Anda di halaman 1dari 10

PROBLEMATIKA REKAYASA BUDIDAYA TANAMAN

SISTEM TANAM DAN PENANAMAN TANAMAN KARET

Nugraheni Esti Wulandari 20160210056


Lukman Lukito Wardana 20160210057
Sri Devi Octavia 20160210061
Ahmad Lizikri 20160210067
Aldi Nata Gumilar 20160210088

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2017

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kacang tanah dengan nama ilmiah Arachis hypogaea merupakan tanaman polong-
polongan yang termasuk anggota family Fabaceae. Kacang tanah ini mengandung zat-zat yang
penting bagi kesehatan tubuh. Oleh karena itu, kacang tanah juga merupakan kacang-kacangan
terpenting setelah kedelai. Kacang tanah kaya akan lemak; protein yang tinggi bahkan jauh lebih
tinggi dari protein pada daging, telur dan kacang soya; zat besi; vitamin E; vitamin B kompleks;
vitamin A dan K; fosforus; lesitin, kolin dan kalsium.

Di Indonesia, kacang tanah merupakan tanaman yang paling banyak ditanam setelah
padi, jagung dan kacang kedelai. Budidaya kacang tanah (Arachis hypogaea) biasanya
diaplikasikan sebagai tanaman sela ataupun tumpang sari. Tumpangsari merupakan suatu usaha
menanam beberapa jenis tanaman padalahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa
dalam barisan-barisan tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih
jenis tanaman yang relatif seumur, seperti jagung dan kacang tanah atau bisa juga pada beberapa
jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda.

Penerapan pola penanaman sistem tumpangsari sangat dipengaruhi oleh pengaturan jarak
tanam (densitas) dan pemilihan varietas. pengaturan jarak tanam merupakan salah satu cara
untuk menciptakan faktor-faktor yang dibutuhkan tanaman dapat tersedia bagi setiap tanaman
dan mengoptimalisasi penggunaan faktor lingkungan yang tersedia.

Oleh karena itu makalah ini dibuat untuk mengetahui sistem tanam dan penanaman untuk
tanaman kacang tanah. Sehingga dapat meningkatkan produksi kacang tanah.
KASUS

Pak wardoyo bersama petani lain memiliki lahan tanaman karet seluas kurang lebih 1
hektar didaerah Cempluk, Mangunan, Dlingo Bantul. Lahan karet yang mereka miliki tersebar
diantara perbukitan. Penanaman disekitar bukit menyebabkan jarak tanam dari tanaman karet
tidak beraturan pada setiap tempat. Selain itu, tanaman yang ditanam di sela jarak tanam bukan
merupakan tanaman sela yang biasa digunakan pada perkebunan karet pada umumnya sehingga
hasil yang dicapai tidak maksimal. Lalu, terdapat permasalahan OPT yang juga menyerang
tanaman karet milik Pak Wardoyo yaitu terserang jamur Rigidoporus microporus yang
menyebabkan penyakit akar putih. Apa yang harus dilakukan oleh Pak Wardoyo dan petani
lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Karet

Tanaman karet (Hevea brasiliensis) termasuk dalam famili Euphorbiacea, disebut dengan
nama lain rambung, getah, gota, kejai ataupun hapea. Karet merupakan salah satu komoditas
perkebunan yang penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga
memiliki prospek yang baik. (Syakir, 2010)

Klasifikasi botani tanaman karet adalah sebagai berikut:


- Divisi : Spermatophyta
- Sub divisi : Angiospermae
- Kelas : Dicotyledonae
- Keluarga : Euphorbiaceae
- Genus : Hevea
- Spesies : Hevea brasiliensis

Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia telah banyak menghasilkan klonklon karet unggul
sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu. Pada Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman
Karet 2005, telah direkomendasikan klon-klon unggul baru generasi-4 untuk periode tahun
2006 – 2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 104, IRR 112, dan IRR 118.
Klon IRR 42 dan IRR 112 akan diajukan pelepasannya sedangkan klon IRR lainnya sudah
dilepas secara resmi. Klon-klon tersebut menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik
pada berbagai lokasi, tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan sifat-sifat sekunder
lainnya. Oleh karena itu pengguna harus memilih dengan cermat klon-klon yang sesuai
agroekologi wilayah pengembangan dan jenis-jenis produk karet yang akan dihasilkan.
Klon-klon lama yang sudah dilepas yaitu GT 1, AVROS 2037, PR 255, PR 261, PR 300,
PR 303, RRIM 600, RRIM 712, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, RRIC 100
masih memungkinkan untuk dikembangkan, tetapi harus dilakukan secara hati-hati baik
dalam penempatan lokasi maupun sistem pengelolaannya. Klon GT 1 dan RRIM 600 di
berbagai lokasi dilaporkan mengalami gangguan penyakit daun Colletotrichum dan
Corynespora. Sedangkan klon BPM 1, PR 255, PR 261 memiliki masalah dengan mutu lateks
sehingga pemanfaatan lateksnya terbatas hanya cocok untuk jenis produk karet tertentu. Klon
PB 260 sangat peka terhadap kekeringan alur sadap dan gangguan angin dan kemarau
panjang, karena itu pengelolaanya harus dilakukan secara tepat. ( Syakir, 2010 )

B. Persiapan Lahan
Persiapan lahan diawali dengan kegiatan pembukaan lahan yang dilakukan 1-2 tahun
sebelum tanam. Kegiatan persiapan lahan meliputi:
1. Pemilihan lokasi calon kebun karet. Yang harus diperhatikan adalah lahan tidak
berada di daerah yang mudah terkena banjir.
2. Pengukuran dan membuat patok-patok batas kebun, sesuai dengan luas lahan yang
dimiliki.
3. Pembabatan semak belukar, pemangkasan cabang-cabang pohon, dan penebangan
pohon.
4. Pembongkaran akar pohon (uprooting).
5. Pembasmian rumput dan alang-alang dengan herbisida secara tepat (sistemik) dengan
menggunakan herbisida seperti glifosat, Round up, Scoup, Dowpon atau Dalapon.
6. Pembersihan sisa-sisa tanaman, pengumpulan, dan penimbunan (perumpukan).
7. Pembakaran lahan tidak dianjurkan saat pembukaan lahan.
8. Pengolahan tanah untuk menyiapkan lahan bidang tanaman (tanaman pokok dan
tanaman penutup lahan) dilakukan dengan membongkar dan meratakan tanah dapat
dilakukan secara manual dengan menggunakan cangkul juga dapat menggunakan
hand traktor.
9. Penataan lahan dengan membuat lahan dalam blok-blok, penataan jalan-jalan kebun
dan penataan saluran drainase dalam kebun.
10. Pembuatan teras pada lahan dengan kemiringan >15o . Lebar teras 1,25 - 1,50 m
tergantung kemiringan lahan.
11. Pemancangan ajir untuk menentukan tempat lubang tanaman dengan ketentuan jarak
tanaman disesuaikan dengan kondisi lahan. Pada lahan yang relatif datar jarak tanam
adalah 7 m x 3 m (476 lubang/hektar) berbentuk barisan lurus mengikuti arah Timur -
Barat berjarak 7 m dan arah utara - selatan berjarak 3 m. Hal tersebut supaya
intensitas cahaya matahari yang masuk ke pertanaman karet lebih besar.
12. Pembuatan lubang tanam dengan ukuran panjang 60 x lebar 60 x dalam 60 cm. 6
Modul 2: Praktek Budidaya Karet yang Baik - Buku Paduan
13. Lubang tanaman dibiarkan terbuka sekurang-kurangnya 3 bulan sebelum bibit karet
ditanam. Menjelang penanaman (musim tanam), lubang ditutup.

Adapun langkah-langkah budidaya pohon karet yang tepat adalah sebagai berikut ini:
1. Pemilihan Bibit Unggul
Sebelum penanaman bibit, Anda bisa menyeleksi bibit unggul terlebih dulu agar
memperoleh hasil panen yang baik. Adapun sifat-sifat bibit berkualitas dari pohon karet
adalah responsif dengan hasil, berproduksi tinggi, pemulihan baik, resistensi dari
serangan penyakit daun, penyakit kulit dan serangan hama. Adapun syarat-syarat yang
perlu dipenuhi oleh bibit agar siap tanam di antaranya mata okulasi yang baik, bebas
penyakit jenis jamur akar putih dan akar tunggang yang baik.
2. Kebutuhan Untuk Benih
Untuk jarak tanam sekitar 7 x 3 Meter pada tanah landai, membutuhkan bibit untuk
tanaman karet hingga 476 bibit. Dengan cadangan penyulaman hingga 47 dan tiap
hektar sendiri dibutuhkan 523 batang untuk bibit karet.

3. Menanam Bibit
Menanam bibit karet sendiri dilakukan di musim penghujan biasanya antara bulan
September hingga bulan Desember. Hal tersebut di karenakan pada bulan-bulan tersebut
curah hujan begitu banyak di mana hari penghujan pun sudah 100 hari lebih. Ketika
penanaman, maka tanah penutup untuk lubang yang dimanfaatkan top soil dengan
dicampur pupuk sekitar 100 gram tiap lubangnya. Selain itu, Anda bisa menambahkan
pupuk SP-36 sebanyak 100 gram dan urea sebanyak 50 gram dijadikan pupuk dasar.

4. Pemeliharaan Bibit Hingga Dewasa


Pemeliharaan sendiri biasanya dilakukan di perkebunan pohon karet mencakup
pemberantasan penyakit pada tanaman, pemupukan dan pengendalian gulma. Untuk
pengendalian gulma sendiri areal pertanaman pohon karet, entah itu TBM atau tanaman
belum menghasilkan ataupun TM yaitu tanaman sudah menghasilkan mesti terbebas
dari penyakit atau gulma, contohnya Eupatorium, Mekania, dan alang-alang. Selain itu,
teknik penanaman jenis tumpang sari untuk lahan karet sendiri termasuk cara yang tepat
agar meningkatkan produktivitas dari lahan pohon karet tersebut. Jadi sebelum tanaman
karet ini siap menghasilkan, maka tanaman dari tumpang sari memberikan pendapatan
di samping meminimalisir rendahnya dari harga komoditas pada karet itu sendiri.

5. Tahap Pemupukan
Di samping pmberian pupuk dasar, maka pemupukan lanjutan juga perlu dilakukan
memakai dosis seimbang dengan diberikan 2 kali setahun. Adapun jadwal semester
pertama pemupukan di bulan Januari-Februari dan semester II nya dilakukan pada bulan
Juli-Agustus. Adapun 1 Minggu sebelum dilakukan pemupukan, Anda bisa garu
gawangan terlebih dulu serta bersihkan piringan tanaman. Adapun pemberian SP-36
sendiri umumnya dilakukan 2 minggu sebelumnya dibanding pemberian KCl dan Urea.
Sedangkan tanaman kacangan untuk penutup tanah sendiri, bisa dilakukan pemberian
pupuk RP hingga 200 kg per hektarnya. Kemudian pemberiannya bisa dilanjutkan
hingga tahun kedua jika pertumbuhannya agak kurang baik.
1.
BAB III
ANALISIS KASUS

Dari hasil observasi pada sisi bagian pinggir bu sutiyem menanam tanaman kacang
panjang yang digunakan sebagai pembatas untuk lahan sebelahnya. Akan tetapi tanaman kacang
panjang yang ditanam ibu sutiyem ini tidak menggunakan lanjaran atau tongkat sebagai tempat
merambatnya kacang panjang sehingga tanaman kacang panjang tersebut menggerombol dan
jaraknya pun tidak begitu jauh dengan tanaman kacang tanah. Tanaman kacang panjang tersebut
dapat mengganggu pertumbuhan dari kacang tanah sebagai komoditas utama yang ditanam oleh
ibu sutiyem yaitu dapat menyebabkan perebutan nutrisi antara keduanya.

Pada bagian sisi sebelah kacang tanah tersebut terdapat lahan milik orang lain yang di
tanami komoditi jenis jagung. Jagung dengan kacang tanah hanya memiliki jarak sekitar 15 cm.
sedangkan menurut literatur yang kami temukan pola tanam di bagi menjadi 2 yaitu single row
dan double row dengan jarak 20 cm x 75 cm dan 20 cm x 20 cm x 75 cm.

Analisis kasus selanjutnya yaitu sistem pengairannya, kacang tanah yang ditanam oleh
ibu sumiyati hanya mengandalkan air hujan, sehingga ketika pada saat musim kemarau air dalam
tanah akan menguap dan menyebabkan kacang tanah kekurangan air sehingga menjadi kering.

Masalah yang ditemui yaitu sistem perawatan kacang tanah, pertumbuhan gulma yang
tinggi sangat terlihat ketika observasi. Pertumbuhan gulma yang banyak dapat disebabkan
kurangnya perawatan dari tanaman kacang tersebut.
BAB IV
PEMBAHASAN
Permasalahan pertama yaitu tanaman kacang panjang yang ditanam di samping tanaman
kacang tanah tanpa adanya perawatan atau pengelolaan. Tanaman kacang panjang sebenarnya
secara tidak langsung akan mengganggu pertumbuhan dari kacang tanah sendiri karena ditanam
sangat dekat sehingga perlu dilakukan jarak tanam antara kacang tanah dan kacang panjang.
Menurut Rudi (2013) tanaman kacang panjang memiliki akar tunggang dan serabut. Akar
tunggangnya tumbuh lurus kedalam hingga mencapai 30 cm sedangkan akar serabutnya menjalar
kesamping hingga 26 cm. Melihat pertumbuhan akar kacang panjang yang tumbuh kesamping
hingga 26 cm maka jarak penanaman kacang panjang dapat di beri jarak 30 cm. dan supaya hasil
tanaman kacang panjang tidak sia-sia sebaiknya di berikan tongkat untuk tempat merambatnya
kacang panjang sehingga menghasilkan nilai.
Jarak tanam dengan komiditi yang lainnya sebaiknya dilakukan jarak tanam minimal 75
cm. Pola tanam jagung yang biasa diterapkan oleh petani yaitu jarak tanam 20 x 75 cm (single
row) dan sistem tanam baris ganda dengan jarak tanam 20 x 20 x 75 cm (double row). Menurut
Patola (2008). Pada pola tanam single row diperoleh jumlah populasi lebih sedikit dibandingkan
dengan pola tanam double row sehingga akan mengurangi kompetisi antar tanaman dalam
penyerapan energi matahari dan kompetisi dalam tubuh tanaman akan hasil asimilasi dan dapat
mendukung proses pembentukan dan pengisian biji jagung
Jarak tanam kacang tanah pak bahono yaitu 20 x 20 cm. menurut literature yang di
dapatkan untuk jarak tanam sudah sesuai. Hanya saja yang perlu di tambahkan yaitu pembuatan
bedengan. Menurut anonym (2011) Untuk memudahkan pengaturan penanaman dilakukan
pembedengan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan, yaitu untuk lereng agak curam jarak
tanam cukup 0,5 m dan untuk lahan yang tidak begitu miring bisa antara 30-40 meter. Sedangkan
untuk tanah datar, luas bedengan adalah 10-20 meter atau 2 x 10 meter. Ketebalan bedengan
antara 20-30 cm.
Pengairan dapat dilakukan dengan membuat irigasi atau tempat penampung air. Sehingga
pada saat musim kemarau kacang tetap bisa mendapatkan air dengan cara penyiraman. Selain itu
juga dapat menggunakan mulsa untuk menjaga kelembabannya. Akan tetapi tanaman kacang
pada saat pembungaan sebaiknya tidak dilakukan penyiraman karena akan mengganggu proses
penyerbukannya.

Perawatan sebaiknya dilakukan secara intensif sering dilakukan penyiangan untuk


mengurangi adanya pertumbuhan gulma yang semakin banyak dan mengganggu pertumbuhan
kacang tanah. Pembersihan gulma dapat dilakukan dengan cara mencabut langsung gulma dari
akarnya jika pertumbuhannya belum terlalu besar.
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2011. Teknologi budidaya kacang tanah.


http://pustaka.litbang.deptan.go.id/agritek/sltr1103.pdf. Diakses tanggal 07 november
2017.
Patola, E. 2008. Analisis Pengaruh Dosis Pupuk Urea dan Jarak Tanam Terhadap Produktivitas
Jagung Hibrida. Diakses dari http://unisri.ac.id. Tanggal 07 november 2917
Rudi hartono. 2013. Klasifikasi bkacang panjang.
http://www.bestbudidayatanaman.com/2013/11/klasifikasi-kacang-panjang-dan.html.
Diakses pada tanggal 07 november 2017.
Somaatmadja. 1985. Peningkatan produksi kacang melalui perakitan varietas, hal 243-259.
Dalam: S. Somaatmadja, M. Ismunadji, Sumarno, M. Syam, S.O. Manurung dan
Yuswadi (Eds.). Kedelai. 52 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan,Bogor.
Suprapto, 1993. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai