Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan praktikum ini tentang “Budidaya Tanaman Pakcoy
(Brassica rapa L.) dengan Perlakuan Penyiraman Air Beras”.
Dan harapan kami semoga laporan praktikum ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi laporan praktikum agar menjadi lebih
baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam laporan praktikum ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan laporan praktikum ini.

Serang, Mei 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Tujuan................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum.................................................................................3
2.2 Syarat Tumbuh...................................................................................5
2.3 Pupuk dan Pemupukan......................................................................8
2.4 Hama dan Penyakit Tanaman Pakcoy..............................................13
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat...........................................................................16
3.2 Alat dan Bahan.................................................................................16
3.3 Cara Kerja........................................................................................16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil.................................................................................................18
4.2 Pembahasan.....................................................................................18
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan..........................................................................................22
5.2 Saran................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................23
LAMPIRAN.....................................................................................................25

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Herbarium Benih............................................................... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) termasuk dalam jenis sayur sawi yang
mudah diperoleh cukup potensial untuk diusahakan, karena dapat memberikan
keuntungan yang cukup tinggi. Tanaman pakcoy cukup mudah untuk
dibudidayakan dan hanya memerlukan waktu yang pendek berkisar 3 sampai 4
minggu. Perawatannya juga tidak terlalu sulit dibandingkan dengan budidaya
tanaman yang lainnya. Tanaman sayuran ini selain memiliki kandungan nilai gizi
yang tinggi. Secara ekonomis, nilai jual sawi sendok (pakcoy) lebih tinggi
dibandingkan dengan caisim, dilihat dari harga sawi sendok dan caisim dalam
jumlah satu kilogram (Prasasti, 2014).
Pengembangan berbagai tanaman hortikultura, khususnya sayuran semusim
dapat ditingkatkan, namun belum seimbang dengan permintaan pasar.
Perkembangan penduduk Indonesia yang terus mengalami peningkatan
berimplikasi pada peningkatan akan kebutuhan sayuran bagi masyarakat.
Kebutuhan sayuran dari tahun ke tahun terus meningkat dengan kenaikan yang
relatif tinggi mencapai 24,62% per tahun. Keunggulan sayuran khususnya
tanaman pakcoy mempunyai produktivitas yang tinggi, pemasaran mudah, dan
mempunyai harga yang relatif stabil, sehingga dari ekonomi menguntungkan.
Tanaman sayuran merupakan produk pertanian yang dikonsumsi setiap saat,
sehingga mempunyai arti nilai komersial yang cukup tinggi (Adiwilaga, 2010).
Saat ini masyarakat mulai menyadari akan bahaya yang ditimbulkan oleh
pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian dan semakin berhati-hati dalam
memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya
hidup sehat dengan slogan “Back to Nature” telah menjadi trend baru
meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia non alami, seperti
pupuk, pestisida kimia sintetis dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian.
Untuk mendapatkan hasil produksi yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi
dengan sistem budidaya tanaman pertanian organik, misalnya penggunaan bahan
organik dan kebutuhan akan air. Manfaat lain dari penggunaan bahan organik

1
untuk pertanian adalah untuk mengurangi pemakaian pupuk kimia (Adiwilaga,
2010).
Cara lain yang dapat digunakan untuk membantu mempercepat pertumbuhan
tanaman yaitu dengan menggunakan cucian air beras. Masih banyak kita jumpai
orang membuang air bekas cucian beras tersebut begitu saja. Padahal kandungan
di dalam air bekas cucian beras sangatlah bagus untuk tanaman. Dalam hal ini
kebanyakan orang tidak menghiraukan hal tersebut dan membuang air bekas
cucian beras ke tempat saluran pembuangan air begitu saja. Banyak orang yang
tidak mengetahui akan manfaat air bekas cucian beras, bahkan mungkin hanya
segelintir orang yang mengerti dan melakukannya. Padahal untuk tumbuh
kembang tanaman dibutuhkan nutrisi yang sebagai penunjangnya. Dengan
terpenuhinya nutrisi tersebut, tumbuhan akan berkembang lebih cepat
dibandingkan dengan tumbuhan umumnya.
Sebenarnya limbah rumah tangga ini sangat mudah sekali dikelola. Hanya
saja masih banyak banyak masyarakat yang belum paham atau mungkin belum
mengerti tentang hal ini. Perlu adanya sebuah penelitian untuk menunjukkan
kepada masyarakat tentang hal ini. Dengan begitu masyarakat akan mengerti dan
mulai memanfaatkan air limbah bekas cucian beras. Sehingga dilakukannya
penelitian ini mengenai pengaruh pemberian air cucian beras terhadap
pertumbuhan tanaman pakcoy (Brassica rapa L.).

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara budidaya pada tanaman pakcoy (Brassica rapa L.).
2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian cucian air beras terhadap
pertumbuhan tanaman pakcoy (Brassica rapa L.).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum


Dalam pertanian, tanaman adalah beberapa jenis organisme yang
dibudidayakan pada suatu ruang atau media untuk dipanen pada masa ketika
sudah mencapai tahap pertumbuhan tertentu. Pengertian ini dibedakan dari
penggunaan secara awam bahwa tanaman sama dengan tumbuhan. Pada
kenyataannya, hampir semua tanaman adalah tumbuhan, tetapi ke dalam
pengertian tanaman tercakup pula beberapa fungi (jamur pangan, seperti jamur
kancing dan jamur merang) dan alga (penghasil agar-agar dan nori) yang sengaja
dibudidayakan untuk dimanfaatkan nilai ekonominya. Tanaman "sengaja"
ditanam, sedangkan tumbuhan adalah sesuatu yang muncul atau tumbuh dari
permukaan bumi (Harjadi, 1979).
Tumbuhan yang "tidak dipanen" masih disebut tanaman jika diperuntukkan
sebagai estetika dalam pertamanan dan arsitektur lanskap, misal tanaman bunga.
Tanaman pertanian utama yang dibudidayakan di seluruh dunia yaitu gandum,
jagung, beras, kentang, tebu, kedelai, dan sebagainya (Harjadi, 1979).
Sawi merupakan sayuran dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau
bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Adapun
sawi ini mencakup dari beberapa jemis marga Brassica yang terlihat mirip satu
samalainnya. Nama sawi biasanya identik dengan penyebutan sawi hijau (caisin).
Selain itu terdapa sawi putih yang di sebut petsai. Sawi mangkok (pakcoy)
merupakan jenis sayuran daun kerabat sawi yang mulai dikenal di Indonesia
(Yogiandre, 2011).
Pakcoy (Brassica rapa sub. chinensis L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran
yang termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan
telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di China selatan dan China
pusat serta Taiwan. Sayuran ini merupakan introduksi baru di Jepang dan masih
sefamili dengan Chinese vegetable. Saat ini pakcoy dikembangkan secara luas di
Filipina dan Malaysia, di Indonesia dan Thailand (Adiwilaga, 2010).
Adapun klasifikasi tanaman sawi pakcoy adalah sebagai berikut (Setiawan,
2014) :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae

3
Ordo : Rhoeadales
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica rapa sub chinensis
Sawi mangkok tergolong tanaman yang dapat ditanam pada berbagai musim,
baik musim hujan maupun musim panas dan dapat diusahakan dari dataran rendah
sampai dataran tinggi. Oleh karena itu, sayuran ini dapat dibudidayakan sepanjang
tahun. Jika budidaya sawi dilakukan didataran tinggi, umumnya akan cepat
berbunga, karena dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang
sejuk/lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak baik pada air yang menggenang.
Dengan demikian, tanaman ini cocok bila ditanam pada akhir musim penghujan
(Haryanto, 2006).
Tanaman pakcoy (Brassica rapa sub. chinensis) termasuk dalam jenis sayur
sawi yang mudah diperoleh dan cukup ekonomis. Saat ini pakcoy dimanfaatkan
oleh masyarakat dalam berbagai masakan. Hal ini cukup meningkatkan kebutuhan
masyarakat akan tanaman pakcoy. Tanaman pakcoy cukup mudah untuk
dibudidayakan. Perawatannya juga tidak terlalu sulit dibandingkan dengan
budidaya tanaman yang lainnya. Budidaya tanaman pakcoy dapat dilakukan
sendiri oleh masyarakat dengan menggunakan media tanam dalam polibag. Media
tanam dapat dibuat dari campuran tanah dan kompos dari sisa limbah. (Prasasti,
2014).
Ditinjau dari aspek klimatologis, aspek teknis, aspek ekonomis dan aspek
sosialnya pakcoy (Brassica rapa sub. chinensis) sangat mendukung untuk
dibudidayakan dan memiliki kelayakan untuk diusahakan di Indonesia. Sebutan
sawi orang asing adalah mustard. Perdagangan internasional dengan sebutan
green mustard, chinese mustard, indian mustard ataupun sarepta mustard (Rianto
2009).
Tanaman ini memiliki batang yang sangat pendek, beruas-ruas dan bercabang
tirus dibagian atas, sehingga hampir tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai
pembentuk dan penopang daun. Tangkai daunnya lebar dan kokoh, tulang daun
dan daunnya mirip dengan sawi hijau, namun daunnya lebih tebal dibandingkan
dengan sawi hijau. Tangkai daun berwarna putih atau hijau muda, gemuk dan
berdaging, tanaman mencapai tinggi 15–30 cm. Rasa batang sayur pakcoy agak
manis dan empuk di lidah (Haryanto, 2007).

4
Daun pakcoy bertangkai, berbentuk oval, berwarna hijau tua, halus dan
mengkilat, tidak membentuk kepala, tumbuh agak tegak atau setengah mendatar,
tersusun dalam spiral rapat, melekat pada batang yang tertekan. Lebih lanjut
dinyatakan pakcoy kurang peka terhadap suhu dibandingkan sawi putih, sehingga
tanaman ini memiliki daya adaptasi lebih luas (Suhardianto, 2011).
Pakcoy memiliki sistem perakaran tunggang dengan cabang-cabang akar yang
kokoh dan berbentuk bulat panjang yang menyebar ke semua arah pada
kedalaman antara 30-50 cm (Suhardianto, 2011).
Struktur bunga tanaman sawi tersusun dalam tangkai bunga yang panjang dan
bercabang banyak. Tiap kuntum bunga terdiri atas empat helai daun kelopak,
empat helai daun mahkota bunga yang berwarna kuning meskipun terdapat yang
berwarna putih, empat helai benang sari, dan satu buah putik yang berongga dua.
Penyerbukan bunga tanaman ini dapat berlangsung dengan bantuan serangga
maupun oleh manusia (Sunarjono, 2013).
Biji berukuran sekitar 1 mm berbentuk bulatan dan terbungkus oleh cangkang
berwarna hitam (ada juga berwarna kuning dan kecoklatan) yang permukaannya
tidak rata, dan tidak tahan disimpan bertahun-tahun. Buah pakcoy agak mirip
dengan tipe polong atau legume (polong-polong). Bentuknya lonjong dengan dua
ruang, jumlah biji dalam satu polong berkisar 11-20 biji (Rukmana, 2004)

2.2 Syarat Tumbuh


Pakcoy mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanah di Indonesia
sehingga bagus untuk dikembangkan. Daerah penanaman yang cocok adalah
mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut.
Tanaman pakcoy dapat tumbuh baik di tempat yang bersuhu panas maupun
bersuhu dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran
tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di
dataran tinggi. Tanaman pakcoy tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam
sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah
penyiraman secara teratur (Setiawan 2014).
Semua tanah yang digunakan lahan pertanian cocok untuk di tanami pakcoy.
Supaya produksi yang tinggi dan kualitas yang baik, tanaman pakcoy
membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak mengandung humus, tidak
menggenang dan memiliki pH 6 – 7 (Sarief, 1986).

5
Tanah yang memiliki sifat kimia dan biologinya kurang baik sering kali
menghambat pertumbuhan pakcoy sehingga produksinya menurun dan
kualitasnya merendah. Pada tanah masam (di bawah 5) dapat menyebabkan
tanaman pakcoy kekurangan unsur hara dan garam-garam mineral. Tanah yang
becek dapat memudahkan terjangkitnya penyakit layu bakteri. Oleh karena itu
pengolahan lahan untuk tanaman pakcoy perlu perbaikan drainase, pengolahan
tanah, pemberian bahan organik dan pengapuran (Hardjowigeno 1997).
Pada umumnya hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk lahan
pertanian cocok untuk ditanami pakcoy. Untuk mendapatkan produksi yang tinggi
dan kualitas yang baik, tanaman pakcoy membutuhkan tanah yang subur dan
gembur, kaya akan bahan organik, tidak tergenang, pH-nya 5-6. Namun masih
toleran terhadap pH 5,5 batasan minimal dan pH 7,5 batasan maksimal. Pada pH
tanah kurang dari 5,5 akan terjadi gangguan penyerapan hara oleh akar tanaman
sehingga pertumbuhan tanaman terganggu, sedangkan pada tanah yang terlalu
basa tanaman akan terserang penyakit klorosis (Rukmana 1994).
Tanaman pakcoy mempunyai daya adaptasi yang cukup luas terhadap
lingkungan tumbuh dan tidak membutuhkan perawatan khusus, dapat ditanam
mulai dataran rendah samapai dataran tinggi 1000 meter di atas permukaan laut
(dpl). Selama masa pertumbuhannya, tanaman pakcoy membutuhkan iklim, sinar
matahari cukup (tempat terbuka) serta temperatur berkisar 21,1 – 26,7º C
(Prajnanta 2001).
Kelembaban relatif udara (rh) yang dikehendaki oleh tanaman pakcoy untuk
pertumbuhannya antara 80-90%. Apabila lebih dari 90 % berpengaruh buruk
terhadap pertumbuhan tanaman. Kelembaban yang tidak sesuai dengan
dikehendaki tanaman, menyebabkan stomata tertutup sehingga penyerapan CO2
terganggu. Dengan demikian kadar gas CO2 tidak dapat masuk kedalam daun,
sehingga diperlukan tanaman untuk fotosintesis tidak memadai. Akhirnya proses
fotosintesis tidak berjalan dengan baik sehingga semua proses pertumbuhan pada
tanaman menurun (Cahyono, 2003).
Curah hujan optimal yang diinginkan 200-400 mm/bulan. Curah hujan yang
terlalu tinggi tidak baik untuk pertumbuhan tanaman pakcoy, terlebih pada saat
mulai berbunga karena curah hujan yang tinggi akan banyak menggugurkan
bunga. Pakcoy membutuhkan air yang cukup untuk pertumbuhan,akan tetapi

6
tanaman ini juga tidak senang pada air yang tergenang, hal ini dapat menyebabkan
tanaman mudah busuk dan terseranng hama dan penyakit (Sumpena 2001).
Pakcoy / sawi sendok tergolong tanaman yang dapat ditanam pada berbagai
musim, baik musim hujan maupun musim panas dan dapat diusahakan dari
dataran rendah sampai dataran tinggi. Oleh karena itu, sayuran ini dapat
dibudidayakan sepanjang tahun. Jika budidaya sawi dilakukan didataran tinggi,
umumnya akan cepat berbunga, karena dalam pertumbuhannya tanaman ini
membutuhkan hawa yang sejuk/lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak baik
pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bila ditanam
pada akhir musim penghujan (Haryanto 2006).
Pakcoy ditanam dengan benih langsung atau dipindah tanam dengan kerapatan
tinggi; yaitu sekitar 20–25 tanaman/m2 , dan bagi kultivar kerdil ditanam dua kali
lebih rapat. Kultivar genjah dipanen umur 40-50 hari, dan kultivar lain
memerlukan waktu hingga 80 hari setelah tanam. Pakcoy memiliki umur pasca
panen singkat, tetapi kualitas produk dapat dipertahankan selama 10 hari, pada
suhu 0. Media tanam adalah tanah yang cocok untuk ditanami pakcoy adalah
tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik
Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah
antara pH 5 sampai pH 7 (Setiawan 2014).

2.3 Pupuk dan Pemupukan


Pupuk adalah suatu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik, bila
ditambahkan ke dalam tanah ataupun tanaman dapat menambah unsur hara serta
dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, atau kesuburan tanah.
Pemupukan adalah cara-cara atau metode pemberian pupuk atau bahan-bahan lain
seperti bahan kapur, bahan organik, pasir ataupun tanah liat ke dalam tanah. Jadi
pupuk adalah bahannya sedangkan pemupukan adalah cara pemberiannya. Pupuk
banyak macam dan jenis-jenisnya serta berbeda pula sifat-sifatnya dan berbeda
pula reaksi dan peranannya di dalam tanah dan tanaman. Karena hal-hal tersebut
di atas agar diperoleh hasil pemupukan yang efisien dan tidak merusak akar

7
tanaman maka perlulah diketahui sifat, macam dan jenis pupuk dan cara
pemberian pupuk yang tepat (Hasibuan, 2006).
Pupuk dapat digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk
anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup
yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai,
misalnya pupuk kompos dan pupuk kandang. Pupuk kompos berasal dari sisa-sisa
tanaman, dan pupuk kandang berasal dari kotoran ternak. Pupuk organic
mempunyai komposisi kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap
jenis unsur hara tersebut rendah tetapi kandungan bahan organik di dalamnya
sangatlah tinggi. Sedangkan pupuk anorganik adalah jenis pupuk yang dibuat oleh
pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki kandungan
persentase yang tinggi. Contoh pupuk anorganik adalah urea, TSP dan Gandasil
(Novizan, 2007).
Pupuk organik mempunyai beragam jenis dan varian. Jenis-jenis pupuk
organik dibedakan dari bahan baku, metode pembuatan dan wujudnya. Dari sisi
bahan baku ada yang terbuat dari kotoran hewan, hijauan atau campuran
keduanya. Dari metode pembuatan ada banyak ragam seperti kompos aerob,
bokashi, dan lain sebagainya. Sedangakan dar sisi wujud ada yang berwujud
serbuk, cair maupun granul atau tablet (Sutejo, 2002).
Ada berbagai jenis pupuk organik yang digunakan para petani di lapangan.
Secara umum pupuk organik dibedakan berdasarkan bentuk dan bahan
penyusunnya. Dilihat dari segi bentuk, terdapat pupuk organik cair dan padat.
Sedangkan dilihat dari bahan penyusunnya terdapat pupuk hijau, pupuk kandang
dan pupuk kompos (Sutejo, 2002).
a) Pupuk hijau
Pupuk hijau merupakan pupuk yang berasal dari pelapukan tanaman, baik
tanaman sisa panen maupun tanaman yang sengaja ditanam untuk diambil
hijauannya. Tanaman yang biasa digunakan untuk pupuk hijau diantaranya
dari jenis leguminosa (kacang-kacangan) dan tanaman air (azola). Jenis
tanaman ini dipilih karena memiliki kandungan hara, khususnya nitrogen,
yang tinggi serta cepat terurai dalam tanah. Pengaplikasian pupuk hijau bisa
langsung dibenamkan kedalam tanah atau melalui proses pengomposan. Di
lahan tegalan atau lahan kering, para petani biasa menanam leguminos, seperti
ki hujan, sebagai pagar kebun. Di saat-saat tertentu tanaman pagar tersebut

8
dipangkas untuk diambil hijauannya. Hijauan dari tanaman leguminosa bisa
langsung diaplikasikan pada tanah sebagai pupuk. Sementara itu, di lahan
sawah para petani biasa menggunakan azola sebagai pupuk hijau. Azola
merupakan tanaman pakis air yang banyak tumbuh secara liar di sawah.
Tanaman ini hidup di lahan yang banyak mengandung air. Azola bisa langsung
digunakan sebagai pupuk dengan cara dibenamkan kedalam tanah pada saat
pengolahan lahan (Sutejo, 2002).
b) Pupuk kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan seperti
unggas, sapi, kerbau dan kambing. Secara umum pupuk kandang dibedakan
berdasarkan kotoran hewan yang kencing dan tidak kencing. Contoh hewan
yang kencing adalah sapi, kambing dan kerbau. Hewan yang tidak kencing
kebanyakan dari jenis unggas seperti ayam, itik dan bebek. Karateristik
kotoran hewan yang kencing waktu penguraiannya relatif lebih lama,
kandungan nitrogen lebih rendah, namun kaya akan fosfor dan kalium. Pupuk
kandang jenis ini cocok digunakan pada tanaman yang diambil buah atau
bijinya seperti mentimun, kacang-kacangan, dan tanaman buah. Sedangkan
karakteristik kotoran hewan yang tidak kencing waktu penguraiannya lebih
cepat, kandungan nitrogen tinggi, namun kurang kaya fospor dan kalium.
Pupuk kandang jenis ini cocok diterapkan untuk tanaman sayur daun seperti
selada, bayam dan kangkung. Pupuk kandang banyak dipakai sebagai pupuk
dasar tanaman karena ketersediaannya yang melimpah dan proses
pembuatannya gampang. Pupuk kandang tidak memerlukan proses pembuatan
yang panjang seperti kompos. Kotoran hewan cukup didiamkan sampai
keadaannya kering dan matang sebelum diaplikasikan ke lahan (Sutejo, 2002).
c) Pupuk kompos
Pupuk kompos adalah pupuk yang dihasilkan dari pelapukan bahan
organik melalui proses biologis dengan bantuan organisme pengurai.
Organisme pengurai atau dekomposer bisa berupa mikroorganisme ataupun
makroorganisme. Mikroorganisme dekomposer bisa berupa bakteri, jamur
atau kapang. Sedangkan makroorganisme dekomposer yang paling populer
adalah cacing tanah. Dilihat dari proses pembuatannya, ada dua metode
membuat pupuk kompos yaitu proses aerob (melibatkan udara) dan proses
anaerob (tidak melibatkan udara). Dewasa ini teknologi pengomposan sudah

9
berkembang pesat. Berbagai varian dekomposer beserta metode
pembuatannya banyak ditemukan. Sehingga pupuk kompos yang dihasilkan
banyak ragamnya, misalnya pupuk bokashi, vermikompos, pupuk organik cair
dan pupuk organik tablet. Pupuk kompos bisa dibuat dengan mudah, silahkan
baca cara membuat kompos. Bahkan beberapa tipe pupuk kompos bisa dibuat
sendiri dari limbah rumah tangga, seperti pupuk bokashi dan pupuk kompos
takakura (Sutejo, 2002).
d) Pupuk hayati organik
Pupuk hayati merupakan pupuk yang terdiri dari organisme hidup yang
memiliki kemampuan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan menghasilkan
nutrisi penting bagi tanaman. Dalam Peraturan Menteri Pertanian pupuk hayati
tidak digolongkan sebagai pupuk organik melainkan sebagai pembenah tanah,
lihat penjelasannya dalam pengertian pupuk hayati. Namun dalam
penerapannya di lapangan seringkali dianggap sebagai pupuk organik. Pupuk
hayati bekerja tidak seperti pupuk organik biasa yang bisa langsung
meningkatkan kesuburan tanah dengan menyediakan nutrisi untuk tanaman.
Pupuk ini secara alami menyediakan nutrisi melalui proses gradual dengan
cara memfikasi unsur N dari atmosfer, melarutkan fosfor dan mensintesis zat-
zat lain yang dibutuhkan tanaman. Jadi, dengan pupuk hayati siklus
penyuburan tanah akan berlangsung terus menerus dan secara berkelanjutan.
Pupuk hayati dibuat dengan mengisolasi bakteri-bakteri tertentu seperti
Azotobacter choococum yang berfungsi mengikat unsur unusr N, Bacillus
megaterium bakteri yang bisa melarutkan unsur P dan Bacillus mucilaginous
yang bisa melarutkan unsur K. Mikroorganisme tersebut bisa didapatkan di
tanah-tanah hutan, pegunungan atau sumber-sumber lain (Sutejo, 2002).

Pupuk organik sangat penting terutama karena sebagai berikut (Rinsema, 1993) :
1) Memperbaiki struktur tanah.
Pada waktu penguraian bahan organik oleh organisme di dalam tanah dibentuk
produk yang mempunyai sifat sebagai perekat, yang lalu mengikat butir-butir
pasir menjadi butiran yang lebih besar. Lagipula di dalam tanah tumbuh sistem
tali-temali yang terdiri dari benang-benang jamur yang mengikat bagian tanah
menjadi kesatuan.
2) Menaikkan daya serap tanah terhadap air

10
Bahan organik mempunyai daya absorpsi yang besar terhadap air tanah.
Karena itu pupuk organik sering kali mempunyai pengaruh positif terhadap
hasil tanaman, apalagi pada musim panas yang kering.
3) Menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah
Hal ini terutama disebabkan karena organisme di dalam tanah dapat
memanfaatkan bahan organik sebagai makanan. Berbagai organisme di dalam
tanah dapat memanfaatkan bahan organik sebagai makanan. Berbagai
organisme itu di dalam tanah mempunyai fungsi penting yang beraneka ragam
sifatnya.
4) Mengandung zat makanan tanaman
Berbagai zat makanan tanaman hanya sebagian dapat diserap oleh tanaman.
Bagian yang penting daripadanya baru tersedia sesudah terurainya bahan
organik itu. Pupuk organik biasanya menunjukkan pengaruh reaksi reaksi
nitrogen yang jelas terlihat. Pengaruh dari fosfat dan kalium biasanya tidak
begitu jelas.
Efisiensi pemupukan secara sederhana dianggap sebagai penggunaan pupuk
sesuai dengan jenis, kondisi dan kebutuhan tanaman untuk mencapai hasil yang
optimal dengan meminimalkan biaya yang dikeluarkan tanpa mengurangi
kadarnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa efisiensi merupakan nisbah antara
hara yang diserap tanaman dengan hara yang diberikan (Sonbai, 2013).
Efisiensi pemupukan dan pemupukan yang berimbang dapat dilakukan apabila
memperhatikan status dan dinamika hara dalam tanah serta kebutuhan hara bagi
tanaman untuk mencapai produksi optimum. Dengan pendekatan ini, maka dapat
dihitung kebutuhan pupuk suatu tanaman pada berbagai kondisi tanah (status hara
rendah, sedang dan tinggi) dan pada tanah-tanah lainnya pada tingkat famili yang
sama (Wijanarko, 2008).
Hal yang perlu diketahui saat melakukan pemupukan adalah dosis, waktu, cara
dan jenis pupuk yang diaplikasi. Waktu dan cara pemberian pupuk berkaitan erat
dengan laju pertumbuhan tanaman di mana hara dibutuhkan oleh tanaman dan
kehilangan pupuk (dapat terjadi melalui proses pencucian, penguapan, dan
fikssasi). Hara N banyak menguap dan tercuci, hara K banyak tercuci, sedangkan
hara P terfiksasi di dalam tanah (Suyamto, 2002).

Pemupukan Pakcoy

11
Sawi pakcoy merupakan tanaman sayuran yang memerlukan unsur hara
nitrogen lebih banyak untuk pertumbuhannya atau sering disebut heavy feeders
(Pracaya, 2007).
Kebutuhan pupuk tanaman pakcoy per hektar yaitu 300 kg urea (138 kg N),
200 kg SP-36 (72 kg P), dan 100 kg KCL (Sunarjono, 2013).
Pupuk yang biasanya diberikan dalam budidaya tanaman pakcoy hanya unsur
N (urea) dan P (SP-36) dengan perbandingan 2:1. Pemupukan unsur N diberikan
bertahap sebanyak dua kali, sedangkan pemupukan P diberikan satu kali bersama
pemupukan pertama unsur N. Akan tetapi ada juga yang hanya memberikan
pemupukan unsur N dengan dosis 250-300 kg urea per hektar, dikarenakan
pakcoy merupakan tumbuhan yang memerlukan unsur hara nitrogen yang lebih
banyak (Haryanto, 2006).

2.4 Hama dan Penyakit Tanaman Pakcoy


Menurut Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran & Biofarmaka (2008),
pengendalian OPT dilakukan agar tidak terjadi kerusakan pada bagian tananaman,
sehingga masih menguntungkan secara ekonomis dan untuk menghindari kerugian
ekonomi berupa kehilangan hasil (kuantitas) dan penurunan mutu (kualitas)
produk serta menjaga kesehatan tanaman dan kelestarian lingkungan hidup dan
aman konsumsi. Pelaksanaan kegiatan pengendalian OPT, harus diawali dengan
pengenalan jenis hama dan penyakit yang ada pada tanaman pakcoy, sehingga
pada saat pelaksanaan pengendalian OPT dapat dilakukan dengan tepat.
Menurut Haryanto dan Suhartini (2002), berikut ini adalah jenis hama dan
penyakit yang menyerang tanaman pakcoy:
1. Ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis Zell.)
Gejala seperti daun bagian dalam yang terlindungi oleh daun bagian luar rusak
dan kelihatan bekas gigitan. Penyebab kerusakan tersebut adalah ulat titik tumbuh
atau Crocidolomia binotalis Zell. Ulat ini berwarna hijau. Dipunggungnya
terdapat garis berwarna hijau muda dan rambut yang berwarna hitam. Serangga
dewasa menghasilkan telur yang jumlahnya 30-80 butir tiap kelompok. Telur ini
akan menetas dalam jangka waktu 1-2 minggu dan setiap hari jumlah telurnya
akan bertambah. Setelah menetas ulat akan melalap habis daun yang berada
disekitarnya.
2. Ulat tritip (Plutella maculipennis)
Gejala akibat penyerangan ulat tririp daun tampak seperti bercakbercak
tersebut adalah kulit ari daun yang tersisa setelah dagingnya dimakan hama.

12
Selanjutnya daun menjadi berlubang karena kulit ari daun tersebut sobek.
Serangan berat menyebabkan seluruh daging daun habis termakan sehingga yang
tertinggal hanyalah tulang-tulang daunnya. Penyebab kerusakan tersebut adalah
plutella maculipennis atau ulat tritip. Ulat yang baru menetas warnanya hijau
muda. Setelah dewasa warna kepalanya menjadi lebih pucat dan terdapat bintik
cokelat. Serangga dewasa menghasilkan telur secara berkelompok, tetapi hanya
terdapat 2-3 butir setiap kelompok.

3. Siput (Agriolimax sp.)


Gejala pada tanaman sawi akibat siput adalah daunnya banyak berlubang
tetapi tidak merata. Sering pula dijumpai jalur-jalur bekas lendir pada tanaman
atau disekitarnya. Penyebab gejala tersebut adalah siput Agriolimax sp. Hewan
bercangkakng cokelat dengan tubuh lunak ini bergerak amat lambat. Siput
umurnya menyerang pada malam hari.
4. Ulat (Thepa javanica)
Gejalanya yaitu daun banyak berlubang dengan jarak antara lubang sangat
dekat dan menggerombol. Penyebab dari gejala tersebut adalah ulat Thepa
javanica.
5. Cacing bulu (Cut worn)
Gejala yang ditimbulkan adalah bagian pangkal batang sawi yang terserang
menjadi rapuh, lama-kelamaan tanaman menjadi roboh. Penyebabnya adalah
cacing bulu (Cut worn) yang menghuni tanah serta menggerogoti pangkal batang.
6. Ulat Perusak Daun (Plutella xylostella)
Berwarna hijau muda, dengan panjang tubuh sekitar 7-10 mm. Pada saat
melakukan penyerangan, ulat ini suka bergerombol dan lebih menyukai pucuk
tanaman. Akibatnya daun muda dan pucuk tanaman berlubang-lubang. Jika
serangan sudah sampai ke titik tumbuh tunas, pertumbuhan tanaman akan terhenti,
sehingga proses pembentukan krop akan sangat terganggu, dan lebih parah lagi,
krop tidak terbentuk. Agar tidak mudah terserang maka perlu dilakukan sanitasi
(penyiangan) lahan dengan baik.
7. Penyakit Akar Gada (Plasmodiophora brassicae)
Penyakit ini biasanya menyerang halaman tanaman, jika tanaman pakcoy
terlihat layu pada siang hari dan segar pada pagi hari menandakan bahwa tanaman
pakcoy terserang penyakit akar gada (Plasmodiophora brassicae). Dan untuk
penyakit yang satu ini sampai sekarang belum di temukan obatnya atau solusinya.

13
Penyakit Busuk Daun (Phytoptora sp.)
Penyakit ini biasanya di sebabkan oleh salahnya musim tanam, yaitu
disarankan untuk menanam pakcoy jangan di musim hujan, karena akan
memberikan dampak yaitu daun menjadi busuk, dan hal ini di sebabkan oleh
kondisi cuaca yang tak tentu, atau karena hujan sehari yang di ikuti cuaca yang
panas sekali, kalaupun sudah terlanjur menanam, solusi nya adalah: semprotlah
dengan fungisida yang tepat yaitu Bion M 1/48 WP, Topsin M 70 WB dan Kocide
60 WDG.

14
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum yang berjudul “Budidaya Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.)
dengan Perlakuan Penyiraman Air Beras” untuk pengolahan lahan sampai panen
dilaksanakan pada tanggal 13 Maret 2018 sampai 8 Juni 2018 dari pukul 07.00-
09.00 WIB yang bertempat di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Karang Kitri,
Desa Cikuya, Kecamatan Sindang Sari, Kabupaten Serang, Banten.
Praktikum yang berjudul “Budidaya Tanaman Pakcoy (Brasica rapa L.)
dengan Perlakuan Penyiraman Air Beras” untuk pengamatan lanjutan
(penimbangan dan pengovenan) dilaksanakan pada tanggal 8 Juni 2018 pada
pukul 11:00 sampai dengan selesai yang bertempat di Laboratorium Bioteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu alat pengolah lahan (cangkul),
traktor, tali rafia, ajir (bambu), gunting, mistar (penggaris), amplop, meteran,
garpu tanah, label, kertas, pensil, kantong plastik, parang atau arit, oven, emerat,
timbangan atau neraca analitik, ember, golok, label, spidol dan alat dokumentasi.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu media tanam berupa
lahan (kebun percobaan atau petak), pupuk organik (kompos dan pupuk kandang),
air, air cucian beras dan benih tanaman pakcoy.

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja dari praktikum ini yaitu:
1. Disiapkan media tanam berupa lahan (petakan) dengan ukuran 1,0 m x 2,0 m
sebanyak 2 petakan

15
2. Dibuat lubang tanam dengan kedalaman 3-5 cm dan jarak tanam 30 cm x 30
cm dan ditandai dengan pemasangan ajir (tali)
3. Ditanami benih tanaman yang sudah di semai selama 1 minggu per lubang
ditanam benih
4. Dilakukan penyulaman tanaman tujuh hari setelah tanam (7 HST) dengan
cara membiarkan menanam kembali tanaman yang tidak tumbuh per lubang,
tanaman diupayakan tumbuh seragam dengan tanaman pada lubang tanaman
yang lainnya dalam petak.
5. Dipelihara Tanaman pada setiap petak dengan diberi perlakuan sesuai
ketentuan yang telah ditetapkan (pemberian air beras) setelah 7 HST sampai
diwaktu ketentuan panen
6. Diukur parameter tanaman setelah 7 HST sesuai ketentuan (tinggi tanaman,
jumlah daun dan luas daun) sampai ketentuan panen
7. Dipanen tanaman jika sudah memenuhi ketentuan panen.

3.4 Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan untuk mendapatkan data (informasi/respons)
tanaman tentang komponen pertumbuhan dan hasil tanaman meliputi:
1. Tinggi tanaman
2. Jumlah daun
3. Luas daun
4. Bobot basah tanaman
5. Bobot kering tanaman

16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Tabel 1 hasil pengamatan tanaman pakcoy
Gambar Keterangan
Hanya 1 tanaman pakcoy
yang masih hidup.
Tanaman pakcoy ini
dipanen pada 6 MST
dengan tinggi tanaman
yaitu 8,5 cm, jumlah
daun yaitu 5 helai, dan
berat basah tanaman
yaitu 1,3956 g.

4.2. Pembahasan
Pakcoy (Brassica rapa L.) merupakan salah satu sayuran daun kerabat dari
sawi yang berumur pendek dan merupakan sayur introduksi dari Cina. Tanaman
ini memiliki daun yang bertangkai, berbentuk agak oval, berwarna hijau tua, dan
mengkilap. Tangkai daunnya berwarna putih tau hijau muda, gemuk, dan
berdaging (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Tanaman pakcoy mengandung 93%
air, 3% karbohidrat, 1,7% protein, 0,7% serat, dan 0,8% abu. Pakcoy merupakan
sumber dari vitamin dan mineral seperti vitamin C, β-karoten, Ca, P, dan Fe
(Elzebroek dan Wind, 2008).
Kami melakukan penanaman tanaman pakcoy pada media tanah didalam
polybag (penyemaian) pada tanggal 3 April 2018, kemudian pada tanggal 10 April
2018 (1 MST) belum dilakukan pemindahan tanaman ke lahan karena benih
belum tumbuh besar (masih sangat kecil), kemudian pada tanggal 17 April 2018
(2 MST) dilakukan pemindahan tanaman dari polybag ke lahan. Lalu pada tanggal
24 April 2018 (3 MST) dilakukan pemindahan tanaman kembali karena tanaman
yang ditanam pada 2 MST hanya tersisa 1 tanaman maka itu dilakukan
pemindahan tanaman kembali. Kemudian pada 4 MST tanaman yang dipindahkan

17
pada 3 MST juga hanya tersisa 1 tanaman. Jadi, dari beberapa tanaman yang kami
tanam hanya 1 yang bertahan. Lalu panen dilakukan pada tanggal 15 Mei 2018 (6
MST) ini sesuai dengan Rubatzky dan Yamaguchi (1998) yang menyatakan
bahwa pakcoy merupakan sayuran dengan umur pendek, yaitu 5-6 minggu.
Berdasarkan hasil pengamatan didapat tinggi tanaman pakcoy ini yang diukur
saat panen yaitu 8,5 cm, jumlah daun 5 helai, dan berat basah tanaman yaitu
1,3956 g. Terhambatnya pertumbuhan dari tanaman pakcoy ini diduga karena
faktor tanah, karena tanah pada lahan kami tidak gembur sedangkan pakcoy
memerlukan tanah yang gembur untuk pertumbuhannya. Zulkarnain (2013)
menyatakan bahwa media tanam yang cocok untuk ditanami pakcoy adalah tanah
gembur, banyak mengandung humus, subur, serta memiliki drainase yang baik.
Menurut Badan Litbang Pertanian (2015) tanah gembur merupakan jenis tanah
yang paling baik bagi tanaman karena memiliki rongga-rongga yang cukup untuk
menyimpan unsur hara, air, dan udara serta sesuai bagi kehidupan
mikroorganisme. Osman (1996) menyatakan bahwa tanah dengan keadaan tekstur
dan struktur yang baik sangat menunjang keberhasilan usaha pertanian, struktur
tanah yang dikehendaki tanaman adalah struktur tanah yang gembur mempunyai
ruang pori yang berisi air dan udara sehingga penyerapan unusr hara dapat
ebrjalan optimal.
Kemudian juga karena faktor suhu yang tidak sesuai untuk ditanami pakcoy,
menurut Wahyudi (2010) suhu untuk pertumbuhan tanaman pakcoy yang baik
adalah antara 12-21ºC. Pakcoy atau yang baisa disebut dengan sawi sendok
termasuk tanaman sayur yang tahan panas, sehingga bisa ditanam di dataran
rendah hingga dataran tinggi (100-1000 mdpl), akan tetapi hasil panen akan lebih
baik bila ditanam di dataran tinggi.
Kemungkinan tidak tumbuhnya tanaman pakcoy ini juga disebabkan karena
kami hanya menyiram tanaman ini 1 minggu sekali, sedangkan pakcoy
memerlukan penyiraman setiap hari. Menurut Wahyudi (2010) tanaman pakcoy
tahan terhadap air hujan, sehingga dapat ditanam sepanjang tahun. Saat musim
kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Hama yang
menyerang tanaman pakcoy ini yaitu ulat tritip (Plutella maculipennis) karena
Menurut Haryanto, dkk (2002), gejala akibat penyerangan ulat tririp yaitu daun

18
tampak seperti bercak-bercak tersebut adalah kulit ari daun yang tersisa setelah
dagingnya dimakan hama. Selanjutnya daun menjadi berlubang karena kulit ari
daun tersebut sobek. Serangan berat menyebabkan seluruh daging daun habis
termakan sehingga yang tertinggal hanyalah tulang-tulang daunnya. Penyebab
kerusakan tersebut adalah plutella maculipennis atau ulat tritip. Ulat yang baru
menetas warnanya hijau muda. Setelah dewasa warna kepalanya menjadi lebih
pucat dan terdapat bintik cokelat. Serangga dewasa menghasilkan telur secara
berkelompok, tetapi hanya terdapat 2-3 butir setiap kelompok.
Tanaman sawi pada praktikum kali ini menggunakan pupupk hayati organic
yaitu pemberian air bekas cucian beras yang sangat baik bagi tanaman seperti
pendapat Rahman (2015), Masyarakat selama ini memahami bahwa sampah
limbah rumah tangga hanya sebagai suatu limbah dan tidak memahami bahwa
sebenarnya terdapat potensi yang bisa di kelola menjadi sesuatu yang lebih
berguna, contohnya limbah rumah tangga di anggap sebagai kotoran dan di buang
di sembarang tempat. Hal ini dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan
rawan mendatangkan penyakit seperti malaria dan gatal-gatal, Padahal ada
beberapa jenis limbah rumah tangga yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk
organik cair (POC) seperti bekas hasil cucian beras yang bisa di aplikasikan ke
tanaman
Pupuk organik cair (POC) limbah rumah tangga seperti limbah cucian beras
dapat di jadikan sebagai pupuk organik pada tanaman. Pupuk organik cair (POC)
selain dapat meningkatkan kesuburan tanah juga dapat meningkatkan kesehatan
lingkungan. Pemakaian pupuk organik cair (POC) pada sayur-sayuran perlu
mendapat perhatian yang besar oleh pemerintah agar pemanfaatan limbah rumah
tangga dapat tertangani, lingkungan menjadi sehat dan kesuburan lahan menjadi
bertambah.
Pupuk organik cair (POC) perlu di tingkatkan karena selagi murah juga
mudah di buat dari limbah yang ada di sekitar kita. Bahan organik dapat diperoleh
dari kotoran ternak, sisa tanaman yang membusuk, dan air hasil cucian beras yang
dapat di jadikan salah satu bahan pupuk otrganik cair (POC), Bahan ini sangat
mudah dan khususnya bagi ibu-ibu rumah tangga bisa di praktekkan langsung di
rumah.

19
Pertanian organik dengan pemakaian pupuk organik cair (POC) menjadikan
tanah lebih gembur dan tidak muda terkikis aliran air. Struktur tanah menjadi
lebih kompak dengan adanya penambahan bahan-bahan organik dan lebih tahan
menyimpan air di banding dengan tanah yang tidak dipupuk bahan organik. Pada
tanah yang miskin bahan organik, air muda mengalir dengan membawa tanah.
Beberapa kelebihan dalam penerapan pertanian organik yaitu meningkatkan
aktivitas organisme yang menguntukan bagi tanaman, meningkatkan cita rasa dan
kandungan gizi. Meningkatkan ketahanan dari serangan organisme pengganggu,
memperpanjang unsur simpan dan memperbaiki struktur, membantu mengurangi
erosi.
Tanaman pakcoy yang tumbuih hanya satu dan lainnya tidak tumbuh, hal
tersebut dikarenakan suhu lahan yang terlalu panas dan kurangnya penyiraman
yang baik, hal tersebut sesuai dengan pendapat Setiawan (2014), Tanaman pakcoy
tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim
kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur.
Selain itu pendapat Prajnanta (2001), Tanaman pakcoy mempunyai daya
adaptasi yang cukup luas terhadap lingkungan tumbuh dan tidak membutuhkan
perawatan khusus, dapat ditanam mulai dataran rendah samapai dataran tinggi
1000 meter di atas permukaan laut (dpl). Selama masa pertumbuhannya, tanaman
pakcoy membutuhkan iklim, sinar matahari cukup (tempat terbuka) serta
temperatur berkisar 21,1 – 26,7º C. suhu di lahan berkisar >30 C hal tersebut
membuat pakcoy tidak dapat berkembang dengan baik

BAB V
PENUTUP

20
5.1 Simpulan
Adapun simpulan dari praktikum kali ini yaitu menurut Rahman Hairuddin
(2015) pemberian air cucian beras dosis 20 ml/liter air memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun, sedangkan pada pratikum
yang kami lakukan tidak berhasil disebabkan oleh banyak faktor yang tidak
memenuhi syarat tumbuh tanaman pakcoy tersebut.
Tanaman pakcoy hanya tumbuh satu dikarenakan factor lingkungan seperti
suhu dan air yang membuat pakcoy tidak dapat tumbuh dengan baik

5.2 Saran
Adapun saran pada praktikum kali ini yaitu sebaiknya diujikan pada tanaman
lainnya dan juga diharapkan agar pratikan lebih serius lagi dalam melakukan
praktikum agar apa yang ingin diteliti bias mendapatkan hasil yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

21
Adiwilaga, 1992. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sisi Permintaan dan Sisi
Penawaran Sayuran Sawi. Bandung: Penerbit Alumni Bandung.
Badan Litbang Pertanian. 2015. Pengaruh Kondisi Tanah bagi Tanaman.
kaltim.litbang.pertanian.go.id. Diakses pada tanggal 25 Mei 2018, pukul
00:58 WIB.
Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi Budidaya Sawi Hijau. Yogyakarta:
Yayasan Pustaka Nusatama.
Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, Direktorat Jenderal
Hortikultura. 2008. Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya
Sayuran Organik. Jakarta: Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan
Biofarmaka.
Elzebroek, A.T.D., dan K. Wind. 2008. Guide to Cultivated Plants. Londoh : CAB
International.
Hardjowigeno, 1997. Klasifikasi Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Harjadi, Sri Setyati. 1979. Pengantar Agronomi. Bogor: Percetakan Duta Prima.
Haryanto, 2006. Teknik Budidaya Sayuran Pak Choi (Sawi Mangkok). Jakarta:
Swadaya.
Haryanto, E. dan T. Suhartini, 2002. Sawi dan Selada. Jakarta: Penerbit Penebar
Swadaya.
Haryanto, T. Suhartini, dan E. Rahayu. 2002. Tanaman Sawi dan Selada. Depok :
Penebar Swadaya.
Haryanto, W., T. Suhartini, dan E. Rahayu. 2007. Teknik Penanaman Sawi dan
Selada Secara Hidroponik. Jakarta: Penebar Swadaya.
Hasibuan, B, E., 2006. Pupuk dan Pemupukan. Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Novizan, 2007. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Osman, F. 1996. Memupuk Tanaman Padi dan Palawija. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.
Prajnanta, Final. 2001. Agribisnis Cabai Hibrida. Jakarta: Penebar Swadaya.

22
Prasasti., dkk. 2014. Perbaikan Kesuburan Tanah Liat Dan Pasir Dengan
Penambahan Kompos Limbah Sagu Untuk Pertumbuhan Dan
Produktivitas Tanaman Pakcoy (Brassica rapa var. chinensis). Universitas
Diponegoro. Buletin Anatomi Dan Fisiologi. Volume 21 (2). Oktober
2014.
Rianto, 2009. Cara Menanam Sawi. http://tips-cara-menanam-sawi.html. Diakses
pada tanggal 24 Mei 2018 pukul 21.45 WIB.
Rinsema, W. T.. 1993. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Bharata Karya
Aksara.
Rubatzky, V.E., dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia 2 Prinsip, Produksi, dan
Gizi. Bandung : ITB Press.
Rukmana, R. 1994. Bertani Petsai dan Sawi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 57
hal.
Rukmana, R. 2004. Bertanam Petsai dan Sawi, Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Sarief, E Saifuddin, Dr, Ir. 1989. Ilmu Tanah Pertanian. Bandung: Pustaka Buana.
Setiawan, B. H., dan Apriliyanto, E. 2014. Perkembangan Hama dan Musuh
Alami Pada Tumpangsari Tanaman Kacang Panjang dan Pakchoi.
Agritech Vol. XVI (2): 10.
Sonbai, Jemrifs H.H, dkk. 2013. Pertumbuhan dan Hasil Jagung Pada Berbagai
Pemberian Pupuk Nitrogen Di Lahan Kering Regosol. Jurnal Ilmu
Pertanian. Vol. XVI, No.1.
Suhardianto, A. dan K. M. Purnama. 2011. Penanganan pasca panen caisin
(Brassica campestris L.) dan pak choy (Brassica rapa L.) dengan
pengaturan suhu rantai dingin (Cold Chain). Laporan Penelitian Madya
Bidang Ilmu. FMIPA. Universitas Terbuka.
Sumpena, U. 2001. Budidaya Mentimun Intensif. Jakarta: Swadaya.
Sunarjono H. 2013. Bertanam 30 Jenis Sayur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sutejo, M. M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Suyamto dan Z. Arifin. 2002. Bio-Teknologi Pupuk Organik. Sidoarjo:
Universitas Muhamadiyah Sidoarjo.
Wahyudi. 2010. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Jakarta : Agro Media
Pustaka.

23
Wijanarko, A dan Taufiq, A. 2008. Kalibrasi P pada Tanaman Kacang Tanah di
Tanah Ultisol. Jurnal Agrivigor. Vol VII, No.3.
Yogiandre, dkk. 2011. Budidaya sawi menggunakan Pupuk Organik Kascing.
Skripsi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Hal 40-45
Zulkarnain. 2013. Dasar-dasar Hortikultura. Jakarta : Bumi Aksara.

LAMPIRAN

24
Lampiran 1. Pengolahan lahan dan pemberian pupuk kotoran hewan

Lampiran 2. Penyemaian, Penanaman, dan Pengaturan jarak tanam

Lampiran 3. Penyiraman dan pencabutan gulma

Lampiran 4. Panen

25
Lampiran 5. Penimbangan Berat Basah

26

Anda mungkin juga menyukai