Anda di halaman 1dari 120

Hevea brasiliensis

PELUANG DAN TANTANGAN


-LUAS AREAL
-JLH PENDUDUK
-KETRAMPILAN
-MATA PENCAHARIAN

1
Sejarah Singkat

Karet adalah tanaman perkebunan/industri


tahunan berupa pohon batang lurus yang
pertama kali ditemukan di Brasil dan mulai
dibudidayakan tahun 1601. Di Indonesia,
Malaysia dan Singapura tanaman karet
dicoba dibudidayakan pada tahun 1876.
Tanaman karet pertama di Indonesia
ditanam di Kebun Raya Bogor. Indonesia
pernah menguasai produksi karet dunia,
namun saat ini posisi Indonesia didesak
oleh dua negara tetangga Malaysia dan
Thailand.
Sentra Penanaman
 Pusat penanaman karet ada di pulau Sumatera
yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera
Barat, Lampung, Bengkulu, Riau, Jambi,
Sumatera Selatan. Dalam skala yang lebih kecil
perkebunan karet didapatkan pula di Jawa,
Kalimantan dan Daerah Indonesia Timur. Luas
areal tanam di Jawa Barat pada tahun 1998
mencapai 87.984,5 ha dengan produksi 54.359,7
ton. Luas lahan karet di Indonesia (1992)
mencapai 2,7-3 juta hektar dengan produktivitas
yang masih rendah dari karet Malaysia dan
Thailand.
Jenis Tanaman
Klasifikasi botani tanaman karet adalah sebagai
berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasiliensis.
 Klon karet anjuran dari Pusat Penelitian Karet
Balai Penelitian Sembawa Palembang untuk
periode 1996-1998 adalah AVROS 2037, BPM
1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, GT 1, PB 217,
PB 235, PB 260,PR 255, PR 261, PR 300, PR
303, RRIC 100, RRIC 102, RRIC 110, RRIM
600, GGIM 712, TM 2, TM 9.
PENGADAAN BAHAN TANAMAN

 Batang bawah : LCB 1320, PR 228, PR 300, , GT


1, LCB 479
 Batang atas : BPM 1, PR 300, PR 255, PR 261, PR
303,GT 1.
 Klon GT 1 sebaiknya ditanam pada lahan dgn
ketinggian di bawah 300 m dpl. Jangan ditanam
terlau luas dlm suatu hamparan embun
tepung (Oidium heveae)
 Klon PR 228 sangat tahan terhadap penyakit di
atas, hingga sangat baik sebagai penyanggabagi
daerah pertanaman GT 1. Kulit sadap
mengandung banyak sel batu
 PR 255 dapat ditanam pada banyak tempat. Peka
terhadap pelukaan kulit pulihannya akan
benjol
 Beberapa cara penyimpanan :
 Disimpan dlm serbuk gergaji, serbuk
arang / sekam padi lembab dengan
ratio volume yg sama (dk. 83 %/7
hari)
 Akan lebih baik jika bahan di atas
ditambah dengan carboxin atau
cylohexamide atau belerang. (
Basuki,81)
 Penelitian P4TM (81), serbuk gergaji
lembab + 5 gr thiralin dk. Dapat
bertahn 78,3 % / seminggu
 Seleksibenih :
 Warna benih , mengkilap

 Bentuk dan ukuran, utk menjaga


kemurnian klon
 Perendaman benih, yang terapung
3/4 bagian
 Memantulkan benih, dari ketinggian
1 m- yang memantul tinggi
 Uji kadar air, uji kesegaran dan uji
viabilitas
 Kadar air yang baik 28 – 40 %

 200 dari 100 ribu secara acak, kmd


diambil 100 utk diperiksa endospermnya
(putih yang baik, kuning kehitaman –
jelek)
 Uji tetrazolium, benih direndam dlm
larutan 1 % 2,3,5-tripenil tetrazolium
klorida selama 7 jam, benih baik jika
bakal akar, plumula dan 50 – 100 %
kotiledonnya merah.
 Agar persemaian diperoleh persentase yang
tinggi, maka harus dipenuhi cara-cara cbb:
 Biji dideder dengan bagian perut (bagian yang
agark rata) menghadap ke bawah dalam posisi
horizontal dengan pintu lembaga menghadap
pada satu arah
 Biji sedikit ditekan ke dlm pasir sampai 3/4
bagian masuk ke dlm pasir
 Disusun secara teratur dan rapi dengan jarak 1 x
1 cm atau disusun berbaris dengan jarak antar
baris 2 cm
 Dianjurkan menutup biji yang sudah dideder
dengan lalang
 Disiram dengan gembor yang berlubang halus.
 Pemindahan kecambah dilakukan dalam jangka
waktu 5 – 21 hari setelah biji didederkan.
Pemindahan dianjurkan secara berangsur setaip
hari pada saat kecambah pada stadium 1
(stadium kaki cecak).
Manfaat Tanaman
Getah karet yang disadap dari
batang diolah menjadi karet
dalam bentuk krep, sit yang
diasap dan lateks pekat.
SYARAT PERTUMBUHAN
 Iklim
a) Tbh baik pada daerah antara 10° LU dan 10°
LS Suhu
udara yang baik bagi pertumbuhan
tanaman antara 24-28 derajat C.
b) Kelembaban tinggi sangat diperlukan untuk
pertumbuhan tanaman karet.
c) Curah hujan optimal antara 1.500-2.000
mm/tahun, bulan kering tidak lebih dari 2
bulan
d) Jlh hari hujan 100-150 hari/thn
e) Tanaman karet memerlukan lahan dengan
penyinaran matahari antara 5-7 jam/hari.
f) Ketinggian daerah 1600 m dpl
Media Tanam

 Hasil karet maksimal didapatkan jika ditanam di


tanah subur, berpasir, dapat melalukan air dan
tidak berpadas (kedalaman padas yang dapat
ditolerir adalah 2-3 meter).

 Tanah Ultisol yang kurang subur banyak ditanami


tanaman karet dengan pemupukan dan
pengelolaan yang baik. Tanah latosol dan aluvial
juga dapat ditanami karet.

 Keasaman tanah yang baik antara pH 5-6 (batas


toleransi 4-8)
Ketinggian Tempat

 Walaupun demikian karet masih bisa


berproduksi di dataran menengah dan
tinggi tetapi dengan waktu penyadapan
yang makin panjang, tanaman karet
tumbuh dengan optimum pada ketinggian
200 m dpl. Korelasi antara ketinggian
tempat dan umur sadap dapat dilihat
berikut ini:
a) 0-200 m dpl: < 6 tahun
b) 200-400 m dpl: 7 tahun
c) 400-600 m dpl: 7,5 tahun
d) 600-800 m dpl: 8,6 tahun
e) 800-1.000 m dpl: 10,2 tahun
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

 Pembibitan
Tanaman karet dapat diperbanyak
dengan biji (generatif) atau dengan
bahan tanaman hasil okulasi
(vegetatif). Perbanyakan generatif
dimaksudkan untuk mendapatkan
batang bawah pada waktu okulasi.
Persyaratan Bibit

 Untuk mendapatkan bibit okulasi yang


baik perlu diperhatikan kualitas batang
bawah dan batang atas.
 Syarat batang bawah:
Perakaran kuat dan berkembang baik,
tahan penyakit, mempunyai daya gabung
yang baik dengan batang atas dan
memberi pengaruh yang baik terhadap
pertumbuhan batang atas. Klon yang
dianjurkan: GT I, LCB 1320, AVROS 2037,
PR 228, dan PR 300.
 Syarat batang atas:
Diambil dari tanaman yang
tumbuhnya subur, potensi produksi
tinggi, tajuk baik, tahan angin,
toleran terhadap hama penyakit,
pemulihan kulit sadap cepat,
mempunyai daya gabung dengan
batang bawah.
Klon yang dianjurkan :

 Untuk karet rakyat di daerah kerja Balai


Penelitian Perkebunan Bogor (Jambi,
Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu,
Jawa, Kalimantan Daerah indonesia
Timur): GT 1, PR 300.

 Untuk karet rakyat di daerah kerja Balai


Penelitian Perkebunan Medan (Aceh,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau):
GT 1, PR 107 dan AVROS 2037.
Penyiapan Benih
 Biji karet diambil dari tanaman karet berumur 10
tahun di kebun induk khusus atau kebun di areal
produktif. Biji yang akan dijadikan benih harus
memantul, mengkilat, dan bobotnya tinggi
(berat). Benih disimpan di dalam cold storage 7-
10 derajat C agar dapat tahan sampai 2 bulan.
Untuk pengiriman jarak jauh, benih dengan
kesegaran minimal 70% dicampur dengan serbuk
gergaji lembab (1:1) atau dicampur sphagnum
(1,25 kg sphagnum/2500 benih). Benih dan
medianya dimasukkan ke dalam kantung plastik
yang dilubangi oleh perforator (isi kantung plastik
2.000 benih).
 Untuk mempercepat perkecambahan
di persemaian, biji dijemur dan
dilembabkan di dalam karung goni.
Teknik Penyemaian Benih

 Benih akan disemai di bedengan. Areal


bedengan harus bertanah gembur, datar
dan dekat sumber air. Lebar bedengan 1-
1,2 m dengan panjang sesuai tempat. Di
atas bedengan dihamparkan pasir halus
setebal 5-7 cm. Agar pasir tidak longsor,
sisi-sisi bedengan ditanah dengan papan
atau batu bata. Bedengan dinaungi
dengan jerami/daun-daun setinggi 1 m di
sisi Timur dan 80 cm di sisi Barat.
 Benih disemaikan dengan cara
dibenamkan ke dalam pasir sampai
2/3 bagian dengan perut (fumiculus)
menghadap ke bawah dalam posisi
horisontal. Jarak tanam benih 1-2 cm
sehingga dalam 1-2 m2 bedengan
terdapat 1.000 benih. Biji karet yang
normal akan berkecambah pada hari
ke 30.
 Selama di persemaian benih disiram
dan disemprot pestisida.
Pembibitan

 Arealpembibitan mempunyai solum


yang tebal, lahannya datar dan dekat
sumber air. Pengolahan tanah
dilakukan sebelum tanam. Bibit
ditanam dalam jarak tanam (dalam
susunan segitiga) yang tergantung
dari umur bibit dan jenis bibit:
a) Bibit satu tahun: 35 x 35 x 50
cm, jumlah bibit= 34.080 bibit/ha
b) Bibit dua tahun: 45 x 45 x 50 cm,
jumlah bibit= 17.664 bibit/ha
c) Bibit stump tinggi: 70 x 70 x 70
cm, jumlah bibit=15.756 bibit/ha
 d)Stump tinggi: 90 x 90 x 90 cm,
jumlah bibit= 13.686 bibit/ha
e) Stum okulasi mata tidur dan
stump mini: 30 x 30 x 30 cm, jumlah
bibit= 74.420 bibit/ha
Pengolahan Media Tanam
 Terdapat dua macam penanaman
karet:
1. penanaman ulangan setelah
tanaman pertama tidak ekonomis
lagi (replanting) dan
2. penanaman baru (new planting).
pengolahan tanah untuk
penanaman baru:
 Membabat tanaman yang tumbuh, dimulai dari
tanaman yang kecil kemudian pohon besar.

 Pembasmian alang-alang dengan herbisida jika


diperlukan

 Tanah dibongkar dengan cangkul/traktor


sehingga sisa akar terangkat.

 Membersihkan sisa akar dari dalam tanah dan


permukaan tanah.

 Fumigasi tanah dengan fungisida


Biarkan tanah sampai tidak ada tanda-tanda bahwa alang-
alang akan tumbuh lagi.

Pembuatan teras untuk tanah dengan kemiringan > 10


derajat. Lebar teras minimal 1,5 dengan jarak antar teras
tergantung dari jarak tanam.

Pembuatan rorak (kotak kayu panjang) pada tanah landai.


Rorak berguna untuk menampung tanah yang tererosi. Jika
sudah penuh isi rorak dituangkan ke areal di sebelah atas
rorak.

Pembuatan saluran penguras dan saluran pinggiran jalan


yang sesuai dengan kemiringan lahan dan disemen.

Pembuatan jalan.
Teknik Penanaman
Penentuan Pola Tanaman
 Pola tanam karet dibagi berdasarkan
tingkat pertumbuhan atau umur tanaman,
yaitu:
a) Pada waktu tajuk belum menutup,
hampir semua tanaman dapat ditanam di
lahan diantara tanaman karet ditanam
tanaman sela.
b) Pada waktu tajuk sudah saling
manutup, hanya tanaman yang tanah
naungan dapat ditanam di antara
tanaman karet.
Pola tanam karet muda (0-3 tahun),
merupakan tumpang sari dengan
tanaman pangan (padi gogo, jagung,
kedele dan kacang tunggak), tumpang
sari pisang, nanas, cabe, jagung dan
semangka.
Sedangkan pola tanam karet dewasa
(> 3 tahun), adalah tumpangsari
dengan kapulaga/jahe.
Pembuatan Lubang Tanam

 Secara umum, karet ditanam dengan


jarak tanam 7 x 3 m. Untuk itu jarak antar
teras adalah 7 m. Lubang tanam untuk
okulasi stump mini adalah (60 x 60 x 60
cm), sedangkan untuk stump tinggi
berumur 2-3 bulan adalah (80 x 80 x 80
cm). Gundukan lapisan tanah atas
dipisahkan dari lapisan tanah bawah.
Keperluan bibit untuk 1 ha dengan jarak
tanam 7 x 3 meter adalah 476 pohon.
 Jarak Tanam Pembibitan Karet pada
Jenis Okulasi/Macam Bibit
 1. Okulasi hijau 30 x 30 x 60 cm
67.000/ha
 2. Okulasi coklat 40 x 40 x 60 cm
45.000/ha
 3. Bibit stump mata tidur 40 x 40 x
60
 4. Stump mata tinggi75 x 75 atau 1
x1m
 Seleksi bibit dilakukan pada bulan ke 2 dan bulan
ke 4.
 Pemeliharaan bibit meliputi L
 Penyiangan gulma (clean weeding dengan rotasi
2-3minggu sekali
 Pemupukan dengan tujuan utk mendorong
pertumbuhan vegetatif yang lebih baik agar
tercapai criteria utk dpt diokulasi.
 NPK (15:15:6:4), umur bibit 1 bulan : 5 gr, 3
bulan : 10 gram, 5 bulan : 15 gr
 7 bulan 15 gram
 Hama yang menyerang pembibitan adalah
mites/thrips, kutu perisai/kutu tepung, jangkrik,
semut, sedangkan untuk penyakitnya adlah
Oidium heveae, Colletotricum gleosporoides dan
Helmintosporium sp.
 OKULASI: menempelkan dan
menumbuhkan mata/tunas yang
berasal dari tanaman unggul anjuran
(batang atas/entries) terhadp
tanaman lain (batang bawah) yang
berasl dari biji tanaman unggul
anjuran juga.
 Pemotongan hasil okulasi
 1-3 minggu sebelum pemindahan
tanaman, batang tanaman sebelah atas
periai mata okulasi, dipotong. Bila keadan
mendesak pemotongan dpt dilakukan 3
hari setelah balutan dibuka.
 Pemotongan dilakukan pada ketinggian 5
– 10 cm di atas jendela okulasi dengan
sudut 45-60 derajat ke arah belakang.
 Setelah dipotong, bekas potongan diolesi
dengan parafin atau TB 192.
 Dari bibit yg diperoleh sebagai hasil
okulasi tsb, dpt dihasilkan ke 4 jenis
bahan tanam ) stump mata tidur, mini,
tinggi, bibit okulasi dalam kantong
plastik.
 Stump mata tidur : bibit okulasi dengan
entries/tunas okulasi yg masih tidur/blm
tumbuh pada saat pemindahannya ke
kebun. Mata ok. Akan tumbuh aktif
setelah pemotongan batang pada bagian
atas perisai.
 Disarankan agar pemotongan dilakukan 1
– 2 minggu sebelum penanaman di kebun
ketika mata ok. Sudah dalam keadaan
mentis.
 Stump mini: diperoleh dari bibit ok. yg
ditumbuhkan di pembibitan selama 8 – 12
bulan setelah pemotongan batang di atas
tempelan. Tunas yg tumbuh selama waktu
tsb. Dipotong pada ketinggian 50 cm di
atas pertautan ( terdpt. 7 – 10 mata tunas
yg akan tbh menjadi tunas).
 Cara pembuatan :
– stlh pemotongan , mata tunas ditumbuhkan
dan dipelihara
– tunas yg tbh dan telah berumur 8 – 12 bulan
(diameter sekitar 2 cm- kulit berwarna coklat)
sampai ketinggian di atas 50 cm, dpt dipotong
pada ketinggian 50 cm di atas pertautan (3 cm
di atas karangan mata)
– pemotongan dilakukan 1 – 2 minggu sebelum
ditanam di lapang
 Stump tinggi: adalah bibit okulasi yang
dipeoleh dengan menumbuhkan tanaman
di pembibitan selama 2 – 2,5 tahun
setelah pemotongan batang di atas
tempelan. Tunas yg tbh selama waktu tsb
dipotong pada ketinggian 2,5 – 3 meter di
atas pertautan okulasi.
 Cara pembuatan :
– setelah pemotongan batang , mata /tunas
dipelihara
– pemotongan dpt dilakukan apabila tunas yg
lurus dan telah berumur 2 – 2,5 tahun dan
telah berdiameter 5 cm pada ketinggian 2,5 m
dari pertautan, batangnya warna coklat dengn
tinggi 3 m dari pertautan okulasi.
– Pemotongan tsb dilakukan sekitar 5 cm di atas
karangan mata, pd
ketinggian sekitar 3 m di atas
pertautan ok dengan sudut miring
30 °
 Dengan gergaji, pemotongan
dilakukan sekitar 2 minggu sebelum
penamanam di kebun/lapangan.
 Bibit okulasi dlm kantong plastik:
dengan cara ini dpt diperoleh bahan
tanam yg telah mempunyai 2 – 3
payung daun ( 1 tahun) atau 6 – 7
payung daun ( 2 tahun)
 Membongkar Bibit :
 Stump mata tidur/mini:

 pada salah satu sisi pohon sejauh kurang


lebih 10 cm digali parit dengan kedalaman
60 cm
 potonglah akar tunggang pad kedalaman
lebih kurang 45 cm dan tariklah ke arah
lobang
 akar lateral ditinggalkan sepanjang lebih
kurang 5 – 10 cm
 sebaiknya luka bekas potongan diolesi
dengan parafin
 Stump tinggi :
 digali sejauh 20 cm denga kedalaman 70 cm
 akar tunggang dipotong pada kedalaman lebih
kurang 60 cm dari leher akar
 luka bekas potongan diolesi Rootone F
 Parit ditutup kembali dengan mulsa, utk
merangsang akar hara
 3 minggu kemudian setelah pemotongan akar
tunggang, dilakukan pemotongan bagian atas
setinggi 2,5 m dari pertautan okulasi
 2 minggu kemudian bibit dpt dibongkar dengan
jalan mengorong ke arah lobang
 setelah dibongkar, potong akar lateral dan
sisakan sepanjang 10 – 15 cm
Cara Penanaman

Bibit ditanam sedemikian rupa
sehingga akar tunggang lurus masuk
ke dalam tanah. Jika bibit berasal
dari okulasi, bibit dan plastiknya
dimasukkan ke dalam lubang tanah
dan dibiarkan 2-3 minggu. Setelah
itu kantong plastik dibuka dan tanah
galian dimasukkan kembali ke
lubang tanam.
Pemeliharaan Tanaman

Tanaman Belum
Menghasilkan
Penyulaman
Dilakukan saat tanaman berumur
1-2 tahun dan jangan dalam
keadaan terik matahari. Jika
kematian disebabkan bakteri/jamur,
tanah bekas bibit yang mati diberi
bakterisida/fungisida. Pertanaman
karet yang baik hanya disulam
maksimal 5%.
Penyiangan
Dilakukan dengan manual
(tangan/kored/cangkul) atau
secara kimia sebanyak 2-3 kali
dalam satu tahun.

Pemupukan
Pupuk dapat diletakan dengan tiga cara:

Saluran melingkar batang pohon.


Hubungan umur tanaman dengan jarak
saluran dari batang pohon adalah sebagai
berikut:

- 3-5 bulan: 20-30 cm


- 6-10 bulan: 20-45 cm
- 11-20 bulan: 40-60 cm
- 21-48 bulan: 40-90 cm
- > 48 bulan: 50-120 cm
Meletakan pupuk di luar jarak 1-
1,5 m dari barisan tanaman

Pemupukan dilakukan
bersamaan dengan penyiangan.
 Dosis pupuk untuk tanaman belum menghasilkan
pada tanah Ultisol (Podsolik Merah Kuning)
adalah sbb (gram/pohon/aplikasi) :

- 3 bulan: Urea (N) = 21,37; DS (P) = 31,97; KCl (K) = 13


- 9 bulan: Urea (N) = 43,47; DS (P) = 63,94; KCl (K) = 26
- 15 bulan: Urea (N) = 65,21 ; DS (P) = 95,92; KCl (K) = 36
- 21 bulan: Urea (N) = 86,95; DS (P) = 127,89; KCl (K) = 52
- 27 bulan: Urea (N) = 108,69; DS (P) = 159,86 ;KCl (K) =
65
- 33 bulan: Urea (N) = 130,43 ; DS (P) = 192,84; KCl (K) =
78
- 39 bulan: Urea (N) = 173,91; DS (P) = 255,78 ; KCl (K) =
104
- 45 bulan: Urea (N) = 217,39; DS (P) = 319,73 ; KCl (K) =
150
- 51 bulan: Urea (N) = 260,86 ; DS (P) = 383,68 KCl (K) =
156 gram/pohon/aplikasi
Seleksi dan Penjarangan Pohon

Dilakukan menjelang sadap. Biasanya dari
476 bibit yang ditanam, hanya 95% (452
pohon) yang tumbuh baik. Penjarangan
dilakukan dengan membongkar tanaman
yang tumbuh tidak baik dan terserang
penyakit dan dapat mencapai 5% dari
tanaman yang tumbuh. Sisa tanaman
setelah penjarangan 425 dan yang
diramalkan dapat disadap adalah 400
pohon.
 Pemeliharaan tanaman penutup tanah
Penutup tanah adalah tanaman Legum
seperti :
Calopogonium muconoides Desv
Centrocema pubescens Benth, C.
caeruleum,
Calopogonium caeruleum Hemsl
Psopocarpus pelustris
Pueraria phaceoloides (P. javanica)
Centrocema plumieri Benth
Mucena coechinchinensis
Psophocarpus tetragoloobus
Pueraria thunbergiana
 Cara penanaman cc:
Penanaman deng biji langsung ke lapang
Penanaman asal biji yg ditanam dlm
polibag/ didederkan di persemaian terlebih
dahulu
Penanaman deng stek dlm polibag
Penanaman deng stek langsung ke lapang
 Syarat CC:

Tumbuh cepat sehingga dapat menahan


erosi
Bukan saingan bagi tanaman karet
Bukan inang bagi hama & penyakit
Toleran terhadap pemangkasan dan
pembabatan
Dpt tumbuh subur pada tanah
marginal
Dapat memfiksasi Nitrogen
Tahan terhadap musim kering
Tidak menghasilkan zat yang
beracun
C/N rendah
Tanaman Menghasilkan
Setelah berumur 5 tahun,
tanaman dapat disadap
TM
 Penyiangan
Cara manual hanya dilakukan jika kebun
tidak luas, Pengendalian gulma dengan
herbisida lazim dilakukan di perkebunan
karet. Herbisida diberikan 4-6 kali setahun
dengan dosis yang tidak berlebih agar
tidak mematikan tanaman pemutup
tanah. Herbisida yang dipakai adalah jenis
herbisida kontak Gramoxone dan Paracol.
 Pemupukan
Pohon yang baik untuk disadap saja yang diberi
pupuk sehingga pemberian pupuk dihitung per
pohon. Cara pemupukan:

 Ditabur di larikan sekeliling pohon dengan jarak


1-1,5 m dari batang

 Dengan cara seperti (a) hanya berbentuk 1/2


lingkaran.

 Ditabur di larikan di antara pohon (berjarak 1,5


cm dari setiap batang)

 Ditabur di antara larikan dan barisan.


TM
 Pemupukan dilakukan dua kali dalam satu
tahun dengan dosis berikut ini:

 Jenis tanah Latosol: Urea (N) = 280,86


gram/pohon; DS(P) = 157,85
gram/pohon; KCl(K) = 180 gram/pohon

 Jenis tanah Ultisol (Podsolik merah


kuning): Urea (N) = 280,86
gram/pohon;DS(P) = 383,68 gram/pohon;
KCl(K) = 156 gram/pohon.
HAMA DAN PENYAKIT
Hama

 Rayap
Penyebab: Microtermmes inspiratus,
Captotermes cuevignathus. Gejala:
stump/tanaman karet muda rusak, batang
berlubang besar, akar tanaman putus.
Pengendalian: membersihkan kebun dari
tunggul dan sisa akar, ujung stump
sampai bagian atas mata okulasi ditutup
dengan plastik, pemberian umpan rayap,
insektisida Furadan 3G (5-10 g/pohon),
Agrolene 26 WP 0,2% atau Lindamul 250
EC 0,2%.
 Kutu tanaman
Penyebab: Saissetia nigra, Laccifer greeni,
Laccifer lacca, Ferrisiana virgata Planococcus
citri).
Gejala: merusak tanaman dengan mengisap
cairan dari pucuk batang dan daun muda. Bagian
tanaman yang diisap menjadi kuning dan kering.
Pengendalian: melepas musuh alami seperti
Eublema sp., Anysis sp, Scymus sp dan Coccinella
sp. untuk Saissetia nigra, Laccifer greeni, Laccifer
lacca dengan Albolineum 2%, Formalin 0,15%
atau Anthio 33 EC 0,9-1,2 liter/ha. Untuk
Ferrisiana virgata Planococcus citri dengan
Azodrin 60 WSC, Bayrusil 250 EC, Dimecron 50
SCW/Orthene 75 SP dll.
 Tungau
Penyebab: Hemitarsonemus ,
Paratetranychus, mengisap cairan daun
muda, daun tua dan pucuk. Gejala:
tanaman tidak normal dan kerdil, daun
berguguran. Pengendalian: (1) dengan
akarisida Thiodan 35 EC 0,15%, Kelthane
MF 0,2%, Morestan 25 WP 0,2%; (2)
dengan menghembuskan gas belerang.
 Siput
Penyebab: Achatina fulica. Gejala:
serangan pada musim hujan, daun
dan tanaman muda di areal
pembibitan rusak dan patah-patah.
Pengendalian: dengan larutan
metaldehida 5% dalam dedak, atau
campuran Maradeks dengan semen,
kapur dan dedak (2:3:5:16).
 Tikus (Rattus spp.)
Gejala: biji, kecambah dan daun
bibit dimakan habis. Kulit tanaman
muda terkelupas dan tampak ada
bekas gesekan. Pengendalian:
dengan membersihkan semak di
kebun, membongkar sarang tikus
dan membunuh tikus dengan
perangkap mekanis/senyawa kimia
Racumin, Warfarin atau Tomorin 1
g/15 g umpan.
PENYAKIT TANAMAN
 Penyakit Batang
 Akar putih
Penyebab: jamur Rigidoporus lignosus. Gejala:
daun tanaman pucat kuning dengan tepi melipat
ke dalam, daun gugur dan ranting mati. Di akar
tanaman terdapat benang-benang jamur putih
agak tebal yang menempel kuat. Pengendalian:
sanitasi kebun, menanam tanaman penutup,
menanam bibit sehat, menaburkan serbuk
belerang pada areal yang pernah terserang
penyakit ini, fungisida berbahan aktif
hexaconazole, tradimefon dan cyproconazole.
P. BTG
 Akar merah
Penyebab: jamur Ganoderma
pseudoferrum. Sangat berbahaya untuk
tanaman karet, penularan terjadi melalui
persinggungan akar, dijumpai pada
tanaman dewasa dan tua. Gejala: setelah
5 tahun serangan, tanaman mati.
Pengendalian: sama dengan akar putih.
P. BTG
 Jamur upas
Penyebab: jamur Corticium salmonicolor. Gejala:
terdapat lapisan kerak berwarna merah pada
pangkal atau bagian atas percabangan yang akan
berubah menjadi lapisan tebal merah tua. Bagian
tanaman yang terserang mengeluarkan cairan
lateks berwarna coklat kehitaman yang meleleh.
Kulit tanaman akan membusuk dan hitam, tajuk
cabang mati dan mudah patah. Pengendalian:
dengan menanam klon resisten seperti AVROS
2037, mengurangi kelembaban kebun, Fungisida
di awal serangan dengan Fylomac 90 0,5%,
Calixin MR, Dowco 262 atau Bubur bordo.
P. BTG
 Kanker bercak
Penyebab: jamur Phytophthora palmivora.
Gejala: kerusakan kulit batang di luar
bidang sadap atau di percabangan,
tanaman merana dan mati. Pengendalian:
menanam klon resisten, jarak tanam tidak
terlalu rapat, pemangkasan tanaman
penutup yang terlalu lebat, kulit yang
membusuk dipotong dan luka diolesi
Difolatan 4F 3% dan ditutup dengan
petrolatum, bagian kayu yang luka ditutup
ter.
P. BTG
 Busuk pangkal batang
Penyebab: jamur Botrydiplodia
theobromae. Gejala: kulit mengering dan
pecah-pecah namun kayu bagian atas
masih baik dan utuh. Kulit menghitam dan
kayunya rusak. Kerusakan menjalar ke
bagian atas sampai mencapai 1 m. Batang
tanaman seperti terbakar. Pengendalian:
pemberian fungisida tepat waktu,
pemupukan dengan dosis dan waktu yang
tepat, penyulaman dengan bibit stump
tinggi.
Penyakit Bidang Sadap
 Kanker garis
Penyebab: jamur Phytophthora palmivora. Gejala: adanya
selaput tipis berwarna putih dan tidak begitu jelas
menutupi alur sadap. Di bawah kulit di atas irisan sadap
akan tampak garis-garis tegak doklat atau hitam yang
akhirnya bersatu membentuk jalur hitam seperti retakan
atau kulit pulihan. Menghambat pemulihan kulit di bidang
sadap. Pengendalian: menanam klon resisten PR 300 atau
PR 303, jarak tanam tidak terlalu rapat, memangkas
tanaman penutup tanah, pemupukan yang benar,
penyadapan tidak terlalu dalam dan tidak terlalu dekat
tanah, fungisida Dilatan 4F 2%, Difolatan 80 WP 2%,
Demosan 0,5%/Actidione 0,5%. Batang yang busuk dikorek
dan diberi fungisida, pisau sadap diolesi
P. BDG. SADAP
 Mouldy rot
Penyebab: jamur Ceratocystis fimbriata. Gejala: selaput
tipis putih dibidang sadap dekat alur sadap yang berubah
menjadi lapisan seperti beledu berwarna kelabu sejajar alur
sadap. Di bawah lapisan ini akan tampak bintik coklat atau
hitam. Serangan dapat mencapai kambium dan kayu.
Pengendalian: menanam klon resisten di daerah basah
seperti GT1 dan AVROS 2037, jarak tanam tidak terlalu
rapat, memangkas penutup tanah, pemupukan yang benar,
intensitas sadap diturunkan, fungisida Difolatan 4F 2%,
Difolatan 89 WP 2%, Topsin M 75 WP 0,5%, Derosal 60 WP
0,1%, Actidione 0,5%/Benlate 50 WP 0,1%, pisau sadap
diolesi fungisida.
P. BDG. SADAP
 Brown bast
Penyebab: penyadapan yang terlalu sering.
Gejala: lateks tidak mengalir dari sebagian alur
sadap, seluruh alur sadap menjadi kering dan
tidak mengeluarkan lateks. Bagian kering
berubah warna menjadi coklat karena terbentuk
gum. Kulit pecah, batang bengkak. Pengendalian:
mengurangi penyadapan terutama pada klon
peka PR 255, PR 261 dan BPM 1. Klon tahan
adalah AVROS 2037, PR 300 dan PR 303, pohon
diistirahatkan.
Penyakit daun

 Embun tepung
Penyebab: jamurOidium heveae. Gejala: daun
muda berwarna hitam, lemas, keriput dan
berlendir. Di bawah permukaan daun terdapat
bercak bundar putih seperti tepung.
Pengendalian: dengan menanam klon resisten,
pemberian nitrogen 2x dosis anjuran, daun
digugurkan lebih awal, menghembuskan belerang
seminggu sekali selama 5 minggu, fungisida
Dithane M-45 0,25%, BAS 2203 1%.
P. DAUN
 Penyakit colletorichum
Penyebab: jamur Coletotrichum
gloeosporoides. Gejala: daun tampak
gugur dan pertumbuhannya terhambat,
terjadi pada tanaman yang baru
membentuk daun muda pada musim
hujan. Pengendalian: menanam klon
resisten seperti BPM 1, AVROS 2037,
pemupukan ekstra, daun digugurkan lebih
awal, fungisida Dihane M-45 0,25%,
Manzate M-200 ) 2%, Cobox 0,5%.
P.DAUN
 PenyakitPhytophthora
Penyebab: jamur Phytophthora
botriosa. Gejala: diawali dengan
buah yang membusuk dan hitam,
lalu menular ke daun dan tangkai
sehingga daun dan tangkai gugur.
Pengendalian: menanam klon
resisten dan fungisida Cobox atau
Cupravit dalam minyak mineral.
GULMA
 Gulma penting di perkebunan :
Alang-alang ( Imperata cylindrical (L)
Beauv )
Paspalum cinjugatum Berg
Eupatorium odoratum
Mikania sp
Melastoma sp
Lantana camara L.
Cyperus rotundus L.
TBM :50 – 70 %
TM : 20 – 30 %
Panen
Eksploitasi Tanaman Karet
 Pengertian : Suatu usaha untuk memanen
/ mengambil lateks tanaman karet dengan
cara penyadapan.
 Menyadap : suatu cara mengambil lateks
dengan jalan mengiris/menusuk bagian
kulit batangnya.
 Lateks : getah karet berupa cairan putih
susu yg terdiri dari partikel karet dn cairan
serum yang mengandung berbagaibahan
yg terlarut di dalamnya seperti protein,
asam amino, enzim dll.
 Padatanaman karet, panen berarti
penyadapan lateks dari kulit batang.
Tanaman mulai disadap pada umur 5
tahun. Penyadapan dapat dilakukan
selama 25-35 tahun.

 Penyadapan :
1. Sadap Iris (out tapping)
2. Sadap tusuk (micro tapping)
 Faktor yang harus diperhatikan
dalam sadap iris adalah ;
a. Kriteria matang sadap
b. Tinggi bukaan sadap arah irisan
sadap dan kemiringannya.
c. Kedalaman sadapan
d. Komsumsi kulit
Peralatan Penyadapan

 Mal sadap/patron. Terbuat dari kayu dengan


panjang 130 cm dengan sebuah siku 120 derajat.
Gunanya untuk membuat gambar sadapan
dengan kemiringan yang tepat.

 Pisau sadap. Terdiri atas pisau sadap atas untuk


menyadap kulit bidang sadap atas pada
ketinggian di atas 130 cm dan pisau sadap bawah
untuk menyadap kulit pada bidang sadap bawah
pada ketinggian di bawah 130 cm.
Lanjutan
 Talang lateks atau spout. Terbuat dari
seng selebar 2,5 cm dan panjang 8-10 cm
yang dipasang dengan cara ditancapkan 5
cm dari titik/ujung irisan sadapan
terendah.

 Mangkuk atau cawan. Terbuat dari tanah


liat, plastik atau alumimiun dan dipasang
10 cm di bawah talang lateks.

 Cincin mangkuk dan talinya. Tempat


meletakkan mangkuk sadap.
 Pelaksanaan Penyadapan
Kulit karet yang akan disadap harus
dibersihkan terlebih dahulu agar
tidak terjadi pengotoran lateks.
 Ketebalan Irisan Sadap
Pengirisan kulit tidak perlu tebal
sehingga kulit tidak cepat habis.
Tebal yang dianjurkan 1,5-2 mm.
Konsumsi kulit ditentukan oleh
rumus sadap.
 Kedalaman sadap
 Semakin dalam irisan, semakin banyak
berkas pembuluh lateks yang terpotong.
Kedalaman kulit sampai 7 mm dari
kambium memiliki pembuluh lateks
terbanyak. Sebaiknya kedalaman sadap
sedalam mungkin tetapi tidak menyentuh
kambium. Kedalaman yang dianjurkan
adalah 1-1,5 mm dari lapisan kambium.
 Waktu Penyadapan
Dilakukan pada pagi hari antara
05.00-06.00, sedangkan
pengumpulan lateks dilaksanakan
antara 08.00-10.00.
Frekuensi dan Intensitas
Sadapan
 a) Frekuensi sadapan dinyatakan dengan
hari (d), minggu (m), bulan (b) dan tahun
(t).
b) Periode sadapan dinyatakan dengan
setiap hari (d/1), dua hari sekali (d/2) dst.
c) Panjang irisan bidang sadap dinyatakan
dengan seperempat spiral batang (S/4),
setengah spiral batang (S/2) atau satu
spiral batang (S/1).
d) Intensitas sadapan tergantung dari
panjang irisan dan frekuensi sadapan,
biasanya 100%.
 Contoh rumus sadap: S/2, d/2,
100%, penyadapan setengah
lingkaran batang, pohon disadap dua
kali sehari dengan intensitas
sadapan 100%. Bila disadap dua kali
sehari maka terpakai 2,5 cm/bulan
atau 30 cm/tahun.
 Pemulihan Kulit Bidang Sadap
Kulit pulihan disadap kembali setelah
sembilan tahun untuk kulit pulihan
pertama dan setelah delapan tahun
untuk kulit pulihan kedua. Penentuan
layak tidaknya kulit pulihan disadap
kembali, ditentukan oleh tebal kulit
pulihan, minimun telah mencapai 7
mm.
Penyadapan Mikro (sadap tusuk
 TujuanPenyadapan :
Memperpendek masa tidak produktif
Mengurangi biaya penyadapan
Memperpanjang masa produktif
Mempertinggi produksi.
Lebih mudah dilaksanakan ( relatif )
Teknik Penyadapan

 Penyadapan mikro dilakukan


dengan menusuk jalur kulit bidang
sadap.
 Penusukan dilakukan setelah
terlebih dahulu jalur dikerok dan
distimulasi dengan ethepon 2 atau
3 hari sebelumnya.
 syarat-syarat:
Kriteria sadap
Tanaman karet dapat mulai disadap
mikro apabila 70 % dari areal telah
memiliki ukuran lilit batang 30 cm
diukur pada ketinggian 130 cm dari
pertautan okulasi.
Pertumbuhan tanaman
Pertumbuhan tanaman yang akan
disadap mikro harus seragam
( homogen )
Bentuk jalur
Bentuk jalur pada penyadapan mikro
adalah vertical
Pengerok jalur
Dua atau tiga hari sebelum hari
penusukan jalur terlebih dahulu
dikerok kemudian dilumaskan
dengan stimulan ethepon.
Pengerokan dilakukan dengan
membuang lapisan kulit coklat dan
hijau.
Stimulansia
Penyadapan mikro tidak akan berarti
tanpa dibarengi dengan pemberian
stimulan. Ini diusahakan merata
sepanjang jalur.

Penyadapan
Penyadapan mikro dilakukan dengan
penusukan jarumpada jalur yang telah
dikerok dan stimulasi. Pada waktu
penusukan jarum harus cepat ditarik dari
lubang tusukan supaya lateks dengan
cepat merembes dari pembuluh lateks
yang terluka dan keluar melalui lubang
tusukan. Penyadapan pertama dilakukan
dua atau tiga hari setelah pelumasan
stimulan pada jalur baru.
Jarum penusuk
Jarum penusuk terbuat dari baja
yang tahan karat denga garis
tengah 0,8 mm. Panjang jarum
penusuk disesuaikan dengan rata-
rata tebal kulit supaya tidak melukai
lapisan kambium pada waktu
penusukan.
Perpindahan jalur
Perpindahan jalur dilakukan setiap
bulan dengan jalan membuat jalur
baru disebelahnya (bila jalur vertical)
atau dibawahnya (bila jalur spiral).
Penarikan scrap
Seperti halnya pada penyadapan
konvensiaonal, pada penyadapan mikro
scrap ini harus ditarik sebelum
penusukan. Bila scrap tidak ditarik maka
aliran lateks akan terhalang dan lateks
akan meluber ke tanah sehingga hasil
yang diperoleh berkurang.

Mata tunas
Pada tanaman karet sering dijumpai mata
tunas pada permukaan bidang sadapan.
Pada mata tunas ini, ketebalan kulit relatif
tipis sehingga bila mata ditusuk akan
melukai kambium bahkan dapat sampai
ke kayu. Hal ini akan mengakibatkan
timbulnya lump kanker.
Hanca sadap
Jumlah pohon per hanca pada penyadapan
mikro dengan 3,5 jam penyadapan
adalam 500 pohon.
Pemupukan
Tanaman karet yang disadap mikro
memerlukan pemupukan yang rasional
untuk mempertahankan perkembangan
lilit batang dan respon terhadap stimulan.
Pemupukan Mg harus dihentikan satu
tahun sebelum penyadapan mikro dimulai
sebab Mg dapat mengganggu kestabilan
lateks sehingga cepat membeku.
Produksi sadap mikro
Penyadapan mikro pada tanaman
karet umur tiga tahun tidak
ditujukan mendapatkan hasil yang
setinggi-tingginya tetapi hanya
ditujukan untuk mendapatkan hasil
yang dapat menutupi biaya
pemeliharaan tanaman.
Urutan pekerjaan dalam penyadapan mikro

 1. Bukaan sadap :
Mengukur lilit batang
Menghitung pohon yang
memenuhi criteria matang sadap
Mengukur tebal kulit/pohon
Mengukur ketinggian sadap
Menggambar jalur pertama
selebar dua cm.
 2.Mengerok jalur dan stimulasi
Mengerok jalur selebar 2 cm,
pengerokan dilakukan dengan
membuang kulit coklat dan hijau
Membuat parit tipis ditengah atau di
bawah jalur
Stimulasi dengan ethrel 2,5 %
carrier minyak sawit denagn dosis 1
gram/pohon/bulan. Pelumasan
dilakukan 2 – 3 hari sebelum disadap
dan harus merata sepanjang jalur.
 3.Penusukan dan penarikan scrap
Penarikan scrap dari parit jalur dan
membersihkan mangkok.
Penusukan jalur dengan jumlah
tusukan tertentu. Penusukan harus
merata pada seluruh jalur, setiap hari
sadap.
Membimbing lateks agar mengalir ke
arah mangkok.
Notasi Penyadapan
 Sadap iris (out tapping)
 a. Bentuk irisan

S = irisan bentuk spiral


V = irisanbentuk V
C = irisan yang bentuknya
campuran atau tidak beraturan
 Panjang irisan sadap
S = irisan spiral penuh.
S/2 = irisan setengah spiral
V/4 = irisan seperempat V
Mc2 = irisan pendek dengan
panjang irisan 2 cm.
 Jumlah irisan
2x½S = dua irisan setengah
spiral
4 x Mc2 = empat irisan pendek,
masing-masing panjang 2 cm.
 Frekwensi penyadapan
d/1 = penyadapan dilakukan
setiap hari
d/2 = penyadapan dilakukan
dua hari sekali
d/1 2d/3 = penyadapan setiap hari,
dua hari disadap diikuti dengan satu hari
istirahat.
 Arah sadapan
½ S = satu irisan setengah
spiral, arah sadapan ke bawah.
½ S = satu irisan setengah spiral,
arah sadapan ke atas.
2 x ½ S = 2 irisan setengah spiral
satu ke arah atas dan satu ke bawah.
 Intensitas penyadapan
½ S d/2 = ½ x ½ x 400 =
100 %.
 Bidang sadap
BO = bidang sadap bawah,
kulit perawan
BI = bidang sadap bawah kulit
pulihan pertama
BO – 1 = bidang sadap bawah
pertama, kulit perawan
HO – 3 = bidang sadap atas ketiga,
kulit perawan
Sadap tusuk (puncture tapping)

 Notasi tusukan
 Dalam sadap tusuk, lateks dikeluarkan
dengan jalan menusuk pada alur yang
dibuat dikulit batang. Simbol tusukan
dituliskan berupa huruf besar dan bentuk
alurnya dituliskan dibelakangnya.
Contoh :
P = puncture (tusukan)
PI = tusukan pada alur tegak
PS = tusukan pada alur spiral.
 Jumlah tusukan, panjang dan lebar
alur
5 PI = lima tusukan dalam
alur tegak
10 PS = sepuluh tusukan dalam
alur spiral.
10 PI (100) 2 = sepuluh tusukan
pada alur tegak sepanjang 100 cm
dengan lebar alur 2 cm.
Cara pemberian stimulan
 Sekarang ini telah banyak cara stimulasi yang
dikenal dan dipraktekkan. Beberapa diantaranya
adalah :
1. Aplikasi pada kulit yang sudh dikeroki (bark
application)
2. Aplikasi pada irisan sadap yang skrepnya sudah
diambil (groove application).
3. Aplikasi pada irisan sadap yang masih tertutup
skrep (lace application).
4. Aplikasi pada bidang sadapan pada kulit pulihan
di atas irisan sadap, pada sadapan ke bawah
(panel application).
5. Aplikasi pada alur yang dibuat pada kulit batang
(tape application). Cara ini biasanya dilakukan
pada sadap tusuk.
 Bahan stimulasi
Dari sejak timbulnya pemikiran tentang
penggunaan stimulasi telah banyak
macam bahan yang digunakan. Pada
akhir-akhir ini bahan kimia yang banyak
dikenal untuk keperluan itu antara lain
adalah : Ethepon, Ethad, 2.4. D, 2.4.5.
T, Copper sulfat (Cu SO4), Calcium
carbide (Ca C2) dan lain-klain dengan
konsentrasi dan bahan pembawa
(carrier) yang bermacam-macam.
 Notasi stimulasi
Dalam penulisannya notasi stimulasi
tidak terpisah dengan notasi sadapan.
Contoh :
Et 5 % Ga*. 16/y (2) = distimulasi
dengan ethepon 5 % yang dioleskan
pada irisan sadap dengan dengan dosis 1
gram/pohon, jumlah apllikasi 16 kali
pertahun sekali dalam dua minggu.
Antikoagulan

 Untuk mencegah koagulasi perlu


ditambahkan zat anti koagulan. Harus
dipertimbangkan apakah antikoagulan ini
diberikan di kebun atau di pabrik waktu
pengolahan. Semuanya tergantung dari
penyebab koagulasi misalnya cuaca yang
kurang baik. Jenis antikoagulan yang
umum digunakan di kebun adalah
amoniak 2-2,5%, soda (natrium karbonat)
10% sebanyak 5-10 ml/liter lateks dan
natrium sulfit 10% sebanyak 5-10 ml/liter
lateks.
 TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai