JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2019
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………....i
DAFTAR ISI……………………………………………………………....ii
BAB I PENDAHULUAN
5.1 Kesimpulan………………………………….....................19
5.1 Saran…………………………………................................19
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..........20
DOKUMENTASI………………………………………………................22
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………….23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Bagi bangsa Indonesia, kopi merupakan salah satu mata dagang yang
mempunyai arti cukup tinggi. Pada tahun 1981 menghasilkan devisa sebesar 347,8
juta USD dari ekspor kopi sebesar 210,8 ribu ton. Nilai ini terus meningkat dari
tahun ke tahun. Tercatat pada tahun 1988 sudah mampu menghasilkan devisa
sebesar 818,4 juta USD dan menduduki peringkat pertama di antara komoditas
ekspor sub sector perkebunan. Selain sebagai komoditas ekspor, kopi juga
merupakan komoditas yang dikonsumsi di dalam negeri. Menurut survey yang
dilakukan oleh Departemen Pertanian, rata-rata penduduk Indonesia
mengkonsumsi kopi sebanyak 0,5 kg/orang/tahun dengan demikian jumlah
penduduk Indonesia kurang lebih 170 juta, maka diperkirakan setiap tahun
diperlukan stok kopi sebanyak 85.000 ton kopi untuk keperluan konsumsi dalam
negeri (Najiyati dan Danarti, 2001).
1
silang biasanya ditanam secara poliklonal dan diperbanyak dengan cara vegetative
baik stek maupun sambung. Sedangkan kopi arabika yang menyerbuk sendiri,
perbanyakan tanaman menggunakan benih.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Sifat fisik tanah meliputi: tekstur, struktur, air dan udara di dalam tanah.
Tanah untuk tanaman kopi berbeda‐beda, menurut keadaan dari mana asal
tanaman itu. Pada umumnya tanaman kopi menghendaki tanah yang lapisan
atasnya dalam, gembur, subur, banyak mengandung humus, dan permeable, atau
dengan kata lain tekstur tanah harus baik. Tanah yang tekstur/strukturnya baik
adalah tanah yang berasal dari abu gubung berapi atau yang cukup mengandung
pasir. Tanah yang demikian pergiliran udara dan air di dalam tanah berjalan
dengan baik. Tanah tidak menghendaki air tanah yang dangkal, karena dapat
membusukkan perakaran, sekurang‐kurangnya kedalaman air tanah 3 meter dari
permukaannya. Akar tanaman kopi membutuhkan oksigen yang tinggi, yang
berarti tanah yang drainasenya kurang baik dan tanah liat berat adalah tidak
cocok. Sebab kecuali tanah itu sulit ditembus akar, peredaran air dan udara pun
menjadi jelek. Demikian pula tanah pasir berat, pada umumnya kapasitas
kelembaban kurang, karena kurang dapat mengikat air. Selain itu tanah pasir berat
juga mengandung N atau zat lemas. Zat lemas sangat dibutuhkan oleh tanaman
kopi, terutama dalam pertumbuhan vegetative.
4
Tanaman kopi tumbuh dengan baik pada daerah-daerah yang terletak di
antara 20° LU dan 20° LS. Berdasarkan data yang ada, Indonesia terletak di antara
5° LU dan 10° LS. Hal ini berarti sangat ideal dan potensial bagi pengembangan
tanaman kopi.
Selama ini tanaman kopi lazim diusahakan di Indonesia ada dua jenis,
yaitu kopi Arabika dan kopi Robusta. Kedua jenis kopi tersebut secara fisiologis
menghendaki persyaratan kondisi iklim yang berbeda. Kopi Arabika menghendaki
lahan dataran lebih tinggi daripada kopi Robusta, sebab apabila ditanam pada
lahan dataran rendah selain pertumbuhan dan produktivitasnya menurun juga akan
lebih rentan penyakit karat daun. Pengaruh angin terhadap ialah pohon tanaman
kopi tidak tahan terhadap goncangan angin kencang, lebih‐lebih dimusim
kemarau. Karena angin itu mempertinggi penguapan air pada permukaan tanah
perkebunan. Selain mempertinggi penguapan, angin dapat juga mematahkan dan
merebahkan pohonpelindung yang tinggi, sehingga merusakkan tanaman di
bawahnya.
5
1. Pembukaan lahan
Pembukaan lahan bertujuan membersihkan lahan dari sisa-sisa tanaman
sebelumnya. Pada prinsipnya pekerjaan persiapan areal untuk tanah bukaan baru
dan lainnya sama. Kondisi pembukaan yang berasal dari perdu, gulma utama yang
harus diberantas bersih adalah alang-alang dan mekania. Sisa-sisa tanaman yang
tidak terangkut karena jumlahnya tidak sebesar pembukaan hutan cadangan dapat
dikumpulkan dan disingkirkan dari tengah lahan. Pembakaran sebisa mungkin
dihindari, tetapi untuk kayu-kayu yang keras dari perdu dapat dilakukan
pembakaran karena sulit lapuk meskipun akan mengurangi bahan organic yang
ada. Tindakan sanitasi dimaksudkan untuk mempermudah pekerjaan selanjutnya
dan menghindarkan sumber infeksi penyakit akar atau nematoda.
2. Pembuatan teras
Penanaman kopi pada lahan-lahan yang miring dapat dilakukan dengan
system tanam dan jarak tanam) tertentu untuk mengurangi erosi. Penanaman kopi
pada lahan semacam ini tidak boleh dilakukan searah lereng, tetapi dilakukan
menurut kontur. Penanaman menurut kontur mempunyai kemampuan yang lebih
besar dalam mengurangi dan menahan aliran permukaan (run off) dibandingkan
dengan system tanam searah lereng.
3. Penanaman pohon pelindung
Setelah lahan bersih, selanjutnya dilakukan penanaman pohon penaung.
Tanaman naungan sebaiknya tanaman leguminosa, yang dapat mengikat nitrogen
pada akar-akarnya (memperkaya kandungan N tanah melalui daun-daun yang
gugur). Tujuan penanaman pohon penaung adalah :
1. Memberi cukup cahaya matahari.
2. Mempermudah peredaran udara atau airasi dalam pertanaman.
3. Mengurangi kelembaban udara yang tinggi selama musim hujan.
Secara teknis budidaya kopi, dikenal 2 jenis tanaman penaung yaitu
tanaman naungan sementara dan pohon penaung tetap. Tanaman penaung
sementara diperlukan apabila pohon penaung tetap belum berfungsi sempurna
karena masih kecil atau intensitas penaungnya kurang. Ada beberapa jenis
tanaman yang dapat digunakan sebagai naungan-sementara yaitu: Mogania
6
macrophylla, Leucaena glauca,·Crotalari anagyroides, Crotalaria usaramoensis,
Tephrosia candida, Desmodium gyroides, Acacia villosa (dapat tumbuh baik di
tempat-tempat yang lamtoro sukar tumbuh).
Penanaman kedua jenis pohon penaung tersebut sebaiknya sudah
dilakukan 1 tahun sebelum penanaman kopi. Setelah pohon penaung tetap
berfungsi dengan baik, secara berangsur angsur naungan sementara dihilangkan.
Tanaman penaung tetap yang banyak digunakan pada tanaman kopi adalah:·
Lamtoro (Leucaena glauca, Dadap (Erythrina subumbrans), Sengon (Albizzia
falkata)
Jarak tanam pohon penaung atau kerapatan dari pohon penaung sebaiknya
disesuaikan dengan jarak tanam kopi yang akan ditentukan dan kondisi iklim di
mana kopi akan ditanam. Penetuan jarak tanaman naungan berdasarkan iklim di
suatu daerah, semakin tinggi curah hujan dan rendah intensitas sinar matahari
jarak tanaman penanung pada suatu daerah sebaiknya jarak penaung agak lebar
dan sebaliknya untuk daerah yang curah hujan tegas dan intensitas sinar matahari
tinggi jarak tanaman naungan semakin rapat
2.3.3. Pembibitan
1. Pembibitan Tanaman Kopi
Bibit yang akan ditanam dapat berasal dari :
• Biji (zaaling), pembiakan secara genertaif.
• Sambungan atau stek, pembiakan secara vegetatif.
7
Buah yang dipungut adalah yang masak, kemudian dipilih yang baik, tidak
cacat dan yang besarnya normal. Jika biji ini tidak memenuhi syarat harus
disingkirkan.
8
• Terhindar dari bibit penyakit dan hama, tempat‐tempat yang akan
dipergunakan sebagai persemaian sebaiknya diselidiki terlebih dahulu
terhadap kemungkinan adanya infeksi penyakit dan hama. Sehingga
apabila ada bibit penyakit atau hama harus diadakan pencegahan dan
pemberantasan.
2.3.4. Penanaman
2.3.5. Penyulaman
Setelah bibi ditanam di areal kebun, periksa pertumbuhan bibit tersebut
setidaknya seminggu dua kali. Setelah bibit berumur 1-6 bulan periksa sedikitnya
satu bulan sekali. Selama periode pemeriksaan tersebut, bila ada kematian pada
pohon kopi segera lakukan penyulaman. Penyulaman dilakukan dengan bibit yang
sama. Lakukan perawatan yang lebih instensif agar tanaman penyulam bisa
menyamai pertumbuhan pohon lainnya.
9
2.3.6. Penyiraman
Lakukan penyiraman jika tanah kering atau musim kemarau
2.3.7. Pemupukan
Pemberian pupuk untuk budidaya kopi bisa menggunakan pupuk organik
atau pupuk buatan. Pupuk organik bisa didapatkan dari bahan-bahan sekitar kebun
seperti sisa-sisa hijauan dari pohon pelindung atau kulit buah kopi sisa
pengupasan kemudian dibuat menjadi kompos, atau dengan pemberian pupuk
kimia seperti pupuk NPK dan diberikan dua kali setahun, yaitu awal dan akhir
musim hujan. Setelah pemupukan sebaiknya disiram.
2.3.8. Pemangkasan
Terdapat dua tipe pemangkasan dalam budidaya kopi, yaitu pemangkasan
berbatang tunggal dan pemangkasan berbatang ganda. Pemangkasan berbatang
tunggal lebih cocok untuk jenis tanaman kopi yang mempunyai banyak cabang
sekunder semisal arabika. Pemangkasan ganda lebih banyak diaplikasikan
diperkebunan rakyat yang menanam robusta. Pemangkasan ini lebih sesuai pada
perkebunan di daerah dataran rendah dan basah. Berdasarkan tujuannya,
pemangkasan dalam budidaya kopi dibagi menjadi tiga macam yaitu:
2.3.9. Panen
Untuk mendapatkan mutu hasil yang tinggi, buah kopi yang dipetik setelah
matang yaitu saat kulit buah berwarna merah. Waktu yang dibutuhkan dari
10
terbentuknya kuncup bunga sampai siap dipanen adalah 8 – 11 bulan untuk kopi
Robusta dan 6 – 8 bulan untuk kopi Arabika.
11
diperlukan oleh tanaman dan bahan organik, memburuknya sifat-sifat fisik tanah
yang pada akhirnya mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman dan
rendahnya produksi, karena telah menurunkan produktivitas. Pertumbuhan
tanaman tidak hanya tergantung pada persediaan unsur hara yang cukup dan
seimbang tetapi juga harus ditunjang oleh keadaan fisik tanah yang baik. Sifat
fisik tanah berpengaruh langsung terhadap mintakat perakaran, air dan udara
tanah, yang kemudian mempengaruhi aspek-aspek biologi dan kimia tanah.
Pentingnya sifat fisik tanah dalam menunjang pertumbuhan tanaman sering tidak
disadari karena kesuburan tanah dititikberatkan pada segi kesuburan kimianya.
Disamping memberikan dukungan secara fisik pada tanaman, tanah merupakan
sumber mineral dan air bagi tanaman. Kondisi tanah dan mineral dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Kompos sebagai media tanam yang baik karena selain dapat menggantikan
fungsi tanam, juga dapat dijadikan sebagai sumber nutrisi dan sebagai tempat
bertopangnya akar tanaman sehingga dapat tumbuh subur. Selain itu kompos juga
12
menyediakan unsur hara yang cukup yang keberadaannya sangat dibutuhkan
untuk pertumbuhan tanaman. Kompos juga memiliki porositas yang baik, dalam
artian dapat mengikat dan menyimpan air dan apabila kandungan air terlalu
banyak maka air tersebut akan terlewatkan, sehingga kebutuhan tanaman akan air
dapat tetap terjaga.
13
BAB III
- Pilih pohon induk kopi yang sehat dan kuat serta memiliki produktivitas tinggi.
- Ambil buah kopi yang masak fisiologis yang ditandai dengan warna kulit biji
merah.
- Kupas kulit kopi hingga bersih dengan tidak melukai kulit tanduk.
- Bersihkan lendir yang melekat pada biji kopi dengan abu gosok dan bersihkan
dengan air.
- Kemudian benih dikeringkan selama 48 jam dan direndam dalam air selama 24
jam dan dikeringkan selama 24 jam.
14
- Setelah kering, biji siap dikecambahkan. Sebelum disemai sebaiknya diberi
pestisida untuk seed treatment.
- Pengamatan: % kecambah (30Hss), vigor (60Hss), kecepatan tumbuh (90Hss).
2. Proses Persemaian
3. Pemindahan Kecambah
15
BAB IV
SAMPEL
NO TGL PENGAMATAN (TINGGI)
I II
1 23 MEI 2019 0 0
2 30 MEI 2019 0 0
3 6 JUNI 2019 0 0
4 13 JUNI 2019 0 0
Pembahasan :
Dari hasil pengamatan di atas di dapatkan hasil bahwa tanaman kopi yang
di tanam tidak tumbuh / mati. Penyebab dari kematian tanaman tersebut di
pengaruhi oleh beberapa factor yaitu : tanaman tidak kuat untuk hidup karena
factor cuaca dan iklim yang saat itu sangat panas dan juga curah hujan yang
kurang dari kisaran tertentu.
Menurut Mulyono dkk (2016), tanaman kopi yang tumbuh dengan rimbun
dan tak beraturan mampu menghambat tingkat produktif tanaman. Kondisi
tanaman yang seperti itu akan menyebabkan sulitnya cahaya matahari menembus
permukaan seluruh permukaan daun sehingga proses fotosintesis pada tanaman
tidak terjadi secara maksimal. Hal lain yang terjadi adalah meningkatkan
kelembaban udara yang berpengaruh terhadap stomata pada daun. Stomata daun
akan menutup akibat kelembaban yang tinggi, dimana penutupan stomata daun ini
bertujuan untuk mencegah pembekuan jaringan tumbuhan. Bagian cabang non-
produktif yang harus dilakukan pemangkasan berupa cabang balik, cabang saling
tindih, cabang cacing, cabang kipas, wiwilan, dan tunas air.
16
bahwa tanaman C3 membutuhkan intensitas cahaya tidak penuh supaya tanaman
dapat tumbuh dengan optimal. Fotosintesis dapat berjalan dengan baik yaitu
apabila cahaya matahari yang diterima tidak lebih dari 60% (Prawoto, 2007). Oleh
karenanya agar tanaman kopi dapat tumbuh optimal dibutuhkan tanaman naungan
untuk mengurangi intensitas cahaya langsung ke tanaman. Berdasarkan hasil
praktikum lapang yang telah dilakukan, tanaman kopi yang di tanam di Dusun
Sumbersari dan di Dusun Sumberwangi ditanam secara polikurtur dengan pohon
pinus sebagai tanaman naungan. Pohon pinus selain mampu mengurangi intensitas
cahaya langsung ke tanaman juga mampu melindungi tanah dari erosi dan mampu
menjaga kondisi air dalam tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Guimaraes(2014) dalam Supriadi (2015) bahwa kadar air tanah pada sistem
agroforestri tanaman kopi dengan tanaman naungan lebih tinggi dibandingkan
tanaman kopi yang ditanam secara monokultur (tanpa naungan). Menurut Supriadi
(2015) juga menyatakan bahwa penanaman kopi dengan tanaman berkayu lainnya
dapat mengurangi laju aliran permukaan dan erosi tanah. Hal ini disebabkan
sistem perakaran tanaman berkayu yang kuat membantu dalam menahan tanah.
Dengan kondisi tersebut tanah-tanah tersebut tidak akan mudah mengalami erosi.
Curah hujan juga termasuk salah satu faktor penting dalam penanaman
kopi selain kesesuaian ketinggian tempat. Berdasarkan data hasil praktikum
17
lapang diketahui curah hujan rata-rata di Dusun Sumbersari mencapai 1500-2000
mm. Jumlah curah hujan di kedua tempat tersebut sudah mencukupi kebutuhan
curah hujan untuk mengoptimalkan pertumbuhan kopi. Pernyataan tersebut sesuai
dengan pernyataan Kandari (2013) bahwa tanaman kopi arabika tumbuh dengan
optimal dengan curah hujan antara 1300-2000 mm.
BAB V
18
5.1 Kesimpulan
Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai
ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan
penting sebagai sumber devisa negara.
5.2 Saran
Untuk Kedepannya agar diberikan lagi fasilitas yang memadai supaya kegiatan
praktikum berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Anita, Tabrani., Gunawan dan Idwar. 2016. Pertumbuhan Bibit Kopi Arabika
19
(Coffea arabica L.) Di Medium Gambut Pada Berbagai Tingkat Naungan
Dan Dosis Pupuk Nitrogen. Jom Faperta 3(2): 1-9.
20
Semangun Haryono. Penyakit Tanaman Pertanian Di Indonesia. Yogyakarta :
Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada
DOKUMENTASI
21
LEMBAR PENGESAHAN
22
DITERIMA DITOLAK
23