Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MORFOLOGI TUMBUHAN

Mata Kuliah : Morfologi Tumbuhan


Dosen Pengampu : 1. Ir. Heriyanto, M.S
2. Asih Farmia, S.P.M.Agr.Sc

Oleh :
Nama : Syach Ryananda Anwar
Nirm : 03.06.19.0102
Kelas : Teknologi Benih 1

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI BENIH


JURUSAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN JOGYAKARTA MAGELANG
KEMENTRIAN PERTANIAN
2020
I. IDENTITAS
Mata Kuliah : Morfologi Tumbuhan
Acara Praktikum : Morfologi Daun
Hari/Tanggal : Rabu,1 April 2020
Nama Mahasiswa : Syach Ryananda Anwar
Semester :2
Dosen Pengampu : 1. Ir.Heriyanto,MS
2. Asih Farmia ,S.P.,M.Agr.Sc.
Asisten Dosen : Annisa Khoiriyah,S.P.,M.Sc.
Instruktur : Fitri Indriana Susanti,S.Si.,M.Sc.
PLP : Sari Megawati,S.ST.,M.Sc.

II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Daun
Daun sebenarnya adalah batang yang telah mengalami modifikasi yang
kemudian berbentuk pipih dan juga terdiri dari sel-sel dan jaringan seperti yang
terdapat pada batang. Perbedaannya, batang mempunyai pertumbuhan yang tidak
terbatas, sedangkan daun mempunyai pertumbuhan terbatas, yang segera berhenti
tumbuh, berfungsi untuk beberapa musim lalu gugur (Tjitrosomo, 1983).
Daun umumnya berbentuk pipih melebar dan berwarna hijau, tetapi beberapa
daun ada yang berbentuk jarum seperti pada pinus dan berbentuk sisik atau duri
seperti pada kaktus (Idarianawaty, 2011).
Organ pembuat makanan ini berbentuk pipih lebar, agar dapat melaksanakan
tugas utamanya, yaitu fotosintesis, seefektif-efektifnya. Bagian daun yang menempel
pada batang disebut pangkal daun. Daun dapat mempunyai tangkai daun (petiolus)
atau tidak. Daun tanpa tangkai ini disebut daun duduk (sessilis). Bagian yang pipih
lebar disebut helaian daun (lamina). Pada tanaman monokotil pangkal daun pipih
lebar dan membungkus batangnya. Bagian ini disebut pelepah daun. Contohnya
terdapat pada pisang, rumput, tebu. Pada tumbuhan dikotil pangkal daun sering
membengkak dan diapit oleh dua helai daun kecil yang biasanya lekas tanggal
sehingga hanya tinggal bekasnya pada batang. Daun kecil ini disebut daun
penumpu (stipula). Pada ercis daun penumpu lebar dan membantu dalam
fotosintesis (Tjitrosomo, 1983).
Bentuk daun pada dasarnya dinyatakan berdasarkan bentuk dari helaiannya
tanpa dipengaruhi oleh ada tidaknya torehan pada tepi daun. Istilah untuk
menyatakan bentuk daun tersebut biasanya dugunakan kata-kata yang umum untuk
menyatakan bentuk suatu benda. Selain bentuk helaian daun, apeks dan pangkal
daun juga memperlihatkan bentuk yang beraneka ragam (Kusdianti, 2013).
Helaian daun ditopang oleh rangka daun yang disusun oleh tulang daun. Tulang
daun mengandung jaringan pembuluh (xilem dan floem) yang menyalurkan air ke
daun dan hasil-hasil fotosintesis dari daun. Sistem pertulangan daun ada tiga tipe:
pertulangan sejajar pada tumbuhan monokotil, pertulangan bersisip pada tumbuhan
dikotil, dan pertulangan dikotom pada paku-pakuan (Tjitrosomo, 1983).
Berdasarkan susunan daunnya, daun dibedakan menjadi daun tunggal dan daun
majemuk. Daun tunggal adalah daun yang memiliki satu daun pada setiap
tangkainya, sedangkan daun majemuk adalah daun yang memiliki beberapa (lebih
dari satu) daun pada satu tangkainya (Idarianawaty, 2011).
Oleh karena setiap anak daun dari daun majemuk memiliki karakteristik yang
sama denagn daun tunggal, kadang-kadang sulit dibedakan antara daun tunggal
dengan anak daun dari daun majemuk, khususnya bila anak daun tersebut
berukuran besar. Di bawah ini adalah dua hal yang dapat dijadikan dasar perbedaan
antara daun tunggal dengan anak daun dari daun majemuk, yaitu: (Kusdianti, 2013)
1. Pada ketiak daun tunggal terdapat tunas aksilar, sedangkan pada ketiak
anak daun dari daun majemuk tidak ada tunas aksilar.
2. Daun tunggal menempati bidang tiga dimensi pada batang atau dahan,
sedangkan anak daun dari daun majemuk menempati satu bidang.

B. Daun Tunggal
1. Pangkal Daun (Basis Folii)
Pangkal daun merupakan bagian helaian daun yang berhubungan
langsung dengan tangkai daun. Pangkal yang terdapat di kiri-kanan tangkai
daun, baik berlekatan atau tidak, dapat dibedakan menjadi sedikitnya enam
macam yaitu: (Rosanti, 2013)
a. Runcing (acutus), biasanya terdapat pada bangun memanjang, lanset
dan belah ketupat.
b. Meruncing (acuminatus), biasanya terdapat pada bangun bulat telur.
c. Tumpul (obtusus), biasanya terdapat pada bangun bulat telur.
d. Membulat (rotundatus), terdapat pada bangun bulat telur dan jorong.
e. Rompang/rata (truncatus), terdapat pada bangun segitiga, delta dan
tombak.
f. Berlekuk (emarginatus), terdapat pada bangun jantung, ginjal dan
anak panah.

2. Ujung Daun (Apex Folii)


Ujung daun merupakan puncak daun, dimana letaknya paling jauh dari
tangkai daun. Ujung daun memiliki bentuk yang beraneka ragam, antara lain:
(Rosanti, 2013).
a. Runcing (acutus). Ujung daun mengecil dan menyempit di kiri dan
kanan secara bertahap dan membentuk sudut kurang dari 90°.
b. Meruncing (acuminatus). Hampir mirip dengan ujung runcing, namun
titik pertemuan tidak menyempit secara bertahap, tetapi memilki jarak
yang cukup tinggi pada akhir bagian ujung tersebut.
c. Tumpul (obtusus). Bila tulang daun yang berjarak jauh tiba-tiba
menyempit lalu membentuk sudut lebih besar dari 90°, maka ujung
daun tersebut dikatakan tumpul.
d. Membulat (rotundatus). Ujung daun tidak membentuk sudut sama
sekali.
e. Rompang (truncatus) ujung daun seperti garis.
f. Terbelah (retusus). Ujung daun memperlihatkan suatu lekukan.
g. Berduri (mucronatus), ujung daun ditutup oleh duri.

3. Tepi Daun (Margo Folii)


Tepi daun hanya dibedakan dalam dua macam yaitu tepi yang rata
(integer) dan yang tidak rata. Tepi daun yang tidak rata disebut juga tepi daun
yang bertoreh (divisus) atau berlekuk (Rosanti, 2013).
4. Daging Daun (Intervenium)
Daging daun berbeda-beda, ada yang berdaging tebal dan ada yang
berdaging tipis. Karena itulah daging daun dapat dibedakan menjadi: (Rosanti,
2013).
a. Tipis seperti selaput (membranaceus). Daging daun jenis ini mudah
sekali robek, karena berbentuk seperti sayap capung.
b. Tipis seperti kertas (papyraceus). Meskipun berdaging tipis,
strukturnya tegar dengan helaian daun yang tidak mudah robek. Bila
diremas, helaian daun akan kembali ke bentuk semula.
c. Tipis lunak (herbaceous). Daun yang memiliki daging tipis lunak
biasanya helaian daun banyak mengandung air.
d. Kaku (perkamenteus). Daging daun yang kaku. Meskipun kaku,
daging daun hampir sama tipis dengan daun berdaging seperti kertas.
e. Seperti kulit (coriaceus). Daging daun seperti kulit cukup tebal, kaku
dan keras tapi tidak berair.
f. Berdaging (carnosus). Struktur daging daun ini sangat tebal dan
mengandung air.

5. Pertulangan Daun (Nervatio)


Berdasarkan posisi tulang-tulang cabang terhadap ibu tulang daunnya,
sistem pertulangan daun dibedakan menjadi: (Rosanti, 2013)
a. Bertulang menyirip (penninervis). Pada sistem tulang daun menyirip,
posisi tulang-tulang cabang tersusun di sebelah kanan dan kiri ibu
tulang daun.
b. Bertulang menjari (palminervis). Pada sistem pertulangan ini, tulang-
tulang cabang berpencar pada satu titik di pangkal ibu tulang daun.
c. Bertulang melengkung (cervinervis). Letak tulang cabang perpaduan
antara tulang daun menyirip dan menjari, yaitu terletak di kiri kanan
ibu tulang daun, hampir terpencar dari satu titik di pangkal daun,
namun tulang cabang tumbuh mengikuti arah tumbuh tepi daun
menuju satu titik di ujung daun.
d. Bertulang lurus/sejajar (rectinervis). Posisi tulang cabang terletak di
kiri-kanan ibu tulang daun. Arah tumbuh tulang cabang sejajar
dengan arah tumbuh ibu tulang daun.
Daun bertulang menyirip dan menjari umumnya terdapat pada tumbuhan
dikotil, sedangkan daun bertulang melengkung dan sejajar umumnya ditemukan
pada tumbuhan monokotil (Idarianawaty, 2011).

6. Permukaan Daun
Permukaan daun dapat ditentukan dengan alat peraba (tangan). Ada
beberapa jenis permukaan daun, yaitu: (Rosanti, 2013)
a. Licin (laevis), dimana permukaan daun terlihat mengkilat atau berlapis
lilin.
b. Gundul (glaber), bila tidak ditemukan stuktur apapun pada permukaan
daun.
c. Berkerut (rugosus), terdapat kerutan pada permukaan daun.
d. Berbulu (pilosus), terdapat struktur bulu pada permukaan daun.
e. Bersisik (lepidus), terdapat struktur sisik mengkilat di permukaan
daun.

7. Warna Daun
Walaupun umum telah maklum, bahwa daun itu biasanya berwarna hijau,
tetapi tak jarang pula kita jumpai daun yang warnanya tidak hijau, lagipula warna
hijau pun dapat memperlihatkan banyak variasi atau nuansa. Sebagai contoh
antara lain: (Tjitrosoepomo, 2011).
a. Merah, misalnya daun bunga buntut bajing (Acalypha wilkesiana).
b. Hijau bercampur atau tertutup warna merah, misalnya bermacam-
macam daun puring (Codiaeum variegatum).
c. Hijau tua, misalnya daun nyamplung (Colophyllum inophyllum).
d. Hijau kekuningan, misalnya daun tanaman guni (Corchorus cap-
sularis).

C. Daun Majemuk
Pada suatu daun majemuk dapat kita bedakan bagian-bagian berikut:
(Tjitrosoepomo, 2011)
a. Ibu tangkai daun (petiolus communis), yaitu bagian daun majemuk yang
menjadi tempat duduknya helaian-helaian daunnya, yang disini dinamakan
masing-masing anak daun.
b. Tangkai anak daun (petiololus), yaitu cabang-cabang ibu tangkai yang
mendukung anak daun.
c. Anak daun (foliolum), bagian ini sesungguhnya adalah bagian-bagian helaian
daun yang karena dalam dan besarnya toreh menjadi terpisah-pisah.
d. Upih daun (vagina), yaitu bagian di bawah ibu tangkai yang lebar dan
biasanya memeluk batang, seperti dapat kita lihat pada daun pinang (Areca
catechu).
Menurut susunan anak daun pada ibu tangkainya, daun majemuk dapat di
bedakan dalam dua golongan, yaitu: (Tjitrosoepomo, 2011)
1. Daun majemuk menyirip (pinnatus), jika anak daun tersusun seperti sirip
pada kanan kiri ibu tangkainya.
2. Daun majemuk menjari (palmatus).
3. Daun majemuk bangun kaki (pedatus).
4. Daun majemuk campuran (digitato pinnatus).

III. HASIL
1. Daun Mangga

 Kingdom : Plantae
 Divisi : Tracheophyta
 Kelas : Magnoliopsida
 Ordo : Sapindales
 Family : Anacardiaceae
 Genus : Mangifera L
 Spesies : Mangifera indica L.

 Tanaman mangga
termasuk tumbuhan dikotil.Daun mangga berwarna hijau, berselang seling,
dan mempunyai bentuk lonjong, dengan panjang 15-35 cm dan lebar 6-16
cm. Daun berpangkal lancip dengan tepi daun bergelombang dan ujung
meruncing, dengan 12-30 tulang daun sekunder. Daun mangga yang masih
muda biasanya berwarna kemerahan, keunguan atau kekuningan, yang
kemudian hari akan berubah pada bagian permukaan bawah berwarna hijau
muda. Apabila kelopak bunga mangga rontok, buah akan matang setelah 3-
6 bulan. Kontur permukaan daun mangga halus dan licin (untuk daun muda)
dan kasar (untuk daun tua).

2. Daun Pepaya

 Kingdom : Plantae
 Divisi : Spermatophyta
 Kelas : Dicotyledonae
 Ordo        : Violales
 Famili        : Caricaceae
 Genus         : Carica
 Spesies    : Carica papaya L .

Tanaman pepaya termasuk


tumbuhan dikotil.Daun pepaya berkumpul di ujung batang dan ujung
percabangan, tangkainya bulat silindris yang didalamnya terdapat jaringan
pembuluh xylem dan floem, juga berongga, panjang 25-100 cm.  Helaian
daun bulat telur dengan diameter 25-75 cm dengan epidermis melindungi
mesofil dan jaringan pembuluh, daun berbagi menjari, ujung daun runcing,
pangkal berbentuk jantung, warna permukaan atas hijau tua, permukaan
bawah warnanya hijau muda, tulang daun menonjol di permukaan bawah
daun. Daun pepaya memiliki enzim seperti papain, saponin, flavonoid, dan
tannin yang dapat dijadikan larvasida. Kontur Permukaan daun pepaya
licin,sedikit mengkilat,mirip seperti struktur daging yang perkamen.Susunan
tulang daun pepaya adalah menjari,daun yang muda terbentuk dibagian
tengah tanaman.

3. Daun Jagung

 Kingdom : Plantae
 Divisi : Magnoliophyta
 Kelas : Liliopsida
 Ordo : Poales
 Famili : Poaceae
 Genus : Zea
 Spesies : Zea mays L.

 Tanaman jagung
termasuk tumbuhan monokotil. Daun pada jagung digolongkan sebagai daun
sempurna. Bentuknya memanjang dan di atara bagian pelepah dan helai
daun dijumpai ligula. Tulang daun tanaman ini sejajar dengan ibu tulang
daunnya.
Bagian permukaannya cukup licin namun ada juga yang berambut. Bagian
stomata daun jagung memiliki bentuk serupa halter. Bentuk ini lazim dipunyai
kerabat Poaceae. Pada tiap mata daun dikelilingi sel epidermis dengan
bentuk menyerupai kipas. Bagian ini cukup penting sebab berperan banyak
dalam merespon kondisi dimana tanaman kekurangan air utamanya pada sel
daun.

4. Daun Padi

 Kingdom : Plantae
 Divisi : Spermatophyta
 Kelas : Liliopsida
 Ordo : Poales
 Famili : Graminae
 Genus : Oryza Linn
 Spesies : Oryza sativa L.
Daun tanaman padi
tumbuh di batang dengan susunan yang berselang-seling, satu daun pada
setiap buku. Morfologi daun tanaman padi setiap daunnya terdiri alas helai
daun, pelepah daun, telinga daun danlidah daun. Telinga dan lidah daun pada
tanaman padi berguna untuk membedakan padi dengan rumput-rumputan
pada fase bibit, karena daun rumput-rumputan hanya punya lidah atau telinga
daun atau tidak ada sama sekali.Helai daun terletak di batang padi dan pasti
selalu ada, bentuknya memanjang seperti pita.
Panjang atau lebarnya helai daun tergantung dari varietas padi, masing-
masing varietas mempunyai ukuran yang berbeda-beda. Pelepah daun
adalah bagian daun yang menyelubungi batang, fungsinya nnemberi
dukungan pada bagian ruas yang jaringannya lunak.Lidah daun tertetak
pada perbatasan antara helai daun dan pelepah daun. Fungsi dari lidah daun
sendiri yaitu untuk mencegah masuknya air hujan diantara sela-sela batang
dan pelepah daun, dengan terhindarnya air hujan masuk diantara sela-sela
maka resiko penyakit berkembang biak rendah.(Herawati, 2012).
5. Daun Sirih

 Kingdom : Plantae
 Divisi : Magnoliopsida
 Kelas : Magnoliopsida
 Ordo : Piperales
 Famili : Piperaceae
 Genus : Piper
 Spesies : Piper betle L.

Tanaman sirih termasuk tumbuhan dikotil. Daun sirih berbentuk oval atau
bulat telur dengan warna hijau muda hingga hijau tua. Daun ini memiliki lebar
2-10 cm dan panjang 5-15 cm dan pada permukaan daun bagian bawah
berwarna putih. Bentuk daun umumnya terlihat seperti jantung di mana
penguat daun disematkan.

DAFTAR PUSTAKA

Herawati, W.D. 2012. Budidaya padi. Javalitera, Jogjakarta.


Rosanti, Dewi. 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.
Tjitrosoepomo, G. 1985. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Tjitrosomo, Siti Sutarmi. 1983. Botani Umum I. Bandung: Penerbit Angkasa.
Idarianawaty. 2011. Struktur dan Fungsi Tubuh Tumbuhan. Website:
http://idarianawaty.files.wordpress.com/2011/07/struktur-fungsi-organ-
tumbuhan-pdf.pdf. Diakses pada hari Rabu, tanggal 1 April 2020 pada
pukul 10.46 WIB.
Kusdianti, R. 2013. Handout Mortum. Website: http://file.upi.edu/Direktori/
FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196402261989032/R.KUSDIANTI/Ha
ndout_mortum_1.pdf. Diakses pada hari Rabu, tanggal 1 April 2020
pada pukul 11.30 WIB.

Anda mungkin juga menyukai