Anda di halaman 1dari 12

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian singkong

Singkong atau ubi kayu merupakan tanaman pangan dan perdagangan


(cash crop). Sebagai tanaman perdagangan, ubi kayu menghasilkan gaplek,
tepung ubi kayu, etanol, gula cair, sorbitol, monosodium glutamat, dan
tepung aromatik. Ubi kayu dapat menghidupi berbagai industri hulu dan
hilir. Sebagai tanaman pangan, ubi kayu merupakan sumber karbohidrat
bagi sekitar 500 juta manusia di dunia. Di Indonesia, tanaman ini
menempati urutan ketiga setelah padi dan jagung. (A. Andoko dan Parjimo,
2007)
Sebagai sumber karbohidrat, ubi kayu merupakan penghasil kalori
terbesar dibandingkan dengan tanaman lain seperti jagung, beras, sorgum,
gandum. Indonesia adalah penghasil ubi kayu urutan keempat terbesar di
dunia setelah Nigeria, Brasil, dan Thailand. Namun pasar ubi kayu dunia
dikuasai oleh Thailand dan Vietnam. Dalam sistematika tanaman, ubi kayu
termasuk kelas Dicotyledoneae. Ubi kayu masuk dalam famili
Euphorbiaceae yang mempunyai 7.200 spesies beberapa di antaranya
mempunyai nilai komersial, seperti karet (Hevea brasiliensis), jarak
(Ricinus comunis dan Jatropha curcas), umbi-umbian. (Prihatman, K. 2000).
Ketela pohon / ubi kayu mempunyai banyak nama daerah, yaitu
ketela, keutila, ubi kayee ( Aceh ), ubi parancih ( Minangkabau ), ubi
singkung ( Jakarta ), batata kayu ( Manado ), bistungkel ( Ambon ), huwi
dangdeur, huwi jendral, kasapen, sampeu, ubikayu ( Sunda ), bolet, kasawe,
kaspa, kaspe, katela budin, katela jendral, katela kaspe, katela mantri, katela
marikan, katela menyog, katela poung, katela prasman, katela sabekong,7
katela sarmunah, katela tapah, katela cengkol, tela pohung ( Jawa ),
blandong, manggala menyok, puhung, pohong, sabhrang balandha, sawe,
sawi, tela balandha, tengsag ( Madura ), kesawi, ketela kayu, sabrang sawi
( Bali ), kasubi ( Gorontalo ), lame kayu ( Makasar ), lame aju ( Bugis ),
kasibi (Ternate, Tidore ) (Anonim, 2011).
Dalam sistematika (taksonomi) tanaman ketela pohon diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae ( tumbuh- tumbuhan)
Divisio             : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )
Subdivisio       : Angiospermae ( biji tertutup )
Kelas               : Dicotyledonae ( biji berkeping dua )
Ordo                : Euphorbiales
Famili              : Euphorbiaceae
Genus              : Manihot
Species            : Manihot glaziovii Muell

B. Dasar-dasar pembuatan benih

Secara umum tidak ada perbedaan teknik produksi tanaman ubikayu untuk
tujuan produksi benih/stek dan untuk konsumsi.Pada prinsipnya tanaman ubikayu
harus diupayakan tumbuh sehat dan bebas dari organisme pengganggu. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam produksi benih/stek ubikayu yaitu:
1. Pilih lahan yang subur dan cukup irigasi. Hindari penanaman tanaman
untuk produksi benih/stek pada lahan yang bermasalah dan tidak terdapat
irigasi (tidak memadai) serta bukan endemik hama penyakit;
2. Tanam pada saat yang tepat, sehingga pada saat stek dibutuhkan tanaman
sudah cukup umur;
3. Lakukan pemeliharaan secara optimal sehingga tanaman tumbuh normal.
Pemupukan, penyiangan serta pengairan yang dilakukan terlambat akan
menghambat pertumbuhan tanaman;
4. Disarankan menghindari penanaman tanaman untuk benih/stek pada lahan
endemik hama/penyakit utama ubikayu;
5. Lakukan panen stek sesuai dengan kebutuhan untuk menghindari
kerusakan stek;

C. Sumber Bibit Singkong

Hasil yang tinggi dapat diperoleh bila tanaman tumbuh optimal dan
seragam dengan populasi yang penuh. Kondisi tersebut dapat dicapai bila
bibit yang digunakan memenuhi kriteria tujuh tepat, yaitu waktu, kuantitas,
kualitas, harga, tempat, dan kontinuitas. Faktor penghambat penyediaan
bibit dengan kriteria tersebut adalah: (1) varietas unggul ubikayu sulit
berkembang karena mahalnya biaya transportasi bibit; (2) tingkat
penggandaan bibit rendah sehingga insentif bagi penangkar juga rendah; (3)
daya tumbuh bibit cepat turun bila penyimpanan lama; dan (4) sebagian
besar petani belum memerlukan bibit berlabel dari penangkar benih. Untuk
mengatasai masalah tersebut diperlukan sistem penangkaran benih secara
insitu baik yang dikelola kelompok tani maupun yang dikelola petani secara
individu. (Atman,2010)
Ada beberapa jenis asal bibit cassava yang bersifat unggul dan sudah
ditanam oleh petani seperti:
1. Stek.
Bibit yang berasal dari stek batang cassava yang sudah berumur
“dewasa” artinya sekitar 10-12 BST. Awalnya, ada persilangan yang
menghasilkan produksi ubi tinggi lalu tanaman dengan produksi ubi
tinggi ini dipanen dan batangnya dipotong untuk diuji di lapang.
Berdasarkan evaluasi di lapang maka dipilih tanaman cassava yang
mampu berproduksi tinggi. Kemudian batang dipotong dengan ukuran
20-30 cm atau 3 mata tunas untuk bibit.
2. Kultur jaringan.
Biasanya tanaman cassava yang tahan penyakit dan berproduksi
ubi tinggi diambil tunas yang sangat muda (bagian ujung) untuk
diperbanyak secara mikro atau kultur jaringan. Cara ini membutuhkan
teknologi dan kondisi yang steril atau bebas mikroorganisme. Lalu
bibit yang berasal dari hasil kultur jaringan ini ditanam di lapang
untuk dievaluasi. Setelah itu, seleksi tanaman cassava yang
berproduksi tinggi dan tahan penyakit dilaksanakan untuk kemudian
ditanam secara massal di lapang.
3. Bibit Sambung.
Cara sambung antara cassava biasa dengan cassava karet yang
bisa dicoba adalah model sisip samping. Pada model ini, cassava biasa
sebagai batang bawah diambil batang yang sudah keras sementara
entres cassava karet diambil yang masih muda. Persediaan entres
muda cassava karet yang bisa menjadi kendala penerapan model
sambung ini bisa disiasati dengan penanaman beberapa tanaman
cassava karet dengan seringkali membuat perlakuan pemangkasan.
Dari hasil perlakuan pemangkasan ini, cassava karet sebagai sumber
entres akan bertambah cabang dan rimbun sehingga kekurangan entres
pucuk muda cassava karet dapat diatasi.
Dibandingkan model sambung miring dengan batang atas dan
batang bawah yang sama-sama berusia relatif muda, sambung model
ini dinilai memiliki kelebihan. Kelebihan utamanya, batang hasil
sambung lebih kuat dan tidak mudah roboh saat terkena angina
maupun hujan yang turun deras. Batang atas yang masih cukup muda
dalam pertumbuhannya dapat mencengkeram batang bawah lebih kuat
dibandingkan batang atas yang sama keras-tuanya dengan batang
bawah. Di lapangan, sambung sayat model ini biasa tanpa penutupan
dengan plastik dan sambungan tetap dapat tumbuh baik. Umumnya,
praktek ini dilakukan saat musim kemarau sehingga gangguan akibat
hujan dapat dicegah. Penutupan dengan plastik dapat dilakukan untuk
mencegah sambungan kemasukan air jika dilakukan pada saat musim
hujan.
Untuk membesar peluang hidup bibit sambung yang ditanam di
area tanam bibit-bibit cassava sambung ini dapat disemai dulu di
tempat khusus. Setelah benar-benar hidup, barulah bibit dipindahkan
ke area tanam. Metode ini dapat memperbesar persentase hidup bibit
yang ditanam di area, sehingga dapat mengurangi aktivitas
penyulaman atau tanam ulang. (Udin Hasanuddin,2017)

D. Teknologi Produksi stek

Ubikayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang.Alasan


dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain
karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila dibandingkan dengan
perbanyakan menggunakan biji.Namun kenyataannya di lapang
menunjukkan bahwa untuk pengembangan ubikayu secara luas,
penyediaan stek (bahan tanam) seringkali menjadi kendala.Pada umumnya
petani memenuhi kebutuhan stek untuk periode tanam berikutnya dengan
menggunakan stek dari pertanaman ubikayu sebelumnya, yang seringkali
kualitas stek kurang baik dan kemurnian varietas tidak bisa dijamin, di
samping juga harus menunggu panen (9 bulan) untuk mendapatkan
stek.Untuk memenuhi kebutuhan stek yang berkualitas, diperlukan
budidaya ubikayu yang bertujuan khusus untuk produksi stek.
Adapun teknologi produksi stek diantara lain adalah
1. Persiapan Lahan
Tanah dibersihkan dari sisa tanaman terdahulu.Setelah
dibersihkan tanah kemudian diolah. Pengolahan tanah didasarkan
pada jenis tanah, yaitu:
a. Tanah ringan atau gembur; tanah cukup dibajak atau di cang
kul satu kali, kemudian diratakan dan dapat langsung ditanami;
b. Tanah agak berat; tanah dibajak atau dicangkul 1–2 kali, kemu
dian diratakan dan dibuat bedengan atau guludan, untuk
selanjutnya ditanami;
c. Tanah berat dan berair: tanah dibajak atau dicangkul sebanyak
dua kali atau lebih, kemudian dibuat bedeng an atau guludan
sekaligus sebagai saluran drainase. Penanaman dilakukan di
atas guludan.
Pada lahan miring atau peka terhadap erosi, pengolahan tanah
harus dikelola menggunakan sistem konservasi, yaitu:
a. Tanpa olah tanah;
b. Pengolahan tanah minimal yaitu dengan pengolahan tanah
secara larik atau individual. Pengolahan tanah ini efektif untuk
mengendalikan erosi;
c. Pengolahan tanah sempurna dengan sistem guludan kontur,
tanah dibajak dengan traktor 3–7 singkal piring atau secara
tradisional (dengan ternak) sebanyak 2 kali atau satu kali yang
diikuti dengan pembuatan guludan, guludan dibuat searah
kontur.
2. Persiapan Stek
Perkecambahan stek dipengaruhi beberapa faktor seperti
varietas, umur tanaman, penyimpanan dan lingkungan. Teknik
pengambilan stek:
a. Stek diambil dari bagian tengah dari tanaman yang berumur 8–
12 bulan;
b. Batang dapat digunakan sebagai stek apabila masa
penyimpanannya kurang dari 30 hari setelah panen, atau pada
kondisi batang masih segar;
c. Panjang stek optimum adalah 20–25 cm;
d. Sebelum tanam, insektisida dan fungisida dapat
diberikanberguna untuk mencegah serangan hama dan
penyakit.
Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik, maka
stek harus dipilih dari tanaman yang sehat, diameter stek antara ± 2
cm dan umurnya seragam.Pada saat memotong stek, diusahakan
kulit batang tidak terkelupas supaya tidak mudah kering dan daya
tumbuhnya baik.
Untuk perbanyakan stek/bibit ubikayu menggunakan stek mini,
dilakukan dengan cara:
a. Stek dipotong setiap 2–3 mata tunas
b. Potongan stek direndam dalam air yang telah diberi perlakuan
fungisida (Benlate 1–2 cc/liter) untuk mencegah tumbuhnya
jamur, kemudian stek siap ditanam.Untuk perbanyakan
stek/bibit ubikayu menggunakan stek normal (panjang 20–25
cm), dilakukan dengan cara:
c. Stek dipotong sepanjang 20–25 cm - Potongan stek direndam
selama 1–2 jam, dalam air yang telah diberi perlakuan
fungisida (Benlate 1–2 cc/liter) untuk mencegah tumbuhnya
jamur.
d. Selanjutnya stek dapat langsung ditanam.
3. Penanaman
a. Cara Tanam
1) Untuk perbanyakan stek mini: stek mini yang sudah
diperam hingga bertunas, ditanam dengan posisi tidur, 3–5
cm di bawah permukaan tanah.
2) Untuk perbanyakan stek ukuran normal (20–25 cm): stek
yang sudah siap ditanam dengan posisi tegak, dengan 1/4
bagian berada di bawah permukaan tanah.
b. Jarak tanam
Jarak tanam yang digunakan:
1) Normal :100 x 80 cm2 (12.500 tanaman per hektar) dan
100 x 75 cm2 (13.333 tanaman per hektar)
2) Rapat : 80 x 50 cm2 (25.000 tanaman per hektar), dan 50
x 50 cm2 (40.000 tanaman per hektar)
4. Pemupukan
 Pupuk kandang diberikan pada saat pembuatan guludan (5–10
t/ha)
 Pupuk dasar diberikan pada 1 bulan setelah tanam, dengan
ditugalkan pada jarak 10–15 cm dari pangkal batang (100 kg
Urea, 100 kg SP36, 50 kg KCl per ha)
 Pupuk ke dua diberikan pada umur 3–4 bulan setelah tanam
dengan dosis 100 kg Urea dan 50 kg KCl per ha.
5. Penyiangan, pembumbunan dan wiwil
Kelemahan ubikayu adalah pada fase pertumbuhan awal karena
tidak mampu berkompetisi dengan gulma.Periode kritis atau periode
tanaman ubikayu harus bebas gangguan gulma adalah antara 5–10
minggu setelah tanam.Apabila pengendalian gulma tidak
dilaksanakan selama periode kritis tersebut, produktivitas dapat
turun sampai 75% dibandingkan kondisi bebas gulma.Oleh karena
itu, pengendalian gulma sebaiknya dilakukan pada 2 tahap, yaitu
pada umur 4–5 minggu setelah tanam dan 8 minggu setelah tanam.
Pembumbunan dilakukan untuk menggemburkan
tanah.Pembumbunan dilakukan pada umur 2–4 bulan.Pada umur ini
tanaman ubikayu mulai melakukan pembentukan umbi, sehingga
dibutuhkan tekstur tanah yang gembur untuk perkembangan
umbinya.
Wiwil/pengurangan tunas dilaksanakan pada umur 3 bulan
dengan menyisakan 2 tunas yang pertumbuhannya normal.
6. Pengairan
Pengairan secara intensif dilakukan hingga tanaman berumur 4–
5 bulan, dengan interval 1 bulan sekali.Untuk selanjutnya,
pengairan dapat dilakukan 1-2 bulan sekali atau tergantung pada
kondisi tanah.
7. Pengendalian hama dan penyakit
Hama utama pada tanaman ubikayu adalah tungau merah
(Tetranychus urticae).Hama ini lebih banyak dijumpai di daerah
beriklim kering dibanding di daerah beriklim basah.Hama ini banyak
dijumpai di musim kemarau. Pengendalian hama tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan serbuk biji bengkuang 50 g/liter air,
fumigasi menggunakan larutan belerang dicampur dengan larutan
sabun juga efektif dalam mengendalikan hama tungau merah.
Untuk penyakit yang biasa dijumpai adalah Xantho monas
manihotis (jenis bakteri), gejala serangan: daun mengalami bercak-
bercak seperti terkena air panas. Pengen dalian dilakukan dengan
menggunakan bakterisida dan penyakit bercak daun (Cercospora
henningsii) yang sering dijumpai menyerang daun yang sudah tua.

8. Panen Stek
Panen stek dapat dilakukan pada umur 8–12 bulan setelah tanam.
Apabila stek dipanen pada umur sebelum 8 bulan setelah tanam akan
mempengaruhi kualitas stek, stek masih muda sehingga kalau
ditanam cepat kering, selain itu stek yang dihasilkan juga masih
sedikit (3-4 stek). Demikian juga kalau dipanen pada umur di atas 12
bulan setelah tanam, kualitas stek menurun karena stek terlalu tua,
diameter stek > 3 cm. Diameter stek yang terlalu besar, akan
mempercepat transpirasi kalau stek ditanam, sehingga mempercepat
stek kering.
Tanaman ubikayu yang layak untuk diambil steknya apabila
diameter batang sudah mencapai 2-3 cm, bagian batang yang layak
untuk stek lebih kurang sudah mencapai1 m. Produksi stek
tergantung pada jenis varietas dan jarak tanam yang digunakan. Pada
varietas yang mempunyai batang yang tinggi akan menghasilkan
stek lebih banyak dibanding varietas dengan batang pendek.
Tanaman yang ditanam rapat akan menghasilkan jumlah bibit yang
lebih banyak dibanding apabila ditanam pada jarak tanam yang
normal.
Pada kegiatan produksi stek ubikayu ini selain menghasilkan stek,
umbinya juga dapat dipanen.Beberapa hasil penelitian menunjukkan
bahwa produksi stek dengan menerapkan jarak tanam rapat, di
samping menghasilkan stek dalam jumlah banyak juga menghasilkan
umbi.Hasil umbi yang dicapai tidak berbeda nyata dengan jarak
tanam normal.
9. Penyimpanan bibit/stek ubi kayu

Bibit/stek yang sudah dipanen sebaiknya segera dipinggirkan dan


ditempatkan secara tegak dalam posisi terbalik di tempat yang teduh
seperti di bawah pohon/teras yang terlindung dari panas matahari
secara langsung. Membiarkan bibit di bawah terik matahari akan
mengakibatkan stek menjadi kering. Penundaan waktu tanam hingga
2-4 minggu dari saat stek dipanen akan mengakibatkan kualitas bibit
menjadi rendah karena adanya gangguan dari mikroba dan kadar air
dalam stek sudah sangat rendah sehingga mengganggu daya tumbuh
maupun vigor tanaman.

E. Budidaya Singkong

Keberadaan agroindustri disadari merupakan harapan yang dapat


membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama petani di
pedesaan. Budidaya tanaman cassava pada dasarnya sudah bukan
merupakan hal baru bagi sebagian besar petani cassava di Lampung. Namun
demikian, dengan semakin berkembangnya teknologi budidaya pertanian,
dirasa sangat perlu untuk menyebarluaskannya ke segenap masyarakat
petani cassava dalam rangka untuk mempertahankan produksi atau bahkan
meningkatkannya. Adanya introduksi atau penemuan varietas baru, sebagai
contoh, mungkin belum banyak dikenal.
Budidaya cassava memerlukan penyesuaian dari satu lokasi ke lokasi
lainnya, tergantung dari kondisi setempat seperti tingkat kesuburan tanah,
curah hujan, varietas yang ditanam, dan sebagainya.
Agar produksi varietas-varietas yang responsif terhadap pemupukan
(misal varietas BW-1) dapat tercapai sesuai potensinya, diperlukan iklim
dan teknik budidaya yang dapat memberikan lingkungan tumbuh tanaman
sebaik mungkin serta penanganan pasca panen yang baik.
Adapun yang perlu diperhatikan ketika budidaya singkong adalah
1. Iklim
2. Ketinggian tempat
3. Kemiringan lahan
4. Media tanam
5. Jarak tanam.
Sedangkan, pedoman budidaya singkong anatar lain :
1. Pembibitan
2. Pengolahan media tanam
3. Penanaman
4. Pemupukan
5. Pengapuran
6. Pewiwilan
7. Perawatan tanaman
8. Panen. (Muhammad Syamsoel Hadi,2017)
Daftar Pustaka
Andoko, A. dan Parjimo. 2007 . Budi Daya Singkong: umbi jalar, Jakarta;
Agromedia Pustaka.
Prihatman, K. 2000. Ketela Pohon/Singkong (Manihot utilissima Pohl). Available
at: http://www.ristek.go.id (diakses tangga 17 Desember 2020)
Anonim, 2011. Umbian. www.wikipedia.com/umbian. [Diakses 17 Desember
2020]
Atman. 2010. Dukungan Teknologi Pengembangan Ubi Kayu di Sumatera Barat.
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. Vol. 11 (2): 58-68.
Hasanuddin, Udin dkk. 2017. Cassava : Bibit, Produksi, Manfaat, Panen, dan
Pasca Panen. Bandaar Lampung : Balitbangda Lampung Tengah.
Hadi, Muhammad Syamsoel.. 2017. Sistem budidaya Cassava Aman Lingkungan
dan Berkelanjutan. Jurnal Agronomi dan Holtikultura. Vol. 10 No.2

Anda mungkin juga menyukai