PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ubi kayu merupakan tanaman pangan dan perdagangan (cash crop). Sebagai
tanaman perdagangan, ubi kayu menghasilkan starch, gaplek, tepung ubi kayu,
etanol, gula cair, sorbitol, monosodium glutamate, tepung aromatic, dan pellets. Ubi
kayu dapat menghidupi berbagai industri hulu dan hilir.
Singkong atau ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) yang termasuk dalam
famili Euphorbiaceae merupakan tanaman semusim dan berbentuk perdu. Singkong
merupakan salah satu komoditas pertanian unggulan di propinsi Lampung. Pada
tahun 2009, total luas lahan yang ditanami ubi kayu di Lampung adalah 309.047 ha
dengan total produksi 7.569.178 ton yang berarti produktivitas lahan sekitar 24,49
ton/ha. Luas lahan yang ditanami ubi kayu dari tahun 2005 sampai dengan 2009 terus
meningkat sebesar 22,16% (BPS Lampung, 2012).
Kenaikan kebutuhan bahan baku ubi kayu tidak seiring dengan pertambahan
jumlah lahan yang dapat ditanami ubi kayu. Kondisi ini perlu diantisipasi melalui
intensifikasi budidaya ubi kayu untuk meningkatkan produktivitas lahan. Salah
satunya dengan penggunaan varietas baru yang berproduksi dan berkadar pati tinggi.
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui cara perbanyakan
tanaman dengan cara perbanyakan tradisional, rapid multiplication
Kegunaan dari penulisan makalah ini yaitu agar dapat memahami cara
perbanyakan tanaman dengan cara perbanyakan tradisional, rapid multiplication
II. PEMBAHASAN
Mula-mula dipilih batang ubi kayu yang baik untuk ditanam. Batang
dipotong-potong, kira-kira panjangnya 17 cm. Batang ubi kayu dipotong dengan
gergaji karena ukurannya dapat tepat lagi rata.Kira-kira 2 cm dibagian bawah, kulit
batang dikelupas rata, kemudian diruncingkan. Apabila bekas kelupasan masih
berlendir, batang harus dikeringkan dahulu selama satu hari. Cara menjemur
diletakkan ditempat yang tidak berair. Apabila batang ubi ditanam dalam keadaan
berlendir, akan dihasilkan umbi yang tidak rata dan sedikit jumlahnya. Setelah selesai
dikelupas, benih umbi dibelah sedikit dibagian bawahnya. Belahan jangan sampai
melewati batas kelupasan, agar buahnya dapat menjadi besar. Benih atau batang ubi
kayu ditanam dengan jarak setengah meter.Benih ditanam tidak terlalu dalam, kira-
kira sedalam 4 cm, jika terlalu dalam akar sukar dicabut kelak.
Benih tanaman berupa setek batang berukuran 20-30 cm. Setek yang terbaik berasal
dari bagian tengah batang tanaman yang telah berumur lebih dari 8 bulan. Ujung
setek bagian bawah dipotong miring 450. Pemotongan ini dimaksudkan untuk
memperluas daerah perakaran dan sebagai tanda bagian yang ditanam. Jika batang
ditanam terbalik, hasil umbi akan sangat rendah. Kebutuhan bibit per ha sekitar
10.000 setek.
Dalam pembibitan tradisional, satu batang ubi kayu hanya diperoleh 10-20
setek, sehingga luas areal pembibitan harus tersedia 20% dari luas areal yang akan
ditanami ubi kayu.
Syarat bibit yang baik untuk bertanam singkong adalah sebagai berikut :
Bibit berasal dari tanaman induk yang cukup tua (8-12 bulan), dan stek
diambil dari batang bagian tengah tanaman ubi kayu.
Pertumbuhan induk harus normal, sehat, serta seragam.
Batangnya telah berkayu dan berdiameter > 5 cm, dan lurus.
Belum tumbuh tunas-tunas baru.
Batang dapat digunakan sebagai stek apabila masa penyimpanannya kurang
dari 30 hari setelah panen. Pada beberapa kultivar, seperti Rayong 3 dan
Rayong 90, masa simpan stek selama 15 hari setelah panen.
Penyimpanan stek yang baik adalah dengan cara posisi batang tegak, disimpan
di bawah naungan.
Panjang stek optimum adalah 20-25 cm, dengan jumlah mata tunas paling
sedikit 10 mata.
Sebelum tanam, stek dapat diperlakukan dengan insektisida dan fungisida
untuk mencegah serangan hama dan penyakit
Setelah dipilih batang dari pohon induk yang memenuhi syarat, kemudian
dilakukan penyiapan bibit.
Pemanenan Bibit
Penen dilakukan saat tanaman berumur 7-12 bulan. Potonglah batang sekitar
10 cm dari pangkal batang. Buang batang bagian pucuk yang belum berkayu.
Kumpulkan 10-20 batang dan ikatlah ujung bawah dan ujung atasnya. Selanjutnya
simpan di tempat yang terlindung. Ikatan hendaknya diletakkan tegak lurus dan
jangan ’ditidurkan’ untuk mencegah tuna-tunas tumbuh selama masa penyimpanan.
Bibit yang disimpan sebaiknya sepanjang mungkin (minimum 1,5 meter) agar tidak
tidak mudah mengering. Sebaiknya ujung-ujung potongan batang diberi ter atau lilin
agar tidak cepat kering. Panen dilakukan saat bibit akan ditanam atau maksimal 1
bulan sebelum bibit ditanam.
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah bertujuan antara lain adalah untuk memperbaiki struktur
tanah. Tanah yang baik untuk budi daya ubi kayu seharusnya memiliki struktur remah
atau gembur, sejak fase awal pertumbuhan tanaman hingga panen. Pengolahan tanah
juga bertujuan untuk menekan pertumbuhan gulma. Hal ini dilakukan agar ubi kayu
tidak bersaing dengan berbagai gulma dalam mengambil hara tanah, pupuk dan air.
Selain itu pengolahan tanah pada ubi kayu juga bertujuan untuk menerapkan sistem
konservasi tanah untuk memperkecil peluang terjadinya erosi. Hal ini penting
dilakukan agar kesuburan tanah tetap lestari, karena sentra ubi kayu didominasi
lahan-lahan yang relatif peka erosi.
Cara tanam
Jika dimaksudkan untuk diambil umbinya, penanaman setek dilakukan secara
vertikal berjarak 100 cm antar setek. Namun, jika dimaksudkan untuk diambil
daunnya, setek dapat ditanam rapat secara mendatar agar tunas baru muncul dari
setiap buku. Anjuran cara tanam sebagai berikut :
- Pangkal stek dipotong rata atau runcing. Pangkal stek yang dipotong miring
akan berdampak pada pertumbuhan akar yang tidak merata
- Tanamlah stek dalam posisi vertical. Stek yang ditanam dalam posisi lain
(miring 450 dan horizontal), akarnya tidak terdistribusi secara merata. Volume
akar di tanah dan penyebarannya berpengaruh pada jumlah hara yang dapat
diserap tanaman, selanjutnya berdampak pada produksi. Jangan terbalik,
pemotongan ujung stek meruncing, membantu agar stek tidak ditanam
terbalik.
- Kedalaman tanam 15 cm, pada musim hujan maupun musim kemarau. Hal ini
terkait dengan kelembaban tanah untuk menjaga kesegaran stek. Disarankan
menanam dalam keadaan tanah gembur dan lembab. Tanah dengan kondisi ini
akan menjamin kelancaran sirkulasi O2 dan CO2 serta meningkatkan aktivitas
mikrobia tanah. Keadaan ini dapat memacu pertumbuhan daun untuk
menghasilkan fotosintat secara maksimal yang akan ditranslokasikan ke
tempat penyimpanan cadangan makanan (ubi) Ubi kayu secara maksimal
pula.
Penanaman dan Penyulaman
Waktu tanam yang tepat bagi tanaman ubi kayu, secara umum adalah musim
penghujan atau pada saat tanah tidak berair agar struktur tanah tetap terpelihara.
Tanaman ubi kayu dapat ditanam di lahan kering, beriklim basah, waktu terbaik
untuk bertanam yaitu awal musim hujan atau akhir musim hujan (November –
Desember dan Juni – Juli). Tanaman ubi kayu dapat juga tumbuh di lahan sawah
apabila penanaman dilakukan setelah panen padi. Di daerah-daerah yang curah
hujannya cukup tinggi dan merata sepanjang tahun, ubi kayu dapat ditanam setiap
waktu.
Permasalahan budi daya ubi kayu di Indonesia adalah saat tanam serentak,
yakni sebagian besar pada wala musim hujan. Hal ini mengakibatkan waktu panen
yang serentak pula, sehingga harga ubi kayu menjadi relatif murah dan terjadi ketidak
sinambungan suplai bahan baku ke pabrik bioetanol. Masalah ini dapat diatasi dengan
menunda umur panen karena kadar pati dalam ubi kayu tidak menurun meski panen
ditunda beberapa bulan setelah fase kadar pati optimal. Bahkan, hasil pati meningkat
karena bobot ubi cenderung meningkat dengan bertambahnya umur tanaman sehingga
menguntungkan petani.
Penerapannnya dapat dilakukan dengan cara mengatur setiap wilayah dengan
menanam ubi kayu berdasarkan umur panen, yaitu genjah (7-9 bulan), sedang (8-11
bulan), dan dalam (10-12 bulan). Dengan pengaturan ini, pabrik bioetanol akan
menerima suplai ubi kayu secar teratur. Petani tidak akan menderita karena harga
yang merosot karena panen raya ubi kayu. Cara lain adalah dengan mengatur suatu
wilayah dengan pembagian kelompok tanam, yakni kelompok oktober, kelompok
November, kelompok Desember, kelompok Januari, Kelompok Februari, dan
seterusnya.
Waktu penyulaman dilakukan saat ubi kayu mulai berumur 1-3 minggu. Bila
penyulaman dilaksanakan sesudah umur 5 minggu, tanaman sulam akan tumbuh tidak
sempurna karena ternaungi tanaman sekitarnya. Sediakan bibit khusus untuk sulam
yang ditanam di pinggir atau tepi kebun.
secara perkebunan atau pengusahaan dalam skala besar untuk memenuhi kebutuhan
Permasalahan utama dalam produksi ubi kayu adalah produktivitas tanaman yang
masih rendah.
teknologi yang dapat meningkatkan hasil per tanaman ubi kayu. Teknologi yang
menggunakan klon-klon ubi kayu yang mempunyai kapasitas sumber yang besar atau
dengan kombinasi antara klon yang mempunyai sumber besar dan lubuk yang besar
Ubi kayu mukibat merupakan tanaman hasil sambung atau grafting antara ubi
karet sebagai batang atas dan ubi biasa sebagai batang bawah. Pemilihan ubi karet
sebagai batang atas dengan dasar bahwa ubi karet kapasitas sumber besar, daun besar,
dan warna hijau tua, sehingga tanaman mempunyai luas daun lebih luas dan laju
fotosintesis lebih besar. Menurut Glodsworthy dan Fisher (1992) ubi kayu secara
bersama-sama mengembangkan luas daun dan akar yang secara ekonomi berguna
sehingga persediaan fotosintat/asimilat yang ada dibagi antara pertumbuhan daun dan
akar. Hal ini berarti ada indek luas daun optimum untuk pertumbuhan akar. Rekayasa
Karakteristik daun ubi karet dengan daun besar dan hijau diharapkan dapat
memanfaatlkan radiasi sinar matahari secara efisien. Menurut Gardner et al., 1991)
awal pertumbuhan dalam bentuk penambahan luas daun, yang berakibat pemanfaatan
radiasi matahari yang efisien. Cock (1992) menyatakan bahwa beberapa sifat tipe
tanaman yang akan memberikan hasil lebih tinggi yaitu luas daun terbesar harus tidak
kurang dari 500 cm2, cabang pertama harus terbentuk enem bulan pertama setelah
penanaman, dan umur daun individual harus lebih dari seratus hari, sehingga tanaman
dilakukan dengan meningkatkan laju pertumbuhan tanaman per satuan luas daun.
Penggunaan ubi karet sebagai batang atas dengan morfologi daun yang lebih luas dan
laju maksimum untuk jangka waktu yang panjang. Pada tanaman ubi kayu
penyimpanan dalam akar terjadi apabila daun secara fotosintesis aktif, bukan pada
saat laju fotosintesisnya menurun karena umur tanaman. Laju pertumbuhan yang
meningkat akan meningkatkan hasil umbi sampai dua kali lipat peningkatan laju
pertumbuhan tanaman dan juga akan meningkatkan LAI optimum. Menurut Alves
(2002) pada tanaman singkong terdapat korelasi yang positif antara luas daun atau
lamanya luas daun terhadap hasil umbi, hal ini mengindikasikan bahwa luas daun
merupakan hal penting yang menentukan laju pertumbuhan tanaman dan laju
mukibat dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil yang lebih tinggi yaitu
tanaman memiliki stuktur tanaman lebih tinggi, diameter akar yang lebat dengan
bobot yang lebih tinggi serta LAI yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman ubi
kayu biasa. De Bruijn dan Guritno (1990) menyatakan bahwa peningkatan produksi
ubi kayu sistem mukibat maningkat 30% dan bahkan dapat mencapai lebih dari 100