BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai
Universitas Sriwijaya
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistematika Karet
Menurut Nazarrudin dan Paimin (2006) dalam dunia tumbuhan karet
tersusun dalam sistematika sebagai berikut.
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledone
Ordo
: Euphorbiales
Famili
: Euphorbiaceae
Genus
: Hevea
Spesies
: Hevea brasiliensis
Universitas Sriwijaya
beriklim tropis, maka karet juga cocok ditanam di daerah daerah tropis lainnya.
Daerah tropis yang baik ditanami karet mencakup luasan antara 15o Lintang Utara
sampai 10o Lintang Selatan. Walaupun daerah itu panas, sebaiknya tetap menyimpan
kelembapan yang cukup. Suhu harian yang diinginkan tanaman karet rata rata 25
30o C. Apabila dalam jangka waktu panjang suhu harian rata rata kurang dari 20o C,
maka tanaman karet tidak cocok di tanam di daerah tersebut.
Pada daerah yang suhunya terlalu tinggi, pertumbuhan tanaman karet tidak
optimal (Setiawan, 2000). Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian
antara 1 600 m dari permukaan laut. Curah hujan yang cukup tinggi antara 2000
2500 mm setahun. Akan lebih baik lagi apabila curah hujan itu merata sepanjang
tahun (Nazarrudin dan Paimin, 2006). Sinar matahari yang cukup melimpah di negara
negara tropis merupakan syarat lain yang diinginkan tanaman karet. Dalam sehari
tanaman karet membutuhkan sinar matahari dengan intensitas yang cukup paling
tidak selama 5 7 jam (Setiawan, 2000). Tanah tanah yang kurang subur seperti
podsolik merah kuning yang terhampar luas di Indonesia dengan bantuan pemupukan
dan pengelolaan yang baik bisa dikembangkan menjadi perkebunan karet dengan
hasil yang memuaskan. Selain jenis podsolik merah kuning, tanah latosol dan alluvial
juga bisa dikembangkan untuk penanaman karet. Tanah yang derajat keasamannya
mendekati normal cocok untuk ditanami karet. Derajat keasaman yang paling cocok
adalah 5 6. Batas toleransi pH tanah bagi pohon karet adalah 4 8. Tanah yang
agak masam masih lebih baik dari pada tanah yang basa. Topografi tanah sedikit
banyak juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Akan lebih baik apabila
tanah yang dijadikan tempat tumbuhnya pohon karet datar dan tidak berbukit bukit
(Nazarrudin dan Paimin, 2006)
2.4. Persiapan Lahan
Lahan tempat tumbuh tanaman karet harus bersih dari sisasisa tumbuhan hasil tebas, ngimas, tumbang sehingga jadwal
pembukaan
lahan
harus
disesuaikan
dengan
jadwal
Universitas Sriwijaya
membajak tanah
Pada lahan yang telah selesai tebas tebang dan lahan lain
dengan
larikan
sistem
antara
minimum
barisan
satu
tillage,
meter
yakni
dengan
dengan
cara
Universitas Sriwijaya
satuan
waktu
tertentu,
dan
mempertimbangkan
faktor
matang
sadap
dan
mempertinggi
hasil
Pueraria
javanica,
Centrosema
pubescens
dan
Tephorosia
Candida
dan
T.
Vogelili
sedangkan
sering
terjadi
angin
kencang
dan
serangan
babi
Universitas Sriwijaya
kerusakan oleh erosi dan / atau untuk memperbaiki sifat kimia dan
sifat fisik tanah.
Tanaman
penutup
tanah
berperan:
(1)
menahan
atau
mengurangi daya perusak butir-butir hujan yang jatuh dan aliran air
di atas permukaan tanah, (2) menambah bahan organik tanah
melalui batang, ranting dan daun mati yang jatuh, dan (3)
melakukan transpirasi, yang mengurangi kandungan air tanah.
Peranan
tanaman
penutup
tanah
tersebut
menyebabkan
mempunyai
sistem
perakaran
yang
tidak
menimbulkan
tanah
yang
baik
dan
tidak
mensyaratkan
tingkat
Universitas Sriwijaya
Universitas Sriwijaya
misal
lantai,
lembaran
kayu.
Biji
yang
baik
adalah
biji
yang
Universitas Sriwijaya
10
4. Permukaan tanah setelah dicangkul halus, dilapisi pasir halus setebal 5-10 cm.
5. Bedengan dibuat diberi atap/naungan miring arah utara selatan dengan tinggi di
sebelah utara 1,5 m dan sebelah selatan 1,2 m.
6. Naungan dibuat dari rumbia, daun kelapa atau plastik.
Setelah kimbed dapat digunakan, persemaian benih (pendederan) dapat segera
dilaksanakan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan selama persemaian biji, yaitu
:
1. Jarak antar barisan biji 5 cm dan jarak antar biji dalam barisan 2 cm. Bila jumlah
biji yang dikecambahkan lebih banyak, penanaman biji pada kimbed dapat lebih
rapat.
2. Letakkan biji dengan bagian perut yang lebih rata mengarah ke bawah di atas
permukaan pasir dan tekan sampai 3/4bagian biji terbenam.
3. Arah mata keluarnya lembaga mengarah ke satu arah.
Pemeliharaan kimbed dilakukan dengan melakukan penyiraman pagi dan sore.
Penyiraman pada pagi hari dilakukan pada pukul 06.00 - 09.00 WIB, sementara
penyiraman pada sore hari dilakukan pada pukul 15.00 - 18.00 WIB. Biji akan
tumbuh menjadi kecambah setelah 10-14 hari. Jika biji tumbuh lebih dari 14 hari
maka biji tersebut diafkir. Pemindahan ke lokasi pembibitan untuk batang bawah
sewaktu kecambah masih pendek dan sebelum membentuk daun (fase pancing).
Kecambah yang telah dicabut dari kimbed harus ditanam di pembibitan pada hari itu
juga.
2.5.3. Persemaian Bibit (Main Nursery)
Persemaian bibit dilakukan adalah sebagai persemaian tempat pemeliharaan
bibit sebagai batang bawah yang akan diokulasi. Bibit dipelihara untuk beberapa
bulan sampai tiba saatnya untuk siap diokulasi. Sebelum pelaksanaan penanaman
kecambah yang akan dijadikan bibit batang bawah, lahan yang akan digunakan
sebagai areal pembibitan harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:
1. Datar atau agak miring sedikit.
2. Dekat sumber air dan cukup subur.
Universitas Sriwijaya
11
Universitas Sriwijaya
12
Universitas Sriwijaya
13
2. Waktu pelaksanaan
3. Kebersihan
4. Teknik Okulasi
Kontrol okulasi dilakukan 2-3 minggu setelah okulasi dan pembalut dapat
dibuka. Pemeriksaan dilakukan dengan menggores sedikit jendela okulasi, bila
berwarna hijau segar, maka okulasi tersebut dinyatakan berhasil. Setelah okulasi
dibuka, pemotongan batang bawah harus dilakukan dengan tujuan pangalihan
transport unsur hara dari cabang atas ke mata tunas dan digunakan untuk
pertumbuhan mata tunas. Pemotongan dilakukan dengan arah potongan miring 40
dengan bagian yang lebih tinggi terletak di atas mata okulasi. Pembongkaran tanaman
induk dilakukan dilakukan 10 hari setelah pemotongan atau ketika mata tunas mulai
tumbuh dengan ukuran 0.3 0.5 cm. pembongkaran dilakukan dengan dicangkul
sampai terlihat akar tunggang dan dilakukan pemotongan dan pencabutan.
Selanjutnya benih berupa bibit hasil okulasi dapat segera ditanam dalam media dalam
polibag.
2.5.5. Bibit Polibag
Pemindahan bibit hasil okulasi ke polybag bertujuan untuk memudahkan saat
bibit akan ditanam dilahan, teknisnya dilakukan pembongkaran dengan cangkul pada
bibit okulasian. Akar tunggang dipotong dan disakan 20 25 cm kemudian dioles
rootone yang merupakan zat perangsang tumbuh akar. Bibit ditanam pada polybag
berukuran 40 x 25 cm dengan media tanah dan pupuk kandang perbandingan 2 : 1,
bagian bawah polybag diberi lubang lubang yang berfungsi mengalirkan kelebihan
air pada polybag. Bibit ditata dengan posisi mata tunas saling berlawanan arah
sehingga nantinya saat tunas sudah besar memiliki ruang tumbuh dan tidak
mengganggu satu sama lain. Bibit omti dalam polybag berumur + 5 bulan dan
berpayung dua siap untuk ditanam
Berikut kegiatan pemeliharaan benih polibag :
1. Penyiraman, penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore.
Universitas Sriwijaya
14
Universitas Sriwijaya
15
pemupukan tersebut dilakukan agar kualitas lateks yang dihasilkan dari tanaman karet
tetap terjaga. Program pemupukan secara berkelanjutan pada tanaman karet harus
dilakukan dengan dosis yang seimbang dua kali pemberian dalam setahun. Jadwal
pemupukan pada semester 1 yakni dimulai pada bulan januari hingga Februari, pada
semester 2 dimulai pada bulan Juli hingga Agustus.
Tanaman karet tentunya membutuhkan beberapa unsur hara yang sangat
penting untuk pertumbuhan batang karet agar dapat subur dan cepat besar serta cepat
produksi. Adapun mengenai hal tersebut, pupuk yang sering digunakan untuk
tanaman karet yaitu pupuk Urea, SP-36, dan KCl. Dalam pemupukan tanaman karet
ada dua hal yang perlu di perhatikan dalam program pemupukan tanaman karet. Yang
pertama yaitu pemupukan yang diperlakukan terhadap tanaman karet belum
menghasilkan (TBM) dan yang kedua pemupukan terhadap tanaman karet yang
menghasilkan (TM).
2.7.1. Pemupukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM)
Pemupukan pada TBM berfungsi untuk mempercepat tanaman mencapai
matang sadap. Pada umumnya unsur yang diberikan adalah N, P, K dan Mg dengan
dosis sesuai anjuran pada daerah setempat. Pupuk ini diberikan dua kali dalam
setahun yaitu pada awal dan akhir musim hujan. Jika dirasa perlu, penggunaan pupuk
daun juga dapat dilaksanakan. Dosis pupuk untuk tanaman belum menghasilkan dapat
dilihat tabel berikut:
Universitas Sriwijaya
16
2.7.1.2 Penyulaman
Bibit yang baru ditanam harus diperiksa setiap dua minggu sekali selama tiga
bulan pertama setelah penanaman. Pemeriksaan ini penting khususnya bila bahan
tanam yang digunakan adalah stum matta tidur. Bibit yang mati harus segera diganti
atau disulam dengan bibit yang baru agar populasi tanaman dapat dipertahankan dan
seragam.
Penyulaman sebaiknya dilakukan dengan bahan tanam yang mempunya umur
relatif sama atau lebih tua dari tanaman yang disulam. Untuk memperoleh bahan
tanam yang seumur, haruslah disediakan bibit terlebih dahulu bahan tanam dalam
bentuk polibag dan disulam pada tahun yang sama. Jika penyulaman masih harus
dilakukan pada tahun ke-dua atau tahun ke-tiga penyulaman harus dilakukan dengan
bahan tanam berupa stum mata tinggi.
2.7.1.3. Pembuangan Tunas Palsu
Tunas palsu pada tanaman karet adalah tunas yang tumbuh bukan dari mata okulasi.
Tunas ini banyak dijumpai pada bibit stum mata tidur, sedangkan pada bibit stum
mini atau bibit polibag, tunas palsu relatif jarang ditemui.
Tunas palsu dapat menghambat tumbuhnya mata okulasi bahkan dapat menyebabkan
mata okulasi tidak tumbuh, karena pasokan fotosintat yang dihasilkan diserap
seluruhnya untuk pertumbuhan tunas palsu. Oleh karena itu, tunas palsu harus
dibuang agar pertumbuhan dan populasi tanaman tetap optimal. Pembuangan tunas
sebaiknya dilakukan ketika tunas tersebut belum mengayu atau dilakukan pada awalawal pertumbuhan bibit
2.7.2. Pemupukan pada Tanaman Menghasilkan (TM)
Pemupukan pada tanaman menghasilkan didasarkan pada analisa tanah dan
daun yang dapat dilakukan 1 sampai 2 tahun sekali. Oleh karena itu untuk masingmasing daerah dosis pupuk yang diberikan sangat bervariasi. Pupuk diberikan dengan
cara disebar disekitar daerah perakaran tanaman lalu dicampur dengan tanah.
Universitas Sriwijaya
17
Pemupukan dilakukan dua kali dalam setahun yaitu pada awal dan akhir musim
hujan. Rekomendasi umum untuk pemupukan tanaman menghasilkan dapat dilihat
tabel seperti dibawah ini:
Tabel 2.7.2 Rekomendasi Pemupukan Tanaman Menghasilkan
Urea
Umur
(g/pohon/t SP 36
KCL
Frekuensi Pemupukan
Tanaman
h)
6-15
2 kali/th
16-25
350
260
300
2 kali/th
>25 sampai 2 300
190
250
2 kali/th
tahun sebelum 200
150
peremajaan
Sebelum melakukan pemupukan pada tanaman karet yang telah menghasilkan
yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah melakukan pembersihan kebun. Kebun
karet yang baik adalah kebun yang bebas dari tanaman pengganggu agar tidak terjadi
persaingan kompetitif dalam penyerapan unsur hara dalam tanah. Apabila tanaman
pokok terganggu dalam pencarian makanan atau dalam penyerapan unsur hara
tanaman, maka proses reproduksi terganggu sehingga hasil produksi getah akan
berkurang. Pupuk Urea mengandung unsur hara N (nitrogen) 46% dalam setiap berat
100 gram, fungsi dari pupuk urea ini adalah membuat daun karet menjadi hijau
mengkilat serta meningkatkan pertumbuhan batang agar menjadi besar serta cabang
pohon karet dan juga peningkatan jumlah hasil sadap tanaman karet. Pupuk SP36
merupakan sumberdaya posfor untuk tanaman karet serta mudah larut dalam air,
fungsi dari pupuk ini adalah mempercepat pertumbuhan akar agar pohon karet tahan
terhadap kekeringan di musim kemarau, meningkatkan hasil produksi getah karet,
menambah ketahanan terhadap hama penyakit tanaman karet.
Pada pupuk KCl memiliki fungsi dalam mempercepat proses unsur
metabolisme unsur nitrogen dan zat-zat unsur hara lainnya pada tanaman karet,
menambah daya tahan batang karet agar tidak roboh atau tumbang. Selain itu,
sebelum melakukan pemupukan perlu diperhatikan pula keadaan cuaca, karena jika
Universitas Sriwijaya
18
melakukan pemupukan di saat hujan turun maka akan terjadi pencuncian unsur hara,
sehingga unsur hara yang di serap oleh akar tanaman akan diperoleh sedikit, dan juga
kadar dosis untuk pemupukan tanaman per hektar perlu diperhatikan agar dapat
mengurangi perkembangbiakan organisme pengganggu tanaman (OPT), serta
memahami sifat fisik, kimia dan biologi tanah atau dengan kata lain tingkat
kesburannya, agar pertumbuhan tanaman karet bisa memberikan hasil yang produktif.
2.8.Panen
2.8.1.Pemberian Stimulan
Untuk mengoptimalkan penggunaan tenaga kerja, beberapa dekade ini telah
lazim digunakan bahanstimulan untuk memperpanjang lama aliran lateks atau
meningkatkan produksi harian. Stimulan yang biasa digunakan adalah etepon
(Chloro-ethyl phosphonic acid) . Di pasaran banyak dikenal berbagai produk stimulan
seperti Ethrel, Islin. Flo-tek, Green Omega, dan lain-lain. Bahan ini akan terhidrolisis
dan mengeluarkan hormon berupa gas etilen (C 2=H4). Gas etilen merupakan bahan
aktif yang dapat mendorong stabilitas lateks untuk mengalir lebih lama (misalnya dari
3 - 4 jam menjadi 9 -10 jam), sehingga produksi lateks harian dapat meningkat
khususnya pada klon yang responsif. Faktor utama dalam aplikasi stimulan adalah
konsentrasi bahan, dosis dan aplikasinya. Adapun aplikasi stimulan tergantung pada
caranya, dosisnya dan frekuensinya.
Notasi aplikasi stimulan:
ET2.5% : Etepon (Ethrel) konsentrasi 2,5%
ET5.0% : Etepon (Ethrel) konsentrasi 5,0%
Ga : Cara membuang skrep dan dioles pada alur sadap (groove) dengan pelarut air
Ba : Cara dikerok dan dioles pada kulit / bidang sadap (bark) dengan pelarut minyak
sawit mentah (CPO)
Pa : Cara dioles pada panel sadap dengan pelarut air
9/y(m) : Pemberian 9 kali dalam setahun, diaplikasi sebulan sekali
18/y(2w) : Pemberian 18 kali dalam setahun, diaplikasi sebulan dua kali
Dalam pelaksanaan aplikasi stimulan perlu diperhatikan beberapa hal berikut :
Universitas Sriwijaya
19
artinya tanaman karet telah sanggup disadap untuk dapat diambil lateksnya tanpa
menyebabkan gangguan yang berarti terhadap pertumbuhan dan kesehatannya.
a.
Umur Tanaman
Dalam keadaan pertumbuhan normal, tanaman karet akan siap disadap pada umur 4
6 tahun. Namun demikian seringkali dijumpai tanaman belum siap disadap walau
umurnya sudah lebih dari 6 tahun. Hal ini terjadi akibat kondisi lingkungan dan
pemeliharaan
yang
kurang
mendukung
pertumbuhan
tanaman.
Sebenarnya
Penyadapan karet dapat dilakukan pada usia kurang dari 5 tahun dengan syarat
kondisi lingkungan dan pemeliharaan dilakukan dengan sangat baik sehingga
pertumbuhan tanaman akan lebih cepat.
b. Pengukuran Lilit Batang
Tanaman karet dikatakan matang sadap apabila lilit batang sudah mencapai 43 cm
atau lebih. Pengukuran lilit batang untuk menentukan matang sadap mulai dilakukan
Universitas Sriwijaya
20
pada waktu tanaman berumur 4 tahun. Lilit batang diukur pada ketinggian batang 100
cm dari pertautan mata okulasi.
c.
Kebun dikatakan matang sadap kebun apabila jumlah tanaman yang sudah matang
sadap pohon sudah mencapi 60% atau lebih. Pada kebun yang terpelihara dengan
baik, jumlah tanaman yang matang sadap pohon biasanya telah mencapai 60-70%
pada umur 4-5 tahun.
2.8.2.2 Persiapan Pembukaan Bidang Sadap
Sebelum melakukan pembukaan bidang sadap dilakukan Penggambaran bidang sadap
pada kebun yang sudah mencapai matang sadap. Kriteria yang ditetapkan dalam
penggambaran bidang sadap terdiri dari tinggi bukaan sadap, arah dan sudut
kemiringan irisan sadap, panjang irisan sadap, dan letak bidang sadap.
a.
Tinggi bukaan sadap adalah 130 cm diatas pertautan okulasi. Ketinggian ini berbeda
dengan ketinggian pengukuran lilit batang untuk penentuan matang sadap.
b. Arah dan Sudut Kemiringan Irisan Sadap
Arah dan sudut kemiringan irisan sadap diharapkan dapat memotong pembuluh lateks
sebanyak mungkin agar lateks yang keluar maksimal. Posisi pembuluh lateks pada
umumnya tidak sejajar dengan batang tanaman tetapi agak miring dari kanan atas
kekiri bawah membentuk sudut 3,7 derajat dengan bidang tegak. Agar pembuluh yang
terpotong maksimal jumlahnya, arah irisan sadap harus dari kiri atas kekanan bawah
tegak lurus terhadap pembulu lateks. Sudut kemiringan irisan sadap berpengaruh
terhadap produksi. Sudut kemiringan yang paling baik berkisar antar 30 40 derajat
terhadap bidang datar untuk bidang sadap bawah dan 45 derajat pada bidang sadap
atas. Sudut kemiringan sadap juga berpengarug pada aliran lateks kearah mangkuk
sadap.
c.
Universitas Sriwijaya
21
Pelaksanaan Penyadapan
Pembuluh lateks dalam kulit batang tersusun berupa barisan dan terdapat pada bagian
luar sampai bagian dalam kulit, semakin kedalam jumlah pembuluh kateks semakin
banyak. Kedalaman irisan sadap yang dianjurkan adalah 1 mm 1,5 mm agar pohon
dapat disadap 25 30 tahun.
b. Ketebalan irisan sadap
Lateks akan mengalir dengan cepat pada awalnya, dan semakin lama akhirnya akan
semakin lambat hingga akhirnya terhenti sama sekali. Hal ini disebabkan
tersumbatnya ujung pembuluh lateks dengan gumpalan lateks. Sumbatan berupa
lapisan yang sangat tipis. Lateks akan mengalir bila sumbatan dibuang dengan cara
mengiris kulit pada hari sadap berikutnya dengan ketebalan 1,5 mm 2 mm setiap
penyadapan .
Universitas Sriwijaya
22
didadihkan dari KKK 28% - 30% menjadi KKK 60% - 64%. Peralatan yang
diperlukan adalah tangki dadih dari plastik, pengaduk kayu, dan saringan lateks 60
mesh. Bahan-bahan yang diperlukan berupa bahan pendadih yaitu campuran
amonium alginat dan karboksi metil selulose, bahan pemantap berupa amonium laurat
dan pengawet berupa gas atau larutan amoniak. Pengolahan lateks pekat melalui
beberapa tahap yaitu penerimaan dan penyaringan lateks kebun, pembuatan larutan
pendadih, pendadihan dan pemanenan.
b. Lump Mangkok
Universitas Sriwijaya
23
Universitas Sriwijaya
24
Proses pengolahan sit asap hampir sama dengan sit angina. Bedanya terletak
pada proses pengeringan, dimana pada sit asap dilakukan pengasapan pada suhu yang
bertahap antara 40o- 60o C selama 4 hari, dengan pengaturan sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan Praktikum Pengelolaan Perkebunan
karet ini dilakukan dari bulan September November 2014 di Lahan Praktikum
Perkebunan Karet, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya, Indralaya.
3.2.Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah (1) Cangkul (2)
Pisau okulasi (3) Ember (4) Ajir (5) tali raffia (6) plastik okulasi (7) meteran. Dan
bahan yang digunakan adalah (1) biji karet (2) pupuk anorganik (3) Air
Universitas Sriwijaya
25
3.3.Cara Kerja
3.3.1 Pengajiran
Adapun cara kerja dalam pelaksanaan praktikum pengajiran ini adalah sebagai
berikut :
1. Praktikan membawa ajir sebanyak 70 buah
2. Setiap kelompok mendapatkan lahan seluas 50 m x 13 m dengan jarak tanam 6 m
x 3 m.
3. Sebelumnya tali rafia dengan ukuran 50 m telah dibagi menjadi 8 titik ukuran 6 m
di bentangkan utara ke selatan di pasang ajir utamanya di setiap ujung tali
tersebut.
4. Tali rafia dengan ukuran 13 m yang telah di bagi menjadi 4 titik di setiap ukuran 3
m membentang dari timur ke barat dan di pasang ajir utamanya di ujung tali.
5. Kemudian diikuti dengan pembuatan ajir ke arah selatan dan ke arah timur, pada
tiap tiap titik jarak tanam di pasanglah kayu ajir,
6. Untuk membantu agar pola ajiran tersebut lurus maka digunakan kompas
3.3.2
24
Adapun cara kerja dalam pelaksanaan praktikum penanaman bibit tanaman karet di
lapangan ini adalah sebagai berikut :
1. Buat lubang tanam berukuran 40 x 40 x 40 cm pada lahan yang telah dilakukan
pengajiran.
2. Lubang dibuat di sisi kanan ajir.
3. Buka polybag dari bibit dengan hati-hati agar akar tanaman tidak stress.
4. Masukkan bibit beserta tanahnya kedalam lubang dan tutup kembali dengan
tanah.
5. Siram dengan air.
3.3.3 Penanaman Stum Mata Tidur di Polibag
Adapun cara kerja dalam pelaksanaan praktikum Penanaman stum mata tidur di
dalam polybag ini adalah sebagai berikut :
1. Isi polybag dengan tanah liat yang diambil di lahan botum UNSRI menggunakan
cangkul.
2. Celupkan tanah kedalam ember yang berisi air.
Universitas Sriwijaya
26
Universitas Sriwijaya
27
Barat.
Benih direndam POC NASA selama 3-6 jam (1 tutup/liter air).
Benih disemaikan langsung disiram larutan POC NASA 0,5 tutup/liter air.
Jarak tanam benih 1-2 cm.
Siram benih secara teratur, dan benih yang normal akan berkecambah pada 10-14
hss dan selanjutnya dipindahkan ke tempat persemaian bibit.
Universitas Sriwijaya
28
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil yang diperoleh pada praktikum Pengelolaan Perkebunan Karet ini
antara lain sebagai berikut:
4.1.1. Tabel Praktikum Pemeliharaan Kebun Entres
No
Praktikan
Erlina
23
Fadhil Tamamin
22
Frisdani Simatupang
18
Jesika Manurung
34
Mika Evelin P
29
M. Kudus Perdana
24
7
8
23
17
Tulus Angkumiharja
23
10
23
Jumlah
Daun
84 cm
27
55cm
13
38
3 cm
Stadia
Stadia Mentis
0,3 %
Universitas Sriwijaya
29
7-9 cm
Stadia Jarum
0,5 %
10 cm
Stadia Pancing
0,5 %
16 cm
Stadia payung
28
0,5 %
Tanaman 1
Tanaman 2
Tanaman Mati
Tanaman Mati
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada praktikum pemeliharaan kebun entres di
dapat data bahwa pada kebun entres tersebut memiliki jumlah mata tunas diatas 20
dalam rentang 100 cm, dengan demikian kebun entres tersebut dapat dikatakan baik
karena pada suatu kebun entres harus memiliki minimal 20 mata tunas dalam rentang
100 cm. Pemeliharaan kebun karet dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu
pemeliharaan
tanaman
belum
menghasilkan
dan
pemeliharaan
tanaman
Universitas Sriwijaya
30
gulma
Areal
pertanaman
karet,
baik
tanaman
belum
menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah menghasilkan (TM) harus bebas dari
gulma seperti alang-alang, Mekania, Eupatorium, dll sehingga tanaman dapat tumbuh
dengan baik. Lakukan penyiangan untuk menghindari persaingan tanaman di dalam
pengambilan unsur hara. Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang telah
mati sampai dengan tanaman telah berumur 2 tahun pada saat musim penghujan.
Tunas palsu harus dibuang selama 2 bulan pertama dengan rotasi 2 minggu sekali,
sedangkan tunas lain dibuang sampai tanaman mencapai ketinggian 1,80 m. Setelah
tanaman berumur 2-3 tahun, dengan ketinggian 3,5 m dan bila belum bercabang,
perlu diadakan perangsangan dengan cara pengeratan batang, pembungkusan pucuk
daun dan pemenggalan.
Pada praktikum penanaman terdapat bahan tanam berupa bibit dalam polybag,
tingkat keberhasilan penanaman sangat ditentukan oleh bahan tanam tersebut. Bibit
tanam yang digunakan memiliki tinggi 80-90 cm dengan dua payung. Pengembangan
perkebunan karet memberikan peranan penting bagi perekonomian nasional, yaitu
sebagai sumber devisa, sumber bahan baku industri, sumber pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat serta sebagai pengembangan pusat-pusat pertumbuhan
perekonomian di daerah dan sekaligus berperan dalam pelestarian fungsi lingkungan
hidup. Guna mendukung keberhasilan pengembangan karet, perlu disusun Teknis
Universitas Sriwijaya
31
Budidaya Tanaman Karet digunakan sebagai acuan bagi pihak-pihak yang terkait
pengolahan komoditi tersebut.
Pertumbuhan tanaman karet pada fasebelum menghasilkan umumnya mengikuti
sebuah siklus, artinya pada suatu saat tanaman karetakan tumbuh tinggi tanpa
membentuk paying daun dan pada suatu saat pertumbuhan tinggi tanaman akan
terhenti dan membentuk paying daun. Selama payung daun yang terbentuk belum
benar-benar tua, tinggi tanaman tidak bertambah, dan apabila daun-daun pada payung
daun tersebut sudah benar-benar tua tanaman akan tumbuh tinggi tanpa membentuk
paying daun, begitu seterusnya. Pertumbuhan tanaman yang demikian apabila
dibiarkan dapat menyebabkan batang tanaman mudah patah karena tiupan angin.
Oleh karena itu, pertumbuhan tinggi batang haruslah dibatasi dengan cara
merangsang percabangan tanaman pada ketinggian > 3 meter dari permukaan tanah.
Dengan terbentuknya percabangan, tanaman akan lebih kuat menahan terpaan angin.
Perangsangan percabangan bisa dilakukan dengan berbagai cara yang diantaranya
adalah penyanggulan, pemangkasan daun, dan pemenggalan batang.
Pada praktikum pendederan ,jumlah biji karet yang tumbuh sangatlah sedikit.
Pada lahan pendederan terjadi serangan hama dan penyakit tanaman. Hama yang
menyerang tanaman karet adalah tikus yang menyebabkan adanya lubang- lubang
pada media tanam tersebut. Hal lain yang menyebabkan tanaman ini tidak tumbuh
adalah kondisi biji yang tidak baik serta waktu penanaman yang tidak tepat. Pada
praktikum okulasi tidak ada okulasi yang tumbuh dikarenakan lahan yang terbakar.
Untuk bisa disadap, tanaman karet yang berada dalam suatu hamparan lahan
harus sudah matang sadap pohon dan matang sadap kebun. Matang sadap pohon
adalah suatu kondisi di mana tanaman karet akan memberikan hasil lateks maksimal
ketika disadap tanpa menyebabkan gangguan pada pertumbuhan dan kesehatan pohon
karet tersebut . Dengan perawatan yang baik, matang sadap pohon umumnya bisa
dicapai pada saat tanaman karet berusia 4-5 tahun. Ciri utama tanaman karet yang
sudah matang sadap pohon adalah lilit batang yang sudah mencapai 45 cm pada
ketinggian 100 cm dari pertautan okulasi (kaki gajah). Matang sadap kebun adalah
jumlah tanaman yang sudah matang sadap pohon dalam suatu areal pertanaman karet
Universitas Sriwijaya
32
sudah mencapai 6070 % ketika berusia 4-5 tahun. Pada saat matang sadap pohon,
diharapkan ketebalan kulit kayu sudah mencapai 6-7 mm.Saat mencapai umur 5
tahun, dilakukan pe-lejer-an pada tanaman karet yang berada di hamparan lahan
karet. Pe-lejer-an adalah pemberian tanda pada tanaman karet, apakah tanaman karet
sudah matang sadap pohon atau belum. Lilit batang yang berukuran 45cm diberi
tanda (T). Yang lebih dari 45 cm diberi tanda (+).
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari Praktikum Pengelolaan
Perkebunan Karet adalah sebagai berikut :
Universitas Sriwijaya
33
1. Karet adalah salah satu komoditas penting di Indonesia yang menyumbang devisa
bagi negara dan berguna untuk dijadikan bahan baku keperluan sehari-hari.
2. Budidaya tanaman karet adalah Persiapan Lahan, Pembibitan, Penanaman,
Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan
(TM), Proses Panen meliputi Pemberian Stimulan dan Penyadapan dan Pasca
Panen.
3. Pada Praktikum Pemeliharaan Kebun Entres beberapa memiliki mata tunas diatas
20, yang mengartikan pohon karet memiliki tunas yang baik dalam rentang
ketinggian 100 cm, Pada Praktikum Pendederan dilakukan pengamatan biji karet
dengan tinggi 3 cm, stadia mentis untuk bii yang tumbuh serta presentase
pertumbuhan sebesar 0.3% dan biji karet stadia jarum dengan tinggi 7-9 cm
dengan presentase pertumbuhan 0,5%
4. Praktikum Okulasi tidak dapat diketahui hasilnya dikarenakan lahan perkebunan
karet terbakar habis pada minggu berikutnya.
5. Untuk bisa disadap, tanaman karet yang berada dalam suatu hamparan lahan
harus sudah matang sadap pohon dan matang sadap kebun.
5.2.
Saran
Saran yang dapat diberikan dalam praktikum ini, agar tiap praktikan dapat
melakukan pengamatan setiap minggu agar didapat hasil data yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Chairil, 2006. Jurnal Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Medan.
Oleh PT. FABA Indonesia Konsultan
33
Benny, dkk. 2013. Uji Dosis dan Cara Aplikasi Biofungisida Bacillus Sp. Terhadap
Penyakit Jamur Akar Putih (Rigidoporus Lignosus) pada Tanaman Karet di
Pembibitan. Agroekoteknologi 1 (2) : 58-66.
Ekpete, et all. 2011. Fixed Bed Adsorption of Chlorophenol on to Fluted Pumpkin
and Commercial Activated Carbon. Basic and Applied Sciences 5 (11): 11491155.
Universitas Sriwijaya
34
Universitas Sriwijaya