Anda di halaman 1dari 4

I.

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting baik dalam lingkup
inlernasional maupun Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah salu hasil pertanian
terkemuka karena banyak menunjang perekonomian negara. llasil devisa yang dipcrolch dari
karet cukup besar. Indonesia pemah mcnguasai produksi karet dunia dengan mengalahkan
negara-negara lain dan negara ;isal tanaman karet sendiri di daratan Amerika Selatan.
Pengelolaan karet menjadi salah satu komoditas perkebunan yang cukup penting di
Indonesia. Untuk mendapatkan hasil getah karet yang maksimal dengan kualitas tinggi,
tanaman karet tentu perlu dikembangkan dengan cara budidaya yang tepat. Pengelolaan
tanaman karet ada sebagai berikut:
1. Syarat Tumbuh
Pada teknik budidaya karet, karet akan tumbuh dengan baik jika beberapa syarat paling
mendasar terpenuhi. Lahan yang akan ditanami karet sebaiknya berada di wilayah
dengan temperatur udara rata-rata 24–18ºC dengan curah hujan rata-rata 1.500–
2.000 mm per tahun. Setiap harinya, paling tidak sinar matahari terpapar sempurna
selama 5–7 jam. Tanaman karet juga memerlukan tingkat kelembaban yang tinggi
untuk tumbuh.

Kondisi tanah yang diinginkan oleh tanaman karet adalah tanah dengan tingkat
kesuburan yang tinggi dan tidak mengandung padas sehingga air bisa diteruskan
dengan baik. Tingkat keasaman tanah yang sesuai adalah sekitar pH 5–6 dengan
batas toleransi pH 3–8. Tanah yang cocok untuk budidaya karet mempunyai
ketinggian 200 meter di atas permukaan laut.

2. Pembibitan
Ada beberapa cara pembibitan yang bisa dilakukan untuk mendapatkan bibit karet
dengan sifat unggul. Pembibitan karet bisa dilakukan dengan melalui beberapa
tahap. Tahap yang pertama adalah tahap persemaian perkecambahan sedangkan
tahap pembibitan selanjutnya adalah persemaian bibit.

Untuk tahap persemaian perkecambahan, benih karet akan disemai di


bedengan dengan ukuran lebar sekitar 1–1,2 meter dengan ukuran panjang yang
disesuaikan dengan tempat yang tersedia. Pasir dengan tekstur halus disebarkan di
atas bedengan dengan ketebalan 5–7 cm. Natural Glio perlu pula
dikembangbiakkan di dalam pupuk kandang yang ditambah 1 mg Natural Glio
sebelum siap ditebar di atas bedengan. Dauh atau jerami dengan ukuran tinggi 1m
diperlukan untuk naungan sisi timur dan ukuran tinggi 80 cm diperlukan sebagai
naungan sisi barat. Benih direndam dalam larutan POC NASA dengan takaran satu
tutup untuk satu liter air selama 3–6 jam. Benih akan disemaikan langsung harus
disiram dengan larutan POC NASA dengan takaran setengah tutup per liter air.
Untuk cara tanam benih yang benar, jarak tanam dipertahankan selebar 1–2 cm.
Benih yang sudah disemai harus disiram secara teratur dan normalnya benih akan
mulai berkecambah pasa usia 10–14 hari setelah tanam.
Benih yang sudah berkecambah kemudian dipindahkan ke area persemaian
bibit yang sudah dicangkul dengan kedalaman 60–75 cm kemusian dihaluskan
serta diratakan. Area tersebut perlu dibuat bedengan dengan ketinggian 20 cm
termasuk parit antar bedengan dengan kedalaman 50 cm. Selanjutnya, cara
menanam benihnya adalah dengan membuat jarak tanam 40x40x60 cm untuk bibit
okulasi coklat dan jarak tanam 20x20x60 untuk bibit okulasi hijau.
Selain perlu disiram secara teratur, bibit dalam persemaian perlu pula
dipupuk dengan pupuk makro selama 3 bulan sekali dan perlu pula disiram dengan
POC NASA setiap 1–2 minggu sekali. Klon untuk benih dan bibit unggul bisa
ditemukan di lembaga riset pemerintah maupun swasta seperti Balai Penelitian
Karet Getas.

3. Pengolahan Tanah
Proses budidaya karet selanjutnya yang harus dilakukan adalah mengolah
tanah sebelum bibit karet siap ditanam. Tanah dibersihkan dari pohon besar dengan
penebangan dan alang-alang dengan menggunakan herbisida. Sisa penyakit perlu
pula dibasmi dengan menggunakan fungisida. Teras perlu dibuat pada tanah
dengan kemiringan di atas 10 deg sementara rorak perlu dibuat pada tanah yang
landai sebagai aliran air serta pencegah erosi.
Pemancangan juga diperlukan dalam teknik menanam karet sesuai dengan
jarak tanam serta tingkat kerapatan pohon yang direncanakan. Dua minggu
sebelum penanaman karet, lubang tanam harus dibuat terlebih dahulu pada titik
pancang dengan ukuran 40x40x40 cm. Pupuk juga perlu ditambahkan ke dalam
lubang untuk memacu pertumbuhan akar pohon karet yang baru saja ditanam.

4. Pengolahandan Penyulaman KaretWaktu yang tepat untuk budidaya karet adalah saat
musim penghujan sehingga intensitas penyiraman bisa dikurangi. Bibit
yang sudah siap ditanam adalah bibit yang mempunyai payung daun terakhir yang
sudah tua. Kantong polybag harus dibuka sebelum bibit diletakkan di bagian
tengan lubang tanam dan ditimbun dengan tanah. Setiap 1–2 minggu, pemeriksaan
bibit perlu dilakukan sehingga bibit yang mati bisa segera diganti untuk
mempertahankan populasi tanaman karet.

5. Perawatan dan Pemeliharan


Langkah perawatan awal yang harus dilakukan pada tanaman karet adalah
dengan membuang tunas palsu dan tunas cabang sebelum tunas berkayu. Selain
cara pemliharaan tersebut, percabangan tanaman juga perlu dibentuk dan
dirangsang dengan cara penyanggulan, pengikatan batang, pemotongan ujung
batang, pemotongan ujung tunas, pengguguran daun, maupun pengeratan batang.
Penyanggulan merupakan cara yang paling direkomendasikan.
6. Tumpang Sari
Penanaman tumpang sari pada lahan karet merupakan salah satu tips yang
sangat berguna untuk meningkatkan produktivitas lahan perkebunan karet itu
sendiri. Sebelum karet siap menghasilkan, tanaman tumpang sari akan memberikan
pendapatan selain akan sangat membantu mengurangi rendahnya harga komoditas
karet.
7. Pemupukan
Agar pertumbuhan tanaman karet semakin cepat dan semakin cepat
matang, pemupukan perlu dilakukan. Pergantian musim penghujan ke musim
kemarau merupakan saat yang paling tepat untuk memberikan pupuk yang berupa
pupuk urea, SP 36, dan KCl dengan perbandingan dan frekuensi yang sesuai
dengan umur pohon karet.
Kegunaan komoditi karet Saat ini, karet tidak hanya digunakan untuk pembuatan mainan dan
barang-barang lainnya. Di Indonesia, karet juga digunakan untuk aplikasi lain seperti bahan
konstruksi, pekerjaan tanah, lantai, pupuk, produk rumah tangga, bahan kemasan, perhiasan,
dan produk kesehatan. Ada banyak alasan mengapa karet digunakan dalam berbagai aplikasi.
Karet sangat fleksibel dan dapat dengan mudah dibentuk menjadi berbagai bentuk tanpa
harus diubah menjadi bahan yang berbeda. Misalnya, lembaran karet yang digunakan untuk
lantai dapat dipotong agar sesuai dengan bentuk lantai, sehingga tidak perlu melakukan
modifikasi pada lantai.
Kegunaan lain dari karet dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah semakin
banyak orang yang dapat memanfaatkan rendahnya biaya hidup yang ditawarkan negara.
Seiring dengan meningkatnya permintaan akan karet, semakin banyak orang yang dapat
menghasilkan uang dengan bekerja di perkebunan karet. Lebih banyak pekerja berarti lebih
banyak pendapatan bagi masyarakat Indonesia. Ini yang sangat bisa dinikmati oleh warga
Jakarta. Toh, mereka bisa terus hidup mewah tanpa harus khawatir dengan harga karet yang
terus naik.
Tidak hanya harga karet yang tinggi saat ini, tetapi kualitas karet itu sendiri juga
sangat buruk. Akibatnya, pohon karet terus-menerus dihancurkan. Manfaat karet dalam
pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak bisa diabaikan sama sekali. Selain sumber daya alam
yang disediakan oleh pohon karet, manfaat lain adalah bahwa pohon karet menyediakan
sumber pekerjaan bagi masyarakat setempat. Ketika lebih banyak orang memiliki pekerjaan,
lebih banyak wisatawan akan datang untuk melihat pemandangan indah dari perkebunan
karet dan masyarakat Jawa Tengah juga akan mengalami situasi win-win untuk semua.
Kegunaan hutan karet Hutan karet ialah menjadi salah satu tanaman perkebunan yang
sangat menguntungkan. Tanaman karet dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan,
kesempatan kerja, menambah devisa negara, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra
baru di wilayah sekitar perkebunan karet, maupun meningkatkan pelestarian lingkungan dan
sumber daya hayati.
Pada dasarnya, industri karet terbagi atas dua jenis, yaitu karet alam dan karet sintetis.
Beberapa jenis karet alam yang dikenal luas antara lain bahan olah karet, karet konvensional,
lateks pekat, karet bongkah (block rubber), karet spesifikasi teknis (crumb rubber), karet siap
olah (tyre rubber) dan karet reklim (reclaimed rubber).
Selain dimanfaatkan getahnya, sebenarnya kayu karet juga berpotensi untuk
dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan furniture. Namun, pemanfaatan yang dilakukan
belum optimal sehingga diperlukan upaya pemanfaatan lebih lanju
Permasalahan mengenai pengelolaan komoditi/tanaman karet Permasalahan utama
yang dihadapi perkebunan karet rakyat adalah rendahnya produktivitas karet, tingginya
proporsi areal tanaman karet tua, belum efisiennya sistem pemasaran bahan olah karet,
keterbatasan modal untuk membeli bibit unggul dan sarana produksi lain seperti pupuk,
herbisida serta ketersediaan sarana produksi pertanian di tingkat petani yang masih terbatas.
Permasalahan lain pada pengelolaan komoditi karet yaitu Penyakit penting yang
menyerang tanaman karet yaitu Jamur Akar Putih (JAP), Kering Alur Sadap (KAS), gugur
daun Corynospora, Colletotrichum dan Oidium. Penyakit Jamur Akar Putih disebabkan oleh
Rigidoporus lignosus atau R. Microporus yang menyerang akar tunggang maupun akar
lateral.
Permasalahan pengelolaan hutan karet yang bnayak ditemui yaitu kurang terawat
( tidak di pupuk), menggunakan benih asalan, mutu bokar yang rendah sehingga
menghasilkan produktifitas yang masih jauh dibawah potensi normal. Minimnya pengetahuan
dan teknologi petani tentang peremajaan karet.Kurangnya pengetahuan petani tentang
pentingnya peremajaan karet menyebabkan petani tidak mudah menerima inovasi inovasi
baru yang diberikan oleh penyuluh,sehingga program peremajaan karet menjad tidak
maksimal.

1.2. Tujuan Praktek Lapang


1. Menganalisis nilai guna langsung komoditi yang diusahakan petani di Desa Tibona
dan Desa Bontominasa, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba.
2. Menganalisis nilai guna tidak langsung komoditi yang diusahakan petani di Desa
Tibona dan Desa Bontominasa, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba.
3. Menganalisis total nilai guna komoditi yang diusahakan petani di Desa Tibona dan
Desa Bontominasa, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba.
1.3. Kegunaan Praktek Lapang
1. Bagi mahasiswa, menambah wawasan dan pengetahuan terutama yang berkaitan
dengan topik penelitian.
2. Bagi pemerintah daerah, hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan
pemikiran dan bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan terutama dalam
bidang pengembangan usaha ternak Ayam Broiler menengah ke bawah
3. Bagi masyrakat,sebagai bahan pustaka dalam menambah wacana pengetahuan dan
diharapkan dapat menjadi inspirator untuk bisa melakukan penelitian yang serupa dan
sejenis.

Anda mungkin juga menyukai