Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

“TEKNOLOGI PRODUKSI KOPI”

NAMA : Sutan Cadena Kusuma Dewi


NIM : 1710321019
KELOMPOK :1
NAMA ANGGOTA : - Selvia Dwi Bae - Achmad Firman
- Rino Dwi F. - Riza Lutfiani
- M. Bagus Adil I. - Sisi Dwi Andriyani
- Sutan Cadena - Sulung Chandra
- Moh. Danil Aji D. - Ido Putra A.
- Retha Arifika - Yulia P.
- Arvianqi Zain
- Ahmad Dwi L.
- Dandy Haviza

DOSEN PENGAMPUH : Bejo Suroso, Ir., M.P.


Muhammad Chabib Ichsan, Ir., M.P.

NAMA CO ASS : Hairon Hakiki


Anisatul Firdaus
Kinanti Widyaningrum

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2019
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………....i

DAFTAR ISI……………………………………………………………....ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………..............................1

1.2 Tujuan dan Manfaat………………………………...........2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi botani tanaman kopi.........................................3

2.2 Syarat tumbuh tanaman kopi..............................................3

2.3 Teknik budidaya tanaman kopi..........................................5

2.4 Media tanaman kopi ..........................................................11

2.5 Perbanyakan Generatif.......................................................13

BAB III BAHAN DAN METODE

3.1  Waktu dan Tempat………………………………………. 14

3.2  Bahan dan Alat…………………………………………...14

3.3 Metode Pelaksanaan……………………………………....14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan………………………………….....16

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan………………………………….....................19

5.1 Saran…………………………………................................19

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..........20

DOKUMENTASI………………………………………………................22

LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………….23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kopi (Coffea spp.) merupakan tanaman perkebunan yang memiliki


nilai ekonomis yang cukup tinggi. Tanaman kopi sendiri merupakan tanaman
yang bukan berasal dari Indonesia, tanaman kopi berasal dari benua afrika yang
lalu menyebar di Indonesia pada tahun 1693. Tanaman kopi merupakan salah satu
komoditas ekspor unggulan Indonesia karena di Indonesia sendiri sangat cocok
untuk budidaya tanaman kopi. Budidaya tanaman kopi sangat diperlukan adanya
pemeliharaan supaya produksi yang dihasilkan lebih optimal. Pemeliharaan
tanaman kopi meliputi pemangkasaan, pemupukan, dan pengendalian hama dan
penyakit.

Bagi bangsa Indonesia, kopi merupakan salah satu mata dagang yang
mempunyai arti cukup tinggi. Pada tahun 1981 menghasilkan devisa sebesar 347,8
juta USD dari ekspor kopi sebesar 210,8 ribu ton. Nilai ini terus meningkat dari
tahun ke tahun. Tercatat pada tahun 1988 sudah mampu menghasilkan devisa
sebesar 818,4 juta USD dan menduduki peringkat pertama di antara komoditas
ekspor sub sector perkebunan. Selain sebagai komoditas ekspor, kopi juga
merupakan komoditas yang dikonsumsi di dalam negeri. Menurut survey yang
dilakukan oleh Departemen Pertanian, rata-rata penduduk Indonesia
mengkonsumsi kopi sebanyak 0,5 kg/orang/tahun dengan demikian jumlah
penduduk Indonesia kurang lebih 170 juta, maka diperkirakan setiap tahun
diperlukan stok kopi sebanyak 85.000 ton kopi untuk keperluan konsumsi dalam
negeri (Najiyati dan Danarti, 2001).

Tanaman kopi dapat berkembangbiak secara seksual atau vegetatif.


Perbanyakan secara generatif melibatkan organ tanaman berupa biji. Biji
merupakan bagian tanaman yang terbentuk setealah terjadinya proses fertilisasi,
suatu proses peleburan gamet jantan dan betina. Biji yang dimaksudkan untuk
perbanyakan tanaman diistilahkan sebagai benih. Kopi robusta yang menyerbuk

1
silang biasanya ditanam secara poliklonal dan diperbanyak dengan cara vegetative
baik stek maupun sambung. Sedangkan kopi arabika yang menyerbuk sendiri,
perbanyakan tanaman menggunakan benih.

Praktikum perbanyakan kopi akan melaksanakan perbanyakan tanaman


dengan benih menggunakan teknik perbanyakan generatif untuk mengetahui salah
satu metode dalam perbanyakan tanaman.

1.2 Tujuan Dan Manfaat

1. Mengenal tanaman kopi dan kakao.


2. Mengetahuhi cara perbanyakan tanaman kopi.
3. Mempelajari teknik perbanyakan secara generatif mulai persiapan bahan
tanam hingga persemaian.
4. Mempelajari proses pemindahan bibit dari persemaian ke lahan
pertanaman.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Botani Tanaman Kopi


Klasifikasi kopi menurut Cronquist (1981) adalah sebagai berikut
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Sub Divisio : Spermatophyta
Class : Magnoliopsida
Sub Class : Asteridae
Order : Rubiales
Family : Rubiaceae
Genus : Coffea
Species : Coffea sp

2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kopi


Kondisi lingkungan tumbuh tanaman kopi yang paling berpengaruh
terhadap produktivitas tanaman kopi adalah tinggi tempat dan tipe curah hujan.
Sebab itu, jenis tanaman kopi yang ditanam harus disesuaikan dengan kondisi
tinggi tempat dan curah hujan di daerah setempat.

Syatat tumbuh Kopi rubusta Kopi arabika


Iklim
Tinggi tempat 300-600 dpl 700-1400 dpl
Suhu udara harian 24-30 °C 15-24 °C
Curah hujan rata – rata 1500-3000 mm/thn 2000-3000 mm/thn
Jumlah bulan kering 1-3 bulan/thn 1-3 bulan/thn
Tanah
PH tanah 5,5 - 6,5 5,3 – 6,0
Kangdungan bahan organik Minimal 2% Minimal 2%
Kedalaman tanah efektif >100 cm >100 cm
Kemiringan tanah maks 40% 40%
Sumber : Ernawati dkk., 2008.
a. Sifat fisik tanah untuk pertanaman kopi  

3
Sifat fisik tanah meliputi: tekstur, struktur, air dan udara di dalam tanah.
Tanah untuk tanaman kopi berbeda‐beda, menurut keadaan dari mana asal
tanaman itu. Pada umumnya tanaman kopi menghendaki tanah yang lapisan
atasnya dalam, gembur, subur, banyak mengandung humus, dan permeable, atau
dengan kata lain tekstur tanah harus baik. Tanah yang tekstur/strukturnya baik
adalah tanah yang berasal dari abu gubung berapi atau yang cukup mengandung
pasir. Tanah yang demikian pergiliran udara dan air di dalam tanah berjalan
dengan baik. Tanah tidak menghendaki air tanah yang dangkal, karena dapat
membusukkan perakaran, sekurang‐kurangnya kedalaman air tanah 3 meter dari
permukaannya. Akar tanaman kopi membutuhkan oksigen yang tinggi, yang
berarti tanah yang drainasenya kurang baik dan tanah liat berat adalah tidak
cocok. Sebab kecuali tanah itu sulit ditembus akar, peredaran air dan udara pun
menjadi jelek. Demikian pula tanah pasir berat, pada umumnya kapasitas
kelembaban kurang, karena kurang dapat mengikat air. Selain itu tanah pasir berat
juga mengandung N atau zat lemas. Zat lemas sangat dibutuhkan oleh tanaman
kopi, terutama dalam pertumbuhan vegetative.

b. Sifat Kimia Tanah


Sifat kimia tanah yang dimaksud di sini ialah meliputi kesuburan tanah
dan PH. Di atas telah dikemukakan, bahwa tanaman menghendaki tanah yang
dalam, gembur dan banyak mengandung humus.Hal ini tidak dapat dipisahkan
dengan sifat kimia tanah, sebab satu sama lain saling berkaitan.Tanah yang subur
berarti banyak mengandung zat‐zat makanan yang dibutuhkan oleh tanamanuntuk
pertumbuhan dan produksi.Tanaman kopi menghendaki reksi yang agak asam
dengan PH 5,5  ‐ 6,5. Tetapi hasil yang baik sering kali diperoleh pada tanaman
yang lebih asam, dengan catatan keadaan fisisnya baik, dengan daun‐daun cukup
ion Ca++ untuk fisiologi zat makanan dengan jumlah makanan tanaman yang
cukup. Pada tanah yang bereaksi lebih asam, dapat dinetralisasi dengan kapur
tohor, atau yang lebih tepat diberikan dalam bentuk pupuk; misalnya serbuk
tulang/Ca‐(PO2) + Calsium metaphospat/Ca(PO2).

4
Tanaman kopi tumbuh dengan baik pada daerah-daerah yang terletak di
antara 20° LU dan 20° LS. Berdasarkan data yang ada, Indonesia terletak di antara
5° LU dan 10° LS. Hal ini berarti sangat ideal dan potensial bagi pengembangan
tanaman kopi.

Selama ini tanaman kopi lazim diusahakan di Indonesia ada dua jenis,
yaitu kopi Arabika dan kopi Robusta. Kedua jenis kopi tersebut secara fisiologis
menghendaki persyaratan kondisi iklim yang berbeda. Kopi Arabika menghendaki
lahan dataran lebih tinggi daripada kopi Robusta, sebab apabila ditanam pada
lahan dataran rendah selain pertumbuhan dan produktivitasnya menurun juga akan
lebih rentan penyakit karat daun. Pengaruh angin terhadap ialah pohon tanaman
kopi tidak tahan terhadap goncangan angin kencang, lebih‐lebih dimusim
kemarau. Karena angin itu mempertinggi penguapan air pada permukaan tanah
perkebunan. Selain mempertinggi penguapan, angin dapat juga mematahkan dan
merebahkan pohonpelindung yang tinggi, sehingga merusakkan tanaman di
bawahnya.

2.3. Teknik Budidaya Tanaman Kopi


2.3.1. Pemilihan jenis dan varietas
Tanaman kopi sangat banyak jenisnya, bisa mencapai ribuan. Namun yang
banyak dibudidayakan hanya empat jenis saja yakni arabika, robusta, liberika dan
excelsa. Masing-masing jenis tersebut memiliki sifat yang berbeda-beda. Memilih
jenis tanaman untuk budidaya kopi, harus disesuaikan dengan tempat atau lokasi
lahan. Lokasi lahan yang terletak di ketinggian lebih dari 800 meter dpl cocok
untuk ditanami arabika. Sedangkan dari ketinggian 400-800 meter bisa ditanami
robusta. Budidaya kopi didataran rendah bisa mempertimbangkan jenis liberika
atau excelsa.

2.3.2. Persiapan lahan


Persiapan lahan diperlukan agar bibit yang sudah dipindahkan ke lapangan
dapat cepat tumbuh dengan baik dan segera mampu menghadapi keadaan
lingkungan lapangan yang sangat beragam terutama lingkungan yang kurang
menguntungkan. Kegiatan pokok persiapan lahan meliputi :

5
1. Pembukaan lahan
Pembukaan lahan bertujuan membersihkan lahan dari sisa-sisa tanaman
sebelumnya. Pada prinsipnya pekerjaan persiapan areal untuk tanah bukaan baru
dan lainnya sama. Kondisi pembukaan yang berasal dari perdu, gulma utama yang
harus diberantas bersih adalah alang-alang dan mekania. Sisa-sisa tanaman yang
tidak terangkut karena jumlahnya tidak sebesar pembukaan hutan cadangan dapat
dikumpulkan dan disingkirkan dari tengah lahan. Pembakaran sebisa mungkin
dihindari, tetapi untuk kayu-kayu yang keras dari perdu dapat dilakukan
pembakaran karena sulit lapuk meskipun akan mengurangi bahan organic yang
ada. Tindakan sanitasi dimaksudkan untuk mempermudah pekerjaan selanjutnya
dan menghindarkan sumber infeksi penyakit akar atau nematoda.

2. Pembuatan teras
Penanaman kopi pada lahan-lahan yang miring dapat dilakukan dengan
system tanam dan jarak tanam) tertentu untuk mengurangi erosi. Penanaman kopi
pada lahan semacam ini tidak boleh dilakukan searah lereng, tetapi dilakukan
menurut kontur. Penanaman menurut kontur mempunyai kemampuan yang lebih
besar dalam mengurangi dan menahan aliran permukaan (run off) dibandingkan
dengan system tanam searah lereng.
3. Penanaman pohon pelindung
Setelah lahan bersih, selanjutnya dilakukan penanaman pohon penaung.
Tanaman naungan sebaiknya tanaman leguminosa, yang dapat mengikat nitrogen
pada akar-akarnya (memperkaya kandungan N tanah melalui daun-daun yang
gugur). Tujuan penanaman pohon penaung adalah :
1. Memberi cukup cahaya matahari.
2. Mempermudah peredaran udara atau airasi dalam pertanaman.
3. Mengurangi kelembaban udara yang tinggi selama musim hujan.
Secara teknis budidaya kopi, dikenal 2 jenis tanaman penaung yaitu
tanaman naungan sementara dan pohon penaung tetap. Tanaman penaung
sementara diperlukan apabila pohon penaung tetap belum berfungsi sempurna
karena masih kecil atau intensitas penaungnya kurang. Ada beberapa jenis
tanaman yang dapat digunakan sebagai naungan-sementara yaitu: Mogania

6
macrophylla, Leucaena glauca,·Crotalari anagyroides, Crotalaria usaramoensis,
Tephrosia candida, Desmodium gyroides, Acacia villosa (dapat tumbuh baik di
tempat-tempat yang lamtoro sukar tumbuh).
Penanaman kedua jenis pohon penaung tersebut sebaiknya sudah
dilakukan 1 tahun sebelum penanaman kopi. Setelah pohon penaung tetap
berfungsi dengan baik, secara berangsur angsur naungan sementara dihilangkan.
Tanaman penaung tetap yang banyak digunakan pada tanaman kopi adalah:·
Lamtoro (Leucaena glauca, Dadap (Erythrina subumbrans), Sengon (Albizzia
falkata)
Jarak tanam pohon penaung atau kerapatan dari pohon penaung sebaiknya
disesuaikan dengan jarak tanam kopi yang akan ditentukan dan kondisi iklim di
mana kopi akan ditanam. Penetuan jarak tanaman naungan berdasarkan iklim di
suatu daerah, semakin tinggi curah hujan dan rendah intensitas sinar matahari
jarak tanaman penanung pada suatu daerah sebaiknya jarak penaung agak lebar
dan sebaliknya untuk daerah yang curah hujan tegas dan intensitas sinar matahari
tinggi jarak tanaman naungan semakin rapat

2.3.3. Pembibitan
1. Pembibitan Tanaman Kopi
Bibit yang akan ditanam dapat berasal dari :
• Biji (zaaling), pembiakan secara genertaif.
• Sambungan atau stek, pembiakan secara vegetatif.

• Pembiakan bibit tanaman kopi dari kultur jaringan.

a. Cara memperoleh biji kopi.


Dari kebun sendiri, biji diambil dari pohon yang telah diketahui mutunya.
Pohon induk yang produksinya cukup tinggi, tahan terhadap nematoda, bubuk
buah maupun bubuk batang, atau dengan kata lain yang tahan terhadap hama
dan penyakit.

b. Cara memilih biji kopi

7
Buah yang dipungut adalah yang masak, kemudian dipilih yang baik, tidak
cacat dan yang besarnya normal. Jika biji ini tidak memenuhi syarat harus
disingkirkan.

c. Cara menyimpan biji kopi


Biji‐biji kopi yang telah dipilih dalam keadaan kering dapat terus disemaikan.
Untuk menungggu musim persemaian yang tepat, biji dapat disimpan untuk
sementara waktu. Dan untuk menghindari terjadinya serangan hama bubuk
atau untuk mematikan bubuk yang mungkin ada, maka biji‐biji kopi tersebut
harus disimpan pada tempat yang rapi atau dengan tingkat udara rendah.

d. Lamanya penyimpanan biji kopi


Penyimpanan biji tidak boleh terlalu lama, sebab jika terlalu lama daya
tumbuhnya akan menurun atau akan habis sama sekali. Biji‐biji kopi yang
baru kemungkinan tumbuh 90 ‐ 100%, sedang yang disimpan sekitar 6 bulan
daya tumbuhnya 60 ‐ 70%. Sebaiknya penyimpanannya jangan sampai lebih
dari 3 bulan, dan yang paling baik ialah bila penyimpanan itu dilakukan
sekitar dua bulan. Penyimpanan dimasukkan ke dalam ruangan yang gelap dan
sejuk.

e. Penaburan biji kopi


Bibit kopi dapat ditanam setelah umur 8‐9 bulan. Maka penaburan biji kopi
dipersemaian harus memperhatikan rencana penanaman.

2. Persemaian Biji Kopi


Persyaratan tempat persemaian biji kopi, sebagai berikut:
• Tanah sedapat mungkin dipilih yang agak datar, subur, dan banyak
mengandung bunga tanah.
• Dekat perumahan dan sumber air, agar memudahkan pengamatan dan
pemeliharaan pada musim kemarau, terutama dalam melakukan
penyiraman.
• Ada pohon pelindung, agar dapat menahan terik matahari dan percikan air
hujan yang lebat, sehingga tidak merusakkan bibit.

8
• Terhindar dari bibit penyakit dan hama, tempat‐tempat yang akan
dipergunakan sebagai persemaian sebaiknya diselidiki terlebih dahulu
terhadap kemungkinan adanya infeksi penyakit dan hama. Sehingga
apabila ada bibit penyakit atau hama harus diadakan pencegahan dan
pemberantasan.

• Semprotkan larutan MiG‐6PLUS ( 10ml MiG‐6PLUS : 1 liter air) tipis


pada permukaan lahan persemaian. Untuk lahan persemaian dengan luas
10m2.

2.3.4. Penanaman

Apabila persiapan lahan telah selesai seperti pohon peneduh


(tetap/sementara) dan bibit sudah siap, langkah selanjutnya adalah memindahkan
bibit dari polybag ke lubang tanam di areal kebun. Jarak tanam budidaya kopi
yang dianjurkan adalah 2,75×2,75 meter untuk robusta dan 2,5×2,5 meter untuk
arabika. Jarak tanam ini divariasikan dengan ketinggian lahan. Semakin tinggi
lahan semakin jarang dan semakin rendah semakin rapat jarak tanamnya. Buat
lubang tanam dengan ukuran 60x60x60 cm, pembuatan lubang ini dilakukan 3-6
bulan sebelum penanaman. Kini bibit kopi siap ditanam dalam lubang tanam.
Sebelumnya papas daun yang terdapat pada bibit hingga tersisa ⅓ bagian untuk
mengurangi penguapan. Keluarkan bibit kopi dari polybag, kemudian gali sedikit
lubang tanam yang telah dipersiapkan. Kedalaman galian menyesuaikan dengan
panjang akar. Bagi bibit yang memiliki akar tunjang usahakan agar akar tanaman
tegak lurus. Tutup lubang tanam agar tanaman berdiri kokoh, bila diperlukan beri
ajir untuk menopang tanaman agar tidak roboh.

2.3.5. Penyulaman
Setelah bibi ditanam di areal kebun, periksa pertumbuhan bibit tersebut
setidaknya seminggu dua kali. Setelah bibit berumur 1-6 bulan periksa sedikitnya
satu bulan sekali. Selama periode pemeriksaan tersebut, bila ada kematian pada
pohon kopi segera lakukan penyulaman. Penyulaman dilakukan dengan bibit yang
sama. Lakukan perawatan yang lebih instensif agar tanaman penyulam bisa
menyamai pertumbuhan pohon lainnya.

9
2.3.6. Penyiraman
Lakukan penyiraman jika tanah kering atau musim kemarau

2.3.7. Pemupukan
Pemberian pupuk untuk budidaya kopi bisa menggunakan pupuk organik
atau pupuk buatan. Pupuk organik bisa didapatkan dari bahan-bahan sekitar kebun
seperti sisa-sisa hijauan dari pohon pelindung atau kulit buah kopi sisa
pengupasan kemudian dibuat menjadi kompos, atau dengan pemberian pupuk
kimia seperti pupuk NPK dan diberikan dua kali setahun, yaitu awal dan akhir
musim hujan. Setelah pemupukan sebaiknya disiram.

2.3.8. Pemangkasan
Terdapat dua tipe pemangkasan dalam budidaya kopi, yaitu pemangkasan
berbatang tunggal dan pemangkasan berbatang ganda. Pemangkasan berbatang
tunggal lebih cocok untuk jenis tanaman kopi yang mempunyai banyak cabang
sekunder semisal arabika. Pemangkasan ganda lebih banyak diaplikasikan
diperkebunan rakyat yang menanam robusta. Pemangkasan ini lebih sesuai pada
perkebunan di daerah dataran rendah dan basah. Berdasarkan tujuannya,
pemangkasan dalam budidaya kopi dibagi menjadi tiga macam yaitu:

 Pemengkasan pembentukan, bertujuan membentuk kerangka tanaman seperti


bentuk tajuk, tinggi tanaman dan tipe percabangan.
 Pemangkasan produksi, bertujuan memangkas cabang-cabang yang tidak
produktif atau cabang tua. Hal ini dilakukan agar tanaman lebih fokus
menumbuhkan cabang yang produktif. Selain itu, pemangkasan ini juga untuk
membuang cabang-cabang yang terkena penyakit atau hama.
 Pemangkasan peremajaan, dilakukan pada tanaman yang telah mengalami
penurunan produksi, hasil kuranng dari 400 kg/ha/tahun atau bentuk tajuk
yang sudah tak beraturan. Pemangkasan dilakukan setelah pemupukan untuk
menjaga ketersediaan nutrisi.

2.3.9. Panen
Untuk mendapatkan mutu hasil yang tinggi, buah kopi yang dipetik setelah
matang yaitu saat kulit buah berwarna merah. Waktu yang dibutuhkan dari

10
terbentuknya kuncup bunga sampai siap dipanen adalah 8 – 11 bulan untuk kopi
Robusta dan 6 – 8 bulan untuk kopi Arabika.

Tanaman kopi berbunga tidak serempak sehingga buahpun matang tidak


serempak, oleh kerena itu buah kopi dipetik secara bertahap. Buah yang berwarna
merah dipetik satu per satu dengan tangan. Pemetikan buah kopi dibagi menjadi
tiga tahap yaitu:
a. Pemetikan pendahuluan. Pemetikan pendahuluan dilakukan pada bulan
Februari – Maret untuk memetik buah yang terserang hama bubuk buah. Kopi
yang terserang hama bubuk buah berwarna kuning sebelum berumur delapan
bulan. Buah kopi dipetik, kemudian langsung direbus dan dijemur untuk
diolah secara kering.
b. Petik merah (panen raya). Panen raya dimulai bulan Mei/Juni untuk memetik
buah yang sudah berwarna merah. Penen raya berlangsung selama 4 – 5 bulan
dengan giliran pemetikan pertanaman 10 – 14 hari. Artinya dalam waktu 4 –
5 bulan buah kopi dapat dipanen setiap 10 – 14 hari sekali. Buah kopi
berwarna hijau yang terbawa saat panen harus dipisahkan dari buah berwarna
merah.
c. Petik racutan dan lelesan. Petik racutan adalah memanen buah kopi yang
berwarna hijau dilakukan bila sisa buah di pohon sekitar 10%. Caranya
dengan memetik semua buah yang masih tersisa di pohon baik yang berwarna
merah maupun yang berwarna hijau. Setelah dipetik, buah yang berwarna
merah dipisahkan dengan buah yang berwarna hijau.
2.4. Media tanaman
2.4.1. Media Tanah
Tanah merupakan campuran bahan padat (organik dan anorganik), dan
udara. Ketiga fase ini saling mempengaruhi satu sama lain. Misalnya reaksi-reaksi
bahan padat berpengaruh terhadap kualitas udara dan air, berpengaruh terhadap
pelapukan bahan, reaksi-reaksi dari jasad renik, dan sebagainya. Tanah sebagai
salah satu faktor produksi pertanian terpenting harus dikelola dengan tepat dan
benar agar tidak mengalami kerusakan. Kerusakan pada tanah terutama
disebabkan oleh erosi. Erosi mengakibatkan kehilangan unsur hara yang

11
diperlukan oleh tanaman dan bahan organik, memburuknya sifat-sifat fisik tanah
yang pada akhirnya mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman dan
rendahnya produksi, karena telah menurunkan produktivitas. Pertumbuhan
tanaman tidak hanya tergantung pada persediaan unsur hara yang cukup dan
seimbang tetapi juga harus ditunjang oleh keadaan fisik tanah yang baik. Sifat
fisik tanah berpengaruh langsung terhadap mintakat perakaran, air dan udara
tanah, yang kemudian mempengaruhi aspek-aspek biologi dan kimia tanah.
Pentingnya sifat fisik tanah dalam menunjang pertumbuhan tanaman sering tidak
disadari karena kesuburan tanah dititikberatkan pada segi kesuburan kimianya.
Disamping memberikan dukungan secara fisik pada tanaman, tanah merupakan
sumber mineral dan air bagi tanaman. Kondisi tanah dan mineral dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

2.4.2. Media Kompos


Media tanam yang baik harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
1. Mampu menyediakan ruang tumbuh bagi akar tanaman, sekaligus juga
sanggup menopang tanaman. Artinya, media tanam harus gembur sehingga
akar tanaman bisa tumbuh baik dan sempurna, akan tetapi masih cukup solid
memegang akar dan menopang batang agar tidak roboh.
2. Memiliki porositas yang baik, artinya bisa menyimpan air sekaligus juga
mempunyai drainase (kemampuan mengalirkan air) dan aerasi (kemampuan
mengalirkan oksigen) yang baik. Media tanam harus bisa mempertahankan
kelembaban tanah namun harus bisa membuang kelebihan air.
3. Menyediakan unsur hara yang cukup baik makro maupun mikro. Unsur hara
sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Unsur hara ini bisa disediakan dari
pupuk atau aktivitas mikroorganisme yang terdapat dalam media tanam.
Media yang baik tidak mengandung bibit penyakit, media tanam harus bersih
dari hama dan penyakit.

Kompos sebagai media tanam yang baik karena selain dapat menggantikan
fungsi tanam, juga dapat dijadikan sebagai sumber nutrisi dan sebagai tempat
bertopangnya akar tanaman sehingga dapat tumbuh subur. Selain itu kompos juga

12
menyediakan unsur hara yang cukup yang keberadaannya sangat dibutuhkan
untuk pertumbuhan tanaman. Kompos juga memiliki porositas yang baik, dalam
artian dapat mengikat dan menyimpan air dan apabila kandungan air terlalu
banyak maka air tersebut akan terlewatkan, sehingga kebutuhan tanaman akan air
dapat tetap terjaga.

2.5 Perbanyakan Generatif

Perbanyakan tanaman secara generatif merupakan perbanyakan yang


melalui proses perkawinan antara dua tanaman induk yang terpilih melalui organ
bunga pada salah satu induk, kemudian terjadi penyerbukan dan menghasilkan
buah dengan kandungan biji di dalamnya. Biji ini dapat ditanam untuk
menumbuhkan tanaman yang baru yang memungkinkan terjadinya variasi
karakter, mulai dari sistem perakaran, batang, bunga dan daun yang tergantung
dari indukan yang terpilih. Proses yang terjadi ialah pada saat setelah terjadinya
penyerbukan, inti generatif serbuk sari akan membelah menjadi dua sel sperma
(gamet jantan). Satu sperma membuahi sel telur untuk membentuk zigot. Sperma
yang lain menyatu dengan kedua inti sel yang terdapat di tengah kantung embrio
untuk membentuk endosperma. Penyatuan dua sel sperma dengan sel-sel yang
berbeda dalam kantung embrio disebut pembuahan ganda. Setelah fertilisasi
ganda, bakal biji akan berkembang menjadi biji dan bakal buah akan berkembang
menjadi buah. Yang akan ditanam untuk menghasilkan tanaman baru tadi ialah
dengan jalan menanam biji yang berada di dalam buah tersebut. Bisa tumbuh
akibat proses alam, ataupun dengan bantuan manusia yang menanamnya. (Nuril,
2006).

Tanaman kopi dapat diperbanyak dengan cara generatif menggunakan benih


atau biji. Perbanyakan secara generatif lebih umum digunakan karena mudah
dalam pelaksanaanya, lebih singkat untuk menghasilkan bibit siap tanam
dibandingkan dengan perbanyakan bibit secara vegetatif (klonal).

13
BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu Dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2019, bertempat di Green


House, Universitas Muhammadiyah Jember.

3.2 Bahan Dan Alat

- Buah kopi masak fisiologis


- Entres kopi dari cabang muda
- Urine Sapi
- Rooton
- Polybag
- Tanah
- Pasir
- Kompos
- Pisau
- Alas Jemur Benih
- Abu Gosok

3.3 Metode Pelaksanaan

1. Persiapan Bahan Tanam

- Pilih pohon induk kopi yang sehat dan kuat serta memiliki produktivitas tinggi.
- Ambil buah kopi yang masak fisiologis yang ditandai dengan warna kulit biji
merah.
- Kupas kulit kopi hingga bersih dengan tidak melukai kulit tanduk.
- Bersihkan lendir yang melekat pada biji kopi dengan abu gosok dan bersihkan
dengan air.
- Kemudian benih dikeringkan selama 48 jam dan direndam dalam air selama 24
jam dan dikeringkan selama 24 jam.

14
- Setelah kering, biji siap dikecambahkan. Sebelum disemai sebaiknya diberi
pestisida untuk seed treatment.
- Pengamatan: % kecambah (30Hss), vigor (60Hss), kecepatan tumbuh (90Hss).

2. Proses Persemaian

- Buat bedengan persemaian dengan ukuran lebar 1m x 3m dengan arah membujur


utara-selatan.
- Bersihkan tempat bedengan dari gulma dan sisa-sisa perakaran.
- Tanah dicangkul sedalam 30 cm untuk kemudian digemburkan, dihaluskan dan
diratakan.
- Pada lapisan tanah yang sudah rata itu kemudian ditambahkan pasir setebal 15
cm.
- Buat naungan pada bedengan untuk menghindarkan semaian dari teriknya sinar
matahari atau tetesan air hujan secara langsung.
- Benih kopi ditanam dalam barisan dengan jara 3 x 5 cm denga kedalaman 1 cm.
- Bagian punggung benih menghadap keatas, kemudian ditutup dengan jerami
atau alang – alang ubtuk mengurangi penguapan.
- Penanaman benih dengan lapisan tanduk (a) dan tanpa lapisan tanduk (b).

3. Pemindahan Kecambah

- Pindah kecambah setelah 2-3 bulan di persemaian pada fase kepelan


- Benih-benih ini harus segera dipindahkan ke polibag, yang sudah disiapkan.
- Pemindahan kecambah dilakukan dengan hati-hati agar akar tunggang tidak
putus.
- Gunakan solet bambu saat pengambilan kecambah.
- Kecambah yang telah diambil kemudian ditanam dalam media tanam di polibag
yang sudah dilubangi sedalam jari telunjuk. Akar tunggang kecambah mungkin
diusahakan agar dapat berdiri lurus dalam lubang tersebut.
- Selanjutnya lubang ditutupi dengan media untuk kemudian dibiarkan hingga
dapat beradaptasi dengan lingkungannya yang baru.

15
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Dan Pembahasan

SAMPEL
NO TGL PENGAMATAN (TINGGI)
I II
1 23 MEI 2019 0 0
2 30 MEI 2019 0 0
3 6 JUNI 2019 0 0
4 13 JUNI 2019 0 0

Pembahasan :

Dari hasil pengamatan di atas di dapatkan hasil bahwa tanaman kopi yang
di tanam tidak tumbuh / mati. Penyebab dari kematian tanaman tersebut di
pengaruhi oleh beberapa factor yaitu : tanaman tidak kuat untuk hidup karena
factor cuaca dan iklim yang saat itu sangat panas dan juga curah hujan yang
kurang dari kisaran tertentu.

Menurut Mulyono dkk (2016), tanaman kopi yang tumbuh dengan rimbun
dan tak beraturan mampu menghambat tingkat produktif tanaman. Kondisi
tanaman yang seperti itu akan menyebabkan sulitnya cahaya matahari menembus
permukaan seluruh permukaan daun sehingga proses fotosintesis pada tanaman
tidak terjadi secara maksimal. Hal lain yang terjadi adalah meningkatkan
kelembaban udara yang berpengaruh terhadap stomata pada daun. Stomata daun
akan menutup akibat kelembaban yang tinggi, dimana penutupan stomata daun ini
bertujuan untuk mencegah pembekuan jaringan tumbuhan. Bagian cabang non-
produktif yang harus dilakukan pemangkasan berupa cabang balik, cabang saling
tindih, cabang cacing, cabang kipas, wiwilan, dan tunas air.

Tanaman kopi merupakan golongan tanaman C3 yang tidak membutuhkan


penyinaran secara penuh. Menurut Sanger (1998) dalam Anita (2016) menyatakan

16
bahwa tanaman C3 membutuhkan intensitas cahaya tidak penuh supaya tanaman
dapat tumbuh dengan optimal. Fotosintesis dapat berjalan dengan baik yaitu
apabila cahaya matahari yang diterima tidak lebih dari 60% (Prawoto, 2007). Oleh
karenanya agar tanaman kopi dapat tumbuh optimal dibutuhkan tanaman naungan
untuk mengurangi intensitas cahaya langsung ke tanaman. Berdasarkan hasil
praktikum lapang yang telah dilakukan, tanaman kopi yang di tanam di Dusun
Sumbersari dan di Dusun Sumberwangi ditanam secara polikurtur dengan pohon
pinus sebagai tanaman naungan. Pohon pinus selain mampu mengurangi intensitas
cahaya langsung ke tanaman juga mampu melindungi tanah dari erosi dan mampu
menjaga kondisi air dalam tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Guimaraes(2014) dalam Supriadi (2015) bahwa kadar air tanah pada sistem
agroforestri tanaman kopi dengan tanaman naungan lebih tinggi dibandingkan
tanaman kopi yang ditanam secara monokultur (tanpa naungan). Menurut Supriadi
(2015) juga menyatakan bahwa penanaman kopi dengan tanaman berkayu lainnya
dapat mengurangi laju aliran permukaan dan erosi tanah. Hal ini disebabkan
sistem perakaran tanaman berkayu yang kuat membantu dalam menahan tanah.
Dengan kondisi tersebut tanah-tanah tersebut tidak akan mudah mengalami erosi.

Ketinggian merupakan salah satu faktor penting dalam penanaman kopi.


Setiap jenis kopi memiliki kriteria ketinggian yang berbeda sehingga dapat
tumbuh dengan optimal. Berdasarkan hasil praktikum lapang yang telah
dilakukan, jenis kopi yang ditanam yaitu kopi arabika. Tanaman kopi tersebut
ditanam pada ketinggian 700-1000 mdpl dan 1000-1300 mdpl. Menurut AEKI
(2015) Kopi arabika adalah tanaman kopi dataran tinggi yang sesuai ditanam pada
daerah dengan ketinggian antara 1250-1850 mdpl dengan suhu udara sekitar 27-
30ºC. Kesesuaian ketinggian tempat dengan jenis kopi yang ditanam dapat
mengoptimalkan pertumbuhan kopi. Karena jika syarat tumbuh tanaman terpenuhi
maka proses fisiologis tanaman akan berjalan dengan normal dan produk yang
dihasilkan akan maksimal.

Curah hujan juga termasuk salah satu faktor penting dalam penanaman
kopi selain kesesuaian ketinggian tempat. Berdasarkan data hasil praktikum

17
lapang diketahui curah hujan rata-rata di Dusun Sumbersari mencapai 1500-2000
mm. Jumlah curah hujan di kedua tempat tersebut sudah mencukupi kebutuhan
curah hujan untuk mengoptimalkan pertumbuhan kopi. Pernyataan tersebut sesuai
dengan pernyataan Kandari (2013) bahwa tanaman kopi arabika tumbuh dengan
optimal dengan curah hujan antara 1300-2000 mm.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

18
5.1 Kesimpulan

Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai
ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan
penting sebagai sumber devisa negara.

Perbanyakan tanaman merupakan serangkaian kegiatan yang diperlukan untuk


menyediakan materi tanaman baik untuk kegiatan penelitian maupun program
penanaman secara luas. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara vegetatif dan
generatif. Dengan penerapan teknik pembiakan generatif akan diperoleh perbanyakan
bibit dengan mudah. Dari praktikum kali ini, praktikan mengalami kegagalan yang
disebabkan oleh faktor iklim yang sangat panas sehingga menyebabkan tanaman kopi
tersebut mati/gagal tumbuh.

5.2 Saran

Untuk Kedepannya agar diberikan lagi fasilitas yang memadai supaya kegiatan
praktikum berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Anita, Tabrani., Gunawan dan Idwar. 2016. Pertumbuhan Bibit Kopi Arabika

19
(Coffea arabica L.) Di Medium Gambut Pada Berbagai Tingkat Naungan
Dan Dosis Pupuk Nitrogen. Jom Faperta 3(2): 1-9.

Budidarsono Suseno dan Wijaya Kusuma, 2003. Praktek Konservasi Dalam


Budidaya Kopi Robusta Dan Keuntungan Petani. Jurnal online. Diakses
24 Desember.

Engestand, O.P. 1997. Teknologi dan Penggunaan Pupuk, edisi ketiga.


Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Ernawati, dkk. 2008. Teknologi Budidaya Kopi Poliklonal. Bogor : Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Peertanian.
Hartobudoyo, D. 1979. Pemangkasan Kopi. Jember : Balai Penelitian Perkebunan.
Kandari, A. M., Safuan L. O. dan Amsil L. M. 2013. Evaluasi Kesesuaian Lahan
Untuk Pengembangan Tanaman Kopi Robusta Berdasarkan Analisis Data
Iklim Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografi. Jurnal
Agroteknos 3(1): 8:13.
Mulyana Wahyu. 1982. Segi Praktis Cocok Tanam Kopi. Semarang : CV Aneka.
Najiyati dan Danarti, 2001.Kopi. Budidaya dan Penanganan Lepas Panen.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Ningtiyas Indah. 2014. Perkebunan Kopi Rakyat Di Jawa Timur. Volume 2, No.1
https://www.scribd.com/doc/201858231/PERKEBUNAN-
KOPIRAKYAT-DI JAWA-TIMUR-1920-1942#download. Diakses 5
Januari 2015.
Pratiwi Ayu. 2013, Analisis Daya Saing Komoditas Kopi Arabika Di Kabupaten
Tapanuli Utara. Volume 2, No. 12,
http://202.0.107.5/index.php/ceress/article/view/8061. Diakses 5 Januari
2015.
Prawoto, A. 2007. Materi Kuliah Fisiologi Tumbuhan.Puslit Koka Indonesia.
Jember.

Semangun Haryono. Penyakit Tanaman Pertanian Di Indonesia. Yogyakarta :


Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada
Silitonga M Sisilia. 2013. Analisis Komparasi Tingkat Pendapatan Usaha Tani
Kopi Dengan Berbagai Pola Tanam (Monokultur dan Polikultur) Di
Kabupaten Dairi Kecamatan Sumbul Desa Tanjung Beringin. Volume 2,
No. 3. http://202.0.107.5/index.php/ceress/article/view/7822. Diakses 5
Januari 2015.
Supriadi, Handi dan Pranowo, Dibyo. Prospek Pengembangan Agroforestri
Berbasis Kopi Di Indonesia. Perspektif 14(2): 135-150.

20
Semangun Haryono. Penyakit Tanaman Pertanian Di Indonesia. Yogyakarta :
Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada

DOKUMENTASI

21
LEMBAR PENGESAHAN

22
DITERIMA DITOLAK

Jember, 1 Juli 2019

Co. Assisten Praktikan

Kinanti Widyaningrum Sutan Cadena Kusuma Dewi

23

Anda mungkin juga menyukai