Anda di halaman 1dari 7

A.

Morfologi Tanaman Pisang


Pisang merupakan tanaman yang tidak bercabang dan digolongkan dalam
terna monokotil. Batangnya yang membentuk pohon merupakan batang
semu, yang terdiri dari pelepah-pelepah daun yang tersusun secara teratur,
percabangan tanaman bertipe simpodial (batang poko sukar ditentukan)
dengan meristem ujung memanjang dan membentuk bunga lalu buah.
Bagian buah bagian bawah batang pisang menggembung berupa umbi yang
disebut bonggol. Pucuk lateral muncul dari kuncup pada bonggol yang
selanjutnya tumbuh menjadi tanaman pisang (Kaleka, 2013).
Secara umum pisang dapat tumbuh di seluruh kawasan Indonesia, tanah
yang baik adalah tanah yang kering tetapi memiliki kapasitas air yang baik
ratarata pH tanah berkisar antara 4,5 dan 7,5 (Maharani, 2005). Tanaman
pisang komersial merupakan tanaman monokotil dan dibiakkan dengan cara
vegetatif. Tanaman ini hanya berbuah sekali lalu mati, akan tetapi pada
bonggolnya tumbuh tunas dan kemudian menjadi anakan. Pertumbuhannya
sangat mudah, karena pisang dapat tumbuh bahkan pada tanah yang masam
sekalipun. Jenis-jenis pisang yang ada memiliki perbedaan morfologi, yang
memberikan variasi dalam kultivar pisang, diantaranya dari warna buah,
warna batang, bentuk daun, bentuk buah dan masih banyak lagi karakter
yang membedakan kultivar pisang. Pisang juga dikatakan sebagai tanaman
abadi karena perkembangan pisang yang terus menerus yang tidak ada
habisnya. Berawal dari munculnya tunas dari umbi kepermukaan dan
berkembang terus-menerus melanggengkan kehidupan pisang (UNCST,
2007)
Tinggi batang mencapai 2 sampai 8 meter tergantung pada variasi dan
kondisi, dan memiliki bonggol yang pendek. Bonggol memiliki mata tunas
dan menghasilkan rhizome pendek dan akar (anakan) dekat pohon induk.
Batangnya merupakan batang semu yang ternyata berupa lembaran daun
yang saling tumpang tindih dengan daun baru dan akhirnya bunga muncul
dari bagian tengah (Mudita, 2012). Diameter batang sekitar 48 cm ketebalan
dapat mencapai 20-5- cm batang sejati akan muncul pada saat bunga
terbentuk. Batang sejati ini tumbuh didalam batang semu sehingga muncul
dan mendukung tandan.
Daun dewasa terdiri dari atas upih daun (leaf sheat), tangkai daun
(petiole), dan helai daun (leaf blade). Upih daun membentuk batang palsu,
kemudian berkembang menjadi tangkai daun, dan selanjutnya diantara
bagian kana n dan kiri helai daun menjadi tulang utama daun (midrib). Helai
daun di bagian kanan dan kiri tulang daun disebut lembar daun (lamina).
Daun berkembang dari bagian batang palsu dalam bentuk silindris.
Perkembangan daun yang sempurna biasanya terletak pada helai daun
ketiga. Jumlah daun pada batang berkisar antara 10-20 helai daun. Setiap
tanaman menghasilkan 35 sampai 50 daun dalam siklus pertumbuhannya,
dan rata-rata 40 daun (dalam waktu 8 sampai 18 bulan) (Mudita, 2012).
Bunga pisang adalah bunga yang sempurna, yang memiliki benang sari
dan putik. Jumlah benang sari pisang secara umum 5 buah. Daun penumpu
bunga pisang biasanya berjejal rapat dan tersusun secara spiral. Daun
pelindung berwarna merah tua, berlilin dan mudah rontok berukuran
panjang 10-25 cm. bunga tersebut tersusun dalam dua baris melintang,
yakni bunga betina berada di bawah bunga jantan (jika ada). Bentuk
jantungnya seperti gasing, meruncing, sedang, ovaid, sampai membulat.
Pada umunya bunga pisang mekar yang ditandai dengan membukanya
(kelopak bunga) pada tiap 1-2 hari sekali selama 7-10 hari. Pada umumnya
bunga mulai mekar setelah 20 hari keluar jantung (Supriyadi & Suyanti,
2008).
Bagian buah pisang bervariasi, panjangnya bervariasi, panjangnya antara
10-18 cm dengan diameter sekitar 2,5-4,5 cm. buah berlingir 3-5 alur,
bengkok dengan ujung meruncing atau membentuk leher botol. Daging
buah (mesokarpa) tebal dan lunak. Kulit buah (epikarpa) yang masih muda
berwarna hijau, namun Braktea Bunga Jantan Serbuk Sari Ujung Tepal
Style Bagian Tepal Penutup Tepal Ovari Tangkai Tandan Apex Anther
Filament n 9 setelah tua (matang) berubah menjadi kuning strukturnya tebal
sampai tipis.Buah pisang termasuk buah buni, bulat memanjang,
membengkok, tersusun seperti sisir dua baris, dengan kulit berwarna hijau,
kuning, atau coklat. Tiap kelompok buah atau sisir terdiri dari beberapa
buah pisang. Berbiji atau tanpa biji, bijinya kecil, bulat, dan berwarna
hitam.Buahnya dapat dipanen setelah 80-90 sejak keluarnya jantung pisang
(Cahyono, 2002)

B.
C. Sumber Bibit Singkong
Hasil yang tinggi dapat diperoleh bila tanaman tumbuh optimal dan
seragam dengan populasi yang penuh. Kondisi tersebut dapat dicapai bila
bibit yang digunakan memenuhi kriteria tujuh tepat, yaitu waktu, kuantitas,
kualitas, harga, tempat, dan kontinuitas. Faktor penghambat penyediaan
bibit dengan kriteria tersebut adalah: (1) varietas unggul ubikayu sulit
berkembang karena mahalnya biaya transportasi bibit; (2) tingkat
penggandaan bibit rendah sehingga insentif bagi penangkar juga rendah; (3)
daya tumbuh bibit cepat turun bila penyimpanan lama; dan (4) sebagian
besar petani belum memerlukan bibit berlabel dari penangkar benih. Untuk
mengatasai masalah tersebut diperlukan sistem penangkaran benih secara
insitu baik yang dikelola kelompok tani maupun yang dikelola petani secara
individu. (Atman,2010)
Ada beberapa jenis asal bibit cassava yang bersifat unggul dan sudah
ditanam oleh petani seperti:
1. Stek.
Bibit yang berasal dari stek batang cassava yang sudah berumur
“dewasa” artinya sekitar 10-12 BST. Awalnya, ada persilangan yang
menghasilkan produksi ubi tinggi lalu tanaman dengan produksi ubi
tinggi ini dipanen dan batangnya dipotong untuk diuji di lapang.
Berdasarkan evaluasi di lapang maka dipilih tanaman cassava yang
mampu berproduksi tinggi. Kemudian batang dipotong dengan ukuran
20-30 cm atau 3 mata tunas untuk bibit.

2. Kultur jaringan.
Biasanya tanaman cassava yang tahan penyakit dan berproduksi
ubi tinggi diambil tunas yang sangat muda (bagian ujung) untuk
diperbanyak secara mikro atau kultur jaringan. Cara ini membutuhkan
teknologi dan kondisi yang steril atau bebas mikroorganisme. Lalu
bibit yang berasal dari hasil kultur jaringan ini ditanam di lapang
untuk dievaluasi. Setelah itu, seleksi tanaman cassava yang
berproduksi tinggi dan tahan penyakit dilaksanakan untuk kemudian
ditanam secara massal di lapang.
3. Bibit Sambung.
Cara sambung antara cassava biasa dengan cassava karet yang
bisa dicoba adalah model sisip samping. Pada model ini, cassava biasa
sebagai batang bawah diambil batang yang sudah keras sementara
entres cassava karet diambil yang masih muda. Persediaan entres
muda cassava karet yang bisa menjadi kendala penerapan model
sambung ini bisa disiasati dengan penanaman beberapa tanaman
cassava karet dengan seringkali membuat perlakuan pemangkasan.
Dari hasil perlakuan pemangkasan ini, cassava karet sebagai sumber
entres akan bertambah cabang dan rimbun sehingga kekurangan entres
pucuk muda cassava karet dapat diatasi.
Dibandingkan model sambung miring dengan batang atas dan
batang bawah yang sama-sama berusia relatif muda, sambung model
ini dinilai memiliki kelebihan. Kelebihan utamanya, batang hasil
sambung lebih kuat dan tidak mudah roboh saat terkena angina
maupun hujan yang turun deras. Batang atas yang masih cukup muda
dalam pertumbuhannya dapat mencengkeram batang bawah lebih kuat
dibandingkan batang atas yang sama keras-tuanya dengan batang
bawah. Di lapangan, sambung sayat model ini biasa tanpa penutupan
dengan plastik dan sambungan tetap dapat tumbuh baik. Umumnya,
praktek ini dilakukan saat musim kemarau sehingga gangguan akibat
hujan dapat dicegah. Penutupan dengan plastik dapat dilakukan untuk
mencegah sambungan kemasukan air jika dilakukan pada saat musim
hujan.
Untuk membesar peluang hidup bibit sambung yang ditanam di
area tanam bibit-bibit cassava sambung ini dapat disemai dulu di
tempat khusus. Setelah benar-benar hidup, barulah bibit dipindahkan
ke area tanam. Metode ini dapat memperbesar persentase hidup bibit
yang ditanam di area, sehingga dapat mengurangi aktivitas
penyulaman atau tanam ulang (Udin Hasanuddin,2017)
D. Budidaya Singkong
Keberadaan agroindustri disadari merupakan harapan yang dapat
membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama petani di
pedesaan. Budidaya tanaman cassava pada dasarnya sudah bukan
merupakan hal baru bagi sebagian besar petani cassava di Lampung. Namun
demikian, dengan semakin berkembangnya teknologi budidaya pertanian,
dirasa sangat perlu untuk menyebarluaskannya ke segenap masyarakat
petani cassava dalam rangka untuk mempertahankan produksi atau bahkan
meningkatkannya. Adanya introduksi atau penemuan varietas baru, sebagai
contoh, mungkin belum banyak dikenal.
Budidaya cassava memerlukan penyesuaian dari satu lokasi ke lokasi
lainnya, tergantung dari kondisi setempat seperti tingkat kesuburan tanah,
curah hujan, varietas yang ditanam, dan sebagainya.
Agar produksi varietas-varietas yang responsif terhadap pemupukan
(misal varietas BW-1) dapat tercapai sesuai potensinya, diperlukan iklim
dan teknik budidaya yang dapat memberikan lingkungan tumbuh tanaman
sebaik mungkin serta penanganan pasca panen yang baik.
Adapun yang perlu diperhatikan ketika budidaya singkong adalah
1. Iklim
2. Ketinggian tempat
3. Kemiringan lahan
4. Media tanam
5. Jarak tanam.
Sedangkan, pedoman budidaya singkong anatar lain :
1. Pembibitan
2. Pengolahan media tanam
3. Penanaman
4. Pemupukan
5. Pengapuran
6. Pewiwilan
7. Perawatan tanaman
8. Panen. (Muhammad Syamsoel Hadi,2017)
Daftar Pustaka
Andoko, A. dan Parjimo. 2007 . Budi Daya Singkong: umbi jalar, Jakarta;
Agromedia Pustaka.
Prihatman, K. 2000. Ketela Pohon/Singkong (Manihot utilissima Pohl). Available
at: http://www.ristek.go.id (diakses tangga 17 Desember 2020)
Anonim, 2011. Umbian. www.wikipedia.com/umbian. [Diakses 17 Desember
2020]
Atman. 2010. Dukungan Teknologi Pengembangan Ubi Kayu di Sumatera Barat.
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. Vol. 11 (2): 58-68.
Hasanuddin, Udin dkk. 2017. Cassava : Bibit, Produksi, Manfaat, Panen, dan
Pasca Panen. Bandaar Lampung : Balitbangda Lampung Tengah.
Hadi, Muhammad Syamsoel.. 2017. Sistem budidaya Cassava Aman Lingkungan
dan Berkelanjutan. Jurnal Agronomi dan Holtikultura. Vol. 10 No.2

Anda mungkin juga menyukai