Anda di halaman 1dari 25

KELOMPOK 2 :

OJI SUKANDA (1603015001)


ELIS SINTA (1603015017)
ROBIATUL ADAWIYAH SUTRISNA (1603015047)
ARDI CAHYO KUSUMA (1603015055)
ADIES RENANDERA PUTRA (1603015059)
OBILES NERI (1603015061)
DIAH NURUL FAJRIN (1603015071)
• Tanaman karet ( Hevea Brasiliensis) merupakan tanaman
perkebunan yang bernilai ekonomis tinggi. Karet
merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang
mempunyai peran yang cukup penting dalam kegiatan
perekonomian Indonesia dan menjadi salah satu
komoditi ekspor unggulan Indonesia dalam menghasilkan
devisa negara diluar minyak dan gas. Sekitar 90%
produksi karet alam Indonesia diekspor ke mancanegara
dan hanya sebagian kecil yang dikonsumsi di dalam
negeri.
1. Bagaimana cara melakukan persemaian dan pembibitan
hasil perbanyakan generatif (benih) pada tanaman
karet?
2. Bagaimana cara melakukan persemaian dan pembibitan
hasil perbanyakan vegetatif (klonal) pada tanaman
karet?
1. Mengetahui cara melakukan persemaian dan pembibitan
hasil perbanyakan generatif (benih) pada tanaman karet.
2. Mengetahui cara melakukan persemaian dan pembibitan
hasil perbanyakan vegetatif (klonal) pada tanaman karet.
• Ada beberapa tahapan dalam kegiatan pembibitan karet,
yaitu mulai dari pengadaan biji, persemaian biji,
persemaian bibit rootstock, okulasi, pembuatan bibit
polibag dan penanaman. Perbanyakan tanaman karet
( Hevea brasiliensis) dapat dilakukan secara generatif
melalui benih dan secara vegetatif melalui teknik
okulasi. Perbanyakan dengan benih saat ini sudah jarang
dilakukan kecuali oleh sebagian petani tradisional atau
oleh kalangan peneliti guna perbaikan sifat genetik
selanjutnya.
• Pengujian kemurnian benih perlu dilakukan dengan cara
mengambil secara acak 100 butir dari satu karung goni, kemudian
dipecah untuk dinilai keseragamannya. Apabila belahan biji tersebut
masih putih murni sampai kekuningan-kuningan dinilai baik, apabila
berwarna kekuningan berminyak, kuning kecoklatan sampai hitam
atau keriput dinilai jelek. Nilai kesegaran yang baik adalah 70% -
90%. Metode pemilihan benih karet adalah lentingan yaitu benih
dilentingkan dijatuhkan dari ketinggian 70-100 cm pada kotak kayu
berukuran 40 x 40 x 40 cm. Apabila benih melenting keluar melewati
dinding kotak, dinilai biji tersebut baik. Cara lain adalah dengan
merendam di dalam air, apabila 2/3 bagian biji terendam, maka
benih tersebut dianggap baik.
• Ukuran bedengan yang digunakan untuk perkecambahan adalah
panjang 5 meter, lebar 1,2 meter tergantung kondisi tempat.
Arah bedengan memanjang utara-selatan, diberi naungan dari
daun alang-alang atau rumbia. Tinggi tiang sebelah timur 1,2
meter dan barat 0,9 meter. Usahakan bedengan dekat dengan
sumber air, sehingga dapat memudahkan penyiraman. Tanah
untuk dasar perkecambahan harus bebas dari gulma, batu-
batuan, gumpalan tanah dan sisa-sisa akar. Pinggir bedengan
diperkuat dengan papan atau bambu, kemudian taburkan pasir
sungai merata setebal 5 cm.
• Benih ditanam pada bedengan yang telah disiapkan dengan bagian
perut menghadap ke bawah dan punggungnya terlihat dipermukaannya.
Jarak antara benih 1 cm, sehingga dalam 1 bedengan memuat 1.000
butir. Setelah benih ditanam dilakukan penyiraman dengan interval dua
kali sehari untuk menjaga kelembaban, benih akan mulai
berkecambah pada hari ke-7.,Bibit setelah stadia pancing dipindahkan ke
pembibitan lapangan dengan menggunakan polybag. Benih yang
berkecambah lebih dari 21 hari dibuang. Biji kecambah pada saat akar
dalam stadia kaki cicak (bintang) atau stadia pancing segera dipindahkan
ke pembibitan lapangan, jangan sampai keluar daun kepelnya.
Menurut Balai Penelitian Getas, terdapat beberapa cara penyediaan
bibit karet melalui benih yaitu :
• Seedling murni adalah bibit yang disiapkan dari kecambah dan
langsung dipindahkan ke lapangan. Biji karet yang telah
diseleksi dideder di tempat pendederan selama 15-20 hari
sampai terbentuk kecambah stadium pancing. Kecambah stadium
pancing ini langsung ditanam di lapangan agar pertumbuhan akar
tunggang dan tunas sempurna. Waktu yang dibutuhkan sejak
biji karet disemai dalam bedengan perkecambahan sampai
kecambah tertanam di lapangan adalah 25 hari. Penanaman
dengan cara ini hanya bisa dilakukan pada musim panen biji.
Bedengan perkecambahan juga harus berdekatan dengan lokasi
penanaman di lapangan.
• Pertama yang harus dilakukan adalah mengisi polibag
dengan tanah, kemudian diatur rapi 10 x 200 polibag.
Benih karet diletakkan di atas tanah dengan posisi
mendatar kemudian permukaan punggung biji ditimbun
tanah, dan ditunggu sampai 2 bulan. Pekerjaan ini relatif
cepat, namun apabila ada benih yang tidak tumbuh,
untuk menggantinya cukup sulit terutama pada
penanaman skala luas.
• Polibag yang digunakan berukuran 10 x 30 cm, dengan volume
tanah 2 kg. Pertama-tama biji dikecambahkan dalam bedengan.
Polibag diisi dengan tanah dan diatur secara tegak berkelompok.
Kecambah yang sudah jadi dipindahkan ke dalam polibag.
Apabila memungkinkan, kecambah jangan sampai pada stadium
jarum agar akar tumbuh sempurna. Kecambah dibiarkan tumbuh
sampai 3 bulan dalam polibag kemudian dipindahkan ke lapangan.
Agar pertumbuhan tunas dan akar sempurna, penanaman tidak boleh
terlambat. Setelah lubang disiapkan, polibag disobek atau digunting.
Tanah dalam polibag dijaga jangan sampai hancur, kemudian bibit
beserta tanahnya dimasukkan ke dalam lubang yang telah disiapkan,
ditimbun tanah, dan dipadatkan.
• Perbanyakan tanaman dengan cara okulasi paling banyak
dilakukan dalam perkebunan terutama pada perkebunan
karet dan kakao. Pada kegiatan okulasi, dibutuhkan mata
entres yang berasal dari batang atas yang kemudian akan
ditempelkan ke batang bawah dari tanaman karet yang
biasanya berasal dari dua klon yang berbeda sifatnya. Batang
atas dipilih klon yang sesuai dengan lingkungan ekologi yang
bersangkutan dari klon-klon yang dianjurkan terutama klon-
klon yang dianjurkan dalam skala besar. langkah awal
pengadaan bibit adalah sebagai berikut :
• Benih berasal dari benih terpilih atau biji yang
diketahui pohon induknya yang berasal dari klon-klon
anjuran (AVROS 2037, BPM 24, GT 1, PB 260, dan
RRIC 100) yang diambil dari pohon induk
minimal berumur 10 tahun.
• Areal pembibitan usahakan pada tanah datar, gembur
mengandung bahan organik tinggi dan dekat dengan
sumber air untuk memudahkan penyiraman. Ukuran
bedengan 4 x 15 meter (tergantung kondisi lapangan),
dalam setiap 4 meter dibuat jalan sebesar 1 meter
untuk memudahkan pemeliharaan dan pengontrolan
tanaman. Jarak pengajiran pembibitan dilapangan 30 x
30 x 50 cm.
• Perawatan dilakukan dengan penyiraman dua kali
sehari. Penyiangan rumput atau gulma pengganggu
dengan interval dua kali sebulan. Pupuk dasar
mengunakan Rock phosphate dengan dosis 1.200
kg/ha. Pengendalian hama rayap dapat diberantas
dengan Insektisida Basudin dan Diazinon 10-G
ditaburkan disekitar leher akar, sedangkan untuk
pengendalian penyakit daun dengan fungisida Dithane
45 atau dihembus dengan asap belerang.
• Mata okulasi untuk bahan okulasi pada persemaian
lapangan berasal dari kebun entres, untuk itu kebun
entres harus dibangun terlebih dahulu sebelum
membangun persemaian batang bawah di lapangan.
Beberapa persyara pemilihan lokasi kebun entres adalah
sebagai berikut :
a) Pembuatan bedengan/petakan dengan ukuran 5 x 20 meter,
diantara bedengan dibuat jalan selebar 150 cm termasuk
parit, tiap bedengan/petak untuk penanaman satu jenis klon.
b) Jarak tanam 100 x 100 cm, tiap bedengan berisi 5 x 20 batang =
100 batang.
c) Lubang tanaman berukuran 60 x 60 x 60 cm, 2-3 bulan sebelum
dilakukan penanaman, lubang tanam dipupuk dengan Rock
posphat.
d) Penanaman bibit di sesuaikan dengan klon yang diharapkan
sebagai sumber entres.
• Pemeliharaan entres dilakukan agar entres yang
dihasilkan memiliki kualitas bibit yang baik. Pemeliharaan
entres dapat dilakukan dengan :
a) penunasan (wiwilan), tunas liar perlu diwiwil sampai
ketinggian 2 meter dari permukaan tanah;
b) Pemurnian klon, setelah tanam mempunyai 5-6 payung
diadakan pemurnian oleh Balai penelitian;
c) Penyiangan dilakukan dengan interval satu bulan
sekali;
d). Pemberantasan dan pengendalian hama/penyakit di kebun
entres dilakukan sesuai dengan prosedur;
e). Pemupukan diberikan Urea, SP-36, dan KCL masing-masing
10/pohon.
Pemanenan entres dilakukan dengan memotong cabang pertama
dilakukan 10-15 cm diatas pertautan okulasi. Pada tahun pertama
diperoleh satu buah turus/batang entres. Pada tahun kedua diperoleh
dua buah turus/batang entres dipotong 10-15 cm diatas
potongan yang dilakukan pada tahun pertama, begitu juga untuk
pemotongan selanjutnya sampai dengan ke lima. Dari satu
meter batang/turus entres dapat diperoleh 16-20 mata okulasi.
• Bibit yang baik digunakan sebagai bahan okulasi haruslah
memiliki akar tunggang yang lurus atau tidak bercabang
dengan panjang minimal 30 cm dan lateral 10 cm. Tinggi
batang di atas okulasi sekitar 10 cm pada bagian besar
pemotongan diolesi TB 192 atau parafin dan memiliki
diameter batang sekitar 2,5 cm. Pada bagian okulasi
ditoreh berwarna hijau. Apabila terdapat bibit yang
memiliki akar tunggang lebih dari satu sebaiknya pilih
salah satu akar tunggang yang paling baik, sedangkan
yang lainnya dibuang.
• teknisnya dilakukan pembongkaran dengan cangkul pada bibit
okulasi. Akar tunggang dipotong dan disisakan 20-25 cm
kemudian dioles rootone yang merupakan zat perangsang
tumbuh akar. Bibit ditanam pada polybag berukuran 40 x 25
cm dengan media tanah dan pupuk kandang
perbandingan 2:1 bagian bawah polybag diberi lubang-lubang
yang berfungsi mengalirkan kelebihan air pada polybag. Bibit
ditata dengan posisi mata tunas saling berlawanan arah
sehingga nantinya saat tunas sudah besar memiliki ruang tumbuh
dan tidak mengganggu satu sama lain. Bibit dalam polybag
berumur 5 bulan dan berpayung dua siap untuk ditanam.
Berikut kegiatan pemeliharaan benih polybag :
1. a.Penyiraman, penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore.
2. b.Penyiangan, dilakukan untuk membersihkan polibag dari gulma dengan
cara manual.
3. c.Pemupukan, jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk
dengan dosis 5 gram/polybag.
4. d.Pengendalian hama penyakit, penyakit yang umum menyerang benih
dalam polibag adalah penyakit mealdow, pengendalian biasanya
dilakukan dengan pemberian belerang.
5. e.Pewiwilan, kegiatan ini bertujuan untuk memacu pertumbuhan tunas
utama dengan cara membuang tunas liar/tunas palsu.

Anda mungkin juga menyukai