Anda di halaman 1dari 41

TUGAS TERSTRUKTUR

BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN

PEMELIHARAAN TANAMAN KARET

Oleh :

Deni parlindungan (A1L008215)


Dhea Rafdian (A1L008212)
Inne Nirmala (A1L008213)
Gerdy Rizaldi (A1L008185)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2010
1. PENDAHULUAN

Dewasa ini cara hidup masyarakat modern tidak dapat terlepas dari
karet. Karet dihasilkan dari tanaman karet yang memiliki nama latin Hevea
brasiliensis yang berasal dari Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama
bahan karet alam dunia. Padahal jauh sebelum tanaman karet
dibudidayakan, penduduk asli diberbagai tempat, seperti Amerika selatan,
Afrika dan Asia menggunakan pohon-pohon lain yang juga menghasilkan
getah. Getah yang mirip lateks dapat diperoleh juga dari tanaman Castilla
elastica yang banyak hidup di rimba Bolivia dan Meksiko.
Kualitas dan hasil produksi karet alam sangat terkenal dan
merupakan dasar perbandingan yang baik untuk barang-barang karet buatan
manusia. Karet alam mempunyai daya lentur yang tinggi, kekuatan tensil,
dan dapat dibentuk dengan panas yang rendah. Daya tahan karet terhadap
benturan, goresan, dan koyakan sangat baik. Namun karet alam tidak begitu
tahan terhadap faktor-faktor lingkungan, seperti oksidasi dan ozon. Karet
alam juga mempunyai daya tahan yang rendah terhadap bahan-bahan kimia
seperti bensin, minyak tanah, bensol dan pelarut lemak.
Di Indonesia tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang
memiliki posisi yang cukup penting. Prospek pasarnya pun cukup cerah,
selian permintaan karet dunia terus meningkat Indonesia memiliki lahan
perkebunan karet yang cukup luas. Maka dari itu mengingat tanaman karet
merupakan komoditas perkebunan yang cukup penting maka agar
produktivitas karet terus meningkat perlu dilakukan upaya-upaya antara lain
: peningkatan produksi lahan dengan teknologi intercropping, peningkatan
mutu dengan sistem pengolahan yang lebih baik dan pengembangan produk
baru guna membuka peluang pasar yang lebih luas.
2. ISI

A. PERSIAPAN TANAM DAN PENANAMAN KARET

Dalam penanaman karet dikenal dua istilah yaitu replanting dan


newplanting. Replanting merupakan penanaman kembali atau menggantikan
tanaman karet lama dengan yang baru dengan alas an tanaman yang lama
sudah tidak ekonomis lagi. Newplanting merupakan penanaman tanaman
karet pada suatu areal perkebunaan yang dibuka dan sebelumnya tidak
ditanami tanaman karet. Persiapan penanaman antara replanting dan
newplanting sebenarnya tidak jauh berbeda, semakin baik persiapan dan
pemikirannya maka akan semakin efektif dan efisien tindakan persiapan dan
penanaman yang dilakukan.
Kegitan persiapan tanam pertama yang dilakukan adalah pengolahan
tanah. Dengan tujuan efisiensi biaya, pengolahan lahan untuk pertanaman
karet dapat dilaksanakan dengan sistem minimum tillage, yakni dengan
membuat larikan antara barisan satu meter dengan cara mencangkul selebar
20 cm. Namun demikian pengolahan tanah secara mekanis untuk lahan
tertentu dapat dipertimbangkan dengan tetap menjaga kelestarian dan
kesuburan tanah. Dalam pengolahan tanah dilakukan pembersihan seperti
pembabatan pohon dan alang-alang yang tumbuh, proses pembabatan dapat
dilakukan dengan cara manual ataupun mekanik dengan
mempertimbangakan luasan lahan perkebunannya. Setelah pembersihan,
kemudian tanah diolah dengan cangkul atau traktor, selain itu juga,
pengolahan tanah dengan cangkul atau traktor dapat membersihkan sisa-sisa
akar tanaman yang mungkin bisa menjadi inang bagi OPT.
Tanah yang memiliki kemiringan di atas 10o, hendaknya dibuat teras.
Lebar teras minimal 1.5 m. Jarak antar teras yang satu dengan yang lain 7 m
untuk jarak tanam (7x3) m. Pembuatan teras dilakukan dengan cara
menggali tanah yang landai ke dalam. Tanah galian ini di uruk di bagian
bawahnya hingga terbentuk teras. Pembentukan teras dimaksudkan agar
tanah tidak mudah tererosi. Pada tanah yang landai biasanya dibuat rorak
dengan saluran air yang terbuat dari semen untuk mengurangi terjadinya
erosi. Selain persiapan tersebut, perkebunan karet juga hendaknya
memperhatikan sarana dan prasana yang lainnya seperti pembuatan jalan di
areal perkebunan. Jalan yang baik akan mampu memperlancar kegiatan
pengawasan dan pekerjaan. Jenis jalan yang dibuat di areal kebun karet
adalah jalan utama, jalan produksi, jalan antar blok, jalan kontrol, dan jalan
pengangkutan lateks.
Pembuatan jalan harus direncanakan dan dilaksanakan sebaik-
baiknyadengan menyesuaikan kemudahan angkutan lateks dari kebun ke
tempat pengolahan. Harus diperhatikan lekuk lahan, tinggi kenaikan jalan,
dan kemiringan jalan tersebut. Jaringan jalan harus ditata dan dilaksanakan
pada waktu pembangunan tanaman baru (tahun 0) dan dikaitkan dengan
penataan lahan ke dalam blok-blok tanaman. Pembangunan jalan di areal
datar dan berbukit dengan pedoman dapat menjangkau setiap areal terkecil,
dengan jarak pikul maksimal sejauh 200 m. Sedapatkan mungkin seluruh
jaringan ditumpukkan atau disambungkan, sehingga secara keseluruhan
merupakan suatu pola jaringan jalan yang efektif. Lebar jalan disesuaikan
dengan jenis/kelas jalan dan alat angkut yang akan digunakan. Pada
dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim
untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media
tumbuhnya yaitu sebagai berikut.
a. Iklim
Secara garis besar tanaman karet dapat tumbuh baik pada kondisi
iklim sebagai berikut : suhu rata-rata harian 28° C (dengan kisaran 25-35o
C) dan curah hujan tahunan rata-rata antara 2.500 – 4.000 mm dengan hari
hujan mencapai 150 hari per tahun. Pada daerah yang sering turun hujan
pada pagi hari akan mepengaruhi kegiatan penyadapan. Daerah yang sering
mengalami hujan pada pagi hari produksinya akan kurang. Keadaan daerah
di Indonesia yang cocok untuk pertanaman karet adalah daerah-daerah
Indonesia bagian barat, yaitu Sumatera, Jawa dan Kalimantan, sebab
iklimnya lebih basah
Tanaman karet tumbuh dengan baik di daerah tropis. Daerah yang
cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 15° LS dan 15° LU.
Bila ditanam di luar zone tersebut, pertumbuhannya agak lambat, sehingga
memulai produksinya pun lebih lambat. Tanaman karet tumbuh optimal di
dataran rendah, yakni pada ketinggian sampai 200 meter di atas permukaan
laut. Makin tinggi letak tempat, pertumbuhannya makin lambat dan hasilnya
lebih rendah. Ketinggian lebih dari 600 meter dari permukaan laut tidak
cocok lagi untuk tanaman karet.
Angin juga dapat mempengaruhi pertumbuhan pertanaman karet,
angin yang kencang dapat mematahkan tajuk tanaman. Di daerah berangin
kencang dianjurkan untuk ditanamai penahan angin di sekeliling kebun.
Selain itu angin menyebabkan kelembaban udara di sekitar tanaman
menipis. Dengan keadaan demikian akan memperlemah turgor tanaman.
Tekanan turgor yang lemah berpengaruh terhadap keluarnyalateks pada
waktu sadap, walaupun tidak berpengaruh nyata, tetapi angin akan
berpengaruh terhadap jumlah produksi yang diperoleh.
b. Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih
mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal
ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh
tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan
dengan perbaikan sifat fisiknya. Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan
syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan
pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang
cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi
dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena
kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat
fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik.
- Reaksi tanah berkisar antara pH 3, 0 - pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada
pH < 3,0 dan > pH 8,0. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman
karet pada umumnya antara lain.
- Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan danlapisan
cadas
- Aerase dan drainase cukup
- Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
- Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
- Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm
- Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur haramikro
- Reaksi tanah dengan pH 4,5 - pH 6,5.
- Kemiringan tanah < 16% dan
- Permukaan air tanah < 100 cm.

Tanaman karet perkebunan biasanya ditanam dalam bentuk bibit.


Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan penanaman ini adalah
persiapan bibit, kebutuhan bibit, pembongkaran bibit, pengangkutan, dan
cara-cara penanamannya di areal perkebunan.
1. Pengolahan Tanah
Kegitan persiapan tanam pertama yang dilakukan adalah pengolahan
tanah. Dengan tujuan efisiensi biaya, pengolahan lahan untuk pertanaman
karet dapat dilaksanakan dengan sistem minimum tillage, yakni dengan
membuat larikan antara barisan satu meter dengan cara mencangkul selebar
20 cm. Namun demikian pengolahan tanah secara mekanis untuk lahan
tertentu dapat dipertimbangkan dengan tetap menjaga kelestarian dan
kesuburan tanah. Dalam pengolahan tanah dilakukan pembersihan seperti
pembabatan pohon dan alang-alang yang tumbuh, proses pembabatan dapat
dilakukan dengan cara manual ataupun mekanik dengan
mempertimbangakan luasan lahan perkebunannya. Setelah pembersihan,
kemudian tanah diolah dengan cangkul atau traktor, selain itu juga,
pengolahan tanah dengan cangkul atau traktor dapat membersihkan sisa-sisa
akar tanaman yang mungkin bisa menjadi inang bagi OPT.
Tanah yang memiliki kemiringan di atas 10o, hendaknya dibuat teras.
Lebar teras minimal 1.5 m. Jarak antar teras yang satu dengan yang lain 7 m
untuk jarak tanam (7x3) m. Pembuatan teras dilakukan dengan cara
menggali tanah yang landai ke dalam. Tanah galian ini di uruk di bagian
bawahnya hingga terbentuk teras. Pembentukan teras dimaksudkan agar
tanah tidak mudah tererosi. Pada tanah yang landai biasanya dibuat rorak
dengan saluran air yang terbuat dari semen untuk mengurangi terjadinya
erosi. Selain persiapan tersebut, perkebunan karet juga hendaknya
memperhatikan sarana dan prasana yang lainnya seperti pembuatan jalan di
areal perkebunan. Jalan yang baik akan mampu memperlancar kegiatan
pengawasan dan pekerjaan. Jenis jalan yang dibuat di areal kebun karet
adalah jalan utama, jalan produksi, jalan antar blok, jalan kontrol, dan jalan
pengangkutan lateks.
2. Persiapan bibit
Pembibitan tanaman karet dilakukan dua tahap yaitu, persemaian benih
dan pembibitan. Pesremaian bertujuan untuk menyeleksi kecambah yang
tumbuh. Benih ditanam dalam bedengan selama maksimum 21 hari. Benih-
benih yang tumbuh segera dipindahkan ke pembibitan. Benih-benih yang
baru tumbuh setelah 21 hari dianggap afkir. Kecambah ditanam di
pembibitan dengan jarak tanam 40 cm x 40 cm x 60 cm. Pemeliharaan di
pembibitan dilaksanakan selama 12 sampai 18 bulan (untuk siap diokulasi
coklat) dimana pada saat itu diameter batang telah mencapai 2 sampai 3 cm
dan berwarna coklat.
Untuk mendapatkan bibit karet yang baik harus melalui okulasi. Oleh
karena itu perlu batang atas (entres) yang berasal dari kebun entres. Kebun
entres adalah kebun yang dibangun untuk memproduksi batang atas. Bahan
tanam yang digunakan adalah stump mata tidur dan ditanam dengan jarak
tanam 1 m x 1 m. Biasanya kebun entres ini baru dapat dipanen pada umur
1,5 tahun setelah tanam. Batang entres ini dapat dipersiapkan sendiri atau
membeli di pusat penelitian karet.
Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia telah banyak menghasilkan
klon-klon karet unggul sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu. Pada
Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet 2005, telah
direkomendasikan klon-klon unggul baru generasi-4 untuk periode tahun
2006 – 2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 104, IRR
112, dan IRR 118. Klon IRR 42 dan IRR 112 akan diajukan pelepasannya
sedangkan klon IRR lainnya sudah dilepas secara resmi. Klon-klon tersebut
menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada berbagai lokasi,
tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan sifat-sifat sekunder lainnya.
Oleh karena itu pengguna harus memilih dengan cermat klon-klon yang
sesuai agroekologi wilayah pengembangan dan jenis-jenis produk karet
yang akan dihasilkan.
3. Kebutuhan bibit
Hal yang paling penting dalam penanaman karet adalah bibit/bahan
tanam, dalam hal ini bahan tanam yang baik adalah yang berasal dari
tanaman karet okulasi. Persiapan bahan tanam dilakuka paling tidak 1,5
tahun sebelum penanaman. Dalam hal bahan tanam ada tiga komponen yang
perlu disiapkan yaitu: batang bawah (root stoct), entres/batang atas
(budwood), dan okulasi (grafting) pada penyiapan bahan tanam.
Kebutuhan bibit setiap hektarnya dipengaruhi oleh jarak tanamnya.
Pada areal lahan yang relatif datar atau landai (kemiringan antara 00 - 80)
jarak tanam adalah 7 m x 3 m (= 476 lubang/hektar) berbentuk barisan lurus
mengikuti arah Timur-Barat berjarak 7 m dan arah Utara-Selatan berjarak 3
m. Pada areal lahan bergelombang atau berbukit (kemiringan 8% - 15%)
jarak tanam 8 m x 2, 5 m (=500 lubang/ha) pada teras-teras yang diatur
bersambung setiap 1,25 m (penanaman secara kontur).
4. Pembongkaran bibit
Bibit yang dipergunakan oleh perkebunan karet biasanya berasal dari
tempat pembibitan atau dari polybag. Pengambilan bibit disesuaikan dengan
jenis bibit yang akan ditanam. Biasanya petani menanam bibit stum mata
tidur yang sudah mempunyai 2-3 payung daun pembongkaran bibit
dilakukan dengan manggali parit disisi bibit tersebut. Jumlah akar tunggang
yang tersisa harus satu buah, apabila jumlahnya lebih maka harus dipotong.
Beberapa syarat yang harus dipenuhi bibit siap tanam adalah antara lain :
a. Bibit karet di polybag yang sudah berpayung dua.
b. Mata okulasi benar-benar baik dan telah mulai bertunas
c. Akar tunggang tumbuh baik dan mempunyai akar lateral
d. Bebas dari penyakit jamur akar (Jamur Akar Putih)
5. Pengangkutan bibit
Setelah dilakukan pembongkaran bibit, bibit yang telah siap ditanam di
areal perkebunan kemudian dipindahkan dengan cara diangkut ke tempat
penanaman. Perlakuan yang dilakukan pada saat pengangkutan yaitu
membungkus bibit. Tujuannya adalah untuk menghindari kerusakan pada
mata tunas atau batang okulasi. Bahan pembungkus yang bisa digunakan
adalah gedebok pisang yang disusun selapis demi selapis dan diantara
lapisan tersebut disisipkan bibit karet. Penyusunan harus dilakukan dengan
teliti dan cermat, kerapatan akan mempengaruhi pergeseran bibit dalam
masa pengangkutan, oleh karena itu sebaiknya disusun dengan rapat.Selain
gedebok pisang bisa juga digunakan karung goni dan sabut kelapa dimana
cara penggunaannya sama seperti menggunakan gedebok pisang.
Jika bibit berasal dari okulasi kantong plastic, pengangkutan langsung
dilakukan bersamaan dengan kantongnya. Pembongkaran bibit dilakukan
pada saat akan tanam di kebun. Bibit dalam kantong plastic ini paling
praktis karena presentase kematian bibit akibat pengiriman yang terlalu jauh
dapat diperkecil.
6. Persiapan lubang tanam dan Penanaman karet
Sebelum penanaman dilakukan, lubang tanam harus dipersiapkan.
Lubang tanam dibuat dengan jarak lubang tanam sebesar (7x3) m. Pada
waktu menggali lubang tanam, lapisan top soil dipisahkan dengan
subsoilnya. pembuatan lubang tanam dimulai dengan pengajiran lubang
tanam sebesar jarak tanam tersebut.
Jika tanah yang tersedia dibentuk teras kontur yang jarak antar terasnya
7 m, maka ajir dipancang pada barisan dengan jarak 3m, sedangkan pada
tanah datar tanpa teras, pemancangan dilakukan sesuai dengan cara
penanamannya dengan jarak 7 m ke arah utara ke selatan, dan 3 m kearah
timur ke barat. Lubang tanam untuk okulasi stum mini atau bibit dalam
kantong plastic adalah (60x60x60) cm. sedangkan bibit okulasi stum tinggi
umur 2-3 tahun adalah (80x80x80) cm. penugalan di tengah lubang tanam
perlu dilakukan apabila panjang akar tunggang bibit melebihi 80cm.
Ada beberapa bentuk lubang tanam lain yang sering dipakai, yaitu bulat
silinder dan bentuk bujur sangkar yang miring ke bawah, bentuk miring ini
disebabkan karena cangkul yang tidak bisa sempurna membentuk kubus.
Setelah lubang tanam siap, bibit segera ditanam. Pelaksanaan tanam bibit
yang akan ditanam dapat berupa stum mata tidur maupun bibit dengan
payung satu. Adapun ketentuan bibit siap tanam adalah sebagai berikut :
- Apabila bahan tanam berupa stum mata tidur, maka mata okulasi
harus sudah membengkak/mentis. Hal ini dapat diperoleh dengan
cara menunda pencabutan bibit minimal seminggu sejak
dilakukan pemotongan batang bawah.
- Sedangkan, jika bahan tanam yang dipakai adalah bibit yang
sudah ditumbuhkan dalam polybag, maka bahan yang dipakai
maksimum memiliki dua payung daun tua.
- Penanaman dilakukan dengan memasukkan bibit ke tengah-
tengah lubang tanam. Untuk bibit stum mata tidur, arah mata
okulasi diseragamkan menghadap gawangan pada tanah yang
rata, sedangkan pada tanah yang berlereng mata okulai diarahkan
bertolak belakang dengan dinding teras, sedangkan bibit dalam
polybag arah okulasi menghadap Timur.
- Kemudian bibit ditimbun dengan tanah bagian bawah (sub-soil)
dan selanjutnya dengan tanah bagian atas (top-soil). Selanjutnya,
tanah dipadatkan secara bertahap sehingga timbunan menjadi
padat dan kompak, tidak ada rongga udara dalam lubang tanam.
- Lubang tanam ditimbun sampai penuh, hingga permukaan rata
dengan tanah di sekelilingnya. Untuk bibit stum mata tidur
kepadatan tanah yang baik, ditandai dengan tidak goyang dan
tidak dapat dicabutnya stum yang ditanam, sedangkan bibit
dalam polybag pemadatan tanah dilakukan dengan hati-hati
mulai dari bagian pinggir ke arah tengah.
7. Penanaman tanaman penutup tanah
Selain tanaman inti yaitu karet, juga perlu dilakukan penanaman
tanaman penutup tanah untuk menahan dan juga mencegah terjadinya erosi.
Tanaman penutup tanah juga bisa mempercepat pematangan sadap dan
memepertinggi hasil lateks. Jenis tanaman penutup tanah dibedakan atas
tiga golongan yaitu tanaman merayap, tanaman semak, dan tanaman pohon.
Hampir semua perkebunan karet menggunakan tanaman merayap sebagai
tanaman penutup tanah. Di daerah yang sering terjadi angin dan babi hutan
digunakan tanaman penutup tanah bentuk pohon untuk mencegah
kerusakan.
8. Perangsangan Percabangan
Perangsangan percabangan pada tanaman karet yang baru ditanam perlu
dilakukan karena pertumbuhan tanaman karet muda sering meninggi tanpa
membentuk cabang tanaman. Keadaan yang seperti ini akan menghambat
kecepatan mencapai matang sadap, selain itu pada bagian ujung akan mudah
bengkok oleh angin akibatnya akan tumbuh tunas cabang pada salah satu
sisi dan tumbuhnya tidak simetris sehingga mudah patah oleh angin. Cabang
yang dianjurkan memiliki ketinggian antara 2,5 - 3m dari atas pertautan
Perangsangan untuk okulasi klon yang pertumbuhannya cabangnya
lambat dan baru tumbuh diatas 3 m:
a. Tunas muda yang baru tumbuh diatas daun payung teratas dari
pertautan okulasi dibuang
b. Daun payung teratas dalam kondisi hijau tua diikat dengan karet
gelang, setelah 1 – 2 minggu calon tunas akan tumbuh pada ketiak
daun maka ikatan harus segera dibuka dengan cara ini tunas
batang utama akan tetap tumbuh keatas dan cabang yang
dihasilkan posisinya bertingkat sehingga lebih tahan terhadap
angin.
c. Pengguguran daun pada posisi payung teratas yang sudah tua di
ketinggian 2,5-3 m dengan cara dirompes atau dipetik sebagian
dan disisakan 2-3 tangkai daun. Tiga minggu kemudian tunas
calon cabang akan tumbuh. Pengguguran diulang 3 bulan
kemudian pada tanaman yang belum membentuk cabang. Cabang
yang bertingkat dipelihara agar tanaman lebih kuat terhadap angin
kencang dan serangan jamur upas.
d. Batang pada ketinggian 2,5-3 m dililitkan kawat, setelah beberapa
minggu tanaman akan membentuk cabang ,tetapi hal ini jarang
dilakukan karena terlalu banyak memakan waktu sehingga kurang
efisien dan juga tidak tahan terhadap angin kencang dan jamur
upas.
e. Pengeratan barang dapat dilakukan dengan menggunakan pisau
khusus yang disebut double blade ring cute, tingkat keberhassilan
ini cukup tinggi namun memerlukan waktu banyak, alat dan
tenaga yang terampil .
f. Pemenggalan dilakukan pada ketinggian 2,5-3 m sedikit diatas
bekas mata daun dilakukan pada usia tanaman kurang lebih 24
bulan, arah potongan dibuat miring dan luka bekas potongan
hendaknya ditutup dengan TB 192, biasanya tunas yang tumbuh
lebih dari 10 tunas sehingga perlu dijarangkan menjadi 3 sampai 4
tunas yang seimbang, pembentukan cabang dengan cara ini dapat
berhasil dengan baik dan cukup efisien namun rentan terhadap
jamur upas.
B. PEMELIHARAAN

Dalam budidaya tanaman karet setelah bibit ditanam memerlukan


pemeliharaan karena selama pertumbuhan kadang kala mengalami hal-hal
yang kurang menguntungkan seperti ; gangguan hama, gulma, iklim yang
buruk, kekurangan air dan sebagainya. Gangguan tersebut dapat
menurunkan mutu hasil. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan untuk
menekan serendah mungkin faktor-faktor penghambat tersebut.
Dalam hal ini, pemeliharaan tanaman sangatlah penting, karena
merupakan salah satu faktor penentu dalam produktivitas tanaman.
Semakin baik cara pemeliharaan tanamannya, maka semakin tinggi pula
produktivitas tanaman dan begitu juga sebaliknya. Pemeliharaan tanaman
disini dimaksudkan dengan semua tindakan manusia yang bertujuan untuk
memberi kondisi lingkungan yang menguntungkan sehingga tanaman tetap
tumbuh dengan baik dan mampu memberikan hasil atau produksi yang
maksimal. Dalam budidaya tanaman karet ada beberapa tindakan
pemeliharaan secara khusus, diantaranya meliputi :

A. Pembuangan Tunas Palsu


Tunas palsu adalah tunas yang tumbuh bukan dari mata okulasi.
Tunas ini banyak tumbuh pada bahan tanam stum mata tidur, sedangkan
pada bibit stum mini atau bibit polybag, tunas palsu jumlahnya relatif
kecil. - Pemotongan tunas palsu harus dilakukan sebelum tunas berkayu.
Hanya satu tunas yang ditinggalkan dan dipelihara yaitu tunas yang
tumbuh dari mata okulasi. Pembuangan tunas palsu ini akan
mempertahankan kemurnian klon yang ditanam.
B. Pembuangan Tunas Cabang
Tunas cabang adalah tunas yang tumbuh pada batang utama pada
ketinggian sampai dengan 2,75 m-3,0 m dari atas tanah. - Pemotongan
tunas cabang dilakukan sebelum tunas berkayu, karena cabang yang
telah berkayu selain sukar dipotong, akan merusak batang kalau
pemotongannya kurang hati-hati.
C. Perangsangan Percabangan
Percabangan yang seimbang pada tajuk tanaman karet sangat
penting, untuk menghindari kerusakan oleh angin. - Perangsangan
percabangan perlu dilakukan pada klon yang sulit membentuk
percabangan (GT-1, RRIM-600), sedangkan pada klon yang lain seperti
PB-260 dan RRIC- 100, percabangan mudah terbentuk sehingga tidak
perlu perangsangan. - Untuk perangsangan cabang ada beberapa cara
yang dapat dilakukan, yaitu pembuangan ujung tunas, penutupan ujung
tunas, pengguguran daun, pengikatan batang, dan pengeratan batang.
D. Pemupukan
a. Dosis pemupukan
1). Pemupukan pada masa TBM kurang dari 1 tahun
Tanah Kurang Subur
Umur Jumlah Pupuk (gram/pohon)
Urea TSP RP KCL Kies
(bulan)
0 - - 250 - -
2 25 - - - -
4 25 60 - 20 10
6 40 - - 30 -
9 60 60 - 50 20
12 75 - - - -

Tanah Subur
Umur Jumlah Pupuk (gram/pohon)
Urea TSP RP KCL Kies
(bulan)
0 - - 250 - -
2 25 - - - -
4 25 75 - 25 25
6 50 - - 50 -
9 75 75 - 75 25
12 100 - - - -

2). Pemupukan pada masa TBM (2-5 tahun)


Umur Jenis Pupuk (gram/pohon)
(Tahun) Urea TSP MoP Kies
2 250 175 200 75
3 250 200 200 100
4 300 200 250 100
5 300 200 250 100

3). Pemupukan pada masa TM


Umur Jenis Pupuk (gram/pohon)
Urea TSP MoP Kies
(Tahun)
Pupuk dasar - 100 - -
1 125 200 125 75
2 150 225 125 75
3 175 275 150 100
4 225 275 150 100
5 250 275 150 100
6 250 225 150 100
>7 175 150 300 100

b. Cara Pemupukan
1. Pemupukan dengan butiran (granular) Adapun Dosis pemupukan
sebagai berikut :
• Pemberian Urea ke-1, 2, 3 dan 4 masing-masing
setelah tanaman berumur 2, 5, 8 dan 12 bulan di lapangan.
Tiap pemberian : seperempat dosis dalam setahun.
• Pemberian Urea ke-1, 2 dan 3 masing-masing setelah
tanaman berumur 15,18 dan 24 bulan di lapangan.
• Pemberian pertama dan kedua, termasuk dosis TSP,
KCl dan Kieserit pada tahun ke-1, 2 di lapangan, masing-
masing pada bulan Pebruari dan Agustus/September.
• Diberikan menjelang daun tumbuh kembali setelah
masa gugur daun.
2. Pemupukan dengan tablet - Kehilangan hara dari pupuk yang
terjadi melalui proses pencucian dan erosi dapat dikurangi - Hara
pupuk larut dengan proses lepas lambat (slow release) sehingga
secara efektif dan efisien dapat diserap oleh tanaman - Aplikasi
pupuk lebih mudah, menghemat tenaga dan biaya Pupuk tablet
dengan formula tertentu digunakan dengan cara
membenamkan/ditugal ke dalam tanah di sekitar tanaman dengan
jumlah sesuai dengan dosis yang diperlukan untuk jangka waktu
tertentu (2 tahun). Pemupukan ini dilakukan sesaat setelah tanam
dan baru diulangi lagi pada waktu persediaan pupuk dalam tanah
sudah habis (tahun ke-3).
E. Penyiraman

Penyiraman dilakukan apabila tidak ada hujan. Oleh karena itu bibit
dalam polibag harus diletakkan dekat sumber air baik itu sungai, sumur
atau air irigasi untuk memudahkan penyiraman.

F. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Dalam budidaya tanaman karet, terdapat beberapa Organisme


Pengganggu Tanaman yang dapat menurunkan kualitas dan bahkan
merusak tanaman karet. Perlu tindakan khusus dalam menangani OPT
yang menyerang tanaman karet tersebut. Dibawah ini merupakan
beberapa OPT yang menyerang tanaman karet dan teknis
pengendaliannya :

a. Penyakit

1. Jamur Akar Putih (Rigidoporus lignosus)

Pengendalian:

• Menanam tanaman penutup tanah jenis kacang - kancangan,


minimal satu tahun lebih awal dari penanaman karet..
• Sebelum penanaman, lubang tanam ditaburi biakan jamur
Trichoderma harzianum yang dicampur dengan kompos
sebanyak 200 gr/lubang tanam (1 kg T. Harzianum dicampur
dengan 50 kg kompos/pupuk kandang).
• Pada serangan ringan masih dapat diselamat-kan dengan cara
membuka perakaran, dengan membuat lubang tanam 30 cm
disekitar leher akar dengan kedalaman sesuai serangan
jamur.
• Permukaan akar yang ditumbuhi jamur dikerok dengan alat
yang tidak melukai akar. Bagian akar yang busuk dipotong
dan dibakar. Bekas kerokan dan potongan diberi ter dan Izal
kemudian seluruh permukaan akar dioles dengan fungisida
yang direkomendasikan.
• Setelah luka mengering, seluruh perakaran ditutup kembali
dengan tanah.. Empat tanaman di sekitar tanaman yang sakit
ditaburi dengan T. Harzianum dan pupuk.
• Tanaman yang telah diobati diperiksa kembali 6 bulan
setelah pengolesan dengan membuka perakaran, apabila
masih terdapat benang jamur maka dikerok dan dioles
dengan fungisida kembali.
• Pengolesan dan penyiraman akar dengan fungsida dilakukan
setiap 6 bulan sampai tanaman sehat. Tanaman yang
terserang berat atau telah mati/tumbang harus segera
dibongkar, bagian pangkal batang dan akarnya dikubur diluar
areal pertanaman, menggunakan wadah agar tanah yang
terikut tidak tercecer di dalam kebun. Bekas lubang dan 4
tanaman di sekitarnya ditaburi 200 gram campuran
Trichoderma sp. dengan pupuk kandang 200 gr per lubang
atau tanaman.
2. Kering Alur Sadap (KAS)

Pengendalian:
• Menurunkan intensitas penyadapan pada
pohon/kebun yang telah mulai menunjuk-kan kekeringan alur
sadap.
• Menghindari atau menurunkan intensitas penyadapan
pada musim gugur daun. Bidang sadap yang mati dan kulit
kering dipulihkan kembali dengan pemberian formulasi
oleokimia (Antico F-96, No. BB).
• Pemberian oleokimia dengan cara mengerok kulit
bidang sadap yang sakit kemudian dioles segera setelah
pengerokan selesai. Satu tahun kemudian kulit yang baru bisa
disadap kembali.
• Melakukan pemupukan yang teratur dan seimbang,
kemudian ditambah 160 gram KCl/pohon/tahun.
3. Jamur Upas

Pengendalian:

• Menanam klon yang tahan seperti BPM 107, PB 260, PB


330, AVROS 2037, PBM 109, IRR 104, PB 217, PB 340,
PBM 1, PR 261 dan RRIC 100 IRR 5, IRR 39, IRR 42, IRR
112 dan IRR 118.
• Jarak tanam diatur tidak terlalu rapat. Cabang/ranting yang
telah mati dipotong dan dimusnahkan. Cabang yang masih
menunjukkan gejala awal (sarang laba-laba) segera dioles
dengan fungisida Bubur Bordo atau fungsida berbahan aktif
Tridermorf hingga 30 cm ke atas dan ke bawah bagian yang
terserang.
• Pada kulit yang mulai membusuk, harus dikupas sampai
bagian kulit sehat kemudian dioles fungisida hingga 30 cm
ke atas dan ke bawah dari bagian yang sakit.
b. Hama

Babi hutan (Sus barbatus, Sus scrofa vittatus)


Pengendalian:

Sanitasi lingkungan, memasang jaring, perangkap. Memberi pagar


di sekitar areal kebun. Membuat parit di sekitar areal kebun.
Pemberian umpan beracun,

c. Gulma

Jenis gulma yang dominan pada perkebunan karet, antara lain alang
– alang, mekania, eupatorium. Agar tanaman dapatt tumbuh dengan
baik perlu dilakukan penyiangan pada tahun pertama yang
berdasarkan umur.
C. PEMUPUKAN

Karet merupakan tanaman strategis, untuk meningkatkan


produktivitas karet, pemupukan menjadi faktor penentu keberhasilan.
Pemupukan harus dilakukan sesuai dengan anjuran yang sudah ditetapkan.
Pemupukan harus dilakukan karena merupakan faktor pendukung untuk
dapat mencapai hasil sesuai dengan produktivitas. Tanpa pemupukan yang
berkala tanaman karet masih dapat berproduksi, namun hasil yang diperoleh
tentu saja kurang memuaskan. Lateks yang dihasilkan oleh tanaman akan
berkurang dan kualitasnya turun. Oleh karena itu, pemupukan menjadi
kegiatan yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman karet.
Selain pupuk dasar yang telah diberikan pada saat penanaman,
program pemupukan secara berkelanjutan pada tanaman karet harus
dilakukan dengan dosis yang seimbang. Pemupukan juga harus disesuaikan
dengan kondisi tanah. Waktu pemupukan dilakukan dua kali per tahun
dengan interval waktu 6 bulan, yaitu awal musim hujan dan akhir musim
hujan. Jadwal pemupukan pada semeseter I yakni pada Januari/Februari dan
pada semester II yaitu Juli/Agustus. Seminggu sebelum pemupukan,
gawangan lebih dahulu digaru dan piringan tanaman dibersihkan. Pemberian
SP-36 biasanya dilakukan dua minggu lebih dahulu dari Urea dan KCl.
Program dan dosis pemupukan tanaman karet secara umum dapat dilihat
pada tabel berikut:

Umur Urea SP-36 KCl Frekuensi


Tanaman (g/ph/th) (g/ph/th) (g/ph/th) Pemupukan
Pupuk dasar - 125 - -
1 250 150 100 2 kali/tahun
2 250 250 200 2 kali/tahun
3 250 250 200 2 kali/tahun
4 300 250 250 2 kali/tahun
5 300 250 250 2 kali/tahun
Umur Urea SP-36 KCl Frekuensi
Tanaman (g/ph/th) (g/ph/th) (g/ph/th) Pemupukan
6 – 15 350 260 300 2 kali/tahun
16 – 25 300 190 250 2 kali/tahun
> 25 sampai
2 tahun 200 - 150 2 kali/tahun
sebelum
peremajaan

Berikut adalah langkah pemupukan tanaman karet:


− Buat parit atau alur memanjang pada gawangan atau di tengah-
tengah antara barisan tanaman
− Bersihkan gulma di sekitar parit/alur
− Taburkan pupuk ke dalam parit sesuai dosis dengan syarat pupuk
SP-36 dan Urea tidak boleh dicampurkan tempatnya
− Pupuk diberikan secara tugal melingkar batang dengan jarak 100-
125 cm dari pokok batang.
− Parit yang sudah ditaburi pupuk ditutup kembali dengan tanah.
D. OPT TANAMAN KARET

1. Teknik Pengenalan OPT Tanaman Karet

a) Penyakit Jamur Akar Putih


Gejala Serangan:
• Mati mendadak seperti tersiram air panas pada musim hujan
• Terbentuk buah lebih awal pada tanaman muda yang
seharusnya belum cukup waktunya berbuah dan bertajuk tipis
• Daun berwarna hijau gelap kusam dan keriput, permukaan
daun menelungkup
• Apabila perakaran dibuka maka pada permukaan akar
terdapat semacam benang- benang berwarna putih kekuningan
menempel dan pipih menyerupai akar rambut yang menempel
kuat dan sulit dilepas
• Gejala lanjut akar membusuk, lunak dan berwarna coklat
Penyebab: Jamur Rigidoporus lignosus atau R. micropus

b) Penyakit Bidang Sadap Kanker Garis


Gejala Serangan:
• Adanya selaput tipis berwarna putih kelabu dan tidak begitu
jelas menutupi alur sadap, apabila dikerok diatas irisan sadap
akan tampak garis-garis tegak, berwarna coklat atau hitam
• Garis-garis ini berkembang dan berpadu satu sama lain
membentuk jalur hitam yang terlihat seperti retak-retak
membujur pada kulit pulihan
• Terdapat benjolan-benjolan atau cekungan-cekungan pada
bekas bidang sadap lama sehingga sangat mempersulit
penyadapan berikutnya
• Gejala lanjut lateks yang keluar berwarna coklat dan berbau
busuk
Penyebab: Phytophthora palmivora

c) Penyakit Bidang Sadap Mouldy Rot


Gejala serangan:
• Adanya lapisan beledru berwarna putih kelabu sejajar dengan
alur sadap. Apabila lapusan dikerok, tampak bintik-bintik
berwarna coklat kehitaman
• Serangan bisa meluas sampai ke kambium dan bagian kayu
• Pada serangan berat bagian yang sakit membusuk berwarna
hitam kecoklatan sehingga sangat mengganggu pemulihan kulit
• Bekas serangan membentuk cekungan berwarna hitam
seperti melilit sejajar alur sadap. Bekas bidang sadap
bergelombang sehingga menyulitkan penyadapan berikutnya
atau tidak bisa lagi disadap.

d) Penyakit Bidang Sadap Kering Alur Sadap


Gejala serangan:
• Tanaman tampak sehat dan pertumbuah tajuk lebih baik
dibandingkan tanaman normal
• Tidak keluar lateks di sebagian alur sadap. Beberapa minggu
kemudian keseluruhan alur sadap ini kering dan tidak
mengeluarkan lateks
• Lateks menjadi encer dan kadar karet kering (K3) berkurang
• Kekeringan menjalar sampai ke kaki gajah baru ke panel
sebelahnya
• Bagian yang kering akan berubah warnanya menjadi coklat
dan kadang-kadang terbentuk gum (blendok)
• Pada gejala lanjut seluruh panel/kulit bidang sadap kering
dan pecah-pecah hingga mengelupas
Penyebab: ketidakseimbangan fisiologis dan penyadapan yang
berlebihan
e) Penyakit Batang : Nekrosis Kulit
Gejala serangan:
• Timbul bercak coklat kehitaman seperti memar pada
permukaan kulit dan dapat timbul mulai dari kaki gajah sampai
di percabangan
• Bercak membesar, bergabung satu sama lain, basah dan
akhirnya seluruh kulit batang dan cabang membusuk
• Penyakit berkembang pada lapisan kulit sebelah dalam dan
merusak lapisan kambium bahkan sampai ke lapisan kayu
• Serangan lanjut kulit pecah dan terjadi pendarahan karena
pembuluh lateks pecah
Penyebab: Jamur Fusarium solani, berasosiasi dengan Botrydiplodia
sp

f) Penyakit Batang : Jamur Upas


Gejala serangan:
• Stadium Laba-Laba: Pada permukaan kulit bagian pangkal
atau atas percabangan tampak benang putih seperti sutera mirip
sarang laba-laba
• Stadium Bongkol: Adanya bintil-bintil putih pada permukaan
jaring laba-laba
• Stadium Kortisium: Jamur membentuk selimut yaitu
kumpulan benang-benang jamur berwarna merah muda. Jamur
telah masuk ke jaringan kayu
• Stadium Nekator: Jamur membentuk lapisan tebal hitam
yang terdiri dari jaringan kulit yang membusuk dan kumpulan
tetesan lateks yang berwarna coklat kehitaman meleleh di
permukaan bidang yang terserang. Cabang atau ranting yang
terserang akan membusuk dan mati serta mudah patah
Penyebab: Jamur Cortisium salmonicolor

g) Penyakit Daun: Embun Tepung Oidium


Gejala serangan:
• Adanya bercak yang tembus cahaya/translucens dan di
bawah permukaan daun terdapat bunder berwarna putih
Penyebab: jamur Oidium sp

h) Penyakit Daun: Gugur Daun Colletotrichum


Gejala serangan:
• adanya bercak coklat kehitaman, tepi daun menggulung.
Pada daun umur lebih dari 10 hari terdapat bercak coklat dengan
halo warna kuning selanjutnya bercak tersebut berlubang
Penyebab: jamur Colletotrichum sp

i) Penyakit Daun: Gugur Daun Corynespora


Gejala serangan:
• adanya guratan menyerupai tulang ikan sejajar pada urat
daun
Penyebab: jamur Corynespora sp

j) Hama rayap
Gejala Serangan:
• Adanya gerekan pada batang dari ujung sampai ke akar dan
memakan akar
• Biasanya pada kebun yang terserang JAP akan diiringi
dengan serangan rayap sehingga mempercepat matinya tanaman
Penyebab:
• Microtermes inopiratus
• Coptotermes convignathus

k) Hama Babi Hutan


Gejala Serangan:
• Tanaman muda tiba-tiba tumbang
• Perakaran rusak, daun menjadi layu dan kering
Penyebab:
• Sub barbatus, Sus scrofa vittatus

l) Hama: Uret
Gejala Serangan:
• Tanaman yang terserang berwarna kuning, layu dan akhirnya
mati
Penyebab:
• Uret tanah Helotrichia serrata, H. sufoflava, H. fessa,
Anomala varians, Leucophalis sp dan Exopholis sp

m) Gulma
Gulma yang sering dijumpai di kebun karet adalah alang-alang
(Imperata cylindrica), Ki Rinyuh (Chromolaena odorata), dan
Sembung Rambat (Mikania micrantha)
Gulma dapat menyebabkan:
• Penurunan hasil
• Penurunan kualitas hasil
• Mempersulit pelaksanaan kegiatan pemeliharaan/panen
• Menjadi inang bagi OPT
• Tertundanya masa panen (sadap)

2. Pengamatan OPT Tanaman Karet

Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 887/1997


tentang Pedoman Pengendalian OPT dalam sistem PHT adalah kegiatan
yang meliputi pemantauan dan pengamatan, pengambilan keputusan dan
tindakan pengendalian.
Pemantauan adalah kegiatan mengamati dan mengawasi keadaan
populasi atau tingkat serangan OPT dan faktor yang mempengaruhi
secara berkala/teratur pada tempat/wilayah tertentu. Kegiatan ini
dilaksanakan oleh petugas atau petani yang terpilih sebagai sampel (unit
contoh) pada kantong-kantong serangan OPT di sentra produksi
komoditi utama. Tujuannya adalah untuk mengetahui keberadaan OPT
sasaran sehingga dapat ditetapkan (diramalkan) kerapatan populasi
sebaran dan dinamikanya/gejala OPT sasaran pada kesehatan yang
paling dini, sebagai dasar pengambilan keputusan (Early Warning
System). Data pemantauan dapat juga digunakan sebagai alat evaluasi
keberhasilan pengendalian yang telah dilakukan.
Pengamatan adalah kegiatan penghitungan dan pengumpulan
informasi tentang keadaan populasi atau tingkat serangan OPT dan
faktor lingkungan yang mempengaruhi pada waktu dan tempat tertentu.
Pengamatan dilakukan oleh petani di areal kebunnya untuk memperoleh
data sebagai bahan pertimbangan perlu tidaknya tindakan pengendalian
yang tepat berdasarkan prinsip-prinsip PHT pada kesempatan paling
dini. Pengamatan dilakukan secara rutin setiap minggu atau bulan sesuai
dengan fase rentan tanaman/saat mulai munculnya gejala serangan.

i. Obyek Pengamatan
Obyek-obyek pengamatan yang harus diamati pada tanaman karet
meliputi gejala serangan, penyebab, umur tanaman, persentase
tanaman terserang, intensitas serangan, populasi OPT per unit
contoh, jumlah populasi serangga berguna per unit contoh,
organisme lain yang ditemukan, data pendukung (suhu, kelembaban,
curah hujan, hari hujan, dan sebagainya).
ii. Pengambilan Contoh
Untuk setiap lokasi diambil 10 pohon contoh secara diagonal dan
dianggap mewakili kondisi kebun tersebut. Pohon contoh ada yang
tetap dan tidak tetap (selalu berpindah). Pohon contoh tetap biasanya
digunakan untuk mengamati perkembangan penyakit dan diamati
secara rutin setiap kali pengamatan agar diperoleh data yang
dikehendaki. Sedangkan pohon contoh tidak tetap digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya OPT yang menyerang tanaman (status
OPT). Untuk petani dengan luas kepemilikan kebun yang terbatas
sebaiknya mengamati seluruh tanamannya dengan melakukan sensus
tanaman. Setiap pengamataan dilakukan pencatatan dan analisis
hasil pengamatan untuk mengetahui intensitas serangan.
iii. Intensitas Serangan
Intensitas serangan adalah ukuran yang menunjukkan derajat
kerusakan tanaman akibat serangan OPT.
Penentuan intensitas serangan OPT didasarkan pada:
• Kepadatan populasi
• Derajat kerusakan tanaman yang ditentukan dengan
skoring (berat ringannya kerusakan)
Secara umum tingkat serangan digolongkan menjadi:
• Berat : Nyata diatas ambang rasa/kendali
• Ringan : Nyata di bawah ambang ras/kendali

Intensitas serangan = (jumlah tanaman terserang/jumlah tanaman yang


diamati) x 100 %

a) Teknik Pengamatan

1. Penyakit JAP
Bagian tanaman yang diamati:
• Perakaran, daun/tajuk terutama pada tanaman yang
dekat dengan tunggul karet atau kebun bertunggul karet
Interval pengamatan:
• Setiap 3 bulan dimulai sejak tanaman 1-5 tahun
terutama pada areal rawan penyakit
Intensitas Serangan:
• Ringan: benang jamur warna putih baru menempel di
permukaan akar, atau kulit akar mulai membusuk karena
serangan jamur
• Berat: kulit dan kayu akar sudah membusuk karena
serangan jamur
2. Penyakit Bidang Sadap : Kanker Garis
Bagian tanaman yang diamati:
• Bidang sadap terutama tanaman yang disadap terlalu
dekat dengan permukaan tanah dan kebun yang
kelembabannya tinggi
Interval pengamatan:
• Pengamatan dilakukan setiap hari sadap selama
musim hujan, terutama kebun-kebun yang sering terkena
serangan kanker garis
Intensitas Serangan:
• Ringan: selaput tipis berwarna putih dan tidak begitu
jelas menutupi alur sadap
• Berat : lateks yang keluar berwarna coklat dan berbau
busuk

3. Penyakit Bidang Sadap : Moulty Rot


Bagian tanaman yang diamati:
• Bidang sadap terutama tanaman yang disadap terlalu
sering dan dalam serta kebun yang mempunyai kelembaban
tinggi
Interval pengamatan:
• 1-2 minggu selama musim hujan
Intensitas Serangan:
• Ringan : lapisan beledru berwarna putih kelabu
sejajar dengan alur sadap
• Berat: bagian yang sakit membusuk dan berwarna
kehitaman

4. Penyakit Bidang Sadap : Kering Alur Sadap


Bagian tanaman yang diamati:
• Bidang sadap terutama tanaman yang disadap terlalu
sering dan disertai penggunaan bahan perangsang lateks
(ethrel)
Interval pengamatan:
• Setiap hari sadap terutama pada masa gugur daun
Intensitas Serangan:
• Ringan : Sebagian alur sadap kering
• Berat : semua batang kering dan benjol-benjol

5. Penyakit Batang : Nekrosis Kulit


Bagian tanaman yang diamati:
• Kulit batang dan cabang
Interval pengamatan:
• Setiap 3 bulan sekali pada waktu peralihan musim
kemarau ke musim hujan
Intensitas Serangan:
• Ringan : bercak coklat seperti memar pada
permukaan kulit
• Berat : kulit pecah dan terjadi pendarahan karena
pembuluh lateks pecah

6. Penyakit Batang : Jamur Upas


Bagian tanaman yang diamati:
• Batang, cabang dan ranting pada daerah yang
bercurah hujan tinggi
Interval pengamatan:
• 1-2 minggu sekali, dimulai pada awal sampai akhir
musim hujan terutama daerah yang sering diserang jamur
upas dan berkelembaban tinggi
Intensitas Serangan:
• Ringan : bagian pangkal atau atas percabangan
tampak benang putih seperti sutera
• Berat : Cabang atau ranting yang terserang akan
membusuk dan mati serta mudah patah

7. Penyakit Daun
Bagian tanaman yang diamati:
• Daun pada tunas baru smapai daun menjadi hijau
(umur 1-15 hari)
Interval pengamatan:
• Setiap 3 hari sekali mulai pada saat tanaman
membentuk tunas baru sampai daun menjadi hijau.
Pengamatan dilakukan pada 10 pohon sampel secara
diagonal pada setiap lokasi pengamatan
Intensitas Serangan:
• Dinyatakan dalam kerapatan tajuk, makin tipis
kerapatan tajuk makin berat intensitas serangannya, yaitu:
- kerapatan tajuk 25 - < 50 % = serangan berat
- kerapatan tajuk > 50- 75 % = serangan ringan

8. Hama : Rayap
Bagian tanaman yang diamati:
• Akar sampai ujung daun, pengamatan dilakukan
bersamaan dengan pengamatan JAP

9. Hama : Babi Hutan


Bagian tanaman yang diamati:
• Akar, kulit batang, batang dan daun tanaman muda
Pengamatan:
• Dilakukan pada areal pertanaman yang berdekatan
dengan hutan atau padang alang-alang
• Pengamatan terutama dilakukan menjelang subuh
atau menjelang maghrib
• Apabila ada tumpukan sisa tanaman, ranting atau
tumbuhan perlu dicurigai kemungkinan merupakan sarang
babi betina yang akan melahirkan.
Interval Pengamatan:
• Dilakukan 4 bulan sekali

10. Hama : Uret


Bagian tanaman yang diamati:
• Akar dan bahan organik di sekitar tanaman biasanya
menyerang tanaman muda dan di pembibitan

3. Pengendalian OPT Tanaman Karet

Prioritas pengendalian OPT karet diutamakan pada tindakan


pencegahan yang dimulai dari pemilihan klon unggul dan tahan terhadap
OPT sasaran, menjaga kesehatan tanaman dengan mengatur kelembaban
kebun, sanitasi, pemupukan dan penyadapan yang bijaksana.
Pengendalian lebih diutamakan secara biologi seperti penggunaan
jamur Trichoderma sp dan penanaman tanaman antagonis di sekitar
tanaman karet, misalnya, lidah mertua, kunyit, lengkuas, sambiloto,
kencur, lempuyang untuk pengendalian penyakit JAP.
Pada pembukaan lahan baru, sebaiknya kebun bersih dari tunggul-
tunggul tanaman yang merupakan sumber infeksi OPT tanaman karet.
Untuk pencegahan penyakit yang menyerang akar sebaiknya digunakan
belerang 100 gram/pohon yang dicampur dengan tanah pengisi lubang
tanam bersamaan pada waktu penanaman bibit. Belerang berfungsi
untuk meningkatkan kemasaman tanah. Kondisi tanah yang asam dapat
menghambat perkembangan jamur antagonis terhadap jamur akar
tersebut.
a) Teknik Pengendalian
1. Penyakit Jamur Akar Putih
Deteksi Dini Penyakit:
• Penggunaan mulsa/rumput kering pada leher akar, 2-3
minggu kemudian mulsa diangkat, bila terserang JAP akan
nampak benang warna putih menempel pada leher akar
• Dilakukan pada awal dan akhir musim hujan
Pengendalian:
• Pada serangan ringan, perakaran dibuka kemudian
bagian akar yang busuk dipotong dan dibakar
• Permukaan akar yang ditumbuhi jamur dikerok, bekas
kerokan dan potongan diberi ter dan izal kemudian seluruh
permukaan akar dioles dengan fungisida
• Setelah luka mengering, seluruh perakaran ditutup
kembali
• 6 bulan kemudian diamati dengan membuka
perakaran, apabila masih terdapat benang jamur maka
dikerok dan dioles dengan fungisida kembali
• Tanaman yang terserang berat atau telah
mati/tumbang harus segera dibongkar, bagian pangkal
batang dan akarnya dikubur di luar areal pertanaman,
menggunakan wadah agar tanah yang terikut tidak tercecer di
dalam kebun
• Bekas lubang dan 4 tanaman sekitarnya ditaburi
dengan 200 gram campuran
• Trichoderma sp dengan pupuk kandang 200 gram per
lubang atau tanaman Pencegahan dengan menanam tanaman
antagonis seperti lidah mertua, kunyit, lengkuas dan lain-lain.

2. Penyakit Bidang Sadap: Kanker Garis


Pengendalian:
• Menanam klon yang tahan yaitu PR 300 dan PR 303
• Jarak tanam tidak terlalu rapat, tanaman
penutup tanah yang terlalu lebat dipangkas
• Pemupukan sesuai dengan dosis anjuran
• Hindari penyadapan terlalu dekat dengan tanah
• Pisau sadap diberi desifektan sebelum digunakan
• Tanaman yang sudah terserang dioles fungisida
dengan kuas di sepanjang jalur 5-10 cm diatas dan di bawah
alur sadap
• Bagian yang membusuk dibersihkan dulu dengan
dikerok sampai pada bagian yang masih sehat, baru dioles
dengan fungisida
• Pengolesan dilakukan segera setelah penyadapan
sebelum lateks membeku

3. Penyakit Bidang Sadap: Mouldy Rot


Pengendalian:
• Tidak menanam klon yang rentan terutama di
tempat yang beriklim basah atau rawan penyakit seperti
GT 1
• Pisau sadap diberi desinfektan sebelum digunakan
• Menurunkan intensitas penyadapan dari S2/d2
menjadi S2/d3 atau S2/d4 atau menghentikan
penyadapan pada serangan berat
• Hindari torehan yang terlalu dalam pada saat
penyadapan agar kulit cepat pulih Tanaman yang sudah
terserang dioles fungisida 5 cm diatas irisan sadap
sehari setelah penyadapan dan getak tarik belum dilepas
• Interval pengolesan 1-2 minggu sekali sampai
tanaman kembali sehat

4. Penyakit Bidang Sadap: Kering Alur Sadap


Deteksi Penyakit:
• Dilakukan sadap tusuk di bawah bidang sadap sampai
ke bawah
Pengambilan Keputusan:
• segera dilakukan pengendalian apabila sebagian alur
sadap mengalami kekeringan perlu waspada apabila lateks
mulai encer
Pengendalian:
• Menurunkan intensitas penyadapan pada
pohon/kebun yang telah mulai menunjukkan kekeringan alur
sadap
• Menghindari atau menurunkan intensitas penyadapan
pada musim gugur daun
• Bidang sadap yang mati dan kulit kering bisa
dipulihkan kembali dengan pemberian formulasi oleokimia
(Antico F-96, No BB)
• Pemberian oleokimia dengan cara mengerok kulit
bidang sadap yang sakit kemudian dioles segera setelah
pengerokan selesai
• Satu tahun kemudian kulit yang baru bisa disadap
kembali
• Penambahan 160 gram pupuk KCl/pohon/tahun dari
dosis anjuran

5. Penyakit Batang : Nekrosis Kulit


Pengendalian:
• Tidak menanam klon yang rentan seperti AVROS
2037, GT 1, PB 260, dan PB 235 pada daerah rawan penyakit
ini
• Pada prinsipnya sama dengan pengendalian penyakit
KAS tetapi ditambah dengan fungisida yang telah
direkomendasikan
• Sebelum dioles, kerak pada bidang sadap dikerok
dulu. Pengolesan 30 cm sampai keadaan atas batang infeksi
dan 20 cm sampai ke bawah batas infeksi
• Pada serangan ringan pengolesan cukup sekali saja,
tetapi pada serangan berat bisa diulang pada bulan
berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan sampai tanaman
sehat
• Batang/cabang tanaman sehat di sekitar tanaman
terserang disemprot atau dioles dengan fungisida seminggu
sekali untuk mencegah penyebaran penyakit yang lebih luas
• Batang atau cabang tanaman yang mati dikumpulkan
dan dibakar untuk menghilangkan sumber infeksi jamur

6. Penyakit Batang : Jamur Upas


Pengambilan Keputusan:
• Perlu waspada dan segera dikendalikan apabila pada
daerah rawan serangan penya jamur upas terdapat
cabang/ranting tanaman yang patah
Pengendalian:
• Menanam klon yang tahan seperti BPM 107, PB 260,
PB 330, AVROS 2037, PBM 109, IRR 104, PB 217, PB 340,
PBM 1, PR 261, dan RRIC 100, IRR 5, IRR 39, IRR 42, IRR
112 dan IRR 118.
• Jarak tanam diatur tidak terlalu rapat
• Cabang/ranting yang telah mati dipotong dan
dimusnahkan
• Cabang yang masih menunjukkan gejala awal (sarang
laba-laba) segera dioles dengan fungisida Bubur Bordo,
Calixin 750 EC atau Antico F-96 hingga 30 cm ke atas dan
ke bawah
• Bubur Bordo dan fungisida yang mengandung unsur
tembaga tidak dianjurkan pada tanaman yang telah disadap,
karena dapat merusak mutu lateks
• Pada kulit yang mulai membusuk harus dikupas
sampai bagian kulit sehat kemudian dioles fungisida hingga
30 cm keatas dan ke bawah dari bagian yang sakit

7. Penyakit Daun
Pengendalian:
• Menanam klon anjuran yaitu RRIC 100, BPM 1,
BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, PB 340, PB 330, IRR
104, IRR 5, IRR 32, IRR 118, dan IRR 39.
• Pada serangan ringan diberikan pupuk nitrogen 2 kali
dosis anjuran pada saat daun mulai terbentuk. Pemberian
pupuk dengan cara dibenamkan dalam tanah agar lebih
mudah diserap oleh akar
• Pada serangan berat dikendalikan dengan cara
disemprot fungisida kontak yang direkomendasikan, pada
saat daun mulai terbentuk smapai dengan daun berwarna
hijau dengan interval 1 minggu (umur daun 21 hari)

8. Hama : Rayap
Pencegahan:
• Sanitasi areal perkebunan
• Membersihkan tunggul-tunggul tanaman sisa
pembukaan lahan baru
• Pada saat peremajaan tanaman, lubang tanam perlu
diberi perlakuan anti rayap dengan termitisida cair
Pengendalian:
• Membongkar sarang
• Penggunaan agen hayati seperti semut, nematoda
Steinernema sp dan Heterorhabditi indica, jamur B.
Bassiana dan Metarrhizium sp)
• Penyiraman termitisida di sekitar perakaran (1,5
meter dari batang pohon dibuat parit kemudian disiram
termitisida 2,5 – 4 liter per meter
• Pembasmian sarang dengan fumigan atau termitisida
cair yang disuntik ke pusat sarang

9. Hama : Babi Hutan


Pengendalian:
• Sanitasi lingkungan, memasang jaring, perangkap
• Memberi pagar di sekitar areal kebun
• Membuat parit di sekitar areal kebun
• Berburu bersama dengan kelompok pemburu babi
misalnya perbakin
• Pemberian umpan beracun, hati-hati jangan sampai
racun tersentuh tangan

10. Hama : Uret


Pengendalian:
• Mengumpulkan uret di sekitar tanaman terserang dan
dimatikan

11. Gulma Penting


Pengendalian:
• Penyiangan 0,5-1 meter sekeliling tanaman (piringan)
harus bersih dari gulma
• Penanaman tanaman penutup dari jenis kacang-
kacangan (Centrosema pebescens, Calopogonium
mucunoides, Pueraria javanica, Calopogonium caereleum).
• Penanaman pada awal musim hujan atau akhir musim
kemarau 1,5-2 meter dari barisan tanaman
• Penanaman tanaman sela misalnya tanaman padi,
jagung, kacang tanah, kedelai dan dari jenis tanaman obat
misalnya kunyit, jahe, lengkuas dan sebagainya.

3. SIMPULAN

Karet merupakan tanaman ekonomi yang besar manfaatnya bagi


kehidupan manusia. Tanpa adanya karet dalam kehidupan modern maka
kehidupan akan kehilangan kenyamanannya dan menjadi membosankan.
Karet juga digunakan dalam berbagai macam alat terutama dalam kegiatan
industri. Diperkirakan konsumsi karet dunia akan terus meningkat dan
mencapai 10,9 juta ton pada tahun 2010 dengan asumsi laju petumbuhan
sebesar 4,7% per tahun. Inilah yang menyebabkan tanaman karet sangat
strategis.
Cara perawatan yang benar sangat diperlukan agar tanaman karet
dapat berproduksi dengan optimal. Tanpa perawatan yang memadai kualitas
lateks yang diperoleh pun kurang memuaskan, itulah sebabnya walaupun
luas wilayah yang ditanami karet di Indonesia cukup besar, namun jumlah
produksi masih kalah dibanding negara lain. Serta perlu adanya masukan
teknologi baru agar kebun rakyat dapat memproduksi karet dengan kualitas
yang lebih baik.
LAMPIRAN

Penyusun makalah :
1. Deni Parlindungan (A1L008215)
Persiapan Tanam dan Penanaman Karet
2. Dhea Rafdian (A1L008212)
Pemeliharaan
3. Inne Nirmala (A1L008213)
Pemupukan
4. Gerdy Rizaldi (A1L008185)
OPT Tanaman Karet

Anda mungkin juga menyukai