik
terhadap pertumbuhan dan hasil selada daun karena dapat meningkatkan tinggi tanaman, lebar
daun, panjang daun, jumlah daun, berat segar tanaman, berat kering tanaman, dan berat bersih
konsumsi.

1.3 Rumusan Masalah


Berapakah dosis pupuk urea yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman bawang daun
(Allium fistulosum)?

1.4 Tujuan Penelitian


Mengetahui pengaruh dosis pupuk urea terhadap pertumbuhan tanaman bawang daun (Allium
fistulosum).

1.5 Manfaat Penelitian


- Menambah pengetahuan untuk petani umumnya masyarakat dan khususnya petani
bawang daun mengenai pemanfaatan pupuk urea terhadap pertumbuhan bawang daun.
- Menambah pengetahuan dan wawasan bagi petani mengenai dosis pupuk urea yang
paling baik untuk pertumbuhan bawang daun.
- Sebagai bahan referensi bagi penelitian yang akan datang.

1.6 Identifikasi Variabel


“Pengaruh pemberian dosis pupuk urea terhadap pertumbuhan bawang daun”
- Variabel Bebas : intensitas pupuk urea
- Variabel Kontrol : media tanam, volume air yang diberikan, tanah, jenis tanaman, cahaya,
suhu
- Variabel Terikat : pertumbuhan bawang daun
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Bawang Daun


Bawang daun (Allium fistulosum L.) termasuk dalam famili Liliaceae. Memiliki
klasifikasi sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Sub kelas : Dilleniidae
Ordo : Liliaflorae
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium fistulosum L.
Tanaman ini berasal dari kawasan dari Asia Tenggara yang kemudian meluas dan
ditanam di berbagai wilayah yang beriklim tropis dan subtropis. Sayuran penting ini memiliki
banyak kegunaan. Sayuran ini bisa dimakan mentah dan dimasak dalam berbagai salad dan
makanan lain. Tanaman muda biasanya digunakan untuk resep khusus makanan tertentu.
Bawang daun juga dapat dimanfaatkan untuk memudahkan pencernaan dan menghilangkan
lendir-lendir dalam kerongkongan (Rubatsky & Yamaguchi, 1998).
Menurut Cahyono (2009), bawang daun termasuk jenis tanaman sayuran daun semusim
(berumur pendek). Tanaman ini berbentuk rumput atau rumpun dengan tinggi tanaman mencapai
60 cm atau lebih. Bawang daun selalu menumbuhkan anak-anakan baru sehingga membentuk
rumpun.

2.2 Morfologi
2.2.1 Akar
Bawang daun berakar serabut pendek yang tumbuh dan berkembang ke semua arah di
sekitar permukaan tanah. Tanaman ini tidak mempunyai akar tunggang. Perakaran bawang daun
cukup dangkal, antara 8-20 cm. perakaran bawang daun dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik pada tanah yang gembur, subur, dan mudah menyerap air. Akar tanaman berfungsi sebagai
penopang tegaknya tanaman dan alat untuk menyerap zat-zat hara dan air (Cahyono, 2009).
2.2.2 Batang
Bawang daun memiliki dua macam batang, yaitu batang sejati dan batang semu. Batang
sejati berukuran sangat pendek, berbentuk cakram, dan terletak pada bagian dasar yang berada di
dalam tanah. Batang yang tampak di permukaan tanah merupakan batang semu, terbentuk dari
pelepah-pelepah daun yang saling membungkus dengan kelopak daun yang lebih muda sehingga
kelihatan seperti batang. Batang semu berwarna putih atau hijau keputih-putihan dan berdiameter
antara 1-5 cm, tergantung pada varietasnya. Batang sejati dan batang semu bawang daun bersifat
lunak. Fungsi batang bawang daun, selain sebagai tempat tumbuh juga sebagai jalan mengangkut
zat hara (makanan) dari akar ke daun dan menyalurkan zat-zat hasil asimilasi ke seluruh bagian
tanaman (Rukmana, 2005)
2.2.3 Daun
Daun tanaman bawang daun berbentuk bulat, memanjang, berlubang menyerupai pipa,
dan bagian ujungnya meruncing. Bawang daun memiliki daun berbentuk pipih memanjang, tidak
membentuk rongga (seperti pita) dan bagian ujungnya meruncing. Ukuran panjang daun sangat
bervariasi antara 18-40 cm, tergantung pada varietasnya. Daun berwarna hijau muda sampai
hijau tua dan permukaannya halus (Cahyono, 2009)

2.2.4 Bunga
Bunga bawang daun tergolong bunga sempurna (bunga jantan dan betina terdapat pada
satu bunga). Bunga secara keseluruhan berbentuk payung majemuk atau payung berganda dan
berwarna putih. Tangkai tandan bunga keluar dari dasar cakram, merupakan tuna inti yang
pertama kali muncul seperti halnya daun biasa, namun lebih ramping, bulat bagian ujungnya
membentuk kepala yang meruncing seperti tombak, dan terbungkus oleh lapisan daun
(seludang). Bila seludang telah membuka, akan tampak kuncup-kuncup bunga beserta
tangkainya. Dalam setiap tandan bunga terdapat 68-83 kuntum bunga. (Rukmana, 2005).
Panjang tangkai tandan bunga dapat mencapai 50 cm atau lebih, sedangkan panjang
tangkai bunga berkisar antara 0,8-1,8 cm. Kuntum-kuntum bunga terletak pada bidang lengkung
yang karena tangkai-tangkai bunga hampir sama panjangnya. Bunga bawang daun mekar dari
luar kearah pusat. Bunga bawang daun terdiri atas 6 buah mahkota bunga, 6 buah benang sari, 1
buah plasenta, tangkai bunga, kelopak bunga, dan bakal buah. Bakal buah terdiri atas 3 dau buah
(carpel) yang membentuk 3 buah ruang (ovarium) dan tiap ruang mengandung 2 bakal biji
(cahyono , 2005).
Mahkota bunga bawang daun berwarna putih. Benang sari memiliki tangkai yang
panjangnya 0,5 cm. Penyerbukan antar bunga dalam satu tandan atau antar bunga dari tandan
yang berbeda (penyerbukan silang) dan berlangsung dengan bantuan lebah atau lalat hijau
ataupun manusia. Bunga bawang daun juga dapat menyerbuk sendiri. Bunga yang telah
mengalami penyerbukan akan menghasilkan buah dan biji-biji yang berukuran sangat kecil
(Rukmana, 2005).

2.2.5 Buah
Buah bawang daun berbentuk bulat, terbagi atas tiga ruang, berukuran kecil berwarna
hijau muda. Satu buah bawang daun mengandung 6 biji yang berukuran sangat kecil. Dalam satu
tandan terdapat sekitar 61-74 buah (Cahyono, 2005)

2.2.6 Biji
Biji bawang daun yang masih muda berwarna putih dan setelah tua berwarna hitam,
berukuran sangat kecil, berbentuk bulat agak pipih, dan berkeping satu. Biji bawang daun
tersebut dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif. Bawang daun
juga termasuk dalam tanaman tahunan, akan tetapi secara komersial ditanam sebagai tanaman
semusim. Bawang daun tidak memiliki masa dormansi terhadap panjang hari seperti bawang
bombay, sehingga pertumbuhan vegetative bawang daun berlangsung secara terus menerus dan
tidak membentuk umbi nyata (Rukmana, 2005).

2.3 Jenis Bawang Daun

Bawang daun yang telah umum dibudidayakan terdiri atas dua jenis, yaitu: 1) Bawang
bakung atau bawang semprong atau ciboule (sibol) atau Allium fistulosum L. dengan ciri-ciri
daunnya berbentuk bulat panjang, di dalamnya berongga (berlubang) seperti pipa, dan terkadang
dapat membentuk umbi ukuran kecil, dan 2) Bawang prei atau leek atau Allium porrum L.
dengan ciri-ciri daunnya berbentuk berbentuk bulat panjang-pipih, berpelepah panjang dan liat,
serta tidak berumbi (Rukmana, 2005).

Sedangkan menurut Cahyono (2009). ada 3 jenis bawang daun yaitu: bawang bakung,
kelompok ini meliputi bawang bakung, bawang jepang, dan bawang sop atau prei. Kelompok ini
memiliki ciri-ciri daunnya berbentuk bulat panjang dan berongga menyerupai pipa, daun
berwarna hijau tua dan berukuran lebar 1-2 cm, tanaman dapat membentuk umbi, membentuk
sedikit anakan, dan dapat tumbuh baik di dataran rendah sampai tinggi (Cahyono, 2009).
Bawang sop berukuran lebih kecil dari bawang bakung, daunnya berwarna hijau muda
dan berukuran kecil dan panjang. Kelompok bawang ini meliputi bawang prei dan kelompok
kurat. Bawang daun kelompok ini memiliki ciri-ciri batang semu berukuran besar berwarna
putih, daun berbentuk panjang tidak berongga seperti pita, berpelepah panjang, liat, warna daun
hijau, daun lebih besar dari pada bawang merah, aroma cukup harum dan sedap, pertumbuhan
tanaman lambat sehingga umur panen mencapai enam bulan, dan tanaman tidak membentuk
umbi (Cahyono, 2009).

Bawang kucai, merupakan kelompok bawang daun yang meliputi bawang kucai jawa dan
kucai sunda. Kelompok bawang ini memiliki ciri-ciri daun berbentuk seperti jarum dan memipih,
tidak berongga menyerupai rumput, memiliki perbedaan dengan bawang bakung dari segi rasa,
aroma, dan besarnya tanaman, bawang kucai berukuran kecil seperti rumput teki dengan tinggi
tanaman 28 cm, dan diameter batang sebesar 4 mm, daun bawang kucai memiliki ukuran panjang
16-23 dan lebar 3- mm, tanaman membentuk umbi dan siung berangkai-rangkai. Sedangkan
bawang kucai sunda memiliki ciri-ciri daun bawang berbentuk persegi empat menyerupai
kumbuh dan berongga di dalamnya berlubang.Tanaman membentuk umbi dan siungnya banyak
tetapi tidak menyatu atau bercerai-cerai (Cahyono, 2009).
2.4 Syarat Tumbuh

Bawang daun dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi dengan ketinggian
250-1500 m dpl, dan daerah yang memiliki curah hujan 150-200 mm/tahun dan suhu harian 18
25 °C cocok untuk pertumbuhan tanaman bawang daun Rukmana (2005). Mengatakan daerah
yang ideal untuk pengembangan budidaya tanaman bawang daun adalah dataran tinggi antara
900-1700 meter di atas permukaan laut dengan suhu berkisar antara 19°-24°C dan kelembapan
udaranya berkisar antara 80%-90%. Jenis tanah yang relatife baik untuk pertumbuhan tanaman
bawang daun adalah Andosol, Latosol, dan Regosol.

2.5 Pupuk Urea


Pupuk urea adalah pupuk yang mengandung nitrogen (N) berkadar tinggi sebesar 45% -
56% (Fajrin, 2016). Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Unsur
nitrogen di dalam pupuk urea sangat bermanfaat bagi tanaman untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Manfaat lainnya antara lain pupuk urea membuat daun tanaman lebih hijau,
rimbun, dan segar. Nitrogen juga membantu tanaman sehingga mempunyai banyak zat hijau
daun (klorofil). Dengan adanya zat hijau daun yang berlimpah, tanaman akan lebih mudah
melakukan fotosintesis, pupuk urea juga mempercepat pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah
anakan, cabang dan lain-lain). Serta, pupuk urea juga mampu menambah kandungan protein di
dalam tanaman. Pupuk ini termasuk salah salah satu jenis pupuk higroskopis sehingga lebih
mudah menguap di udara. Bahkan pada kelembaban 73%, urea sudah dapat menarik uap air dari
udara sehingga mudah larut dalam air serta mudah diserap oleh tanaman. Untuk dapat diserap
oleh tanaman, nitrogen dalam urea harus dikonversi terlebih dahulu menjadi ammonium (N-NH4
+ ) dengan bantuan enzim urease melalui proses hidrolisis. Namun bila diberikan ke tanah,
proses hidrolisis tersebut akan cepat sekali terjadi sehingga mudah menguap sebagai ammonia.
Pemberian urea dengan disebar akan cepat terhidrolisis (dalam 2-4 hari) dan ini rentan terhadap
kehilangan melalui volatilisasi (Nainggolan, 2010). Salah satu cara untuk mengurangi kehilangan
N adalah dengan memodifikasi bentuk fisik dan kimia pupuk urea sehingga diharapkan dapat
memperlambat proses hidrolisis. Pembuatan pupuk urea dalam bentuk ukuran butiran besar dapat
meningkatkan ketersediaan pupuk sehingga dapat bertahan lebih lama dan banyak diserap
tanaman serta lebih sedikit yang hilang dibandingkan dengan urea pril. Beberapa contoh bentuk
baru dari urea antara lain; urea super granule, urea briket yang diaplikasikan dengan cara
dibenamkan sedalam 15 cm dari lapisan atas (Nainggolan, 2010).

2.6 Tanah Humus


Kata tanah humus seringkali kita dengar di telinga kita. Humus merupakan tanah yang
dikenal sebagai tanah yang paling subur. Tanah humus ini adalah tanah yang dikenal sebagai
tanah yang gembur dan paling banyak digunakan dalam bidang pertanian.
Tanah humus merupakan tanah yang paling subur untuk tumbuh-tumbuhan karena
memiliki komposisi yang mirip dengan pupuk kompos. Hal ini karena tanah humus merupakan
tanah yang terbentuk dari pelapukan-pelapukan dedaunan dan juga batang pohon, serta ada
percampuran dari kotoran hewan. Humus juga dikenal sebagai sisa-sisa dari tumbuhan dan juga
hewan-hewan yang mengalami perombakan oleh organisme yang ada di dalam lapisan tanah.
Tanah humus ini bisa kita temukan di berbagai daerah khususnya daerah yang
mempunyai banyak pepohonan, seperti di hutan hujan tropis. Tanah humus ini bila kita lihat
maka warnanya tampak gelap, yakni coklat kehitaman dan juga mempunyai tekstur yang
gembur. Secara kimiawi, humus sendiri juga dapat diartikan sebagai satu kompleks organik
makromolekular yang banyak mengandung zat-zat seperti fenol, asam karboksilat, hidroksida
serta alifatik.
Sudah dijelaskan sebelumnya bahwasannya tanah humus ini merupakan tanah yang
terbentuk dari proses pelapukan dedaunan atau ranting-ranting pohon yang berjatuhan ke tanah.
Proses terbentuknya tanah humus ini disebut dengan proses humifikasi. Proses terbentuknya
tanah humus atau humifikasi ini dapat terjadi secara alamiah atau dengan sendirinya. Sekilas,
proses ini merupakan proses pengomposan secara alami atau yang dilakukan oleh alam.
Selain terjadi karena proses alamiah, proses humifikasi ini dapat juga dilakukan oleh
manusia. Misalnya apabila kita mencampurkan bagian-bagian tanaman yang busuk dengan
tanah, kemudian dicampur dengan kotoran hewan. Dari proses ini kita akan mendapatkan satu
tanah olahan yang subur dan sangat baik bagi tanaman.
Tanah humus berwarna gelap, yakni coklat maupun kehitam-hitaman. Selain mempunyai
warna yang gelap, di tanah humus ini juga terdapat bintik-bintik yang berwarna putih. Memiliki
tekstur yang gembur. Biasanya terdapat pada lapisan bagian atas tanah, sehingga bersifat tidak
stabil. Sifat tidak stabil ini terutama terlihat ketika ada perubahan suhu, tingkat kelembaban,
ataupun aerasi. Tanah humus bersifat kolodial dan amorfous. Sifat kolodial dan armofous ini
artinya bersifat menyerupai tanah liat, namun sifat daya serapnya lebih tinggi daripada tanah liat.
Bersifat sangat subur karena terbentuk dari pelapukan-pelapukan dedaunan dan juga bercampur
dengan kotoran hewan dan semacamnya. Mempunyai daya serap yang tinggi dan hal ini
merupakan sifat yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Mempunyai kemampuan menambah atau
meningkatkan kandungan berbagai unsue hara (magnesium, kalsium, dan kalium). Merupakan
sumber energi bagi jasad mikro. Tanah humus pembentukannya dari berbagai pelapukan
dedaunann dan juga ranting-ranting pohon, sehingga merupakan sumber energi bagi jasad-jasad
renik. Tanah humus merupakan tanah yang banyak dijumpai di daerah tropis, seperti di
Indonesia. Terutama wilayah yang paling sering didapati tanah humus adalah wilayah jenis-jenis
hujan seperti hutan hujan tropis di mana banyak ditemukan pepohonan disana.
Tanah humus dikenal sebagai tanah yang sangat baik. Bahkan tanah humus ini dikenal
sebagai tanah yang paling baik. Banyak orang mendambakan tempat tinggalnya memiliki tanah
humus agar nantinya bisa ditumbuhi berbagai macam tumbuhan. Kita semua tahu bahwasannya
tumbuhan akan sangat baik bagi kelangsungan hidup manusia. Oleh karena itulah tanah humus
ini merupakan tanah yang diidam-idamkan. Karena mempunyai sifat menyerap yang baik, maka
tanah humus ini dapat menambah kadungan air tanah yang nantinya akan berguna sebagai
minuman bagi tumbuhan yang tumbuh di tanah tersebut.Tanah humus mempunyai sifat mengikat
toksik ke air dan juga ke dalam tanah. Tanah humus mempunyai sifat dapat membentengi tanah
agar tanah tidak terkikis atau tergerus. Pada tanah humus ini aerasi tanah menjadi meningkat.
Tanah humus juga bisa digunakan sebagai pupuk sintesis, maka dari itu tanah humus ini
merupakan tanah yang yang sangat baik bagi tanaman.

2.7 Sekam Bakar


Padi merupakan salah satu hasil utama pertanian, disamping mampu mencukupi
kebutuhan pangan, produksi padi juga menghasilkan limbah berupa sekam padi. Pemanfaatan
sekam padi tersebut masih sangat sedikit, sehingga sekam tetap menjadi bahan limbah yang
mengganggu lingkungan. Negara Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah petani
kebanyakan penduduknya menjadikan beras sebagai makanan pokok (Hananta, 2016).
Sekam padi adalah kulit yang membungkus butiran beras, dimana kulit padi akan terpisah
dan menjadi limbah atau buangan. Jika sekam padi dibakar akan menghasilkan abu sekam padi.
Secara tradisional, abu sekam padi digunakan sebagai bahan pencuci alat-alat dapur dan bahan
bakar dalam pembuatan batu bata. Penggilingan padi selalu menghasilkan kulit gabah / sekam
padi yang cukup banyak yang akan menjadi material sisa. Ketika bulir padi digiling, 78% dari
beratnya akan menjadi beras dan akan menghasilkan 22% berat kulit sekam. Kulit sekam ini
dapat digunakan sebagai bahan bakar dalam proses produksi. Kulit sekam terdiri 75% bahan
mudah terbakar dan 25% berat akan berubah menjadi abu. Abu ini dikenal sebagai Rice Husk
Ash (RHA) yang memiliki kandungan silika reaktif sekitar 85%- 90%. Dalam setiap 1000 kg
padi yang digiling akan dihasilkan 220 kg (22%) kulit sekam. Jika kulit sekam itu dibakar pada
tungku pembakar, akan dihasilkan sekitar 55 kg (25%) RHA. Sekitar 20% dari berat padi adalah
sekam padi, dan bervariasi dari 13 sampai 29% dari komposisi sekam adalah abu sekam yang
selalu dihasilkan setiap kali sekam dibakar. Nilai paling umum kandungan silika (SiO2) dalam
abu sekam padi adalah 94 – 96% dan apabilam nilainya 6 mendekati atau dibawah 90%
kemungkinan disebabkan oleh sampel sekam yang telah terkontaminasi oleh zat lain yang
kandungan silikanya rendah. Abu sekam padi apabila dibakar secara terkontrol pada suhu tinggi
sekitar (500 – 600oC) akan menghasilkan abu silika yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai
proses kimia (Prasetyoko, 2001). Sekam padi merupakan bahan berligno-selulosa seperti
biomassa lainnya namun mengandung silika yang tinggi. Kandungan kimia sekam padi terdiri
atas 50% selulosa, 25–30% lignin, dan 15–20% silica (Ismail and Waliuddin,1996). Pembakaran
sekam padi dengan menggunakan metode konvensional seperti fluidised bed combustors
menghasilkan emisi CO antara 200 –2000 mg/Nm3 dan emisi NOx antara 200 – 300mg/Nm3
(Armestoetal, 2002). Metode pembakaran sekam padi yang dikembangkan oleh COGEN-AIT
mampu mengurangi potensi emisi CO2 sebesar 14.762 ton, CH4 sebesar 74 ton, danNO2 sebesar
0,16 ton pertahun dari pembakaran sekam padi sebesar 34.919 ton pertahun (Mathias, 2000).
Pada proses pembakaran akibat panas yang terjadi akan menghasilkan perubahan struktur
silika yang berpengaruh pada dua hal yaitu tingkat aktivitas pozolan dan kehalusan butiran abu.
Pada tahap awal pembakaran, abu sekam padi menjadi kehilangan berat pada suhu 100oC, pada
saat itulah hilangnya sejumlah zat dari sekam padi tersebut. Pada suhu 300oC, zat-zat yang
mudah menguap mulai terbakar dan memperbesar kehilangan berat. 7 Kehilangan berat terbesar
terjadi pada suhu antara 400oC-500oC, pada tahap ini pula terbentuk oksida karbon. Di atas suhu
600oC ditemukan beberapa formasi kristal quartz. Jika temperatur ditambah, maka sekam
berubah menjadi kristal silica (Wijanarko, W., 2008).
Sekam padi saat ini telah dikembangkan sebagai bahan baku untuk menghasilkan abu
yang dikenal di dunia sebagai RHA (rice husk ask). Abu sekam padi yang dihasilkan dari
pembakaran sekam padi pada suhu 400-500oC akan menjadi silika amorphous dan pada suhu
lebih besar dari 1.000oC akan menjadi silika kristalin. Silika amorphous yang dihasilkan dari abu
sekam padi diduga sebagai sumber penting untuk menghasilkan silikon murni, karbid silikon,
dan tepung nitrid silicon (Katsukietal, 2005).
Sekam padi secara umum digunakan untuk media bercocok tanam, sebagai briket arang
sekam, alas pakan ternak, atau dimusnahkan dengan cara pembakaran secara sembarangan dan
tidak dikendalikan sehingga menimbulkan polusi terhadap lingkungan di sekitarnya. Ada
beberapa kendala yang menyebabkan sekam padi tidak digunakan secara komersil, diantaranya:
1. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan potensial yang dimiliki oleh
sekam padi
2. Hambatan dari teknologi menyebabkan sekam padi tidak dapat diproses menjadi barang
bernilai jual yang lebih tinggi 8
3. 3. Masalah sosial dan ekonomi (Hananta, 2016)
Sekam padi dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk berbagai
kebutuhan, diantaranya:
a. Sumber Silika
Sekitar 20% silika dalam sekam padi merupakan sumber silika yang cukup tinggi, selain
itu silika yang terdapat dalam sekam padi memiliki sedikit jumlah elemen lain (pengotor)
yang tidak diinginkan dibandingkan jumlah silikanya yang banyak. Silika diperoleh dari
pembakaran sekam untuk menghasilkan abu atau secara ekstraksi sebagai natrium silikat
dengan larutan alkali.
b. Pemurnian Air
Pemanfaatan sekam antara lain sebagai sumber energi, abu gosok yaitu untuk keperluan
rumah tangga, bahan pencampur untuk pembuatan semen portland dalam bidang industri,
dan dapat digunakan untuk menjernihkan air. Pemanfaatan sekam padi untuk
menjernihkan air yaitu melalui proses filtrasi atau penyaringan partikel, koagulasi, dan
adsorpsi.
c. Bahan Bakar
Pembakaran merupakan satu metode yang umum dan sering digunakan dalam proses
akhir pengolahan sekam padi. Sekam padi yang dibakar secara langsung untuk
meneruskan aliran uapnya atau digunakan di dalam generator untuk menghasilkan tenaga
penguat dengan minyak yang memiliki nilai bahan bakar (Hananta, 2016). Sekam padi
yang merupakan bahan sisa dari proses penggilingan padi dapat dimanfaatkan
keberadaannya. Sekam padi dapat diolah kembali karena memiliki manfaat, salah satu
alternatifnya adalah dengan melakukan proses pembakaran terhadap sekam padi menjadi
abu.

2.8 Rumusan Hipotesis


1. Hipotesis Alternatif (Ha)
Setiap tanaman daun bawang yang diberikan pupuk urea yang berbeda akan
mempengaruhi pertumbuhan tanaman daun bawang tersebut karena perlu diketahui
bahwa pupuk urea mengandung nitrogen dalam jumlah yang tinggi. Unsur nitrogen di
dalam pupuk urea sangat bermanfaat bagi tanaman untuk pertumbuhan.
2. Hipotesis Nol (Ho)
Pemberian pupuk urea yang berbeda-beda pada setiap tanaman daun bawang tersebut
tidak akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman daun bawang.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Variabel dan Definisi Operasional Variabel

- Variabel Bebas : Dosis pupuk urea


- Variabel Terikat : Pertumbuhan tanaman bawang daun
- Definisi Operasional : Kecepatan pertumbuhan tinggi tanaman bawang daun
dalam satuan centimeter.

3.2 Rancangan Penelitian


Pot Perlakuan seminggu sekali
A Diberi pupuk urea sebanyak 1 sdm
B Diberi pupuk urea sebanyak 1,5 sdm
C Diberi pupuk urea sebanyak 2 sdm

* 1 kelompok terdiri dari 3 tanaman bawang daun

3.3 Sasaran Penelitian


1. Populasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah tanaman bawang daun.
2. Sampel yang diambil sebanyak 9 batang tanaman bawang daun.

3.4 Instrumen Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
- Kamera handphone
- Penggaris
- Pot plastik
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
- Batang bawang daun yang masih ada akarnya
- Pupuk urea
- Tanah humus
- Sekam bakar
- Air
3.5 Prosedur Pelaksanaan Penelitian
1. Siapkan alat dan bahan untuk penyemaian ; pot, tanah humus dan sekam, batang bawang
daun yang masih ada akarnya, air.
2. Tanam per-3 batang bawang daun pada 1 pot yang sudah diberi tanah, lakukan perlakuan
yang sama pada 2 pot selanjutnya.
3. Siram dengan air tanaman daun bawang setiap hari selama 1 minggu
4. Taburkan pupuk urea sesuai dengan rancangan penelitian yang dibuat per seminggu
sekali.
5. Lakukan penelitian selama 2 minggu dan diamat per-2 hari.

3.6 Rencana Analisis Data


1. Mencari nilai rata-rata tinggi tanaman bawang daun pada tiap perlakuan.
2. Membandingkan tinggi tanaman bawang daun berdasarkan setiap perlakuan yang
berbeda.

3.7 Jadwal Penelitian

Minggu ke
No. Kegiatan
1 2 3 4 5
Menyusun rencana
1. 
penelitian
Menyiapkan alat dan
2. 
bahan
Melakukan Penelitian
3.   
(Analisis Data)
Menulis Laporan
4. 
Penelitian
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Percobaan


Tinggi tanaman daun bawang setelah diberi pupuk per-2 hari (tinggi awal = 7cm)
Tanaman Hari ke-2 Hari ke-4 Hari ke-6 Hari ke-8 Hari ke-10 Hari ke-12
1 18,2 cm 18,8 cm 20 cm 21 cm 22 cm 22,5 cm
2 19,5 cm 24,2 cm 27,3 cm 28,8 cm 29 cm 29,3 cm
3 16,5 cm 18,4 cm 19,2 cm 21,3 cm 26,5 cm 28,2 cm
4 20,5 cm 23,9 cm 25 cm 26,6 cm 27 cm 27,5 cm
5 13 cm 14,2 cm 18 cm 19,9 cm 20,1 cm 20,4 cm
6 12,3 cm 14,5 cm 16 cm 18,8 cm 19,6 cm 23,9 cm
7 20,1 cm 23,5 cm 26,5 cm 26,8 cm 27,3 cm 28 cm
8 19 cm 21,7 cm 22,7 cm 22,8 cm 22,8 cm 23 cm
9 17 cm 21 cm 24,7 cm 25,7 cm 25,9 cm 26 cm

* Tanaman 1-3 : Pot A


Tanaman 4-6 : Pot B
Tanaman 7-9 : Pot C
Rata-rata tinggi tanaman bawang daun setelah 2 minggu pada berbagai perlakuan
Pot Perlakuan Tinggi tanaman
A Diberi pupuk urea sebanyak 1 sdm 26,67 cm
B Diberi pupuk urea sebanyak 1,5 sdm 23,93 cm
C Diberi pupuk urea sebanyak 2 sdm 25,67 cm

4.2 Interpretasi Data


Dari penelitian yang kelompok kami lakukan, hasil penelitian yang dilakukan
membuahkan hasil yang diharapkan. Penelitian yang kami lakukan sebanyak sekali. Tanaman
bawang daun yang diberi pupuk sebanyak 1 sendok makan pupuk urea setiap satu minggu sekali
membuahkan rata-rata tertinggi. Dapat diinterpretasikan bahwa pemberian 1 sendok makan
pupuk urea setiap satu minggu sekali dapat meningkatkan pertambahan tinggi tanaman bawang
daun.
4.3 Uji Hipotesis
Hipotesis yang telah dirumuskan adalah “Setiap tanaman daun bawang yang diberikan pupuk
urea yang berbeda akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman daun bawang tersebut” terbukti
benar.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian kelompok kami, mengenai laju pertumbuhan tanaman daun bawang. Dari
ketiga tanaman bawang daun yang kami berikan intensitas pupuk urea secara berbeda, ketiga
tanaman tersebut tetap tumbuh dengan baik. Penelitian sebelum tanaman tersebut diberi pupuk,
dilakukan selama seminggu. Selanjutnya, saat minggu kedua barulah kami beri pupuk urea
dengan intensitas tertentu. Jika dilihat dari pengamatan yang telah kami lakukan, tanaman B
memiliki kelajuan pertumbuhan yang paling baik. Sedangkan tanaman A, awalnya laju
pertumbuhan terlihat baik, tetapi saat sudah 2 minggu tanaman tersebut mulai terlihat layu.
Jumlah intensitas pemberian pupuk urea berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman
bawang daun.

5.2 Saran
Perlu dikaji ulang berapa jumlah intensitas pupuk urea yang diberikan pada tanaman bawang
daun agar menghasilkan tanaman bawang daun dengan hasil yang terbaik.
DAFTAR PUSTAKA

https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53206/2/BAB%20II%20Tinjauan%20Pust
aka.pdf
http://eprints.polsri.ac.id/5176/3/7%20BAB%20II%20%28LA%29.pdf
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah/tanah-humus
http://eprints.polsri.ac.id/5107/3/File%20III.pdf
http://repository.uin-suska.ac.id/5298/3/BAB%20II.pdf
https://majalah.stfi.ac.id/daun-bawang/
https://media.neliti.com/media/publications/98760-ID-none.pdf

Anda mungkin juga menyukai