Anda di halaman 1dari 8

ACARA IV

MEMACU PERTUMBUHAN STEK BATANG KOPI DENGAN ZPT

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Hari : Rabu
Tanggal : 7 April 2021
Waktu : 13.00- 15.00 WIB
Tempat : Siborong-borong, Medan, Sumatera Utara

B. Tujuan
1. Mengetahui cara perbanyakan vegetatif tanaman kopi dengan stek
2. Mengetahui pengaruh ZPT terhadap pertumbuhan stek batang kopi

C. Dasar Teori
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama
dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi. Kopi
berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia. Namun, kopi sendiri
baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan
di luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab (Hamni,2013).
Berikut ini beberapa syarat pertumbuhan kopi secara umum a. Tanah :
Tanah digunakan sebagai media tumbuh tanama kopi. Salah satu ciri tanah
yang baik adalah memiliki lapisan topsoil yang tebal. Umumnya, kondisi
tanah di dataran tinggi memiliki kandungan organik yang cukup banyak dan
tidak terlalu banyak terkontaminasi polusi udara. Tanaman kopi sebaiknya
ditanam di tanah yang memiliki kandungan hara dan organik yang tinggi.
Rata-rata pH tanah yang dianjurkan 5-7. Jika pH tanah terlalu asam,
tambahkan pupuk Ca(PO)2 atau Ca(PO3)2 (kapur atau dolomit). Sementara
itu, untuk menurunkan pH tanah dari basa ke asam, tambahkan urea. Caranya
taburkan kapur atau urea secukupnya sesuai kondisi tanah, lalu periksa
keasaman tanah dengan pH meter. Tambahkan urea jika pH tanah masih basa
atau tambahkan kapur jika terlalu asam hingga pH tanah menjadi 5-7. b.
Curah Hujan : Curah hujan mempengaruhi pembentukan bunga hingga
menjadi buah. Untuk arabika, jumlah curah hujan yang masih bisa ditolerir
sekitar 1.000-1.500 mm/tahun. Sementara itu, curah hujan untuk kopi robusta
maksimum 2.000 mm/tahun. c. Suhu : Selain curah hujan, lingkungan
memegang peranan penting untuk pembentukan bunga menjadi buah. Kopi
arabika mampu beradaptasi dengan suhu rata-rata 16-22̊ C. Untuk kopi
robusta, tanaman ini dapat tumbuh dan beradaptasi pada suhu 20-28̊ C.
Karena itu, investor atau petani kopi perlu mengetahui kondisi suhu suatu
daerah yang ingin dijadikan perkebunan kopi. d. Angin : Sebelum mulai
menanam kopi, petani kopi perlu memperhatikan kondisi topografi wilayah.
Pasalnya, jika terdapat anomali iklim, petani dapat melakukan beberapa
rekayasa. Khusus untuk di lokasi atau daerah yang memiliki tiupan angina
yang kencang, petani sebaiknya menanam pohon pelindung, seperti dadap
Erythrina lithosperma atau Erythrina subumbrans lamtoro Leucaena glauca,
dan sengon laut Albizzia falcate Untuk kopi jenis arabika yang tumbuh di
ketinggian di atas 1.000 meter dpl, biasanya kondisi angin yang bertiup cukup
kuat. Karena itu, gunakan tanaman pelindung. Tujuannya, untuk menahan
angin yang cukup kencang. e. Ketinggian tempat 1) Arabika : Ketinggian
tempat untuk perkebunan kopi arabika sekitar 1.000-2.100 meter dpl.
Semakin tinggi lokasi perkebunan kopi arabika, rasa atau karakter kopi yang
dihasilkan menjadi semakin baik dan enak 2) Robusta : Ketinggian tempat
yang optimal untuk perkebunan kopi robusta sekitar 400-1.200 meter dpl
(Fitri. 2010)
Perbanyakan dalam pembibitan kopi yaitu perbanyakan vegetatif dan
perbanyakan generatif. Teknik sambung merupakan salah satu cara
perbanyakan secara vegetatif yang banyak dilakukan oleh para petani dan
penangkar bibit buahbuahan. Teknik sambung dilakukan dengan
menyambungkan atau menyisipkan batang atas ke batang bawah. Batang
bawah yang digunakan bisa berasal dari biji, stek, bahkan tanaman yang
sudah tua untuk diremajakan atau diganti dengan varietas baru. Untuk saat ini
dilakukan pengembangan untuk meningkatkan nilai mutu kopi robusta yaitu
dengan penyambungan fase serdadu/ sambung hipokotil ( Restu dan
Gatot,2018 )
Tanaman kopi dapat diperbanyak secara vegetatif karena perbanyakan
secara generatif memiliki kelemahan-kelemahan, antara lain dalam
persemaian membutuhkan waktu yang lama, dan sifat turunan yang tidak
sama dengan induknya. Agar usaha penyetekan dapat berhasil dengan baik,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu faktor bahan stek itu sendiri,
faktor lingkungan, dan faktor kultur teknis. pembiakan dapat dilakukan
melalui pembiakan vegetatif dan pembiakan generatif. Pembiakan vegetatif
lebih unggul daripada generatif karena bibit hasil pengembangan secara
vegetatif merupakan duplikat induknya karena mempunyai struktur genetik
yang sama. Pembiakan vegetatif misalnya stek. Syarat bahan stek diantaranya
berasal dari varietas unggul, tidak terkena hama penyakit, pertumbuhannya
normal dan batangnya yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda.
Keuntungan perbanyakan melalui stek batang antara lain tidak lama untuk
menunggu waktu panen, memiliki sifat genetik yang sama dengan induk
sehingga sifat unggul dari induk akan dapat dipertahankan (Yunanda et al.,
2015).
Perbanyakan vegetatif yang umum dilakukan adalah dengan stek batang.
Bahan stek yang sangat muda dan lunak, proses transpirasi akan berlangsung
sangat cepat dan pada akhirnya akan menyebabkan bibit mati dan jika diambil
yang terlalu tua, proses pembentukan akan akan berlangsung sangat lama.
Batang yang tumbuh dari biji disebut batang pokok. Batang pokok memiliki
ruas-ruas yang tampak jelas pada saat tanaman itu masih muda. Pada tiap ruas
tumbuh sepasang daun yang berhadapan, selanjutnya tumbuh dua macam
cabang, yakni cabang orthotrop (cabang yang tumbuh tegak lurus atau
vertikal dan dapat menggantikan kedudukan batang bila batang dalam
keadaan patah atau dipotong) dan cabang plagiotrop (cabang atau ranting
yang tumbuh ke samping atau horizontal) (PTPN XII 2013).
Selain teknik penyambungan faktor lain yang dapat digunakan untuk
meningkatkan mempercepat keberhasilan dari penyambungan. Zat pengatur
tumbuh merupakan senyawa organik non-nutrisi yang apabila diberikan
dalam jumlah sedikit sudah dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Meski demikian setiap tanaman memiliki respon yang berbeda terhadap jenis
dan komposisi ZPT yang diberikan. Salah satu komposisi yang dapat
diberikan yakni auksin dan sitokinin ( Restu dan Gatot,2018 ).
zat pengatur tumbuh pada tanaman adalah senyawa organik yang bukan
hara (nutrient), yang dalam jumlah sedikit mendukung (promote),
menghambat (inhibit) dan Tanaman kopi dapat diperbanyak secara vegetatif
karena perbanyakan secara generatif memiliki kelemahan-kelemahan, antara
lain dalam persemaian membutuhkan waktu yang lama, dan sifat turunan
yang tidak sama dengan induknya. Agar usaha penyetekan dapat berhasil
dengan baik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu faktor bahan stek
itu sendiri, faktor lingkungan, dan faktor kultur teknis (Restu dan
Gatot,2018).
Auksin adalah zat tumbuhan yang di temukan pada ujung batang akar, dan
pembentukan bunga yang berfungsi sebagai pengatur pembesaran sel dan
memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung Sitokinin
merupakan salah satu dari jenis zat pengatur tumbuh. Sitokinin disintesis dari
akar dan di transfer melalui pembuluh angkut ke daun. Pada daun tersebut
sitokinin merangsang aktivitas pembelahan sel.Sitokinin merupakan zat
pengatur tumbuhan turunan adenine yang berfungsi untuk merangsang
pembelahan sel dan diferensiasi mitosis . Auksin seperti IBA, IAA dan NAA
merupakan komponen dalam zat pengatur tumbuh sintetik yang telah banyak
beredar di pasaran. Beberapa peranan auksin yaitu meningkatkan kandungan
osmosis sel, meningkatkan permeabilitas sel terhadap air,menyebabkan
penurunan tekanan dinding sel, menyebabkan suatu peningkatan sintesis
dinding sel, dan menyebabkan sintesis RNA yang spesifik dan protein
(enzim-enzim) yang selanjutnya ditujukan untuk meningkatkan plastisitas dan
pembesaran dinding sel. Saat ini sudah banyak dijumpai zat pengatur tumbuh
sintetis dengan berbagai kegunaan yang berperan untuk pertumbuhan akar
dan meningkatkan keluarnya kuncup atau tunas dengan merk dagang seperti
Rapid Root dan Atonik. Metode pemberian zat pengatur tumbuh khususnya
IBA dapat diberikan dengan sistem quick dipping yaitu dengan cara
mencelupkan pangkal batang yang akan distek kedalam larutan IBA dan lama
pencelupannya sekitar 5 detik ( Restu dan Gatot,2018 ).

D. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Pisau
b. Sungkup / plastik
2. Bahan
a. Ranting / cabang orthotropy (cabang vertical) tanaman kopi
b. Tanah
c. pupuk kandang/kompos
d. zat pengatur tumbuh (Atonik / Rooton F / Rhizoton)
e. fungisida

E. Langkah Kerja
1 Siapkan stek dari ruas ke 3 atau 4 dari cabang reproduksi tanaman kopi
2 Potong stek dengan panjang secukupnya (stek 2 daun)
3 Rendam dengan fungisida
4 Rendam pangkal stek dengan zpt sebagai perlakuan. 3 tanaman di
rendam menggunakan zpt dan 3 tanaman sebagai kontrol, tidak direndam
zpt.
5 Siapkan media tanam berupa campuran tanah dan kompos/pupuk
kandang dengan perbandingan 1:1
6 Tanam stek dalam media tanam dan letakkan dalam naungan.
7 Lakukan penyiraman secara teratur.
F. Hasil Pengamatan
Tanggal Menggunakan ZPT Tanpa ZPT
Pengamatan 1 2 3 1 2 3
09 Mei 2021 0 0 0 0 0 0
Sumber : Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Industri dan Perkebunan
2021
G. Pembahasan
Kopi adalah salah satu tanaman semak yang dapat tumbuh di daerah
tropis dengan ketinggian 700 – 1600 mdpl. Pohon kopi dipangkas pendek
untuk menghemat energi dan bantuan panen, namun bisa tumbuh lebih dari
30 kaki (9 meter) tinggi. Setiap pohon ditutupi daun hijau dan ranting yang
saling bertautan saling berpasangan, tanaman kopi bisa hidup sampai 100
tahun, mereka umumnya paling produktif antara usia 7 dan 20.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif sangat penting artinya untuk
pengembangan klon dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam
kegiatan pemuliaan pohon karena, peranannya yang sangat besar dalam
meningkatkan perolehan genetik bandingkan dengan benih hasil,
penyerbukan alam. Stek merupakan perbanyakan tanaman menggunakan
potongan tanaman induk. Stek tanaman pada batang yaitu bakal stek diambil
dari batang atau cabang batang tanaman pohon induk yang akan diperbanyak
dan pemotongan sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hari.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan yaitu menanam bibit kopi
secara vegetatif yaitu dengan menggunakan stek batang. Perlakuan yang
digunakan dalam stek batang kopi yaitu menggunakan ZPT (zat pengatur
tumbuh dan kontrol dengan cara dicelupkan kedalam larutannya. ZPT
merupakan hormon sintetis dari luar tubuh tanaman. Zat pengatur tumbuh
memiliki fungsi untuk merangsang perkecambahan, pertumbuhan akar, dan
tunas. ZPT dapat mempengaruhi aktivitas jaringan pada berbagai organ atau
sistem organ tanaman. Parameter pengamatan dari praktikum kali ini yaitu
presentase stek bertunas serta jumlah daun yang tumbuh.
Berdasarkan data yang telah didapatkan yaitu mengamati jumlah tunas ,
bahwa stek batang kopi memiliki presentasi hidup 0% dikarenakan
lingkungan yang tidak sesuai untuk pertumbuhan stek kopi yaitu cuaca yang
tidak mendukung sehingga kelembaban tidak terjaga. Selain itu proses
transpirasi pada stek kopi sangat cepat dan akhirnya stek menjadi kering dan
mati. Dalam perlakuan juga untuk stek kopi menggunakan penyungkupan
yang berbahan dasar plastik untuk menjaga kelembaban, namun dikarenakan
curah hujan yang sangat tinggi sehingga mengakibatkan stek mati. Dilihat
faktor internal yang menyebabkan stek mati yaitu stek sebelum ditanam telah
melakukan transpirasi tinggi dan stek telah terkontaminasi karena pisau yang
digunakan saat pemotongan stek tidak steril ataupun bisa juga dikarenakan
ketinggian daerah yang idak sesuai dengan pertumbuhan kopi yaitu kopi
hanya dapat tumbuh diketinggian 700 – 1600 mdpl sedangkan praktikum kali
dilakukan pada ketinggian 1650 mdpl.

H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum dapat kami simpulkan bahwa :
1. Stek yang dilakukan pada praktikum ini adalah stek batang, caranya
dengan memotong stek dari ruas ketiga dan keempat pada cabang
reproduksi tanaman kopi dan teh. Kemudian, stek direndam dalam larutan
vitamin B dan atonik.
2. Pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) seharusnya berpengaruh terhadap
pertumbuhan stek tanaman kopi dan teh. Namun, pada praktikum ini
pemberian ZPT hasilnya hanya berpengaruh terhadap stek tanaman kopi
saja sementara pada pertumbuhan stek tanaman teh tidak berpengaruh.
Hal ini disebabkan kondisi lingkungan penanaman yang tidak sesuai
dengan syarat tumbuh tanaman teh dan peralatan kurang steril.
DAFTAR PUSTAKA

Hamni, 2013. Potensi Pengembangan Teknologi Proses Produksi Kopi Lampung.


Jurnal Mechanical, Volume 4, Nomor 1.

Hiidayanti R dan Subroto G. 2018. Pertumbuhan bibit kopi (coffe sp) Hasil
Sambung Hipokotil Sebagai Respon Pemberian Macam Dan Konsentrasi
Zat Pengatur Tumbuh. Jurnal Agritrop. Vol. 16 (1): 149-163.

Nuryani, Fitri. 2010. Budidaya Tanaman Kopi di Provinsi Lampung. PT


Mediyatama Sarana Perkasa:Jakarta.

PT. Perkebunan Nusantara XII. 2013. Pedoman Pengelolaan Budidaya Tanaman


Kopi Arabika. Surabaya (ID): PTPN XII.

Yunanda J, S Murniati, Yoseva. 2015. Pertumbuhan stek batang tanaman buah


naga (hylocereus costaricensis) dengan pemberian beberapa konsentrasi urin
sapi. JOM Faperta 2(1): 1-8.

Anda mungkin juga menyukai