Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan pertanian di Indonesia saat ini memasuki masa transisi dari orientasi pertanian
dengan pola subsisten kepada pola komersial. Pergeseran tersebut membawa konsekuensi
penggunaan pupuk kimia sebagai salah satu komponen penting dalam mencukupi kebutuhan
hara bagi tanaman, salah satu kendala bagi pembangunan pertanian yang berorientasi ekonomi.
Namun sejauh ini pemakaian pupuk kimia selalu diikuti dengan pertimbangan ekonomi dan
berdampak pada lingkungan. Pasar lebih menyukai produksi pertanian yang bebas bahan kimia,
sehingga alternatif pupuk kimia aman bagi lingkungan dan konsumen sangat diperlukan.
Pembatasan penggunaan bahan aktif kimiawi pada proses produksi pertanian pada gilirannya
akan sangat membebani pertanian Indonesia yang tingkat ketergantungan petaninya pada
pestisida kimiawi masih tinggi. Ketergantungan tersebut akan melemahkan daya saing produk
pertanian Indonesia di pasar bebas. Menghadapi kenyataan tersebut agaknya perlu segera
diupayakan pengurangan penggunaan pupuk kimiawi dan mengalihkannya pada jenis pupuk
yang aman bagi lingkungan serta dapat megembalikan fungsi tanah sebagaimana semestinya.
Salah satu alternatif adalah penggunaan MOL (Mikro Organosme Lokal) yang biasa digunakan
sebagai starter dalam pembuatan kompos atau biasa disebut dengan pupuk organik.
MOL adalah cairan hasil fermentasi yang mengandung mikroorganisme hasil produksi
sendiri dari bahan-bahan alami yang tersedia disekeliling kita. Bahan-bahan tersebut merupakan
tempat yang disukai oleh mikroorganisme sebagai media untuk hidup dan berkembangnya
mikroorganisme yang berguna dalam mempercepat penghancuran bahan-bahan organik
(dekomposer) atau sebagai tambahan nutrisi bagi tanaman. MOL juga diindikasikan
mengandung zat perangsang tumbuh / fitohormon yang berperan dalam memacu pertumbuhan
tanaman seperti hormon Auksin, Giberelin dan Sitokinin,
Kompos merupakan pupuk yang sering diaplikasikan ke lahan, dan untuk membantu proses
dekomposisi bahan-bahan organik menjadi kompos, diperlukan bahan-bahan decomposer.
Berbagai macam bahan-bahan decomposer banyak di jual seperti EM4.Akan tetapi biaya yang
dikeluarkan mahal, pada dasarnya kompos yang berbahan dasar mikroorganisme mudah di
produksi sendiri karena mikroorganisme-mikroorganisme yang berguna banyak yang terdapat di
alam sekitar kita.
Proses pembuatan kompos ini salah satunya dapat menggunakan MOL (Mikro Organisme
Lokal). Larutan MOL menggandung unsur hara makro dan mikro dan juga menggandung bakteri
yang berpotensi sebagai perombak bahan organik. Perangsang pertumbuhan dan sebagai agens
pengendali hama dan penyakit tanaman. Keunggulan penggunaan MOL yang paling utama
adalah murah bahkan tanpa biaya, dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan praktikum mengenai pembuatan Mikro
Organisme Lokal yang sangat baik bagi pertumbuhan dan produksi tanaman

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Kesuburan Tanah dengan judul pembuatan MOL (Mikro
Organisme Lokal) adalah untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan dan manfaat MOL bagi
tanaman.

1.3 Manfaat
Sedangkan kegunaan dari praktikum ini yaitu sebagai bahan informasi kepada praktikan
maupun kepada pembaca akan cara pembuatan MOL dan manfaat dari MOL tersebut bagi
tanaman.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Mikroorganisme local (MOL) berupa larutan yang merupakan hasil fermentasi berbahan dasar dari
berbagai sumber daya yang tersedia. Larutan MOL ini mengandung bakteri dan jamur yang
berpotensi sebagai perombak bahan organic. Keunggulan penggunaan MOL yang paling utama
adalah murah, bahkan tanpa biaya karena memanfaatkan bahan-bahan yang sudah busuk dan
terbuang, limbah ternak ataupun limbah rumah tangga, serta mudah dalam proses pembuatannya
dan bersifat aplikatif (nurhaita. Dkk, 2014).
Menurut Rimbulam (2008) menyatakan bahwa terdapat beberapa bahan utama dalam pembuatan
mol. Bahan-bahan utama dalam pembuatan MOL tersebut terdiri dari tiga jenis komponen dasar,
yaitu:
1. karbohidrat: komponen karbohidrat dapat diperoleh dari air cucian beras (tajin), nasi bekas
(basi), singkong, kentang, gandum, tapai, dan bahan-bahan lainnya.
2. Glukosa: komponen glukosa dapat diperoleh dari gula merah yang diencerkan dengan air
atau dihancurkan sampai halus, cairan gula pasir, gula batu dicairkan, air kelapa, air gula.
3. Sumber bakteri: komponen bakteri dapat diperoleh dari keong. Kulit buah-buahan
(misalnya tomat, papaya dan lain-lain), sayuran hijauan (caisin, petsai, dan lain-lain), air
kencing hewan atau apapun yang mengandung bakteri lainnya.
Babat sapi merupakan sebagian daging yang terdapat dalam lambung sapi. Babat sapi itu sendiri
tebagi menjadi tiga bagian selaputnya yaitu: rumen (selimut atau flat atau babat halus), retikum
(saku babat atau sarang lebah), dan omasum (babat daun).
BAB 3
METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu


Tempat : Kelompok Tani, Desa Karang Melok, Bondowoso
Hari/tanggal : Jumat-Sabtu, 18-19 Maret 2015
Pukul : 13.00 - selesai
3.2 Alat dan Bahan
Alat :
a. Kompor gas
b. Dandang
c. Timba dan tutupnya
d. Gayung pegangan panjang
e. Timba 5 L
f. Pisau
g. Pengaduk bamboo
h. Telenan
i. Saringan
j. Blender
Bahan :
a. Katul jagung 3 kg
b. Terasi 0.5 kg
c. Nanas 4 buah
d. Molasis 1 kg
e. Babat sapi 2 kg
f. Kentang 1 kg
g. Air 15 liter

3.3 Prosedur kerja


Hari pertama (pembuatan media MOL)
1. Siapkan alat dan bahan
2. Cuci kentang sampai bersih, kupas, kemudian potong dadu 1 cm
3. Selanjutnya terasi sebanyak 0.5 kg dipotong dadu 1 cm
4. Masukkan potongan terasi kedalam 10 liter air dan tambahkan molasis, aduk hingga
tercampur kemudian masukkan kedalam dandang dan rebus hingga mendidih.
5. Begitu juga dengan kentang, masukkan 5 liter air ke dalam dandang, kemudian masukkan
potongan kentang tersebut ke dalamnya dan rebus hingga mendidih.
6. Kemudian masukkan 3 kg bekatul jagung ke dalam timba kemudian tuangkan larutan terasi
+ tetes serta larutan ekstra kentang, sambal diaduk dan jangan sampai ada bekatul yang
menggumpal
Hari kedua (pencampuran babat sapi dan nanas)
1. Memisahkan antara selaput dan daging babat
2. Cincang selaput babat sekecil mungkin
3. Masukkan babat ke campuran media PDA dan tutup rapat
4. Kupas 4 buah nanas, lalu dipotong dadu dan di blender
5. Jika blenderan nanas sudah halus, segera masukkan ke dalam larutan PDA
6. Aduk hingga merata dan ditutup rapat
7. Amati perkembangan MOL tipa minggu hingga minggu ketiga.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

NO GAMBAR KETERANGAN
1. Penyiapan alat dan bahan.

2. Pemotongan kentang, dan terasi


berbentuk dadu 1cm.

3. Pemasukkan potongan kentang


kedalam
Dandang yang berisi air sebanyak 10
liter.
4. Pencampuran molase dengan terasi.

5. Pemasukkan campuran molase dan


terasi kedalam dandang.

6. Perebusan campuran kentang, terasi,


molase dan air.

7. Pemasukkan bekatul ke dalam


ember.

8. Penuangan larutan terasi + molase


kedalam ember berisi bekatul
9. Proses pengadukan bekatul, larutan
terasi dan molase

10. Penambahan air hasil perebusan


kentang.

11. Pengadukan larutan PDA lalu ember


di tutup.

12. Hari ke 2 Pemisahan selaput dengan daging


pada babat.
13. Pemasukkan potongan selaput babat.

14. Pengupasan dan pemotongan nanas.


15. Proses pemblenderan nanas.

16. Pemasukkan nanas yang telah halus


ke dalam larutan PDA.

17. Penutupan hasil pembuatan MOL.


Mol tersebut akan bereaksi kurang
lebih pada 6-10 menit setelah tutup
akan meledak tanda telah terjadi
reaksi, setelah itu tutup kembali dan
diamkan selama 21 hari.
18. Hasil MOL yang telah didiamkan
selama 21 hari. MOL ini memiliki
bau khas seperti cuka dan memiliki
warna coklat dan pada
permukaannya terdapat spora.

4.2 Pembahasan
Dalam kegiatan uji kompetensi Politeknik Negeri Jember , Produksi Tanaman Hortikultura tentang
pembuatan MOL telah diperoleh hasil di atas.
Pembuatan Mol dimulai dari pembuatan media PDA, media yang digunakan sebagai tempat
perkembangbiakan mikroorganisme. Media terbuat dari bahan-bahan yang mengandung
karbohidrat, glukosa, dan sumber bakteri. Karbohidrat dibutuhkan bakteri sebagai energy,begitu
juga dengan glukosa. Namun glukosa bersifat lebih spontan dan mudah diserap/dimakan oleh
bakteri. Dalam pembuatan media PDA ada hal-hal yang harus diperhatikan diantaranya adalah
dalam mencampur bekatul jagung dengan larutan terasi+molase dan ekstrak kentang harus sampai
homogen, pastikan tidak ada bekatul yang menggumpal. Karena hal tersebut mempengaruhi
tingkat keberhasilan dalam pembuatan MOL. PDA selanjutnya didiamkan selama satu malam
Karena jika PDA dalam keadaan panas dan langsung dicampur dengan babat sapi maka akan
mematikan organisme yang ada di dalam babat sapi.
Pada hari kedua, siapkan babat sapi dan bersihkan daging yang masih menempel dengan
menggunakan pisau, dalam pembersihannya harus cepat karena jika babat sapi berada di ruang
terbuka selama lebih dari tiga jam maka babat sapi akan tercemar dan bakteri yang berbahaya akan
mengontaminasi babat sapi (mikroorganisme di dalamnya). Daging yang menempel pun
diusahakan sebersih mungkin, supaya hasilnya lebih maksimal.
Babat sapi yang sudah dicampur dengan PDA harus segera ditutup rapat, supaya tidak
terkontaminasi, dalam penempatannya juga harus diperhatikan. Jika MOL terkena panas matahari
maka organisme yang ada di dalam babat sapi bisa mati karena tidak bisa beradaptasi.
MOL yang berhasil ditandai dengan munculnya spora, dan bau yang khas (seperti tape), semakin
banyak spora maka kualitas MOL yang dihasilkan semakin baik. Sedangkan MOL yang tidak
berhasil ditandai dengan bau yang busuk dan tidak munculnya spora. Ciri-ciri yang lain pada saat
PDA dan babat sapi dicampur serta sudah ditutup rapat selang beberapa menit tutup dari timba
tida mampu menahan tekanan dari dalam dan akhirnya meledak, hal ini disebabkan oleh reaksi
mikroorganisme dengan PDA dan menghasilkan udara yang menekan tutup timba
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
MOL adalah cairan hasil fermentasi yang mengandung mikroorganisme hasil produksi
sendiri dari bahan-bahan alami yang tersedia disekeliling kita.
Berdasarkan hasil pembuatan MOL yang telah dilakukan kami mendapatkan hasil yang
cukup memuaskan, karena terdapatnya spora yang cukup banyak setelah didiamkan selama 21
hari.

5.2 Saran
Sebaiknya dalam pencampuran pda dilakukan secara hati-hati serta teliti dan proses
pengadukan dilaukan secara merata agar bahan mol tercampur.

Anda mungkin juga menyukai