Anda di halaman 1dari 34

PEMBIBITAN BATANG BAWAH

Penyiapan lahan bibitan


Persiapan dan pengolahan lahan yang baik akan mendukung dalam
menghasilkan bahan tanam yang bermutu. Pengolahan lahan yang
tidak baik akan menghasilkan tanaman yang berakar bengkok/tidak
sempurna. Beberapa syarat yang baik untuk areal bibitan adalah :
Lahan rata, jika terpaksa harus menggunakan lahan yang
miring maka harus dibuat teras gulud atau rorak untuk
memperkecil erosi tanah, dengan catatan bahwa kemiringan
maksimum 3%.
Dekat sumber air
Jauh dari jangkauan hewan ternak
Dekat dengan jalan agar mudah dalam pengangkutan
Penyiapan lahan dapat dilakukan dengan dua cara yakni
secara mekanis dengan menggunakan traktor (untuk bibitan skala
besar) atau secara manual dengan mengunakan cangkul (untuk
bibitan skala kecil).
Secara mekanis
Pengolahan lahan secara mekanis dapat dilakukan dengan
dua kali bajak dengan selang waktu tiga minggu dan dua kali
garu dengan selang waktu satu minggu pada kedalaman 4050 cm.
Secara manual
Pengolahan lahan secara manual dapat dilakukan dengan cara
mencangkul dengan kedalaman olah 40 cm 50 cm
Hal yang perlu diperhatikan pada saat penyiapan lahan adalah
lahan harus terbebas/bersih dari sisa-sisa akar dan kayu untuk
mencegah penyebaran penyakit jamur akar putih. Setelah lahan
siap tanam langkah selanjutnya adalah pengajiran/pemancangan
yang disesuaikan dengan jarak tanam yang diinginkan. Jarak tanam
yang biasa digunakan adalah pola tanam segi empat jarak tanam 25
cm x 25 cm x 50 cm (jarak tanam ganda), dalam satu hektar
terdapat 100.000 tegakan
25 cm 50 cm 25 cm
25 cm
0
0
0
0
0

Skema pola tanam segiempat


Pengumpulan dan Seleksi Biji
Untuk mendapatkan batang bawah yang baik, sumber biji yang
digunakan juga harus baik. Biji berasal dari kebun monoklonal yang

sudah berumur 10 20 tahun. Biji untuk batang bawah dianjurkan


oleh Pusat Penelitian Karet yang berasal dari klon GT 1, AVROS
2037, PB 260 dan RRIC 100. Kebun sumber biji hendaknya
mendapat perlakuan sebagai berikut : Satu bulan sebelum buah
jatuh areal di bawah pohon dibersihkan dan dibebaskan dengan bijibiji yang lama. Kemudian pengumpulan biji dilakukan secara
serentak setiap dua hari sekali. Biji yang sudah terkumpul tidak
semuanya bernas dan berisi adakalanya kopong dan tidak bagus,
untuk itu perlu dilakukan seleksi biji. Biji dapat diperoleh langsung
dari Pusat Penelitian Karet di Sungei Putih atau dari penangkar
benih resmi.
Seleksi biji dapat dilakukan secara manual dan visual dan
menggunakan alat pental biji karet. Apabila dilakukan seleksi secara
manual maka biji mempunyai ciri sebagai berikut :
Warna mengkilat
Permukaanya licin
Bentuk normal
Daya lentingnya tinggi dan nyaring apabila dijatuhkan di
lantai
Uji kesegaran secara visual dapat dilakukan dengan cara membelah
biji dan diamati endosperm dan kotiledonnya.

Gambar biji yang telah di belah


Biji yang baik mempunyai ciri sebagai berikut :
Apabila dibelah endosperm menunjukkan warna putih dan
masih segar, serta kotiledon masih rapat (Kelas I).
Endosperm berwarna putih agak kekuningan, kotiledon
terbuka tidak lebih dari 1 mm (Kelas II).
Jika endosperm berwarna kuning, kuning kehitaman serta
lembek, berminyak maka biji sudah jelek dan tidak akan
mampu tumbuh menjadi kecambah normal (biji afkir).
Dalam penyimpanan biji karet kadar air awal merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi daya tumbuh biji. Sebaiknya biji
yang telah jatuh lebih dari tiga hari, dapat dilakukan perendaman
satu malam sebelum disimpan untuk meningkatkan kadar air.
Penyimpanan cukup dilakukan di area yang terlindung dari sinar
matahari langsung, lama penyimpanan dapat mencapai 1 minggu
dengan daya tumbuh 60%. Untuk pengiriman jarak jauh,
pengawetan biji dapat dilakukan dengan menggunakan serbuk

gergaji yang lembab. Volume serbuk gergaji yang dipakai 1/2 dari
volume biji karet.
Pengecambahan/Penyemaian biji
Biji yang sudah dipilih dan diseleksi harus segera
dikecambahkan dalam bedeng perkecambahan. Biji karet harus
disemaikan dalam suatu media yang lembab dan tidak terkena sinar
matahari
langsung
untuk
mempermudah
proses
pengecambahan. Untuk itu perlu diberikan bedengan dengan media
lembab dan ternaungi. Bedengan perkecambahan berbentuk
persegi panjang berukuran lebar 1.2 m, panjang 10 m dengan
kapasitas 10.000 biji. Media yang digunakan untuk pertumbuhan
adalah pasir atau serbuk gergaji setebal 10 cm. Bedengan diberi
atap rumbia atau pelepah kelapa dengan ketinggian 1.5 meter
dibagian Timur dan 1.2 meter di bagian Barat. Penanaman biji
dilakukan dengan cara 2/3 bagian biji (bagian perut) dibenamkan
dalam media pasir dan 1/3 bagian lagi (bagian punggung) berada di
permukaan pasir. Biji ditanam berbaris dengan jarak antar barisan
1cm. Setelah di semai maka biji dalam bedengan harus disiram
dengan air pagi dan sore hari dengan menggunakan gembor.
Kecambah yang baik akan muncul pada umur 5 21 hari setelah
penyemaian biji. Biji yang berkecambah di atas 21 hari sebaiknya
tidak digunakan karena pertumbuhannya sudah tidak bagus. Lokasi
semaian sebaiknya dekat dengan lahan bibitan untuk memudahkan
dalam pemindahan dan penanaman.

Gambar bedengan persemaian


Pemindahan dan Penanaman Kecambah
Kecambah diambil dari persemaian dengan hati-hati agar
tidak merusak bakal akar. Stadia kecambah yang telah siap
dipindahkan ke lahan bibitan apabila :
Sudah mencapai stadium bintang (umur 4-7 hari)
Sudah mencapai stadium pancing (umur 7-14 hari)
Sudah mencapai stadium jarum (umur 14-21 hari)

Sebelum ditanam kecambah harus diseleksi yaitu bebas dari


dari infeksi jamur akar putih, tidak terserang hama dan
pertumbuhan normal.

Gambar stadium kecambah


Penanaman sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari
untuk menghindari stress di lapangan. Pengangkutan kecambah
menggunakan ember yang berisi air. Penanaman kecambah
dilakukan dengan cara menugal tanah sedalam 5 cm dengan
menggunakan kayu atau benda yang runcing. Akar harus berada
seluruhnya di dalam tanah dan permukaan biji rata dengan tanah
(biji jangan dilepas dari kecambah). Kemudian tanah di sekitar
lubang di padatkan dengan hati-hati agar tidak merusak akar
tanaman, lalu di siram untuk melembabkan. Penyiraman bibit harus
dilakukan pada setiap pagi hari terutama pada musim kemarau.
Pemeliharaan Tanaman di Bibitan
Pemeliharaan
bibitan
terdiri
dari
empat
kegiatan
yaitu
penyulaman/penyisipan, pengendalian gulma, pengendalian hama
penyakit dan pemupukan.
Penyulaman atau penyisipan bertujuan untuk mengganti tanaman
yang mati atau kerdil/tidak normal pertumbuhannya. Penyisipan
dapat dilakukan pada saat tanaman di bibitan berumur paling lama
1-2 minggu dengan menggunakan kecambah pertumbuhan stadia
jarum.
Lahan bibitan harus bebas dari gulma agar pertumbuhannya tidak
terganggu. Penyiangan gulma yang tumbuh dapat dilakukan dengan
manual (rotasi 1x2 minggu) tergantung dari banyak tidaknya gulma
yang tumbuh di lapangan, penggunaan herbisida pada tanaman
yang masih muda tidak dibenarkan karena dapat menyebabkan
kematian pada tanaman karet.
Untuk mencegah timbulnya hama dan penyakit yang sering
merusak
bibitan
karet
sepertiColletotrichum dan Helmintsosporium dapat
diberi
obat
Dithane M-45 dengan dosis 2 gram/liter/rotasi (1x2 minggu). Untuk
mencegah timbulnya serangan jamur akar putih (JAP) pada umur 26 bulan dapat dilakukan aplikasi biofungisida Triko SP plus dengan
dosis 600 Kg/ha, di tabur disekitar barisan tanaman. Kemudian di
tutup dengan tanah menggunakan cangkul. Beberapa hama yang
sering menyerang bibitan karet adalah jangkrik, rayap dan tungau

untuk menenggulanginya dapat dilakukan penyemprotan dengan


insektisida yang yang tepat seperti Sevin 85S.
Pemberian pupuk ditaburkan disekitar barisan tanaman, dengan
dosis pupuk menggunakan pupuk tunggal sebagai berikut :
Umur bibit
Dosis(gram/pohon)
(bulan)
Urea
SP-36
MoP
Kieserit
1
2
2.5
1
1
3
5
6.25
2
1
5
9
11.25
3
4
7
9
11.25
3
4
Sumber ; Balit SP- Puslit Karet, 2004
Apabila menggunakan pupuk majemuk NPK-Mg 15-15-6-4 dapat
digunakan sebanyak 5, 10, 15 dan 15 gram/pohon untuk tanaman
yangberumur 1, 3, 5 dan 7 bulan.

PEMBANGUNAN KEBUN ENTRES


Klon Karet Unggul
Kemajuan penelitian karet selama empat siklus seleksi telah
mampu menghasilkan klon karet unggul yang dapat dibagi kedalam
tiga kategori yaitu :
1. Klon penghasil lateks : Klon yang mamiliki ciri potensi hasil lateks
sangat tinggi tetapi hasil kayu sedang.
2. Klon penghasil lateks-kayu : Klon yang memiliki ciri potensi hasil
lateks tinggi dan hasil kayu juga tinggi.
3. Klon penghasil kayu : Klon yang memiliki ciri potensi hasil lateks
rendah tetapi hasil kayu sangat tinggi.
Untuk periode tahun 2004 2010, telah dirumuskan klon karet
anjuran untuk penanaman sebagai berikut :
Klon penghasil lateks : BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB
217, PB 260.
Klon penghasil lateks-kayu : BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100,
AVROS 2037, IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR
42, IRR 112, IRR 118.
Klon penghasil kayu : IRR 70, IRR 71, IRR 72, IRR 78
Persyaratan pembangunan kebun entres
a. Lokasi kebun entres
Areal yang memenuhi syarat untuk pembangunan kebun
entres, sebaiknya memiliki syarat sebagai berikut :
Lokasi datar dan tidak tergenang air pada saat hujan, areal
dengan kemiringan 3-5% dapat digunakan, tetapi perlu dibuat
drainase yang baik
Dekat dengan jalan utama agar memudahkan pengangkutan,
pengawasan dan pengiriman kayu entres
Lahan memiliki sifat fisik yang baik (gembur)
b. Penanaman bibit untuk kebun entres

Bahan tanaman dapat berupa stum mata tidur atau bibit


polibeg berpayung satu atau dua. Penanaman dengan stum mata
tidur harus pada musim hujan. Pemancangan dilakukan dengan
jarak tanam 1x1 m segi empat, kemudian dibuat lubang tanaman
berukuran 60 x 60 x 40 cm. Dalam satu hektar kebun entres
memiliki tegakan 8000 9000 pohon dan mampu menghasilkan
mata tunas lebih kurang 600.000 mata. Setiap klon ditanam dalam
satu petak dan diberi nomor, dalam satu petak dapat dibuat 5 baris
40 pohon.
c. Pemeliharaan
Penyiangan
Keadaan kebun entres harus bersih dari rerumputan, penyiangan
dapat dilakukan secara manual 3 minggu sekali atau secara kimia
dengan herbisida 3 bulan sekali, menggunakan herbisida round up
dengan dosis 0.2% (2 cc/1 liter). Penyemprotan dilakukan setelah
tanaman mencapai 5-6 payung.
Pemupukan
Dosis yang di berikan secara umum adalah sebagai berikut :
Tahun I : 50 gram urea, 50 gram SP 36, 10 gram KCl dan 5 gram
Kieserit
Tahun II : 75 gram urea, 75 gram SP 36, 25 gram KCl dan 10
gram Kieserit
Aplikasi dua kali setahun, setiap pemberian setengah dosis dalam
setahun. Letak tabur pupuk melingkar mengelilingi batang dengan
radius 1m dari pohon.
Pengendalian penyakit
Sama dengan pengendalian penyakit di pembibitan batang
bawah.
Pemanenan/pemangkasan
Kayu okulasi hijau di panen pada umur 4-5 bulan dan okulasi
coklat umur 10-12 bulan. Pemangkasan pertama dilakukan saat
tanaman berumur 10 bulan dengan ketinggian 40-60 cm. Setelah
pemangkasan dilakukan, pada umur 3-4 minggu akan muncul tunas
baru, untuk itu perlu dilakukan seleksi dengan meninggalkan dua
sampai tiga cabang. Pemangkasan pada tahun berikutnya lebih
kurang 15 cm dari pangkal tunas karangan mata.
Peremajaan kebun entres
Kebun entres dapat dipertahankan sampai umur 10 tahun
kemudian dilakukan peremajaan. Berdasarkan pengamatan di
lapangan kebun okulasi yang berumur lebih dari10 tahun
memperlihatkan kemunduran dalam pertumbuhan.

Gambar kebun entres/kebun kayu okulasi


OKULASI
Okulasi adalah suatu proses penempelan mata tunas dari
klon-klon anjuran pada batang bawah yang terpilih sehingga dapat
memberikan hasil sesuai harapan. Pelaksanaan okulasi pada
tanaman karet ada dua jenis yang didasarkan pada ukuran diameter
batang bawah dan umur batang bawah. Okulasi hijau umur 4-5
bulan dengan diamter 1.1-1.3 cm dan okulasi coklat umur 10-12
bulan dengan diameter 1.5-2.5 cm. Umur entres disesuaikan dengan
batang bawah.
Bahan dan Alat yang digunakan untuk okulasi adalah :
Kain lap
Pisau okulasi
Plastik/verban okulasi
Kolter/TB 192
Gunting stek
Dalam pelaksanaan okulasi ada beberapa tahapan untuk
mendapatkan batang bawah yang baik tahapan-tahapan tersebut
adalah :
a. Ketersediaan batang bawah yang akan diokulasi
Batang bawah dipersiapkan melalui pembibitan biji (bab
sebelumnya) dan baru bisa diokulasi apabila memenuhi syarat
pertumbuhan sesuai jenis okulasi.
Untuk pelaksanaan okulasi coklat dapat dilakukan sebagai
berikut :
Ukuran diameter batang tanaman 1.5-2.5 cm diukur pada
ketinggian 5 cm (gbr.1)
Pertumbuhan daun payung yang paling atas dalam keadaan
tua (gbr.2)
Tanaman tidak terserang penyakit

Gambar 1. pengukuran lilit batang dan Gambar 2. keadaan tunas


yang siap diokulasi
b. Pembuatan jendela okulasi
Pembuatan jendela okulasi dilakukan pada batang bawah
yang telah memasuki kriteria okulasi diatas. Tujuan dari pembuatan
jendela okulasi ini adalah untuk menempelkan mata tunas/entres
dari klon yang diinginkan. Pembuatan jendela okulasi terdiri dari
beberapa langkah yakni :
Membersihkan batang bawah dari kotoran tanah atau pasir
yang dapat mengganggu penyatuan entres dengan batang
bawah dengan lap bersih (Gbr.3)
Mengiris batang bawah dengan dua irisan vertikal yang sejajar
dengan panjang 5 cm dan lebar 1/3 lilit batang bawah pada
ketinggian 5-10 cm dari permukaan tanah. Jika terlalu dekat
dengan tanah akan semakin memperkecil keberhasilan okulasi
(Gbr.4)
Membuat potongan melintang pada salah satu ujung garis
sejajar yang telah dibuat. Potongan melintang dapat dibuat
pada ujung atas untuk bukaan bawah atau ujung bawah garis
sejajar untuk bukaan atas. (Gbr.5 dan Gbr.6)

Gbr. (3, 4, 5 dan 6), proses pembuatan jendela okulasi


c. Membuat perisai mata okulasi
Perisai okulasi adalah mata okulasi yang diambil dari batang
entres untuk ditempelkan pada jendela okulasi. Tahapan
kegiatannya adalah sebagai berikut :

Menyiapkan perisai okulasi dari batang entress yaitu dengan


mengiris entres yang bermata baik (mata yang berada pada
ketiak daun) dengan ukuran lebar 1-2 cm dan panjang 5 cm.
Ukuran perisai harus lebih kecil dari jendela okulasi yang telah
dibuat, hal ini bertujuan agar terjadi sirkulasi udara pada
okulasi yang dibuat.
Penyayatan perisai okulasi harus diikut sertakan sedikit bagian
kayu (Gbr.7 dan Gbr. 8)
Perisai yang baik apabila di bagian dalam kulitnya terdapat titik
tumbuh putih yang menonjol. Apabila bagian dalam kulitnya
berlubang berarti matanya tertinggal pada bagian kayu dan
perisai tidak boleh ditempelkan ke batang bawah.

Gbr. 7 dan Gbr.8 Penyanyatan perisai okulasi


d. Penempelan perisai mata okulasi
Penempelan perisai mata okulasi dilakukan segera setelah
jendela okulasi dibuka dan perisai okulasi harus dalam keadaan
tidak bergerak, lalu jendela okulasi di tekan dan bagian ujung nya
dipotong dan dibuang, kemudian jendela okulasi ditutup dan siap
dibalut. (Gbr. 8, 9 dan 10)

Gambar 8, 9, 10 Penempelan perisai okulasi


e. Pembalutan dengan verban okulasi
Agar mata okulasi tidak bergerak dan menempel baik dengan
batang bawah serta agar tidak terkena air hujan dan kotoran maka
perisai okulasi harus dibalut kuat dengan verban/plastik okulasi
(Gbr. 11)

Gambar 11. pembalutan dengan verban


f. Pembukaan Verban dan Pemeriksaan Okulasi
Pemeriksaan okulasi dilakukan pada umur 21 hari dan umur
28 hari. Okulasi yang telah berumur 21 hari dibuka verban
okulasinya dan diperiksa apakah tunas okulasi hidup atau tidak.
Verban dibuka dengan cara memotong verban dengan pisau
atau cutter tegak lurus ke arah atas. Potongan harus berada di
sebelah belakang bagian okulasi. Okulasi yang berhasil ditandai
dengan perisai yang masih hijua apabila digores sedikit dan perisai
masih terlihat segar (Gbr. 12 dan 13). Apabila menunjukkan warna
hitam dan perisai terlihat membusuk berarti okulasi tidak berhasil.
Okulasi yang berhasil diberi tanda berupa ikatan plastik untuk
membedakan okulasi yang berhasil dengan okulasi yang tidak
berhasil. Lebih kurang satu minggu setelah buka verban
pemeriksaan yang kedua dilakukan tujuannya untuk benar-benar
memastikan keberhasilan okulasi. Keberhasilan okulasi selain
ditentukan oleh tenaga kerja okulasi ditentukan juga oleh keadaan
cuaca terutama hari hujan.

Gambar 12 dan 13 Okulasi yang hidup


g. Pembongkaran bibit
Apabila ingin dibongkar dengan cangkul, 7 hari setelah okulasi
jadi, dilakukan penyerongan batang bawah dengan ketinggian 10-15
cm di atas pertautan okulasi menggunakan gergaji serong, dengan
kemiringan 45 derajat berlawanan arah mata okulasi dan diolesi
dengan kolter/TB 192. Setelah 7-10 hari dan mata okulasi
membengkak dilakukan pembongkaran. Setelah tercabut maka akar

lateral ditinggalkan sepanjang 5 cm dan akar tunggang


dipotong sehingga
tinggal
sepanjang
25-30
cm.
Apabila
menggunakan dongkrak bibit maka 2-3 minggu sebelum dicabut
batang bawah dipotong/dipotes pada ketinggian 70 cm dari
permukaan tanah. Hasil okulasi yang didapatkan dari pembibitan
batang bawah seperti tersebut di atas disebut dengan stum mata
tidur.
h. Seleksi Stum Okulasi Mata Tidur
Stum yang akar tunggangnya terserang jamur akar putih, mata
okulasi rusak, akar bercabang banyak (menjari), akar
bedenggol atau bengkok (muntir) tidak dipakai sebagai bahan
tanam. Bila akarnya bercabang dua atau tiga maka satu atau
dua akar yang terkecil dipotong dan lukanya diolesi dengan
TB 192, sehingga dapat dipakai sebagai bahan tanam.
Bibit stum okulasi mata tidur selanjutnya dapat dianjurkan
sebagai bahan tanam setelah terlebih dahulu ditumbuhkan
didalam polibeg sampai mencapai stadia satu atau dua
payung daun.

Gambar 13 dan 14 stum okulasi mata tidur yang baik dan afkir
BIBIT DALAM POLIBEG
Bibit dalam polibeg adalah bibit okulasi yang ditumbuhkan
dalam polibeg yang mempunyai satu atau dua daun payung, Bibit
polibeg dapat dibuat dengan menanam stum mata tidur atau
dengan pembibitan batang bawah di polibeg. Kelebihan dalam
pembibitan di polibeg adalah lebih seragam ketika dipindah ke
lapangan, memudahkan penyiraman dan dapat menghemat air
ketika penyiraman.
Bibit Polibeg dari Stum Mata Tidur
Untuk mendapatkan pertumbuhan bibit yang baik didalam
polibeg, maka dibutuhkan stum mata tidur yang telah terseleksi
sesuai dengan mutu standar. Tahapan kegiatan yang dilakukan
adalah sebagai berikut :

1. Polibeg berukuran 25 cm x 40 cm dipersiapkan dan diisi


dengan tanah top soil (tanah bagian permukaan 10-15 cm)
yang sudah di campur dengan fosfat alam (rock phospat)
sebanyak 25 gram per polibeg, setinggi 2/3 bagian polibeg
2. Buatlah parit sedalam 10 cm (selebar dua ukuran polibeg)
3. Polibeg disusun dua baris di dalam parit yang sudah
disiapkan.
4. Tanamkan stum mata tidur tepat ditengah polibeg, lalu diisi
dengan tanah yang sudah dicampur fosfat alam sedikit demi
sedikit sampai leher akar, sambil dipadatkan dengan tangan.
5. Penyiraman dilakukan secara teratur dan dipupuk setiap bulan
sesuai anjuran, yaitu umur 1-3 bulan diberi pupuk Urea = 5
gram/pohon, SP 36 = 6.25 gram/pohon, KCl = 2 gram/pohon
dan Kieserit = 2 gram/pohon.
6. Sangat penting diperhatikan, bahwa semua tunas yang
tumbuh bukan dari matatempelan (mata liar) harus dibuang
dan diperiksa 1 x 2 minggu.
7. Bibit dipelihara sampai pertumbuhan tunas mencapai satu
payung daun (2 bulan) atau dua payung daun (4 bulan).
8. Pada saat pemindahan bibit ke lapangan, akar yang
menembus polibeg harus di potong, dan waktu pemindahan
terbaik adalah pada saat pertumbuhan dua payung daun tua
(mengeras). Jangan lakukan penanaman ke lapangan dalam
keadaan tumbuh tunas muda atau daun muda.

Gambarpembibitan stum mata tidur dalam polibeg


Pembibitan Batang Bawah di Polibeg
Selain pembibitan batang bawah di lapangan, penanaman biji
untuk batang bawah juga dapat dilakukan langsung di polibeg.
Pengokulasian bibit dalam polibeg bertujuan untuk meringankan
biaya pengolahan tanah di lapangan. Tahapan pembuatan bibitan
polibeg adalah sebagai berikut :

1. Polibeg berukuran 25 cm x 40 cm dipersiapkan dan diisi


dengan tanah top soil (tanah bagian permukaan 10-15 cm) di
campur dengan pupuk fosfat alam sebanyak 50 gram per
polibeg.
2. Buatlah parit sedalam 10 cm (selebar dua ukuran polibeg)
3. Polibeg disusun di dalam parit yang sudah disiapkan
4. Sebelum dilakukan penanaman kecambah harus di seleksi dan
dilakukan penanaman di tengah-tengah polibeg
5. Bibit batang bawah ini dipelihara sampai umur 6-8 bulan
6. Bibit diokulasi dalam polibeg dengan posisi jendela okulasi
menghadap ke luar.
7. Setelah okulasi jadi, potonglah batang miring ke arah
belakang pada ketingian 10-15 cm di atas pertautan okulasi
8. Mata okulasi dibiarkan tumbuh dan dipelihara dengan baik
sampai satu atau dua payung penuh
9. Penunasan mata tunas liar dilakukan dua minggu sekali
10.
Pada saat pemindahan bibit ke lapangan, akar tunggang
yang menembus polibeg harus di potong, dan untuk
pembibitan langsung di polibeg, waktu pemindahan dapat
dilakukan pada stadia pertumbuhan satu payung daun tua.
PENYIAPAN LAHAN
Penyiapan lahan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pada
perkebunan rakyat yang luasnya relatif kecil, penyiapan lahan
biasanya dilakukan dengan manual dan khemis.
Penyiapan lahan secara manual dan kemis
Tebas/Imas
Penebasan dilakukan untuk membuang kayu-kayu kecil dan
gulma. Alat-alat yang digunakan biasanya parang.
Penebangan Kayu
Penebangan kayu secara manual biasanya menggunakan
parang panjang, kapak besar atau dengan gergaji konvensional.
Tunggul yang disisakan adalah 30 cm dari permukaan tanah.
Penyincangan/perpanjangan
Setelah kayu tumbang ranting dipotong kecil-kecil untuk dijual
atau dijadikan bahan bakar batang dipotong sesuai kebutuhan
untuk dijual. Apabila tidak laku dijual dibiarkan membusuk dengan
sendirinya.
Pembakaran dan peracunan tunggul
Pembakaran dilakukan hanya pada kayu-kayu yang tidak bisa
atau tidak laku dijual. Apabila tidak laku dijual dibiarkan dan di beri
racun agar cepat busuk. Tunggul yang tertinggal juga diberi racun
agar lebih cepat busuk.
Pengumpulan dan Pembakaran ulang
Kayu yang masih berserakan dan tidak habis terbakar maupun yang
sudah mulai busuk dikumpulkan menjadi satu di suatu tempat dan
dibakar ulang atau dibiarkan membusuk sehingga lahan terlihat
bersih. Penyiapan lahan dengan cara manual mempunyai

kelemahan yakni memakan waktu yang lebih lama yakni 2 bulan


atau lebih dan potensi penyakit jamur akar putih tinggi.
Penyiapan Lahan Secara Mekanis Penuh
Cara peremajaan mekanis ini lebih disukai untuk mengatasi
penyakit JAP yang sangat berbahaya. Dengan peremajaan secara
mekanis penuh maka sumber infeksi penyakit JAP baik yang berupa
tunggul atau sisa-sisa akar-akar yang sakit dapat disingkirkan dari
areal penanaman.
Pembukaan lahan sebaiknya dilakukan menjelang musim
kemarau, dimaksudkan agar tanaman yang ditebang segera akan
mengering. Kondisi kering ini akan mempermudah dalam
penanganan selanjutnya, apakah kayu hasil penebangan akan
dimanfaatkan sebagai kayu log atau selainnya. Di wilayah Sumatera
Utara umumnya musim kemarau jatuh pada bulan Februari s.d Juni.
Tahapan penyiapan lahan secara mekanis adalah sebagai berikut :
a. Penumbangan dan pengumpulan pohon
Tanaman tua ditumbangkan dengan meggunakan chain
saw atau
dengan
didorong
sampai
tumbang
dengan
menggunakan bulldozer. Sewaktu penumbangan dengan chain
saw tunggul harus disisakan sepanjang 30 cm untuk memudahkan
dalam pembongkaran dan pencabutannya. Pohon karet yang sudah
ditumbang kemudian di potong-potong sesuai keperluan misalnya
untuk kayu log. Ranting dan cabang biasanya dikumpulkan sebagai
sumber kayu bakar atau sebagai kayu asap.
b. Pembongkaran dan pengumpulan tunggul/perumpukan
Pembongkaran tunggul dilakukan dengan mendorong tunggul
yang disisakan sepanjang 30 cm menggunakan crawler tractor dan
dikumpulkan pada tiap-tiap barisan yang berjarak 10 m. Di
beberapa daerah sisa-sisa tunggul masih bisa dijual sehingga akan
mengurangi biaya pengangkutan. Tunggul-tunggul yang sudah
kering dikumpulkan menjadi beberapa bagian (spot-spot) lalu
dibakar. Saat ini pembakaran sudah dilarang dalam penyiapan
lahan, untuk mempercepat pelapukan sisa tunggul maka dapat
dibantu dengan penanaman kacangan penutup tanah. Untuk
daerah-daerah ber lereng sisa tunggul didorong ke daerah
lembahan dan diharapkan akan melapuk dengan sendirinya.
c. Ripper
Ripper dilakukan apabila tahap pembongkaran sudah selesai
dan sisa-sisa tunggul sudah dirumpuk menjadi spot-spot dan tidak
berada dalam barisan lagi. Ripper dilakukan dua kali, Ripper
pertama dilakukan dengan melintang ke arah Timur-Barat, Ripper
kedua
ke
arah
Utara-Selatan.
Untuk
lahan-lahan
yang
miring putaran pertama dilakukan ke atas dan kemudian ke bawah
lalu dilanjutkan dengan rippper kedua dan seterusnya. Alat yang
digunakan adalah Ripper yang ditarik dengan traktor rantai
D6/D8. Kedalaman ripper 50 cm, selang waktu antara ripper I
dengan ripper II berselang 2-3 minggu. Setiap kali ripper di ikuti
dengan ayap akar. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan sisa akar

yang masih tertinggal ketika pembongkaran. Dalam pengelolaan


perkebunan karet diusahakan agar akar berada di permukaan dan
terkena cahaya matahari, tujuannya adalah untukmengurangi
potensi JAP dari sisa akar tanaman karet.
d. Luku (Bajak)
Pekerjaan luku dilakukan dua kali, dengan alat bajak piringan
yang ditarik menggunakan traktor ban. Kedalam luku minimal 40 cm
sesuai dengan distribusi akar serabut tanaman karet. Luku dilakukan
sebanyak 2 kali dengan arah menyilang saling tegak lurus satu
sama lainnya, interval waktu antara luku I dan luku II selang 2-3
minggu. Setiap kali pembajakan di ikuti dengan ayap akar.
Semua sisa akar tanaman dan potongan kayu karet yang
masih tertinggal diayap secara manual dan dikumpulkan di tempat
tertentu untuk mempermudah pemusnahannya.
e. Garu (Harrow)
Garu dilakukan 2 kali . Garu pertama ke arah Utara-Selatan dan
yang kedua ke arah Timur-Barat. Alat yang digunakan adalah tractor
ban yang dilengkapi dengan 24 disk flow. Tujuannya adalah untuk
menggemburkan dan meratakan permukaan tanah. Setiap selesai
pekerjaan garu di ikuti dengan ayap akar, selang waktu garu I
dengan garu II berselang 2-3 minggu.
f. Pembuatan teras
Tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasi erosi yaitu
dengan pembuatan teras, benteng, rorak maupun parit di areal
penanaman karet. Cara ini dalam pengawetan tanah berfungsi
untuk memperlambat aliran permukaan dan menampung serta
menyalurkan air dengan kekuatan yang tidak merusak.
Tindakan pengawetan tanah pada budidaya tanaman, didasarkan
pada kelas kemiringan lahan yang ada. dibagi ke dalam 4
kelas yaitu :
1. Tanah datar (0-3%)
Tidak diperlukan pembuatan benteng, rorak, maupun teras.
Umumnya yang dibutuhkan yaitu drainase untuk menampung
dan mengalirkan air yang berlebihan.
2. Tanah bergelombang (4-10%)
Pada daerah dengan kemiringan 4-10% mulai nampak adanya erosi
alur. Ini terjadi karena air tekonsentrasi dan mengalir pada
tempat-tempat tertentu sehingga diperlukan pembuatan benteng
dan rorak.
3. Tanah berbukit (11-100%)
Pada areal bukit diperlukan pembuatan teras bersambung.
4. Tanah curam (>100%)
Pada tanah curam dengan kemiringan > 100% tidak dianjurkan
untuk usaha perkebunan karet. Untuk pengusahaan tanaman
karet, kemiringan lahan sampai 47%.
Teras bersambung dibuat berdasarkan derajat kemiringan
lahan dan jarak antar kontur diambil dari rata-rata kemiringan
lahan. Makin tinggi kemiringannya maka jarak antar kontur semakin

jauh. Lebar teras sekitar 2 m dengan permukaan teras miring


kedalam ke arah lereng dengan sudut kemiringan 10 o. Pembuatan
teras dapat dilakukan secara manual atau dengan mekanis
menggunakan traktor rantai D6. Pembuatan teras sebaiknya dimulai
dari tempat yang tinggi (puncak bukit). Bagian dalam dari tiap titik
penanaman dalam teras dibuat rorak (lubang sedalam 1.5-2m)
untuk menampung kelebihan air ketika hujan turun.
g. Pembuatan saluran drainase
Drainase areal sering menjadi masalah utama yang dijumpai pada
daerah datar, rendahan, dan areal yang sering kebanjiran.
Untuk mengatasinya diperlukan pembuatan saluran drainase yang
berguna untuk mencegah genangan air dan menurunkan
permukaan air tanah. Banyaknya saluran tergantung dari kondisi
lahan, ataupun tinggi rendahnya permukaan air tanah. Sebelum
membangun saluran drainase harus direncanakan dimana titik
pembuangan arahnya, dan berapa debit air yang harus dibuang.
Dengan data yang diperoleh selanjutnya ditentukan berapa lebar
dan dalam saluran yang akan dibuat dan tingkat jaringan saluran
yang diperlukan.
Pembangunan Penutup Tanah
Pada areal pertanaman karet rakyat, biasanya gawangan tidak
ditanam penutup tanah kacangan. Selama lebih kurang tiga tahun
pertama (tajuk tanaman karet belum menutup), petani dianjurkan
untuk memanfaatkan gawangan dengan mengusahakan tanaman
pangan seperti padi gogo, kedelai, jagung dan lainnya.
Untuk pembangunan penutup tanah, kacangan campuran
konvensional
terdiri
dariPueraria
javanica, Calopogonium
mucunoides, dan Centrosema pubescens merupakan penutup tanah
yang ideal di perkebunan karet. Campuran konvensional
memberikan bahan organik dan unsur hara ke dalam tanah lebih
banyak dibandingkan dengan rumput alami, melindungi tanah
dengan sempurna dari erosi, dan memberikan efek penekanan
terhadap serangan JAP. Dapat dibangun dengan teknik yang
sederhana baik secara manual bila tenaga kerja cukup tersedia
maupun secara kimiawi. Kelemahannya yakni kurang toleran
terhadap suasana ternaung sehingga pertumbuhannya berangsurangsur tertekan bila tajuk tanaman karet menutup permukaan
tanah.
Selain kacangan campuran konvensional di atas, Calopogonium
caeruleum (CC) salah satu jenis yang memberikan bahan organik
lebih banyak dari yang dihasilkan kacangan konvensional dan
melindungi permukaan tanah dari erosi setaraf atau lebih baik dari
kacangan campuran konvensional. Juga berperan menekan secara
efektif serangan JAP. Dibanding dengan kacangan lainnya, jenis ini
lebih toleran terhadap suasana ternaung dan kekeringan, kurang
disukai hama. Selama masa TM kacangan jenis CC dapat bertahan
tumbuh dalam gawangan karet. Pertumbuhan awalnya lebih lambat

menutup
permukaan
tanah
dibanding
dengan
kacangan
konvensional.
Jenis kacangan lain yang pada saat ini banyak digunakan di
perkebunan adalahMucuna bracteata, menghasilkan bahan organik
cukup besar dan pertumbuhannya sangat cepat. Pengamatan di
lapangan pertumbuhan sulur kacangan yang sehat dapat mencapai
>10 cm setiap 24 jam dan dengan penanaman sama banyak
dengan jumlah tegakan karet per hektar, ternyata dalam waktu 6
bulan
dapat
menutup
pemukaan
tanah
dengan
sempurna. Mucuna sangat efektif melindungi permukaan tanah dari
erosi terutama pada masa TBM, lebih toleran terhadap suasana
ternaung dan kekeringan, kurang disukai hama dan tidak disukai
ternak, sehingga jenis kacangan ini sangat cocok untuk
dipergunakan pada areal TBM yang potensial mendapat gangguan
ternak lembu maupun kambing. Selama masa TM Mucuna
bracteata masih dapat bertahan tumbuh dalam gawangan karet.
Kelemahannya, karena pertumbuhan kacangan ini sangat cepat,
frekuensi rotasi pengendalian sulur menjadi lebih sering. Dalam dua
minggu, apabila pertumbuhan sulur tidak dikendalikan maka akan
melilit batang tanaman karet.
Penanaman penutup tanah kacangan.
Penanaman biji kacangan dilakukan secara menugal dalam 4
barisan, masing-masing berjarak 1 meter di tengah gawangan.
Campuran biji kacangan yang ditanam dicampur lagi dengan Rock
Phosphat sebanyak 25 kg/ha pada saat hendak menanam. Saat
menanam biji kacangan adalah setelah tanah selesai diolah
sempurna dan bahan pembiak vegetatif gulma serta potonganpotongan kayu telah disingkirkan.
Penanaman di Lapangan
Pemancangan
Kegiatan
penanaman tanaman karet dimulai dengan
penentuan jarak tanam. Pada saat ini banyak dianut jarak
tanam dengan kerapatan populasi sekitar 500 s.d 600
pohon/ha. Dengan populasi tersebut, dapat menggunakan
jarak tanam pagar 3,3 x 6,0 m atau 2,75 x 6,0 m.
Setelah penentuan jarak tanam dilakukan, selanjutnya
dilakukan pemancangan titik tanam di lapangan. Dimulai
dengan pancang kepala dengan arah barisan tanaman timur
barat terutama pada daerah datar, sedangkan pada daerah
dengan topografi bergelombang berbukit, arah barisan
disesuaikan dengan kontur. Pancang kepala dibuat lebih tinggi
dari anak pancang agar memudahkan dalam meluruskan
barisan tanam. Kompos dan tali atau kawat diperlukan untuk
menentukan arah dan jarak tanaman dalam barisan.
Pemancangan dan Pembuatan lubang tanam
Lubang tanam dibuat minimal 1 minggu sebelum tanam
dengan maksud agar ada kesempatan untuk diperiksa jumlah

maupun ukurannya, pada titik pancang dibuat lubang tanam


dengan ukuran 70 x 70 x 60 cm.
Pada saat penggalian lubang tanam, tanah bagian atas (top
soil)
diletakkan
disebelah
kanan
lubang
dan sub
soil diletakkan disebelah kiri lubang tanam.
Sebelum penanaman dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan
pemupukan lubang tanam dengan menggunakan pupuk RP
dengan dosis pemupukan setiap lubang tanam 250 g.
Pemberian
pupuk
ini
dimaksudkan
untuk
memacu
pertumbuhan akar karet yang baru ditanam. Pupuk
dicampurkan secara merata pada tanah yang akan digunakan
untuk menimbun kembali tanaman karet yang ditanam.
Penanaman karet
Penanaman karet dilakukan pada musim hujan besar.
Bibit yang polibegnya robek harus diikat dengan tali agar tidak
pecah ketika diangkut ke lapangan.
Bibit yang didistribusikan ke lapangan diletakkan di samping
lubang tanam. Dalam lubang disesuaikan dengan tinggi
polibeg.
Dasar polibeg disayat dengan pisau dan bibit diletakkan dalam
lubang tanam. Dari bagian samping plastik disayat dan
dilepaskan dari bibit, diletakkan di atas pancang sebagai
tanda bahwa palstik sudah dibuka.
Arah mata okulasi diseragamkan menghadap gawangan pada
tanah rata, sedangkan pada tanah yang berlereng mata
okulasi diarahkan bertolak belakang dengan dinding teras.
Pada saat penanaman, pertautan okulasi diatur sedemikian
rupa sehingga setelah ditimbun tanah, pertautan okulasi akan
tertimbun sekitar 10 cm di bawah permukaan tanah. Setelah
persyaratan dipenuhi, tanah sub soil ditutupkan terlebih
dahulu kemudian disusuk dengan tanah top soil. Pemadatan
tanah dilakukan dengan tangan mulai dari bagian pnggir ke
arah tengah atau diinjak pelan-pelan tetapi jangan sampai
mengenai tanah polibeg. Tanah pada bagian tanaman dibuat
cembung untuk menghindari air hujan yang menggenang.

Gambar Penanaman bibit karet


Pemeliharaan TBM
a. Strip Weeding/Penyiangan
Adalah penyiangan gulma di sekitar bibit yang telah ditanam,
tanaman harus bersih dari gulma pada jarak 1m ke arah kanan dan
1 m ke arah kiri. Strip widing dilakukan setiap 1 3 bulan sekali
tergantung jumlah gulma yang tumbuh. Cara yang digunakan dapat
menggunakan herbisida atau secara manual/dengan cangkul atau
dengan herbisida Round up/Matador. Tujuan Strip Widing adalah :
Menjaga tanaman dari gulma yang dapat merugikan
Menghindari tanaman dari penyakit yang dibawa gulma

Efisiensi pemupukan
Penyiangan pada areal tanaman karet yang berumur kurang dari
satu tahun dilakukan secara manual dengan menyiang rumput
secara melingkar di sekitar tanaman dengan radius 50
cm. Selanjutnya tanaman yang sudah berumur lebih dari satu tahun
penyiangan dapat dilakukan secara melingkar ataupun mengikuti
jalur penanaman karet dengan jarak 1.5 2 meter dari barisan
pohon. Penyiangan dapat dilakukan secara manual maupun dengan
menggunakan herbisida. Rotasi penyiangan akan tergantung dari
kecepatan pertumbuhan gulma. Pada areal dengan laju
pertumbuhan gulma yang tinggi, rotasi penyiangan dilakukan 2
minggu sekali, tetapi pada lokasi pertumbuhan gulma yang biasa,
rotasi penyiangan dapat dilakukan 3 minggu sekali.
b. Penunasan/Pewiwilan
Setelah usia tanaman 1-3 bulan harus dilakukan pengontrolan yaitu
pengamatan terhadap kondisi tanaman terutama daun/tunas yang
kurang tumbuhnya kurang baik. Setelah tahap ini dilakukan tahap
selanjutnya adalah penunasan/pewiwilan. Tujuan dari penunasan
adalah untuk mendapatkan tanaman yang baik/subur dengan
bentuk batang yang tegak/lurus dan kulit batang mulus. Tunas yang
dipotong adalah tunas yang kurang baik tumbuhnya, bisa
berupa tunas samping atau tunas atas. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penunasan adalah :
Tunas-tunas liar yang tumbuh di luar mata okulasi dihilangkan
dengan pisau sampai pangkal tunas.
Setelah mata okulasi tumbuh dijaga agar tumbuh lurus ke
atas. Tunas-tunas samping diwiwil sampai 2.5 m dari
permukaan tanah.
Frekuensi penunasan dilakukan 2 minggu sekali terutama pada
tahun pertama setelah penanaman.
c. Penyisipan/penyulaman
Adalah penggantian tanaman yang mati akibat penyakit atau
akibat kerusakan lainnya dengan tanaman yang baru (tautan
usianya tidak jauh berbeda). Sebelum penyisipan harus dilakukan
inventarisasi terlebih dahulu, inventarisasi adalah pendataan
tanaman yang tidak dapat tumbuh dengan baik. Biasanaya karena
patah batang, serangan penyakit Jamur Akar Putih (JAP), kanker
garis. Presentase keberhasilan tanaman ulang adalah 98.5%
sedangkan sisanya (1.5%) biasanya harus di sisip.
d. Perangsangan percabangan
Pada tanaman karet muda sering dijumpai tanaman yang
tumbuhnya meninggi tanpa membentuk cabang. Tanaman ini
pertumbuhan batangnya lambat sehingga terlambat mencapai
matang sadap. Tanaman muda yang demikian, pada bagian
ujungnya mudah dibengkokkan oleh angin, akibatnya akan tumbuh
tunas cabang secara menyebelah, sehingga tajuk yang terbentuk
tidak simetris. Keadaan cabang seperti tersebut di atas akan sangat
berbahaya karena cabang mudah patah bila ada angin kencang.

Ketinggian cabang yang dikehendaki umumnya antara dua


setengah sampai tiga meter dari atas pertautan okulasi. Bagi klonklon yang pertumbuhan cabangnya lambat dan baru terbentuk di
atas ketinggian tiga meter, perlu dilakukan perangsangan untuk
mempercepat pembentukan cabang agar tajuk tanaman lebih cepat
terbentuk.
1. Pembuangan ujung tunas
Kurang lebih pada ketinggian 2m 3m dari pertautan okulasi,
tunas muda yang baru tumbuh di atas daun payung teratas
dibuang dengan jalan dipotes atau di gunting.
2. Penutupan ujung tunas
Ujung tunas muda yang baru tumbuh serta masih berdaun merah
dan lemas, ditutup atau dikerudungi dengan kertas atau kain
yang sudah dicelup dengan parafin. Setelah tujuh hari, daundaun yang tadinya berwarna merah, telah mengeriput dan tiadak
berkembang.
3. Pengguguran daun (perompesan)
Payung teratas yang sudah tua pada tanaman berumur 1,5 2
tahun dirompes seluruhnya. Tiga minggu kemudian tunas calon
cabang akan tumbuh.
4. Pemenggalan batang
Pemenggalan batang dilakukan pada ketinggian 2,5 3 tahun
sedikit di atas kumpulan mata. Pemenggalan ini dilakukan pada
waktu tanaman muda berumur 1 24 bulan, dimana pada waktu
tersebut tanaman sudah mencapai tinggi kurang lebih lima
meter. Pemenggalan dilakukan pada waktu awal musim hujan.
Perawatan Tanaman Menghasilkan
a. Strip Weeding/penyiangan
Strip widding adalah menyiangi areal selebar 1 m pada sisi
kanan dan 1 m pada sisi kiri pohon karet dari gulma atau tanaman
pengganggu. Gulma yang tumbuh disekitar pohon karet akan
membawa pengaruh yang kurang baik terhadap pohon karet.
Pengaruh yang kurang baik itu adalah :
Menjadi kompetitor tanaman karet untuk mendapatkan unsur
hara, udara dan tempat tumbuh.
Mengganggu dalam pemupukan tanaman karet.
Menurunkan produksi karet kering
Sebagai
tempat
persembunyian
berbagai
macam hama tanaman karet ada juga gulma yang berperan
sebagai inang penyakit pada tanaman karet.
Untuk mengurangi laju pertumbuhan gulma pada gawangan
tanaman, dapat dilakukan dengan penanaman penutup tanah
kacangan. Penanaman kacangan ini berfungsi selain untuk
mengurangi laju pertumbuhan gulma juga untuk mencegah erosi
dan
menambah
kandungan bahan
organik
dalam
tanah.
Pertumbuhan kacangan yang cepat akan menekan pertumbuhan
gulma. Sebagi konsekuensi dari pertumbuhan kacangan yang cepat
maka harus dilakukan rotasi pengendalian kacangan dengan

frekuensi
yang
lebih
sering,
karena
apabila
terlambat
pengendaliannya tanaman kacangan akan melilit batang pohon
karet.
Pemupukan
Salah satu aspek yang penting dalam hal pertumbuhan dan
peningkatan
produktivitas
tanaman
karet
adalah
pemupukan. Pemupukan harus memenuhi tiga syarat yaitu (1) tepat
waktu, (2) tepat cara dan (3) tepat dosis, apabila tiga syarat ini
tidak ditepati maka produksi akan kurang optimal. Pemupukan
sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan ketika tanaman
sedang membentuk daun muda.
Umur
(tahu
Cara pemberian pupuk
n)
02
Ditebar merata secara melingkar di sekeliling pohondengan
radius (r) = 25 100 cm.
34
Ditebar merata secara larikan mengikuti barisan tanaman
dengan jarak 100 150 cm dari pohon.
5
Ditebar secara larikan mengikuti barisan tanaman dengan
jarak 150 200 cm dari pohon.
Sumber : Puslit Karet-Medan
Dosis anjuran umum pemupukan karet pada masa TBM kurang dari
satu tahun
Umur
g/phn
(Bulan Tanah Subur
Tanah Kurang Subur
)
Urea TSP
RP
KCl Kies Urea TSP
RP
KCl Kie
s
0
250*
250*
2
25
25
4
25
60
20
10
25
75
25
25
6
40
30
50
50
9
60
60
50
20
75
75
75
25
12
75
100
Jumla 225 120 250 100
30
275 150 250 150 50
h
*) pupuk lobang/dasar
Sumber : Puslit Karet-Medan
Dosis anjuran umum pemupukan karet pada masa TBM 2 tahun s/d
5 tahun
g/phn/th
Umur (thn)
Urea
TSP
MoP
Kies
2
250
175
200
75
3
250
200
200
100
4
300
200
250
100
5
300
200
250
100
Sumber : Puslit Karet-Medan
Dosis anjuran umum pemupukan karet pada masa TM

g/phn/th
Urea
TSP
MoP
Kies
6 15
350
200
300
75
16 20
300
150
250
75
> 20*
200
150
*) Sampai dua tahun sebelum replanting.
Sumber : Puslit Karet-Medan
Untuk mengurangi hilangnya pupuk karena erosi dan run
of maka aplikasi pupuk harus benar-benar diperhatikan, sebaiknya
pupuk yang mudah menguap (urea) harus dibenam bukan di tabur.
Untuk daerah yang berlereng aplikasi pupuk seluruhnya harus
dibenam (pocket) tujuannya agar tidak terbawa erosi. Waktu
pemupukan dilakukan pada saat tanaman flush (daun muda mulai
tumbuh).
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
Hama Rayap
Untuk penanaman baru bekas hutan primer/skunder umumnya tidak
dilakukan pengolahan tanah. Biasanya setelah umur 1 tahun selalu
mendapat gangguan hama rayap yang bersumber dari bekas
tunggul. Jika terjadi serangan pemberantasannya dapat dilakukan
dengan insektisida Basudin 60 EC, Diazinon 60 EC dalam larutan
dengan konsentrasi 0,2 0,4% dan disiramkan ke tanaman dengan
jari-jari 20 cm.
Penyakit daun Oidium
Penyakit
daun Oidium disebabkan
oleh
jamur heveae Serangan Oidium yang
terjadi
pada
saat
pertumbuhan daun muda dapat menyebabkan daun gugur
kembali. Gejala ini dikenal sebagai gugur daun sekunder (SLF).
Pertumbuhan daun muda yang bertepatan dengan musim kering
panjang
akan
mengalami
serangan Oidium yang
berat. Serangan Oidiumberulang selama terjadi pembentukan daun
muda terserang oleh penyakit lain.
Gejala penyakit dan kerusakan
Pada daun muda yang sedang berkembang akan timbul bercakbercak putih kekuningan dan dalam waktu singkat bercak
membesar disertai dengan pertumbuhan benang jamur mencuat ke
permukaan dan membentuk kumpulan spora yang putih seperti
tepung. Spora tersebut akan mudah terlepas dan tersebar oleh
tiupan angin.
Daun yang mengalami serangan berat menjadi keriput, tampak
seperti layu dan diikuti dengan gugur daun. Gugur daun yang terus
menerus dapat menyebabkan mati pucuk dan turunnya produksi
lateks. Pada TBM dan bibitan, serangan Oidium dapat menyebabkan
hambatan pertumbuhan bahkan kematian tanaman.
Bila daun tidak gugur, Oidium menyebabkan cacat daun atau bercak
hitam dengan bentuk tak beraturan. Oidium yang tertinggal pada
daun tua merupakan sumber penularan pada musim kering
berikutnya.
Umur (thn)

Penanggulangan penyakit
Pemberantasan Oidium dengan cara pendebuan menggunakan
serbuk belerang murni (belerang Cirrus) dapat mengurangi
kerusakan tanaman. Perbedaaan dilakukan pada awal pembentukan
daun-daun baru sebanyak 3 6 rotasi interval 5 7 hari dengan
menggunakan alat penyerbukan (blower) berkekuatan tinggi dengan
dosis 4 6 kg belerang/ha/rotasi. Untuk pembibitan dapat
digunakan alat pendebuan portable
Penyakit daun Colletotrichum
Penyakit gugur
daun Colletotrichum desebabkan
oleh
jamur Colletotrichum gloesporioidesyang juga penyebab gugur daun
sekunder (SLF). Serangan Colletotrichum pada klon yang rentan
dapat menyebabkan gugur daun terus menerus selama terjadi
pembentukan pucuk-pucuk baru dalam musim penghujan.
Klon yang menggugurkan daun-daunnya tidak serempak akan
mengalami serangan penyakit yang terus menerus sehingga
produksi lateks turun secara nyata. Serangan pada bibitan dan
tanaman belum menghasilkan (TBM) dapat menyebabkan hambatan
pertumbuhan sehingga dapat memperpanjang masa tidak produktif.
Gejala penyakit dan kerusakan
Penyakit gugur daun Colletotrichum dapat menyerang tanaman
pada segala tingkat umur. Serangan penyakit dimulai pada saat
terjadi pembentukan daun muda setelah musim meranggas. Daun
yang sangat muda bila terserang penyakit akan melinting dan
berubah warna menjadi hitam seperti daun teh kering, sehingga
ujung tunas menjadi gundul. Bila terjadi infeksi jamur pada daun
yang lebih tua, maka timbul bintik-bintik hitam yang tumbuh
membesar mengikuti pertumbuhan daun.
Bercak yang terjadi pada ujung atau tepi akan menyebabkan cacat
daun. Daun yang sudah berwarna hijau muda berumur lebih dari
dua minggu akan terhindar dari pengguguran.
Penangulangan penyakit.
1. Menanam
klon
yang
tahan
terhadap
penyakit
gugur
daun Colletotrichum, antara lain PR 261, RRIC 100 dan PB 260.
2. Untuk pembibitan pengendalian penyakit dilakukan dengan
penyemprotan fungisida : 0,3% Dithane M 45 atau 0,2% Daconil
75 WP. Penyemprotan dilakukan pada saat pertumbuhan daun
muda, mulai dari pembentukkan tunas sampai daun berwarna
hijau muda sebanyak 3 4 rotasi dengan interval waktu 5
hari. Untuk pembibitan yang luasnya lebih dari 10 ha,
penyemprotan dengan Mist blower lebih efisien daripada
penggunaan Knapsak
sprayer.
Untuk
tanaman
belum
mengahasilkan (TBM) aplikasi fungisida dilakukan dengan Mist
blower ; sedangkan untuk tanaman menghasilkan (TM) aplikasi
fungisida dilakukan secara pengabutan (fogging) dengan mesin
pengabut (fogger) dengan carrier minyak disel atau minyak Shell
(Shell fogging oil) ditambah dengan emulgator. Pengendalian

penyakit dilakukan pada saat pembentukan daun-daun baru


setelah masa meranggas. Dosis penyemprotan tergantung pada
besar (umur) tanaman. Untuk bibitan dan tanaman muda (TBM)
cukup 1,5 kg Dithane M 45 atau 1 kg Daconil WP per
hektar/rotasi.
Penyakit daun Corynespora
Penyakit
daun Corynespora disebabkan Corynespora
cassiicola. Pada
klon-klon
yang
peka, Corynespora dapat
menyebabkan gugur daun sepanjag tahun sehingga dapat
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, produksi lateks
bahkan dapat menyebabkan kematian tanaman.
Gejala penyakit dan kerusakan
Corynespora cassiicola dapat menyerang daun tua maupun daun
muda. Pada daun muda biasanya jamur tidak membentuk bercak
yang jelas, tetapi anak daun (helaian daun) berubah warna dari
sepia atau hijau muda menjadi kuning. Daun menggulung atau
langsung gugur dari tangkainya, sedangkan tangkai daun gugur
kemudian. Pada daun yang lebih tua, jamur membentuk bercak
coklat tua sampai hitam dimana urat-urat daun tampak lebih gelap
dari pada sekelilingnya sehingga bercak tersebut tampak menyirip
seperti tulang ikan atau seperti tetesan tinta hitam pada kertas
buram. Apabila patogen menginfeksi tangkai daun dengan bercak
hitam, maka daun gugur bersama tangkainya.
Tanaman yang terus menerus terserang Corynespora cassiicola tak
pernah berdaun lebat secara berangsur-angsur mengalami mati
pucuk (dieback) sehingga akhirnya tanaman mati.
Penanggulangan penyakit
Pemberantasan sebaiknya dilakukan pada awal serangan. Untuk
tanaman menghasilkan (TM) yang tingginya lebih dari 6 m dan sulit
disemprot, sebaiknya digunakan penggabutan (fogging) dengan
fungisida 0,6 kg/ha Dithane M 45 + emulgator atau 1 1,5 kg/ha
Calixin 750 EC dalam minyak disel atau minyak Shell (Shek fogging
oil).Penyemprotan/pengabutan
dilakukan
selama
masa
pertumbuhan daun muda sebanyak 4 6 kali dengan interval 1
(satu) minggu.
Penyakit Akar Putih
Penyakit Akar Putih disebabkan jamur Rigidoposus lignosus (Syn :
Fomes lignosus) yang lebih dikenal dengan nama jamur akar putih
(JAP). JAP merupakan penyebab penyakit yang paling banyak
menimbulkan kerugian pada perkebuanan karet karena dapat
menyebabkan kematian langsung sehingga produksi lateks akan
menurun. Biaya penanggulangan dan pengobatan JAP cukup besar
sehingga dapat menaikkan biaya produksi.
Gejala penyakit dan kerusakan
JAP dapat menyerang pada semua tingkat umur tanaman, mulai dari
bibit sampai tanaman tua. Pucuk serangan biasanya terjadi pada
tanaman umur 3 4 tahun. JAP menyerang bagian tanaman yang

berada di bawah permukaan tanah, baik akar cabang maupun akar


tunggang.
Gejala penyakit baru nampak ke permukaan apabila penyakitnya
sudah parah, yaitu gejala menguningnya sebagian perdaunan atau
cabang. Adakalanya tanaman muda mati mendadak dengan gejala
mengeringnya daun-daun yang masih utuh pada tajuk. Untuk
mengetahui gejala awal harus dilakukan pemeriksaan akar dengan
cara membuka/menggali bagian leher akar.
Gejala JAP ditandai dengan adanya petumbuhan miselium jamur
pada permukaan kulit akar. Miselium tersebut berwarna putih dan
tumbuh
bersatu
membentuk
jaringan
yang
tebal
dan
disebut rizomorf. Pada mulanya jamur hanya melekat pada
permukaan akar, kemudian menembus jaringan akar dan merusak
jaringan pembuluh sehingga proses pengangkutan air dan hara
terhambat. Selanjutnya tanaman mengalami kekurangan hara dan
air. Dengan membusuknya akar tungang, tanaman menjadi mudah
tumbang.
Penangulangan Penyakit
1. Penanggulangan secara tidak langsung melalui teknik antara
lain :
a. Melakukan pengolahan tanah secara mekanis untuk
menyingkirkan tunggul dan perakaran tanaman karet tua
yang menjadi infeksi JAP pada peremajaan maupun
pembukaan kebun baru.
b. Menanam kacang-kacangan penutup tanah supaya sisa-sisa
akar di dalam tanah cepat hancur.
c. Seleksi bibit ketat. Gunakan bibit sehat, bebas dari infeksi JAP.
d. Memeriksa adanya tanaman sakit sejak dini (umur 1 tahun)
dengan rotasi pemeriksaan 3 bulan sekali
d. Membuat parit isolasi antara kompleks tanaman sakit dengan
pertanaman yang sehat dengan lebar 30 cm dan kedalaman
30 60 cm, tergantung pada kedalaman solum atau
membongkar semua tanaman yang sakit dan tidak tertolong
lagi.
2. Pengobatan dengan Fungisida
a. Pengobatan dengan cara pelumasan
Pengobatan dilakukan dengan cara membuka bagian leher akar
yang sakit, dan kemudian dilumasi dengan fungisida yang
mengandung bahan aktif 20% PCNB (Shell collar protectant,
Formac 2)
yang
baik
bila
dilakukan
pada
awal
serangan. Pemeriksaan ulang perlu dilakukan estela 12 bulan,
dan pengobatan diulang apabila terjadi infeksi kembali. Akarakar samping yang membusuk dipotong. Sumber infeksi yang
terdapat di kebun dibongkar dan dimusnahkan.
b. Pengobatan dengan cara penyiraman
Untuk tanaman muda (TBM), terutama yang umurnya kurang lebih 2
tahun,
pengobatan
dapat
dilakukan
dengan
cara
menyiramkan larutan fungisida disekitar leher akar.

Pengobatan diulang setelah 6 bulan. Fungisida yang dapat


digunakan adalah :
a. Bayleton 250 EC, dosis 10 ml/1 air/pohon
b. Bayfidan 250 EC, dosis 5 ml/1 air/pohon
c. Anvil 50 SC, dosis 10 ml/1 air/pohon
d. Alto 100 SL, dosis 2,5 ml/1 air/pohon
3. Pengendalian dengan cara biologis
Pemberantasan cara biologis dengan memanfaatkan Trichoderma
sp dipadukan dengan pemberian belerang memberikan hasil
yang sangat memuaskan dan dapat dianggap sebagai cara
pemberantasan JAP yang murah, mudah dan efisien serta dapat
mempertahankan kelestarian lingkungan. Untuk tanaman karet di
polibeg, pengobatan dilakukan dengan cara menaburkan 25
g Trichoderma. Sedangkan pada tanaman muda umur 0 4 tahun
dosis Trichoderma adalah
100g/pohon.
Selain
untuk
pengobatan,Trichoderma dapat
juga
digunakan
untuk
pencegahan
dengan
dosis
aplikasi
50
g/pohon. Trichoderma diperdagangkan dengan nama Triko sp+
Produk Balai Penelitian Sungei Putih.
Penyakit Jamur Upas
Penyakit
Jamur
Upas
atau pink
disease disebabkan
oleh
jamur Corticium salmonicolor. Serangan jamur upas umumnya
terjadi pada tanaman muda berumur 3 7 tahun, begitupun tidak
tertutup kemungkinan bagi tanaman lebih muda atau tua terserang
penyakit ini. Serangan penyakit berkurang setelah tajuk saling
menutup. Jamur upas dapat menyebabkan kematian cabang-cabang
utama sehingga kehilangan tajuk.
Gejala penyakit dan kerusakan
Serangan penyakit umumnya dimulai pada percabangan utama.
Jamur tumbuh pada pangkal cabang, membentuk lapisan
benang miselium yang mirip sarang laba-laba. Pada
awal
pertumbuhan, lapisan miselium berwarna putih, kemudian berubah
menjadi merah jingga sejalan dengan bertambahnya umur. Oleh
karena itu, penyakit ini juga disebut pink disease. Selanjutnya,
jaringan miselium pecah-pecah dan bintik-bintik hitam diikuti
dengan pecahnya kulit kayu dan pembuluh lateks sehingga
menyebabkan melelehnya lateks pada batang. Lelehan lateks yang
mengering akan menjadi hitam. Pembusukan kulit akan menjalar ke
atas atau ke bawah dari tempat asalanya. Kematian cabang
dipercepat oleh serangga-serangga penggerek, sehingga cabang
tersebut mudah patah bila diterpa angin.
Penanggulangan Penyakit
1. Tanaman agar diperiksa ketat pada masa TBM
2. Pengobatan dilakukan dengan melumas bagian kulit ditumbuhi
jamur dengan fungisida Calixin RM atau 2% Difolatan 4F.
Pengerokan kulit tidak perlu dilakukan.

3. Pemangkasan cabang yang telah mati atau yang tidak mungkin


diobati untuk mengurangi sumber infeksi. Bekas potongan
cabang agar dimusnakan atau dibakar.
Penyakit Neokrosis Kulit
Penyakit Neokrosis Kulit
atau
dikenal
dengan
nama Bark
necrosis (BN) disebabkan oleh jamur Fusarium sp yang berasosiasi
dengan Botrydiplodia sp. Penyakit BN menyebabkan kerusakan kulit
pada bidang sadap. Kerusakan dapat berlanjut pada semua bagian
kulit batang, mulai kaki gajah sampai ke percabangan. Serangan BN
biasanya diikuti oleh serangan-serangan penggerek (Xyleborus
mascarensis) dan Platypus cupulatus serta jamurUstulina sehingga
mempercepat kematian tanaman.
Gejala penyakit dan kerusakan
Penyakit BN pada umumnya terjadi pada tanaman yang sudah
disadap (TM). Gejala awal dimulai dengan timbulnya bercak coklat,
seperti memar pada permukaan kulit. Penyakit berkembang pada
lapisan kulit dalam. Apabila sudah parah, penyakit akan merusak
lapisan kambium, bahkan sering sampai ke lapisan kayu. Akibatnya
kulit pecah dan terjadi pendarahan (pembuluh lateks pecah).
Kerusakan cambium dapat menyebabkan kulit ulihan tumbuh tidak
merata, sehingga menyulitkan penyadapan ulang berikutnya, atau
sama sekali tidak dapat disadap lagi karena tanaman mati atau
tumbang. Akibatnya jumlah pohon berkurang dan produksi lateks
turun secara drastis.
Pada klon-klon tertentu, seperti GT 1, AVROS 2037, GYT 577, RRIM
703, serangan BN bisa mencapai lebih dari 30% dari tegakan
perblok dan serangan penyakit dapat terjadi berulang-ulang.
Faktor-faktor pendukung serangan penyakit
1. Penyakit dapat berkembang sepanjang tahun. Pada perubahan
musim kering ke musim hujan, pada saaat terjadi hujan kecil,
intensitas penyakit dapat meningkat dengan pesat.
2. Penyakit pada umumnya timbul pada tanaman yang sudah
disadap. Penyadapan yang terlalu berat ( 1/2 S d/2) tanpa diikuti
dengan pemupukan yang memadai dapat menurunkan
ketahanan terhadap penyakit.
3. Stimulan etefon pada tanaman karet dalam kondisi lemah dapat
memacu terjadinya BN.
Penanggulangan Penyakit
1. Pemeriksaaan tanaman dari pohon ke pohon dalam periode
tertentu mengetahui serangan awal penyakit perlu dilakukan,
terutama pad ablok yang perna terjangkit penyakit BN.

2. Pengobatan dilakukan dengan 2% Difolatan 4F atau Calixin RM.


Lapisan luar yang terserang penyakit harus dikerok tipis supaya
fungisida yang dilumaskan dapat meresap ke bagian kulit yang
sakit. Pengerokan diusahakan tidak sampai merusak lapisan
kambium. Pengobatan pada awal serangan akan menghemat
pemakaian tenaga dan biaya.
3. Jika penyakit BN diikuti serangan-serangan penggerek, maka
penggereknya harus diberantas dengan cara penyemprotan
lubang(terowongannya) dengan 0,2% Diieldrin 20 EC atau
insektisida lain yang mempunyai eek residu lebih lama.
4. Intensitas sadap diturunkan dan sti,ulan etefon dihentkan pada
pohon-pohon yang menderita BN.
Penyakit Muldirot
Penyakit Muldirot (Mouldy Rot) disebabkan oleh jamur Ceratocystis
fimbriata. Penyakit Muldirot merupakan penyakit yang paling
umumpada bidang sadap tanaman karet. Jamur menyerang kulit
yang terbuka akibat luka sadap. Serangan dapat berlanjut dan
merusak lapisan kambium sehingga proses pembentukankulit
pulihan terganggu. Akibatnya kulit pulihan tak dapat disadap
kembali pada periode penyadapan berikutnya.
Kulit merupakan modal utama mendapatkan lateks, oleh karena itu
kulit bidang sadap harus dipelihara supaya dapat disadap berulangulang. Kerusakan kulit pada bidang sadap bersifat baka, yaitu sekali
terjadi kerusakan untuk seterusnya kulit tersebut akan pulih
kembali.
Gejala penyakit dan kerusakan
Muldirot biasanya timbul pada awal musim hujan terus menerus
berkembang selama musim hujan. Gejala awal penyakit ditandai
dengan timbulnya koloni jamur berbentuk bintik-bintik pada
permukaan kulit sepanjang alur sadap. Binti-bintik tersebut
berkembang menjadi satu dan warnanya berubah menjadi kelabu.
Jamur tumbuh ke lapisan kulit yang lebihdalam dan merusak lapisan
kambium. Akibat kerusakan lapisan kambium, maka pembentukan
kulit pulihan terganggu dan tidak merata. Kulit yang terbentuk
pulau-pulau kayu sangat merugikan, karena kulit pulihan menjadi
tipis dan sulit disadap, sehingga latek tak dapat dikeluarkan secara
maksimum. Dengan demikian, produksi lateks akan terganggu dan
umur produktif tanaman menjadi pendek karena bidang sadapnya
rusak.
Penanggulangan Penyakit

1. Peningkatan teknik budidaya dengan pengaturan jarak tanam


yang tepat, pengendalian, dan pemilihan klon yang tahan.
2. Pengobatan dilakukan dengan fungisida. Untuk mencegah
timbulnya resistensi jamur fungisida, penggunaan fungisida haru
digilir setelah pemakaian lebih dari 2 (dua) tahun.
Fungisida yang baik untuk pemberantasan muldirot adalah : 0,3%
Derosal 60 WP. 2% Difolatan 4F. Pengobatan dilakukan dengan
interval satu minggu dan diulang sampai penyakit sembuh.
Penambahn zat pewarna pada fungisida akan memudahkan
pengawasan pengobatan muldirot.
Aplikasi fungisida hendaknya dilakukan segera setelah penyakit
pada bidang sadap diketahui. Penyadapan pohon karet tidak perlu
dihentikan. Untuk mencegah penularan penyakit pada saat
musim muldirot, setiap penyadap disediakan larutan alkohol 70%
atau formalin 4%. Pisau sadap dicelupkan ke dalam larutan tersebut
terlebih dahulu sebelum pindah pohon.
PENYADAPAN /TAPPING
Penyadapan adalah salah satu kegiatan membuka pembuluh
lateks agar lateks yang berada di dalam pembuluh tanaman karet
keluar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengiris kulit dengan
ketebalan tertentu yang arahnya tegak lurus dengan pembuluh
lateks. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyadapan
adalah produksi yang banyak dansustain serta biaya penyadapan
murah dan tidak terlalu banyak memakan kulit. Tanaman yang boleh
disadap harus memenuhi kriteria matang sadap yakni :
1) Umur Tanaman
Tanaman karet yang normal umumnya baru dapat disadap pada
umur 4-5 tahun tetapi ini sangat tergantung dengan lingkungan
tempat karet tersebut ditanam. Apabila ditanam dilingkungan yang
kurang baik maka waktu untuk buka sadap bisa saja lebih dari itu.
Apabila tanaman karet di tanam di tempat yang sangat baik dan
mendukung pertumbuhan akan lebih cepat pula waktu buka
sadapnya apalagi saat ini banyak terdapat klon-klon baru yang
unggul sudah dapat disadap pada umur <>
2) Lilit Batang
Lilit batang tanaman karet siap buka sadap adalah minimal 45
cm. Pengukuran lilit batang dilakukan pada saat tanaman berumur 4
tahun. Lilit batang diukur pada ketinggian 100 cm di atas pertautan
okulasi. Kriteria lainnya adalah jumlah pohon yang mempunyai
diameter lebih dari 45 cm adalah minimal 60% dari luas kebun.
Persiapan Buka Sadap
1) Penggambaran Bidang Sadap
Pada tanaman yang sudah dinyatakan memenuhi kriteria matang
sadap harus segera digambar bidang sadapnya. Tujuan dari
penggambaran bidang sadap adalah untuk menghemat pemakaian

kulit, menjaga sudut sadapan agar tetap pada kemiringan 40 derajat


dan memudahkan tap inspeksi.
Penggambaran bidang sadap meliputi :
Tinggi bukaan sadap
Tinggi bukaan sadap adalah 130 cm dari pertautan okulasi
atau dari kaki gajah.Ketinggian tersebut disesuaikan dengan
tinggi badan rata-rata orang Indonesia.
Arah dan Sudut irisan Sadap
Arah dan sudut irisan sadap sangat mempengaruhi getah
yang akan keluar, sudut 30-40 derajat dan arah irisan sadap
harus dari kiri ke kanan bawah. bertujuan untuk memotong
pembuluh lateks tegak lurus agar getah yang dikeluarkan
maksimal. Sudut yang terlalu datar akan menyebabkan aliran
lateks menjadi lambat dan sering membeku sebelum sampai
ke mangkok.
Panjang Irisan Sadap
Panjang irisan sadap yang dikenal ada bermacam-macam
yaitu S atau spiral (Irisan miring melingkari batang ), S
(Irisan miring sepanjang setengah spiral), S (Irisan miring
sepanjang seperempat spiral), Panjang irisan sadap juga
mempengaruhi umur sadapan tanaman karet.
Bidang sadap
Bidang sadap atau yang lebih dikenal dengan panel
tergantung dari model irisan yang digunakan. Bidang sadap
yang dipakai adalah Bo1, Bo2, Ho1 dan Ho2. Bidang sadap
diletakkan diantara arah timur-barat. Bidang sadap digambar
dengan menggunakan mal sadap dan pisau. Mal sadap berupa
plat seng selebar 50-60 cm dengan lebar 6 cm. Saat ini di
kebun-kebun PTPN dan KP Sungei Putih dilakukan
penggambaran bidang sadap untuk penggunaan kulit tiap
bulannya dan memudahkan tap inspeksi.
2) Pemasangan Mangkok dan Talang sadap
Pemasangan Mangkok dan Talang Sadap di KP Sungei Putih
dilakukan pada pembukaan sadap ketiga atau keempat. Mangkok
yang dipakai biasanya berkapasitas 500 cc dan terbuat dari plastik.
Mangkok dipasang pada cincin dari kawat adang dikaitkan dengan
tali atau kawat yang langsung ditancapkan ke batang. Talang adalah
sejenis plat yang terbuat dari seng selebar 2.5 cm dengan panjang
8 cm fungsi dari talang adalah untuk mengalirkan lateks ke dalam
mangkok. Tinggi pemasangan talang adalah 15 cm dari mangkok
dan 15 cm dari titik 130 cm (titik buka sadap).
Alasan pemasangan pada ketinggian tersebut adalah untuk
menjaga tetesan lateks tetap ke mangkok, apabila jarak antara
talang dan mangkok terlalu jauh maka apabila bertiup angin yang
kencang tetesaan lateks tidak akan masuk ke mangkok.
Teknis Penyadapan
Penyadapan karet untuk diambil getahnya diawali dengan beberapa
kali penyadapan.

Penyadapan ke - I Membuka bidang sadap dan kedalaman sadap


belum ditentukan
Penyadapan ke - II Mendalamkan sadapan serta pemasangan
(Mangkok dan Talang)
Penyadapan ke - III Menentukan kedalaman sadap, pada tahap ini
produksi sudah
mulai ada tetapi tetesannya belum sampai ke mangkok.
Penyadapan ke - IV Mulai pengambilan produksi.
a. Kedalaman Irisan sadap
Kedalaman irisan sadap akan berpengaruh terhadap panjang usia
penyadapan. Jika kedalaman sadap terlalu dalam maka produksi
lateks pada waktu yang akan datang akan menurun. Penyadapan
dilakukan dengan menyisakan kulit sedalam maksimal 1.5 mm dari
kambium atau kayu. Hal ini dimaksudkan agar tanaman pada usia
25 tahun masih bisa disadap. Penyadapan yang terlalu dalam (sisa
kulit <>
Penyadapan dilakukan dengan menggunakan pisau sadap. Pisau
sadap terdiri dari dua jenis yaitu Pisau sadap tarik dan Pisau sadap
dorong. Pisau sadap tarik digunakan untuk menyadap batang ke
arah bawah (pada panel Bo) (mulai ketinggian 130 cm sampai ke
pertautan ukulasi/kaki gajah). Pisau sadap atas digunakan untuk
penyadapan ke arah atas (pada panel Ho).
b. Intensitas dan Waktu Penyadapan
Intensitas penyadapan adalah jumlah penyadapan yang dilakukan
pada waku tertentu. Ada beberapa jenis intensitas penyadapan
yaitu d/2 dan d/3. d/2 berarti tanaman disadap 2 hari sekali
biasanya pada TM 1 dan TM2 serta d/3 berarti tanaman disadap 3
hari sekali untuk tahun-tahun berikutnya. Intensitas penyadapan
tidak boleh terlalu sering karena hal ini akan menyebabkan tanaman
terserang Brown Bast (BB) atau KAS (Kering Alur Sadap) apabila
tanaman sudah terkena penyakit ini maka produksi akan turun.
Waktu penyadapan yang paling baik adalah pada pukul antara
04.30-07.30 pagi. Pada waktu-waktu tersebut diperkirakan tekanan
turgor mencapai maksimum pada saat menjelang subuh dan akan
menurun pada waktu siang hari. Jumlah dan aliran lateks sangat
ditentukan oleh tekanan turgor sel tanaman karet.
Berdasarkan panjang Irisan, Intensitas dan arah penyadaapan maka
dapat disusun macam-macam sistem sadap. Sistem sadap yang
dirangkai sepanjang waktu produksi disebut dengan Sistem
eksploitasi.
Sebagai contoh S d/3 artinya sistem sadap dengan panjang
irisan sadapnya setengah spiral ke arah atas dan disadap tiga hari
sekali.
PASCA PANEN/PENAMPUNGAN HASIL
Lateks yang dihasilkan, kualitasnya sangat dipengaruhi oleh
penanganan lateks mulai dari penyadapan sampai dengan
pengolahan. Mutu Bahan Olah Karet dapat dilihat melalui DRC (Dry

Rubber Contain) atau KKK (Kadar karet kering). Semakin tinggi nilai
DRC maka kualitas Bahan Olah Karet akan semakin baik pula.
Untuk memperoleh bahan olah yang berkualitas ada beberapa hal
yang harus diperhatikan yaitu :
Bahan pembeku yang digunakan harus dalam dosis yang
tepat.
Tidak ditambah bahan-bahan non karet dalam pembekuan
Tempat penyimpanan harus teduh dan ternaungi
Tidak boleh direndam.
Tempat pengumpulan harus terdapat sirkulasi udara yang
baik.
Jenis Bahan Olah Karet yang dikenal adalah :
1. Lateks kebun
Lateks kebun adalah getah yang diperoleh dari pohon karet (Hevea
brasiliensis M.) melalui pelukaan kulit, berupa cairan berwarna putih
dan berbau segar. Lateks kebun ini mempunyai komposisi berupa
campuran partikel karet dan bahan karet. Bahan bukan karet berupa
protein, karbohidrat, lemak da ion-ion logam yang dapat menjadi
media tumbuh bakteri. Oleh karena itu, penanganan lateks mulai
dari pohon sampai pengangkutan ke pabrik harus dilakukan dengan
baik agar bahan olah karet yang dihasilkan memenuhi persyaratan
yang diinginkan. Prisip penanganan bahan olah karet diantaranya
adalah menjaga kebersihan setiap peralatan yang digunakan dalam
proses penyadapan sampai pengangkutan ke pabrik. Selain itu,
penambahan bahan pengawet juga harus sesuai dengan jenis
produk yang akan dihasilkan penyimpanan lateks kebun adalah
dengan menggunakan tangki berkapasitas 1000 kg dan dicampur
dengan 7 kg amonia yang dilarutkan dalam 400 600 cc zat anti
basi yang berfungsi untuk mencegah koagulasi. Getah yang akan
dimasukkan kedalam tangki adalah getah yang mempunyai DRC
100 yang diukur dengan Metrolug.
2. Lump
Lump adalah gumpalan karet di dalammangko sadap atau
penampung lain yang diproses dengan cara penggumpalan dengan
asam semut atau bahan penggumpal lain atau penggumpalan
alami.Penggumpalan dilakukan dengan menambahkan bahan
penggumpal larutan 5% ke dalam mangko setelah pohon dideres
dengan dosis 60 80 ml/l lateks. Produksi per pohon berkisar antara
150 350 ml sehingga penambahan penggumpal per mangko
adalah 10 25 ml. Labu semprot dan botol air baterai dapat
digunakan untuk keperluan ini, yaitu dengan memencet botol yang
berisi bahan penggumpal. Pemencetan disesuaikan dengan ukuran
lobang yang dibuka (biasanya 1 kali pencet akan keluar 5 ml, jadi
cukup dengan 2 5 kali pencet). Penambahan penggumpal lebih
baik dilakukan setelah lateks berhenti menetes dari bidang sadap,
sehingga volume setiap mangko lebih mudah ditaksir. Pengutipan
lum mangko di lapangan dapat dilakukan pada sore hari atau pada
saat akan menderes kembali. Lump mangko yang telah terkumpul

harus disimpan diatas anjang-anjang kayu agar air didalam


koagulum dapat menetes dan kebersihan lebih terjaga. Begitu
seterusnya sampai saat penjualan.
3. Slab
Slab adalah gumpalan yang berasal dari lateks kebun yang sengaja
digumpalkan dengan asam semut atau bahan penggumpal lain atau
dari lump mangkok segar yang derekatkan dengan atau tanpa
lateks. Untuk membuat slab, terlebih dahulu lateks kebun dikutip
dan
dikumpulkan
kemudian
digumpalkan
dengan
bahan
penggumpal
dengan
dosis
seperti
pembuatan
lump
mangkok. Bentuk slab yang di hasilkan tergantung ukuran dan
tempat mencetaknya. Pencetakan dapat dilakukan dalam kotak
aluminium atau kayu atau yang terbuat dari semen atau dapat pula
dibuat lobang segi empat pada tanah tetapi harus dilapisi
plastik. Biasanya, ukuran yang banyak digunakan adalh 40 x 40 x 6
cm, sehingga volume kayu lateks yang digumpalkan sekitar 15
liter. Slab yang dihasilkan juga harus disimpan seperti lump
mangkok. Slab juga harus dijaga kebersihannya dan jangan sampai
menambahkan bahan pengotor.
Sleb tipis dibuat dari lateks atau campuran lateks dengan lum
mangkok yang dibekukan. Proses pembuatan sleb tipis di TPH
(Tempat Penampungan Hasil) adalah sebagai berikut:
Lump disusun rata di dalam bak pembeku atau bak pembeku
saja tanpa lum.
Penambahan Coatex SP 5 % ke dalam lateks kebun dengan
dosis 60 ml per liter lalu diaduk.
Larutan yang sudah diaduk di tuangkan ke dalam bak
pembeku lalu diaduk merata
Lebih kurang 2-3 jam lateks yang sudah menggumpal
diangkat dan disimpan dalam rak penyimpanan

Anda mungkin juga menyukai