Oleh :
Dewasa ini cara hidup masyarakat modern tidak dapat terlepas dari
karet. Karet dihasilkan dari tanaman karet yang memiliki nama latin Hevea
brasiliensis yang berasal dari Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama
bahan karet alam dunia. Padahal jauh sebelum tanaman karet
dibudidayakan, penduduk asli diberbagai tempat, seperti Amerika selatan,
Afrika dan Asia menggunakan pohon-pohon lain yang juga menghasilkan
getah. Getah yang mirip lateks dapat diperoleh juga dari tanaman Castilla
elastica yang banyak hidup di rimba Bolivia dan Meksiko.
Kualitas dan hasil produksi karet alam sangat terkenal dan
merupakan dasar perbandingan yang baik untuk barang-barang karet buatan
manusia. Karet alam mempunyai daya lentur yang tinggi, kekuatan tensil,
dan dapat dibentuk dengan panas yang rendah. Daya tahan karet terhadap
benturan, goresan, dan koyakan sangat baik. Namun karet alam tidak begitu
tahan terhadap faktor-faktor lingkungan, seperti oksidasi dan ozon. Karet
alam juga mempunyai daya tahan yang rendah terhadap bahan-bahan kimia
seperti bensin, minyak tanah, bensol dan pelarut lemak.
Di Indonesia tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang
memiliki posisi yang cukup penting. Prospek pasarnya pun cukup cerah,
selian permintaan karet dunia terus meningkat Indonesia memiliki lahan
perkebunan karet yang cukup luas. Maka dari itu mengingat tanaman karet
merupakan komoditas perkebunan yang cukup penting maka agar
produktivitas karet terus meningkat perlu dilakukan upaya-upaya antara lain
: peningkatan produksi lahan dengan teknologi intercropping, peningkatan
mutu dengan sistem pengolahan yang lebih baik dan pengembangan produk
baru guna membuka peluang pasar yang lebih luas.
2. ISI
Tanah Subur
Umur Jumlah Pupuk (gram/pohon)
Urea TSP RP KCL Kies
(bulan)
0 - - 250 - -
2 25 - - - -
4 25 75 - 25 25
6 50 - - 50 -
9 75 75 - 75 25
12 100 - - - -
b. Cara Pemupukan
1. Pemupukan dengan butiran (granular) Adapun Dosis pemupukan
sebagai berikut :
• Pemberian Urea ke-1, 2, 3 dan 4 masing-masing
setelah tanaman berumur 2, 5, 8 dan 12 bulan di lapangan.
Tiap pemberian : seperempat dosis dalam setahun.
• Pemberian Urea ke-1, 2 dan 3 masing-masing setelah
tanaman berumur 15,18 dan 24 bulan di lapangan.
• Pemberian pertama dan kedua, termasuk dosis TSP,
KCl dan Kieserit pada tahun ke-1, 2 di lapangan, masing-
masing pada bulan Pebruari dan Agustus/September.
• Diberikan menjelang daun tumbuh kembali setelah
masa gugur daun.
2. Pemupukan dengan tablet - Kehilangan hara dari pupuk yang
terjadi melalui proses pencucian dan erosi dapat dikurangi - Hara
pupuk larut dengan proses lepas lambat (slow release) sehingga
secara efektif dan efisien dapat diserap oleh tanaman - Aplikasi
pupuk lebih mudah, menghemat tenaga dan biaya Pupuk tablet
dengan formula tertentu digunakan dengan cara
membenamkan/ditugal ke dalam tanah di sekitar tanaman dengan
jumlah sesuai dengan dosis yang diperlukan untuk jangka waktu
tertentu (2 tahun). Pemupukan ini dilakukan sesaat setelah tanam
dan baru diulangi lagi pada waktu persediaan pupuk dalam tanah
sudah habis (tahun ke-3).
E. Penyiraman
Penyiraman dilakukan apabila tidak ada hujan. Oleh karena itu bibit
dalam polibag harus diletakkan dekat sumber air baik itu sungai, sumur
atau air irigasi untuk memudahkan penyiraman.
a. Penyakit
Pengendalian:
Pengendalian:
• Menurunkan intensitas penyadapan pada
pohon/kebun yang telah mulai menunjuk-kan kekeringan alur
sadap.
• Menghindari atau menurunkan intensitas penyadapan
pada musim gugur daun. Bidang sadap yang mati dan kulit
kering dipulihkan kembali dengan pemberian formulasi
oleokimia (Antico F-96, No. BB).
• Pemberian oleokimia dengan cara mengerok kulit
bidang sadap yang sakit kemudian dioles segera setelah
pengerokan selesai. Satu tahun kemudian kulit yang baru bisa
disadap kembali.
• Melakukan pemupukan yang teratur dan seimbang,
kemudian ditambah 160 gram KCl/pohon/tahun.
3. Jamur Upas
Pengendalian:
c. Gulma
Jenis gulma yang dominan pada perkebunan karet, antara lain alang
– alang, mekania, eupatorium. Agar tanaman dapatt tumbuh dengan
baik perlu dilakukan penyiangan pada tahun pertama yang
berdasarkan umur.
C. PEMUPUKAN
j) Hama rayap
Gejala Serangan:
• Adanya gerekan pada batang dari ujung sampai ke akar dan
memakan akar
• Biasanya pada kebun yang terserang JAP akan diiringi
dengan serangan rayap sehingga mempercepat matinya tanaman
Penyebab:
• Microtermes inopiratus
• Coptotermes convignathus
l) Hama: Uret
Gejala Serangan:
• Tanaman yang terserang berwarna kuning, layu dan akhirnya
mati
Penyebab:
• Uret tanah Helotrichia serrata, H. sufoflava, H. fessa,
Anomala varians, Leucophalis sp dan Exopholis sp
m) Gulma
Gulma yang sering dijumpai di kebun karet adalah alang-alang
(Imperata cylindrica), Ki Rinyuh (Chromolaena odorata), dan
Sembung Rambat (Mikania micrantha)
Gulma dapat menyebabkan:
• Penurunan hasil
• Penurunan kualitas hasil
• Mempersulit pelaksanaan kegiatan pemeliharaan/panen
• Menjadi inang bagi OPT
• Tertundanya masa panen (sadap)
i. Obyek Pengamatan
Obyek-obyek pengamatan yang harus diamati pada tanaman karet
meliputi gejala serangan, penyebab, umur tanaman, persentase
tanaman terserang, intensitas serangan, populasi OPT per unit
contoh, jumlah populasi serangga berguna per unit contoh,
organisme lain yang ditemukan, data pendukung (suhu, kelembaban,
curah hujan, hari hujan, dan sebagainya).
ii. Pengambilan Contoh
Untuk setiap lokasi diambil 10 pohon contoh secara diagonal dan
dianggap mewakili kondisi kebun tersebut. Pohon contoh ada yang
tetap dan tidak tetap (selalu berpindah). Pohon contoh tetap biasanya
digunakan untuk mengamati perkembangan penyakit dan diamati
secara rutin setiap kali pengamatan agar diperoleh data yang
dikehendaki. Sedangkan pohon contoh tidak tetap digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya OPT yang menyerang tanaman (status
OPT). Untuk petani dengan luas kepemilikan kebun yang terbatas
sebaiknya mengamati seluruh tanamannya dengan melakukan sensus
tanaman. Setiap pengamataan dilakukan pencatatan dan analisis
hasil pengamatan untuk mengetahui intensitas serangan.
iii. Intensitas Serangan
Intensitas serangan adalah ukuran yang menunjukkan derajat
kerusakan tanaman akibat serangan OPT.
Penentuan intensitas serangan OPT didasarkan pada:
• Kepadatan populasi
• Derajat kerusakan tanaman yang ditentukan dengan
skoring (berat ringannya kerusakan)
Secara umum tingkat serangan digolongkan menjadi:
• Berat : Nyata diatas ambang rasa/kendali
• Ringan : Nyata di bawah ambang ras/kendali
a) Teknik Pengamatan
1. Penyakit JAP
Bagian tanaman yang diamati:
• Perakaran, daun/tajuk terutama pada tanaman yang
dekat dengan tunggul karet atau kebun bertunggul karet
Interval pengamatan:
• Setiap 3 bulan dimulai sejak tanaman 1-5 tahun
terutama pada areal rawan penyakit
Intensitas Serangan:
• Ringan: benang jamur warna putih baru menempel di
permukaan akar, atau kulit akar mulai membusuk karena
serangan jamur
• Berat: kulit dan kayu akar sudah membusuk karena
serangan jamur
2. Penyakit Bidang Sadap : Kanker Garis
Bagian tanaman yang diamati:
• Bidang sadap terutama tanaman yang disadap terlalu
dekat dengan permukaan tanah dan kebun yang
kelembabannya tinggi
Interval pengamatan:
• Pengamatan dilakukan setiap hari sadap selama
musim hujan, terutama kebun-kebun yang sering terkena
serangan kanker garis
Intensitas Serangan:
• Ringan: selaput tipis berwarna putih dan tidak begitu
jelas menutupi alur sadap
• Berat : lateks yang keluar berwarna coklat dan berbau
busuk
7. Penyakit Daun
Bagian tanaman yang diamati:
• Daun pada tunas baru smapai daun menjadi hijau
(umur 1-15 hari)
Interval pengamatan:
• Setiap 3 hari sekali mulai pada saat tanaman
membentuk tunas baru sampai daun menjadi hijau.
Pengamatan dilakukan pada 10 pohon sampel secara
diagonal pada setiap lokasi pengamatan
Intensitas Serangan:
• Dinyatakan dalam kerapatan tajuk, makin tipis
kerapatan tajuk makin berat intensitas serangannya, yaitu:
- kerapatan tajuk 25 - < 50 % = serangan berat
- kerapatan tajuk > 50- 75 % = serangan ringan
8. Hama : Rayap
Bagian tanaman yang diamati:
• Akar sampai ujung daun, pengamatan dilakukan
bersamaan dengan pengamatan JAP
7. Penyakit Daun
Pengendalian:
• Menanam klon anjuran yaitu RRIC 100, BPM 1,
BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, PB 340, PB 330, IRR
104, IRR 5, IRR 32, IRR 118, dan IRR 39.
• Pada serangan ringan diberikan pupuk nitrogen 2 kali
dosis anjuran pada saat daun mulai terbentuk. Pemberian
pupuk dengan cara dibenamkan dalam tanah agar lebih
mudah diserap oleh akar
• Pada serangan berat dikendalikan dengan cara
disemprot fungisida kontak yang direkomendasikan, pada
saat daun mulai terbentuk smapai dengan daun berwarna
hijau dengan interval 1 minggu (umur daun 21 hari)
8. Hama : Rayap
Pencegahan:
• Sanitasi areal perkebunan
• Membersihkan tunggul-tunggul tanaman sisa
pembukaan lahan baru
• Pada saat peremajaan tanaman, lubang tanam perlu
diberi perlakuan anti rayap dengan termitisida cair
Pengendalian:
• Membongkar sarang
• Penggunaan agen hayati seperti semut, nematoda
Steinernema sp dan Heterorhabditi indica, jamur B.
Bassiana dan Metarrhizium sp)
• Penyiraman termitisida di sekitar perakaran (1,5
meter dari batang pohon dibuat parit kemudian disiram
termitisida 2,5 – 4 liter per meter
• Pembasmian sarang dengan fumigan atau termitisida
cair yang disuntik ke pusat sarang
3. SIMPULAN
Penyusun makalah :
1. Deni Parlindungan (A1L008215)
Persiapan Tanam dan Penanaman Karet
2. Dhea Rafdian (A1L008212)
Pemeliharaan
3. Inne Nirmala (A1L008213)
Pemupukan
4. Gerdy Rizaldi (A1L008185)
OPT Tanaman Karet