Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

BOTANI DAN SISTEMATIKA TANAMAN


“MORFOLOGI DAUN”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Botani Dan
Sistematika Tanaman

Disusun oleh
Nama : Reza Maulana Muhammad
NIM : 444216006
Kelas : IIA
Kelompok : 2(Dua)

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2017
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi
sedikit sekali yang kitaingat.Segala puji hanya layak untuk Allah atas segala
berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas hasil laporan Praktikum Biologi Umum ini.
Laporan yang berjudul “MORFOLOGI DAUN” Meskipun saya berharap
isi dari laporan praktikum saya ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun
selalu ada yang kurang.Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar tugas Laporan praktikum Biologi ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih, semoga hasil laporan
praktikum saya ini bermanfaat.

Serang, September 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Tujuan ....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Daun ......................................................................................................2
2.2 Bagian-bagian daun ...............................................................................3
2.3 Daun tunggal .........................................................................................4
2.4 Bentuk daun ...........................................................................................5
2.5Daun majemuk .......................................................................................9
2.6Daun majemuk menyirip ......................................................................10
2.7Daun majemukganda atau rangkap ......................................................10
2.8Daun majemuk menjari ........................................................................11
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat ...............................................................................12
3.2 Alat dan Bahan .....................................................................................12
3.3 Cara Kerja ............................................................................................12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil .....................................................................................................13
4.2 Pembahasan ..........................................................................................15
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ..........................................................................................18
5.2 Saran .....................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Skema daun lengkap ..........................................................................4
Gambar 2.3.: Berbagai bentuk tepi halaian daun padas tumbuhan berbiji...............7
Gambar 2.2. : Skema bentuk-bentuk ujung dan pangkal helaian daun. ...................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Daun merupakan struktur pokok tumbuhan yang tak kalah pentingnya dengan
akar.Setiap tumbuhan pada umumnya memiliki daun. Daun dikenal dengan nama
ilmiah folium. Secara umum, daun memiliki struktur berupa helaian, berbentuk
bulat atau lonjong dan berwarna hijau (Rosanti, 2013).
Daun sesungguhnya adalah cabang atau ranting yang mengalami
modifikasi.Pada tumbuhan tingkat tinggi daun merupakan tempat penting untuk
fotosinteis.Daun merupakan salah satu organ pokok pada tumbuhan.
Daun memilki fungsi antara lain sebagai resorpsi. Dalam hal ini helaian daun
bertugas menyerap zat-zat makanan dan gas.Daun juga berfungsi mengolah
makanan melalui fotosintesis.Selain itu daun juga berfungsi sebagai alat
transportasi atau pengangkutan zat makanan hasil fotosintesis ke seluruh tubuh
tumbuhan.Dan yang tak kalah penting daun berfungsi sebagai alat transpirasi
(penguapan air) dan respirasi (pernapasan dan pertukaran gas) (Rosanti, 2013).
Dengan kemampuan membedakan setiap komponen penyusun struktur daun,
dapat dijadikan sebagai dasar ilmu taksonomi, dengan cara mengelompokkan
tumbuhan berdasarkan karakteristiknya tersebut. Dengan mengenal stuktur daun,
dapat ditelaah komponen-komponen setiap struktur secara lebih terperinci, mulai
dari bangunnya, ujung, pangkal, tepi, daging, sistem pertulangan, warna, dan
permukaannya, dan dapat membedakan struktur daun antara satu jenis tumbuhan
dengan tumbuhan lainnya yang ditemukan di dalam kehidupan sehari-hari
(Rosanti, 2013).
1.2Tujuan
Tujuan dari praktikum Morfologi daun ini adalah :Agar mahasiswa dapat
mengetahui morfologi daun

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Daun
Daun sebenarnya adalah batang yang telah mengalami modifikasi yang
kemudian berbentuk pipih dan juga terdiri dari sel-sel dan jaringan seperti yang
terdapat pada batang. Perbedaannya, batang mempunyai pertumbuhan yang tidak
terbatas, sedangkan daun mempunyai pertumbuhan terbatas, yang segera berhenti
tumbuh, berfungsi untuk beberapa musim lalu gugur (Tjitrosomo, 1983).
Daun merupakan organ pokok pada tubuh tumbuhan. Pada umumnya
berbentuk pipih bilateral, berwarna hijau, dan merupakan tempat utama
terjadinya fotosintesis. Berkaitan dengan itu, daun memiliki struktur mulut daun
yang berguna untuk pertukaran gas O2,CO2, dan uap air dari daun ke alam
sekitar dan sebaliknya(Papuangan, 2014).
Daun umumnya berbentuk pipih melebar dan berwarna hijau, tetapi beberapa
daun ada yang berbentuk jarum seperti pada pinus dan berbentuk sisik atau duri
seperti pada kaktus (Amintarti, 2014).
Bentuk daun pada dasarnya dinyatakan berdasarkan bentuk dari helaiannya
tanpa dipengaruhi oleh ada tidaknya torehan pada tepi daun. Istilah untuk
menyatakan bentuk daun tersebut biasanya dugunakan kata-kata yang umum
untuk menyatakan bentuk suatu benda. Selain bentuk helaian daun, apeks dan
pangkal daun juga memperlihatkan bentuk yang beraneka ragam (Mutiara, 2008).
Helaian daun ditopang oleh rangka daun yang disusun oleh tulang daun.
Tulang daun mengandung jaringan pembuluh (xilem dan floem) yang
menyalurkan air ke daun dan hasil-hasil fotosintesis dari daun. Sistem pertulangan
daun ada tiga tipe: pertulangan sejajar pada tumbuhan monokotil, pertulangan
bersisip pada tumbuhan dikotil, dan pertulangan dikotom pada paku-pakuan
(Tjitrosomo, 1983).
Berdasarkan susunan daunnya, daun dibedakan menjadi daun tunggal dan
daun majemuk. Daun tunggal adalah daun yang memiliki satu daun pada setiap
tangkainya, sedangkan daun majemuk adalah daun yang memiliki beberapa (lebih
dari satu) daun pada satu tangkainya (Amintarti, 2014).

2
Oleh karena setiap anak daun dari daun majemuk memiliki karakteristik yang
sama denagn daun tunggal, kadang-kadang sulit dibedakan antara daun tunggal
dengan anak daun dari daun majemuk, khususnya bila anak daun tersebut
berukuran besar. Di bawah ini adalah dua hal yang dapat dijadikan dasar
perbedaan antara daun tunggal dengan anak daun dari daun majemuk, yaitu:
(Hidayat, 1995)
1. Pada ketiak daun tunggal terdapat tunas aksilar, sedangkan pada ketiak
anak daun dari daun majemuk tidak ada tunas aksilar.
2. Daun tunggal menempati bidang tiga dimensi pada batang atau dahan,
sedangkan anak daun dari daun majemuk menempati satu bidang.

2.2 Bagian-bagian daun


Proses klasifikasi tumbuhan dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi
gambar bentuk daun dari tumbuhan. Dengan cara tersebut maka dapat dilakukan
langkah-langkah pengenalan pola daun dengan mengenali karakteristik struktural
daun seperti bentuk dan tekstur sebuah daun. Metode untuk melakukan
pemrosesan terhadap citra masukan dengan pemanfaatan teknik pengolahan citra
digital dilakukan untuk menganalisa karakteristik struktural daun (Liantoni,
2015).
Organ daun dapat memiliki bagian-bagian antara lain: (1) pangkal daun (leaf
base) yaitu bagian yang berhubungan dengan bagian batang tumbuhan, (2)
pelepah atau upih daun (vagina), yaitu bagian daun yang memeluk batang, (3)
tangkai daun (petiole), yaitu bagian daun yang pada umumnya berbentuk silinder,
dan (4) helaian daun (lamina), yaitu bagian daun yang berbentuk pipih dorso-
ventral serta berguna untuk fotosinthesa (Campbell, 2003).
Pangkal tangkai daun pada golongan tumbuhan tertentu dapat memiliki
pengikut daun atau pelengkap daun, dapat bersifat persistent atau mudah gugur,
dapat berupa daun penumpu (stipula), terdapat di pangkal tangkai daun, dan
berdasarkan pada tataletaknya dibedakan: (1). daun penumpu bebas (liberae), (2).
dua daun penumpu melekat di kanan-kiri pangkal tangkai daun (adnate), (3) daun
penumpu di ketiak (axillaris; intrapetiolaris) (4). daun penumpu berlawanan

3
(opposita; antidroma), dan (5) daun penumpu berilangan
(interpetiolaris)(Campbell, 2003).
Disamping itu pengikut daun dapat berupa selaput bumbung (orchrea) yang
merupakan pelmdung kuncup, membalut batang, misalnya pada tumbuhan
anggota suku Polygonaceae, dan lidah daun (ligula) merupakan tonjolan di ujung
upih daun, dan berguna untuk melindungi kuncup dan air, misalnya pada semua
jenis anggota suku Poaceae (Gramineae)(Campbell, 2003).

2.3 Daun tunggal (folium simplex)


Daun tumbuhan dapat lengkap atau tidak lengkap, bagi daun yang lengkap
dipersyaratkan memiliki bagian upih daun, tangkai daun, dan helaian daun. Daun
yang tidak lengkap, adalah daun yang tidak memiliki salah sam atau dua bagian
utama, dapat memiliki kenampakan sebagai: (1) .daun bertangkai; adalah daun
yang hanya memiliki bagian tangkai dan helaian daun, (2) daun berupih; adalah
daun yang hanya memiliki bagian upih dan helaian daun, (3) daun duduk (sessile);
adalah daun yang hanya memihki helaian daun saja, dan daun duduk memiliki
tipe yang d duk tatapi pangkal helaian memeluk batang disebut duduk memeluk
batang (amplexicaulis), (4) daun semu (filodia); adalah d aun yang berkembang
dan tangkai daun yang melebar (Tjitrosoepomo, 1985).

Gambar 2.1.Skema daun lengkap.

4
2.4 Bentuk daun (circumscriptio)
Penentuan bentuk daun berdasarkan pada bentuk dan helaian daun, sedangkan
tangkai dan upth daun tidak menentukan bentuk daun. Bentuk daun dapat dibagi
menjadi empat sen atau pola, yaitu :
a. Seri clip
yaitu bentuk helaian daun yang memiliki bagian terlebar di tengah-teng ah
helaiandaun, bentuk-bentuk turuna nnya ditentukan berdasarkan perbandingan
p njang dan lebar helaian daun, dibedak an: (1). bentuk bulat (orbeicularis);
diidentifikas i demikian karena perbandingan panja ng: lebar = 1:1, (2). bentuk
membulat (ovalis; elipticus); diidentifikasi demikian karen a perbandingan
panjang : lebar 1.5 - 2 : 1, 3. , (3). bentuk bulat memanjang (oblongus)
perbandingan panjang : lebar 2.5 - 5 : 1, ( 4). bentuk lanset (lanceolatus)
perbandingan panjang: lebar =5 - 10: 1 (Tjitrosoepomo, 1985).
b. Seri bulat telur
yaitu bentuk helaian daun yang memiliki bagian terlebar di bawah ten gah-
tengah helaian daun, penentuann ya bukan berdasarkan ukuran tetapi b
erdasarkan pengibaratan dengan bentuk benda, dibagi menjadi 2 tipe: (1)
Pangkal helaian daun tidak bertoreh, memiliki emp at variasi bentuk antara
lain: (a) bentuk bulat telur (ovate) menyerupai bentuk telur 2 dimensi dengan
pangkal membulat, (b). bentuk segitiga (triangulare); menyerupai bentuk dua
dimensi segitiga sama kaki, (c) bentuk delta (deltoid) menyenipai bentuk dna
dimensi segitiga sama sisi, (d) bentuk belah ketupat (rhomboid); menyerupai
bentuk dua dimensi segi empat dengan sisi yang tidak sama panjang. (2)
Pangkal helaian daun bertoreh, memiliki lima variasi bentuk antara lain:
(a)bentuk jantung (cordatus; cordate); bentuk mi ditandai dengan ujung daun
runcing, meruncing atau tumpul, dengan pangkal bertoreh, (b) bentuk ginjal
(reniform); bentuk mi ditandai dengan ujung daun yang membulat, dan
pangkal bertoreh, (c) bentuk anak panah (sagitate); daun sempit ujung tajam,
pangkal daun dengan torch yang lancip, bentuk tombak (hastate); sama
dengan bentuk anak panah, tetapi torch pangkal daun lemah, sehingga hampir
mendatar, (e) bentuk bertelinga (auriculate), seperti bangun tombak, tetapi
pangkal helaian daun memanjang dan memeluk batang (Tjitrosoepomo, 1985).

5
c. Seri bulat telur terbalik
Bentuk-bentuk turunannya antara lain: (1) bentuk bulat telur terbalik
(obovate); seperti bulat telur tetapi bagian terlebar di dekat ujung, (2) bentuk
jantung terbalik (obcordate); seperti bangun jantung tetapi yang terlebar di
dekat ujung, (3) bentuk pasak atau segitiga terbalik (cuneate), (4) bentuk sudip
(spathulate), serupa dengan bulat telur terbalik dengan ukuran yang relatif
panjang (Tjitrosoepomo, 1985).
d. Seri garis
Bentuk-bentuk turunannya antara lain: (1) bentuk garis (linear); helaian
daundengan ukuran yang panjang, dengan penampang clip tipis, dan kaku, (2)
bentuk pita (ligulate), (3) bentuk pedang (ensiformis); helaian daun dengan
ukuran relatif panjang, dengan penampang helaian clip dan tebal, (4) bentuk
paku atau dabus (subulate) helaian dengan ukuran pendek seperti sisik keras,
dengan penampang helaian silindris, ujung runcing, dan berkayu, (5) bentuk
jarum (acerose); helaian daun berukuran sangat panjang, penampang silindris,
ujung runcing (Tjitrosoepomo, 1985).
Disamping bentuk helaian daun juga penting untuk dicermati untuk
membuat deskripsi tumbuhan, adalah:
1. Ujung helaian daun
Ujung helaian daun (apex) : (1) runcing (acute); bentuk ujung ini bersudut
runcing, tetapi dua sismya membelok, bersudut lancip, (3) tumpul (obtuse);
bentuk ujung ini bersudut tumpul, kurang dari 900, (4) membulat (rotundate);
bentuk ujung ini tak bersudut dan membulat, pada daun bulat atau jorong, (5)
rompang (truncate) bentuk ujung rata, pada daun segitiga terbalik, (6) terbelah
(emarginate) bentuk ujung menunjukan suatu torehan atau belahan, kadang
nampak nyata, (7) berekor kecil (mucronate) ujung aun ditutupi oleh dun
keras, (8) berekor (caudate); ujung daun seperti meruncing t etapi berukuran
panjang serta membelok (Tjitrosoepomo, 1985).

6
Gambar 2.2. : Skema bentuk-bentuk ujung dan pangkal helaian daun.

2. Pangkal helaian daun ( basis):


Pangkal daun berdas arkan pertemuan tepi helaian daun dibedakan antara: (1)
helaian daun tidak pertem u: memilki variasi bentuk runcing, meruncing, tumpul,
membulat, rompang, dan t rbelah. (2) helaian daun bertemu: (a) daun tertembus
batang (perfoliatus) daun duduk tetapi batang menembus pertengahan helaian
daun, bentuk tameng (peltatus) tangkai daun bertumpu di bagian helaian daun ,
biasanya helaian berbentuk membulat sehingga seperti layaknya perisai
(Tjitrosoepomo, 1985).
3. Tepi daun (margo folii)
Tepi daun apabila torehan tidak mempengaruhi bentuk helaian (tepi daun
merdeka), maka berdasarkan pada besamya sudut tonjolan (angulus) dan sudut
torehan (sinus) dapat dibedakan menjadi bentuk-bentuk: (1) bergerigi (serrate)
apabila sinus bersudut runcing dan angulus bersudut runcing, (2) berringgit
(crenate) apabila sinus bersudut runcing dan angulus bersudut tumpul, (3) bergigi
(dentate) apabila sinus bersudut tumpul dan angulus bersudut runcing, (4)
berombak (rephandate) apabila sinus bersudut tumpul dan angulus bersudut
tumpul, (5) rata (integer) apabila tidak dijumpai sinus dan angulus
(Tjitrosoepomo, 1985).

7
Tepi daun apabila torehannya mempengaruhi bentuk, maka bentuk tepi
ditentukan berdasarkan pada dalamnya toreh dan tipe pertulangan daunnya.
Terdapat tiga bentuk apabila dipandang dari dalamnya torehan daun, yaitu: (1)
bercangap (fidus); dalamnya toreh kurang dari separo panjang tulang cabang
daun, apabila tipe pertulangan menjari disebut bercangab menjari (palmatifidus),
dan apabila tipe pertulangan menyirip disebut bercangab menyirip (pinnatifidus),
(2) berlekuk (lobus); apabila dalamnya toreh sama dengan separo panjang tulang
cabang daun, apabila tipe pertulangan menjari disebut berlekuk menjari
(palmatilobus), dan apabila tipe pertulangan menyirip disebut berlekuk menyirip
(pinnatilobus), (3) berbagi (partitus); apabila dalamnya toreh lebih dan separo
panjang tulang cabang daun, apabila tipe pertulangan menjan disebut berbagi
menjari (palmapartitus), dan apabila tipe pertulangan menyinip disebut berbagi
menyirip (pinnapartitus) (Tjitrosoepomo, 1985).

Gambar 2.3.: Berbagai bentuk tepi halaian daun padas tumbuhan berbiji.

8
4. Pertulangan helaian daun (Nervatio)
Pertulangan daun adalah kelanjutan dan tangkai daun, sehingga merupakan
kumpulan berkas pengangkutan pada helaian daun.Pertulangan daun utama
disebut ibu tulang daun (costa), pada umumnya membagi daun memjadi dua sisi
lateral. Ibu tulang daun memiiki percabangan yang disebut tulangan cabang atau
cabang lateral, dan dari cabang lateral tumbuh pertulangan daun yang terhalus
yang disebut urat daun (vena). Pada daun jenis tumbuhan tertentu misalnya pisang
(Musa paradisiaca), cabang lateral ujungnya saling bertautan membentuk tulang
pinggir (Tjitrosoepomo, 1985).
Berdasarkan pada susunan tulang cabang dibedakan empat tipe pertulangan
daun, yaitu: (1) menyirip (penninerve) tulang cabang tersusun seperti sirip pada
ikan, (2)menjari (paimmerve); sejumlah tulang cabang lurus tersusun seperti
susunan jan, muncul dan satu titik (ujung tangkai daun), (3) melengkung
(curvinerve) sejumlah tulang cabang melengkung, tersusun seperti susunan jari,
muncul dari satu titik (ujung tangkai daun), (4) sejajar (rectinerve); sejumlah
tulang cabang tersusun sejajar dari pangkal sampai ujung helaian daun
(Tjitrosoepomo, 1985).

2.5 Daun majemuk (Folium Compositum)


Daun majemuk berbeda dengan daun tunggal apabila dilihat dari beberapa
aspek, antara lain; tata letak kuncup batang, jumlah helaian perdaun, percabangan
tangkai daun, pertumbuhan, dan gugurnya daun (umur daun). Di bawah ini tabel
tentang perbedaan daun tunggal dan majemuk(Tjitrosoepomo, 1985).
Daun majemuk disusun oleh bagian-bagian yang terdiri atas: (1) tangkai induk
(rachis) merupakan aksis pokok yang di ketiak pangkal daunnya dijumpai adanya
kuncup, (2) ruas cabang (rachilla) merupakan percabangan lanjutan dari aksis
pokok, yang dapat dibedakan berdasarkan urutannya, yaitu ruas cabang tingkat 1
(rachiolla), ruas cabang tmgkat 2 (rachiololus), dan seterusnya. Pada bagian ini
kemudian ditumbuhi oleh anak daun (foliole), (3) tangkai anak daun (petiolole)
adalah tangkai pendukung helaian daun anak daun setara dengan daun tunggal, (4)
helaian anak daun (foliolum) (Tjitrosoepomo, 1985).

9
Berdasarkan susunan dari anak daunnya, daun majemuk dapat dibedakan
menjadi lima macam, yaitu: (1) daun majemuk menyirip (pinnatus); anak daun
tersusun di kanan-kiri aksis dengan susunan seperti sirip ikan, (2) daun majemuk
menjari (palmatus) anak daun tumbuh pada ujung aksis secara radial, membentuk
susunan seperti jari, (3) daun majemuk bangun kaki (pedatus); anak daun anterior
tersusun menjari, tetapi dua anak daun posterior tumbuh pada tangkai anak daun
sebelumnya (Tjitrosoepomo, 1985).

2.6 Daun Majemuk Menyirip (Pinnatus)


Daun majemuk menyirip dapat hanya memiliki satu helaian anak daun, yang
pangkal tangkainya bersendi terhadap aksis pokoknya, disebut daun majemuk
menyirip beranak daun satu (unifoliolate), misalnya daun jeruk (Citrus
aurantfolia; Rutaceae), dan daun melati (Jasminum sambac; Olaceae). Daun
majemuk menyirip berdasarkan posisi anak daun ujung dibedakan menjadi: (1)
daun majemuk genap (abruptepinnate) karena terdapat sepasang anak daun
berhadapan di ujung aksis, baik jumlah anak daunnya genap atau ganjil, (2) daun
majemuk menyirip gasal (imparipinnate) karena hanya ada satu anak daun di
ujung aksis, baik jumlah anak daunnya genap atau ganjil. Berdasarkan pada posisi
anak daunnya terhadap aksis pokok, daun majemuk menyirip dapat dibedakan
menjadi: (1) daun majemuk menyirip berpasangan, pasangan anak daun
berhadapan pada aksis pokok, (2) daun majemuk berseling; anak daun tidak
berpasangan dan berhadapan, tetapi berseling pada aksis pokok, (3) daun
mejemuk menyirip berselang-seling (interuptepinnate); anak daun berpasangan
dengan posisi berhadapan, tetapi setiap pasangan memiliki ukuran yang berbeda
(Tjitrosoepomo, 1985).

2.7 Daun Majemuk Ganda atau rangkap (Bipinnate)


Adalah daun majemuk yang ruas cabangnya (rachis) bertingkat, dan anak
daun duduk pada ruas cabang tingkat tertentu.Daun majemuk menyirip apabila
anak daun duduk pada ruas cabang tingkat satu (rachilla), maka disebut daun
majemuk menyirip ganda dua, misalnya daun lamtoro (Leucaena glauca), dan bila

10
anak daun duduk pada ruas cabang tingkat dua (rachiolla) disebut daun majemuk
menyirip ganda tiga (Tjitrosoepomo, 1985).

2.8 Daun Majemuk Menjari (Palmate atau Digitalis)


Daun majemuk menyirip dibedakan berdasarkan pada jumlah anak daun, yaitu
daun majemuk menyirip beranak daun: (1) dua (bifoliate), (2) tiga (trifoliate), (3)
lima (quinquefoliate), (4) tujuh (septemfoliate), (5) banyak (polyfoliate). Kondisi
ganda pada daun majemuk menjari terdapat pada jenis tumbuhan Aquilegia
vulgaris, yang bersifat ganda dua (biternatus) (Tjitrosoepomo, 1985).

11
BAB III
METOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum pengenalan alat-alat mikrobiologi ini dilaksanakan pada hari Rabu, 20
September 2017, pukul 11.00 – 13.00 WIB. Bertempat di Laboratorium
Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3.2 Alat dan bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Alat tulis dan HVS. Bahan yang
digunakan adalah Daun sirih, daun mangga, daun pepaya, daun padi, daun palem,
daun semanggi, daun belimbing wuluh dan daun nagka

3.3 Cara Kerja


1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum\
2. Diamati morfologi daun yang sudah disiapkan
3. Digambar daun yang telah diamati\
4. Diberikan keterangan dan dijelaskan bagian-bagian morfologi daunnya

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Morfologi Daun
No Gambar Keterangan

1. Ujung daun runcing


Daun Sirih (Piper betle)
2. Pangkal daun bertekuk
3. Tulang daun melengkung
4. Tepi daun rata
1
5. Permukaan licin mengkilat
6. Jenis daun tunggal
7. Memiliki tangkai
8. Tidak memiliki pelepah

1. Ujung daun tumpul


Daun Mangga (Mangifera indica)
2. Pangkal daun runcing
3. Tulang daun menyirip
4. Tepi daun rata
2
5. Permukaan licin mengkilat
6. Jenis daun tunggal
7. Memiliki tangkai
8. Tidak memiliki pelepah

Daun Nangka (Artocarpus


1. Ujung daun tumpul
heterophyllus)
2. Pangkal daun runcing
3. Tulang daun menyirip
4. Tepi daun rata
3
5. Permukaan licin mengkilat
6. Jenis daun tunggal
7. Memiliki tangkai
8. Tidak memiliki pelepah

13
1. Ujung daun runcing
Daun Padi (Oryza sativa)
2. Pangkal daun rata
3. Tulang daun sejajar
4. Tepi daun rata
4
5. Permukaan berbulu kasar
6. Jenis daun tunggal
7. Memiliki tangkai
8. Tidak memiliki pelepah
1. Ujung daun membelah
Daun Semanggi (Marsilea) 2. Pangkal daun meruncing
3. Tulang daun menjuri
4. Tepi daun rata
5
5. Permukaan berbulu halus
6. Jenis daun majemuk
7. Memiliki tangkai
8. Tidak memiliki pelepah

Daun Palem (Cyrtostachys lakka) 1. Ujung daun runcing


2. Pangkal daun runcing
3. Tulang daun sejajar
4. Tepi daun rata
6
5. Permukaan kasap
6. Jenis daun tunggal
7. Memiliki tangkai
8. Tidak memiliki pelepah
1. Ujung daun runcing
Daun Pepaya (Carica papaya)
2. Pangkal daun rata
3. Tulang daun menjari
4. Tepi daun bergerigi ganda
7
5. Permukaan kasap
6. Jenis daun tunggal
7. Memiliki tangkai
8. Tidak memiliki pelepah

14
Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa
1. Ujung daun runcing
bilimbi)
2. Pangkal daun melengkung
3. Tulang daun menyirip
4. Tepi daun rata
8
5. Permukaan berbulu halus
6. Jenis daun majemuk
7. Memiliki tangkai
8. Tidak memiliki pelepah

4.2 Pembahasan
Pada praktikum Botani dan Sistematika Tanaman tentang “Morfologi Daun”
ini bertujuan agar praktikan mengetahui morfologi Daun, perlu diketahui bahwa
morfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bagian-bagian pada tumbuhan
beserta fungsinya. Sehingga setelah praktikum, para praktikan telah mengerti apa
saja bagian-bagian pada tumbuhan beserta fungsinya.
Sesuai apa yang dikemukakan oleh (Papuangan, 2014) Daun merupakan
organ pokok pada tubuh tumbuhan. Pada umumnya berbentuk pipih bilateral,
berwarna hijau, dan merupakan tempat utama terjadinya fotosintesis. Berkaitan
dengan itu, daun memiliki struktur mulut daun yang berguna untuk pertukaran
gas O2,CO2, dan uap air dari daun ke alam sekitar dan sebaliknya.
Pada Pengamatan Bagian daun tanaman sirih(Piper betle), Daun sirih
memiliki bentuk serupa jantung.Daunnya tunggal dan pada bagian ujung
cenderung runcing. Daun ini tersusun dengan cara selang seling. Pada tiap
daunnya terdapat tangkai. Daun tersebut memiliki aroma yang cukup khas apabila
diremas. Daun ini memiliki kisaran panjang antara 5 sampai 8 cm. Lebarnya
mulai dari 2 cm sampai 5 cm.
Pada Pengamatan Bagian daun tanaman Mangga(Mangifera indica), Daun
mangga merupakan jenis daun Tidak lengkap karena hanya memiliki tangkai daun
dan helaian daun dan tidak memiliki pelepah daun. Lazimnya disebut daun
bertangkai. Bentuk daun mangga memanjang.

15
Helai daun berbentuk jorong hingga linset. Warna daun akan berubah hijau
lalu kuning menua. Pangkal daun lancip atau runcing, tepi daun berbentuk
gelombang, bagian ujung daun runcing serta tulang daun menyirip. Beberapa
varietas mangga memiliki struktur daun yang berbeda. antara lain : bulat telur dan
ujung daun meruncing, lonjong dan ujung daun seperti mata tombak, segi empat
dan ujung membulat, serta segi empat dan ujung daun meruncing.
Pada Pengamatan Bagian daun tanaman Nangka(Artocarpus heterophyllus),
daun nangka memiliki ukuran daun dengan lebar daun 8 cm dan panjang daun 11
cm, sehingga daun nangka berbentuk Jorong karena dilihat dari perbandingannya
yaitu 1 : 1,5. Daun nangka ujung daunnya pendek dan meruncing. Melihat arah
tulang-tulang cabang yang besar pada helaian daun, daun nangka digolongkan ke
dalam daun-daun yang bertulang daun menyirip. Daun ini mempunyai satu ibu
tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai daun.
Dari ibu tulang ini ke samping keluar tulang-tulang cabang, sehingga susunannya
seperti sirip-sirip pada ikan. Oleh karena itu dinamakan daun bertulang menyirip.
Pada Pengamatan Bagian daun tanaman Padi(Oryza sativa), Daun padi
merupakan daun tidak lengkap karena hanya tidak memiliki bagian pelepah dan
helaian
Berdasarkan letak bagian daun yang terlebar, daun padi termasuk golongan
tidak ada bagian yang terlebar atau dari pangkal sampai ujung hamper sama lebar
berbentuk bangun garis, Ujung daun padi berbentuk meruncing, dan pangkal daun
padi berbentuk tumpul. Susunan tulang daun yaitu bertulang sejajar
Dalam garis besarnya tepi daun padi termasuk daun dengan tepi bertoreh
yang merdeka yang bertepi rata, Daun padi mempunnyai warna hijau serta
permukan daun berbulu kasar .dan termasuk daun tunggal. Disebut daun tunggal
karena pada tankai daun hanya terdapat satu helaian saja.
Pada buku buku batang hanya terdapat satu daun, maka tata letak daun padi
dinamakan roset akar karena batang amat pendek, sehingga semua daun berjejal-
jejal di atas tanah.
Pada Pengamatan Bagian daun tanaman Semanggi(Marsilea), Daun semanggi
memiliki bentuk daun yang bulat, dan ujung daun yang berbentuk terbelah.
Tulang daun yang dimiliki daun semanggi ini melengkung. Pangkal daunnya

16
seperti berlekuk. Tepi daun semanggi ini bertepi rata dan permukaan pada dauun
semanggi ini berbulu.
Pada Pengamatan Bagian daun tanaman Palem(Cyrtostachys lakka), Ujung
daun dan pangkal Palem berbentuk runcing serta Tulang daun yang sejajar,
Padatepi daun Palem ialah tepinya rata dan memiliki permukaan kasap, daun
palem termasuk kedalam jenis daun tunggal yang memiliki tangkai tapi tidak
berpelepah.
Pada Pengamatan Bagian daun tanaman Pepaya(Carica papaya), Daun
papaya memiliki bentuk yang bangun bulat karena jika ujung-ujung dari tepi
daunnya digabungkan akan berbentuk hampir bulat. Ujung daun nya meruncing.
Pangkal daun papaya ini berbentuk seperti jantung (hati) dan tulang daunnya
menjari. Pada tepi daun dari daun papaya ini bercangap menjari. Permukaan yang
dimiliki oleh daun papaya ini adalah licin.
Daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) merupakan jenis daun
majemuk.Daun majemuk tangkainya bercabang-cabang dan pada satu cabang
terdapat lebih dari satu helaian daun.Daun belimbing wuluh merupakan daun
tidak sempurna karena tidak memiliki bagian daun dengan lengkap.Permukaan
atas daun belimbing wuluh berwarna hijau tua dan terdapat bulu-bulu halus dan
permukaan bawahnya berwarna hijau muda.Tepi pada daun belimbing wuluh rata
(etire), dagingnya seperti kertas dan lumayan tipis (papiraceus), dan susunan
tulang daunnya menyirip (penninervis). Ujung daun belimbinng wuluh meruncing
(acutus) sedangkan pangkal daunnya membulat (rotundatus). Panjang daunnya 6
cm dengan lebar 2 cm.

17
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan praktikum ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa setiap daun
dari semua macam tanaman memilki karakteristik masing-masing. Karakteristik
itu meliputi bentuk daun, bentuk tepi daun, bentuk pangkal daun, bentuk ujung
(afeks) daun, bentuk pertulangan daun, dan lain semacamnya. Bentuk daun ada
yang majemuk dan atau tunggal, tepi daun ada yang bergerigi kasar maupun rata,
bentuk pangkal daun ada yang membulat, tumpul, atau berlekuk, ujung daun
(afeks) bentuknya ada yang runcing, meruncing dan atau tumpul, dan juga bentuk
pertulangan daunnya ada yang meyirip maupun bersatu dengan tulang cabang
yang lain.

5.2 Saran
Adapun saran dari praktikum mikrobiologi adalah sebagai berikut: sebaiknya
bahan yang sudah dibawa dibersihkan terlebih dahulu, seperti pengamatan
morfologi daunyang masih terdapat hama putih sehingga menyulitkan praktikan
dalam mengamati bentuk asli daun

18
DAFTAR PUSTAKA

Amintarti, Sri. 2014. Penuntun Praktikum Morfologi Tumbuhan. Banjarmasin:


Penerbit Usaha Batang Stennis, Van. 2002. Flora. Jakarta: PT. Pradaya
Campbell. 2003. BIOLOGI. Jakarta : Erlangga.
Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : ITB.
Liantoni Febri.2015. Klasifikasi Daun Dengan Perbaikan Fitur Citra
Menggunakan Metode K-Nearest Neighbor.jurnal ULTIMATICS, Vol.
VII, No. 2
Mutiara, Tia. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta
: Erlangga.
Papuangan Nurmaya,dkk.2014. JUMLAH DAN DISTRIBUSI STOMATA
PADA TANAMAN PENGHIJAUAN DI KOTA TERNATE.jurnal
Bioedukasi vol 3 no 1
Rosanti, Dewi. 2011. Morfologi Tumbuhan. Jakarta : Erlangga.
Tjitrosoepomo, G. 1985. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Tjitrosomo, Siti Sutarmi. 1983. Botani Umum I. Bandung: Penerbit Angkasa.

19

Anda mungkin juga menyukai