Anda di halaman 1dari 11

NAMA : Rahmad Nur Cahyo

NIM : 16.T.01.2380
MK : BT. SERAT
A. Budidaya Tanaman Kapuk
Untuk mengjasilkan kapuk dengan produksi yang tinggi dan kualitas yang
baik, maka duperlukan proses budidaya yang tepat. Sebelum melakukan budidaya
tanaman kapuk, kita harus terlebih dahulu mengenal tanaman kapuk, atau biasa
disebut kapuk randu. Dengan mengenal karakteristik dan syarat hidup kapuk
maka kita dapat menentukan cara budidaya yang tepat. Tanaman kapuk
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Malvales
Famili : Bombacaceae
Genus : Ceiba
Spesies : Ceiba pentandra L. Gaertn
Tanaman kapuk memiliki perakaran tunggang, batangnya berbentuk
silinder, halus dan berwarna abu-abu serta terdapat duri-duri yang melekat pada
batang serta mempunyai banyak cabang. Daunnya tersusun dari 5-9 helai daun
mempunyai panjang 7-8 cm dan lebarnya 1,35 cm serta berkhasiat menghilangkan
bekas luka,mengobati panas dalam dan menyuburkan Rambut.
Buahnya berkayu, halus dan mempunyai warna hijau muda. Buah yang
masak berwarna coklat keruh dan akan pecah dan terbuka dipohon setelah
daunnya berguguran. Didalam buah tersebut terdapat bijinya berbentuk bulat
seperti kacang polong berwarna coklat dan terdapat kapas yang seperti serat
disekelilingnya. Di dalam buah kapuk terdapat seratbut kapuk, biji dan hati kapuk.
Tanaman kapuk digolongkan menjadi dua klon, yaitu: (1) klon Caribean
(caribaca), terdiri dari kapuk Suriname dan kapuk Congo; dan (2) klon Indica
(kapuk jawa), terdiri dari kapuk randu biasa dan kapuk randu alas. Tanaman
kapuk dari klon caribean dicirikan oleh pohon yang besar dan tinggi, warna
batang hijau tua, dameter batang mencapai 30 cm dan tinggi mencapai 50m.
Tanaman kapuk klon caribean berdaun lebat, tahan terhadap benalu dan produksi
buahnya dapat mencapai 2000 gelondong/pohon/tahun. Di Indonesia, klon
caribean ini tidak banyak ditanam. Tanaman kapuk klon karibean ini
pertumbuhannya lebih kuat dan tahan terhadap serangan hama penyakit dibanding
klon indica.
Tanaman kapuk klon indica banyak terdapat di Indonesia. Di Indonesia,
klon ini lebih dekenal dengan sebutan kapuk Jawa. Klon indica ini banyak
dibudayakan di daerah Asia. Secara umum, klon indica mempunyai ciri-ciri
kanopi sempit, benuk pohonnya kecil dan rendah, batangnya tidak berduri, daya
tumbuhnya agak lemah, daunnya jarang, berbuah teratur sepanjang tahun dan
produksi buahnya mencapai 6000 gelondong/ tahun. Buah dari kapuk klon indica
berukuran sedang, dengan panjang 14-18 cm, serat kapuk berwarna kuning
keputih-putihan dan buahnya tidak pecah walaupun telah masak.
Saat ini sudah banyak dikembangkan berbagai jenis kapuk hasil persilangan
dari klon indica dan caibean. Persilangan ini dilakuakn untuk mendapatkan
tanaman dengan sifat unggul dari kedua klon dan dapat memberikan keuntungan
besar bagi usaha tani. Beberapa jenis persilangan kapuk diantaranya: Kapuk
varietas Mukti Harjo, gebangan, Togo, dan lain-lain yang msing-masing
mempunyai keunggulan masing-masing. Pemilihan jenis tanaman kapuk yang
akan ditanam tentu disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan perhitungan
ekonomi.
Budidaya tanaman kapuk harus memperhaikan kondisi lahan yang akan
ditanami. Untuk memilih kondisi lahan yang tepat untuk budidaya tanaman
kapuk, kita harus mengetahui syarat tumbuh dari tanaman kapuk itu sendiri.
Pohon kapuk dapat tumbuh di dataran rendah sampai dengan 900 m dpl. Pada
musim kering yang panjang tetapi jangan terlalu kering. Curah hujan pada periode
kering menentukan saat berbunga dan pembentukan buah. Dalam periode tersebut
jumlah curah hujan tiap bulan yang kurang dari 100 mm sebaiknya tidak lebih
dari empat bulan, sedangkan jumlah hujan seluruhnya sedikitnya 150 mm dan
setinggi-tingginya 350 mm, dengan jumlah hari sedikitnya 10 hari dan setinggi-
tingginya 25 hari.
Budidaya kapuk meliputi tiga hal pokok yaitu: pembibitan, penanaman di
kebun dan pemeliharaan tanaman. Ketiga hal tersebut saling berkaitan dan saling
menunjang. Penanganan yang baik akan menghasilkan tanaman yang baik dan
mempermudah penanaman di kebun juga mempermudah pemeliharaan tanaman di
lapang. Oleh karena itu, ketiganya harus dilakukan dengan baik dan terpadu.
1. Pembibitan
Pembibitan adalah kegiatan menyemaikan biji atau bagian lain(bagian
vegetative) hingga menjadi bibit siap tanam di kebun. Untuk mendapatkan bibit
kapuk yang baik, dianjurkan menggunakan bibit yang berasal dari hasil okulasi.
Bibit yang berasal dari hasil okulasi berbuah lebih cepat daripada bibit generatif.
Bibit hasil okulasi berbuah pada umur 3-4 tahun, sedangkan bibit generatif
berbuah pada umur 6-8 tahun. Buah dari bibit generatif tidak menentu, ukuran
tanamna tidak seragam dan produksinya rendah. Tanaman dari bibit hasil okulasi
hasilnya dapat diandalkan karena sama dengan induknya yang diambil dari
tanaman unggul.
Penangkaran dengan biji didahului dengan persemaian. Pada pembuatan
pesemaian kapuk yang penting adalah pengerjaan tanah. Permukaan bedengan
dibuat merata dan pembuangan air mudah dilakukan, karena air yang menggenang
berakibat fatal bagi tanaman yang masih muda. Jarak tanam di bedengan 20 cm x
20 cm dengan memakai 3 biji per lubang, kemudian setelah sebulan disisakan satu
tanaman yang terbaik. Cara lainnya dengan disebar dalam bak-bak yang kemudian
dipindahkan ke bedengan, sehingga diperoleh tanaman yang rata dan tumbuh
baik, tetapi apabila ada gangguan hama kumbang Nisotra, pada tanaman kapuk
muda daunnya habis termakan.
Benih yang telah tumbuh menjadi bibit harus dijaga pertumbuhannya hingga
dipindah tanamkan ke kebun. Teknik pemeliharaan bibit meliputi penyiraman,
pemupukan, pengaturan naungan, penyiangan dan pendangiran juga pengendalian
hama penyakit. Penyiraman bedengan dapat dilakukan tiap pagi dan sore secara
teratur dengan gembor berlubang halus.
Pemupukan diberikan pupuk kimia NPK untuk meningkatkan pertumbuhan
bibit. Pupuk SP36 dan KCl diberikan dengan pupuk dasar dengan dosis 1 gram
SP36 dan 2 gram KCl setiap pohon. Sedangkan pupuk urea diberikan sebagai
pupuk susulan 15 hari setelah tanam benih dengan dosis 2gram setiap pohon, dan
diberikan 40 HST dengan dosis 3 gram per pohon.
Naungan dapat diberikan dengan pemberian atap yang dapat menutup
tanaman. Naungan tersebut harus dibuka pada pagi dan sore yang cerah agar bibit
mendapat sinar matahari yang cukup. Penyiangan persemaian dialkukan
seperlunya jika ada gulma yang tumbuh, begitu juga pendangiran dilakukan
apabila tanah tempat persemaian telah memadat.
Bibit tanaman kapuk sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit.
Penyakit yang sering menyerang tanaman kapuk di persemaian adalah golonggan
cendawan. Sebagai contoh, penyakit busuk kaki hitam yang disebabkan oleh
cendwan Phytoptora parasitica, penyakit bususk akar yang disebabkan oleh
cendawan Pyhium pernisiosium. Untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan
oleh cendawan dapat digunakan fungisida. Penggunaan insektisida maupun
herbisida juga kadang dibutuhkan untuk mengetasi serangan hama dan gulma.
2. Penanaman bibit di kebun
Tanaman kapuk pada umumnya dapat dipindahkan ke lapangan setelah
umur satu tahun di persemaian, setinggi kira- kira satu meter. Saat tanam bibit di
kebun sebaiknya dilakukan pada awal sampa pertengahan musim penghujan atau
pada bulan Oktober/November- Desember/ Januari. Waktu tanam tersebut
dianjurkan untuk lahan tanpa irigasi teknis. Pemindah tanaman dari persemaian ke
lahan sebaiknya dilakukan pada sore hari setelah pukul 15.00 atau pagi hari
sebelum pukul 09.00
Penanaman bibit di lahan tidak selelu berjalan dengan lancar. Kesalahan
teknis pada saat penanaman bibit dapt membuat bibit tumbuh kerdil, rusak,
maupun mati. Bibit yang seperti itu tentu perlu diganti, kita menyebutnya
penyulaman. Waktu penyulaman yang baik sama dengan waktu penanaman yaitu
sebelum pukul 09.00 pagi atau setelah pukul 15.00.
3. Pemeliharaan tanaman
Selama tanaman berada di kebun, baik saat masih bibit, masa vegetative
maupun selama masa produktif, tanaman kapuk perlu dirawat dengan baik agar
dapat terus beproduksi dan menghasilkan produksi kapuk berkualitas.
Pemeliharaan tanaman kapuk sendiri sebenarnya tidak terlalu rumit dikarenakan
tanaman kapuk meru pakan tanaman tahunan. Perawatan kapuk meliputi empat
hal pokok yaitu: pemupukan, pengairan, penyiangan, dan pengendalian hama
penyakit.
Pemupukan tanaman kapuk dilakukan dengan memberikan baik pupuk
organic maupun anorganik. Pupuk organic berupa pupuk kandang diberikan
bersamaan dengan pengolahan tanah. Sedangkan pemupukan dengan pupuk
anorgaik diberikan secara susulan yang dosisnya disesuaikan dengan umur
tanaman. Waktu dan dosis pemupukan pada tanaman kapuk dapat dilihat pada
table dibawah ini :

Umur Urea SP36 KCl Pupuk Kandang


Tanaman (g/tnm) (g/tnm) (g/tnm) (kg/tnm)
0 HST - - 5 5
2-3 Bulan 15 - - -
Tahun I 45 15 10 10
Tahun II 150 60 10 10
Tahun III 300 150 15 15
Tahun IV 600 450 15 15
Tahun V dst 1100 900 20 20

Pemupukan dilakukan dengan cara diletakkan pada parit yang dibuat


melinkar di sekelilig tanaman dengan jarak selebar tajuk dari batang tanaman,
setelah itu parit ditimbun tanah kembali. Kedalaman parit untuk menempatkan
pupuk sekitar 30-40 cm. Pada pemupukan dasar, pupuk kandang diberikan dengan
cara dicampurkan dengan tanah lapisan atas.
Selain pemberian pupuk organic dan anorganik, lahan tanaman kapuk juga
dapat ditanami jenis tanaman leguminosa yang dapat megikat unsur N udara.
Penanaman eguminosa disamping dapat menjadi pupuk hijau juga dapat
mengurangi erosi. Jenis tanaman leguminosa yang dapat ditanam di lahan kapuk
adalah lamtoro, gamal (untuk jenis Legum Tree Crops/ LTC) dan colopogonium
(untuk jenis Legum Cover Crop/ LCC). Penanaman tanaman jenis LCC ataupun
LTC harus sudah dilakukan satu tahun sebelum penanaman kapuk. Penanaman
LTC dilakukan di bibir teras, sedangkan penanaman LCC dilakukan di bidang
olah.
Pengairan pada budidaya kapuk lebih banyak dibutuhkan pada saat
pembibitan yaitu mulai menyemai benih, penempelan mata entres, sampai bibit
dapat dipindahtanamkan ke kebun. Pengairan untuk tanaman kapuk yang sudah
dewasa tidak banyak dibutuhkan. Curah hujan yang cukup sepanjang tahun sudah
cukup untuk memenuhi kebutuhan air tanaman kapuk. Namun jika curah hujan
kurang maka perlu dilakukan pengairan.
Penyiangan pada kebun kapuk dilakukan sesuai kebutuhan. Penyiagan
dilakukan apabila pertumbuhan gulma di kebun sudah dirasa mengganggu. Upaya
perlindungan tanaman kapuk dari serangan hama penyakit wajib dilakukan karena
serangan hama dan penyakit dapat merusak tanaman dan menurunkan kualitas dan
kuantitas produksi. Perlindungan tanaman dari hama dan penyakit dilakukan
secara terpadu dan berkala. Ada dua cara perlindungan tanaman dari hama dan
penyakit yang dilakukan, yaitu cara preventif dan cara kuratif.
Perlindungan secara preventif adalah tindakan pencegaha yang dilakukan
sebelum tanaman terseranga hama dan penyakit. Pengendalian secara preventif
dapat dilakukan dengan pengolahan tanah secara intensif, tanam tepat waktu,
pengairan dengan air yang sehat, dan pembersihan lingkungan dari tanaman
pengganggu. Melakukan pengendalian secara preventif dapat menekan biaya
produksi dan menghindari kerugian. Pengendalian secara kuratif adalah tindakan
yang diakuakan untuk mengobati tanaman yang telah terinfeksi oleh hama
penyakit dan mengendalikan hama penyakit yang menyerang pertanaman.
Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu dapat dilakukan dengan
cara biologis, mekanis dan kimiawi. Pengendalian biologis dilakukan dengan
penggunaan musuh alami hama. Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan
membunuh hama secara langsung maupun menebas bagian tanaman yang sakit
dan membakarnya. Pengendalian secara kimiawi dilaukan dengan menggunakan
bahan-bahan kimia, seperti pestisida maupun atraktan. Pestisida dapat digunakan
dalam pengendalian hama, namunperlu diingat dalam penggunaanya harus sesuai
dengan aturan sehingga tidak mencemari lingkungan.
Tanaman kapuk tidak banyak mendapat gangguan hama atau penyakit
kecuali gangguan parasit dari keluarga Loranthaceae. Parasit ini disebarkan oleh
beberapa jenis burung tertentu, yang memakan buah-buah benalu dan
meninggalkannya berupa biji pada tangkai kapuk, karena adanya cairan yang
lekat. Apakah biji tersebut akan berkecambah, tergantung pada tanaman inang.
Tanaman kapuk Jawa (Indika) sangat peka terhadap benalu, sebaliknya tipe
karibea mempunyai daya resistensi yang lebih besar. Cara mengatasinya adalah
membersihkan kemudian menjaga agar pohon-pohon tetap bersih dari benalu.
4. Panen
Panen dilakukan dengan memetik buah kapuk yang telah matang.
Kematangan buah kapuk biasanya ditandai dengan perubahan warna buah yang
menjadi kecoklat-coklatan, buah sudah Nampak kering, dan ujung buah sudah
pecah. Namun, ciri-ciri kematangan buah pada masing-masing klon kapuk dapat
berbeda. Pemetikan dilakukan dengan menggunaka galah yang bagian ujungnya
diberi arit untuk memudahkan memangkas tanaman. Gelondong yang jatuh ke
tanh harus segera diambil agar tidak terserang rayap dan menjadi lembab. Panen
dilakukan setahun sekali dengan pemetikan yang berkala karena buah kapuk tidak
dapat matang semua secara bersamaan.
Kapuk klon indica berbunga pada bulan Juni-Juli sedangkan klon caribea
berbunga pada bulan maret-April. Pada saat terjadi pembungaan tanaman kapuk
akan menggugurkan daun secara keseluruhan. Pengguguran daun berlangsung
selama 4-6 minggu begitu juga dengan proses pembungaan berlangsung 4-6
minggu. Selanjutnya, buah akan matang 4-5 bulan setelah pembuahan. Dengan
demikian, buah apuk klon indica dipetik pada bulan Oktober-November dan buah
kapuk klon caribea dipetik pada bulan Juli-Agustus.
5. Pasca Panen Kapuk
Buah-buahan kapuk yang telah dipanen masih harus diproses lebih lanjut
unutk dapat digunakan oleh konsumen. Kegiatan penanganan pasca panen kapuk
yang harus dilakukan adalah :
1. Pemisahan gelondong
Pemanenan buah kapuk secara tidak sengaja sering pula terpetik buah kapuk
yang kulitnya masih hijau dan belum cukup masak atau buah kapuk yang kulitnya
masih hijau tetapi sudah cukup masak. Disamping itu mungkin juga terdapat
buah-buah kapuk yang terserang oleh hama. Oleh sebab itu, gelondong buah-buah
kapuk yang dipetik harus dipisah-pisahkan agar memudahkan pengklasifikasian
kelas mutu serat kapuk. Pemisahan gelondong buah kapuk dibagi menjadi empat
kelompok sebagai berikut :
a. Kelompok I : gelondong buah kapuk yang sudah tua, utuh dan tidak
terserang hama/penyakit dan kering.
b. Kelompok II : gelondong buah kapuk yang sudah tua tetapi tidak utuh
karena cacat oleh hama seperti berlubang dan kering.
c. Kelompok III : gelondong buah kapuk yang kulitnya masih hijau tetapi
buah sudah cukup masak, utuh dan tidak cacat.
d. Kelompok IV : gelondong buah kapuk yang masih hijau, belum masak
dan buah masih muda. Buah kapuk kelompok IV ini sebaiknya dibuang.
2. Penjemuran gelondong
Buah-buah kapuk yang telah dikelompokan dalam kelas mutu dijemur di
bawah sinar matahari. Penjemuran harus dilakukan di tempat terbuka sepanjang
hari selama 3 hari pada keadaan cuaca yang cerah. Gelondong buah kapuk yang
dijemur harus dihindarkan dari hujan. Penjemuran gelondong ini bertujuan untuk
mengeringkan kulit buah kapuk agar mudah dikelupas sehingga kulit kapuk dan
isinya (serat kapuk dan bijinya) mudah untuk dipisahkan.
Penjemuran gelondong buah kapuk dilakukan dengan cara di lantai
bersemen. Penjemuran gelondong buah kapuk tidak boleh dihamparkan di atas
tanah karena dapat menurunkan kualitas kapuk. Selama gelondong buah kapuk
tersebut dijemur harus dilakukan pembalikan seperlunya agar kulitnya kering
secara merata.
3. Pemecahan gelondong
Buah-buah kapuk yang telah kering harus segera dikelupas kulitnya dan
dipisahkan dari serat kapuk serta hatinya. Cara melakukan pemecahan gelondong
atau buah kapuk sangat sederhana. Para petani umumnya memecah gelondong
buah kapuk secara manual. Caranya, buah kapuk yang telah kering dipecah dari
bagian ujungnya lalu direntangkan hingga buah menjadi pecah. Kemudian serat
kapuk dipisahkan dari hati kapuk sehingga diperoleh kapuk odolan. Kapuk odolan
ini masih terdapat biji kapuk. Pemecahan gelondong harus dilakukan di dalam
ruangan agar kapuk odolan yang telah diperoleh tidak beterbangan diterpa angin.
4. Pemisahan serat kapuk dari bijinya
Pemisahan serat kapuk dari bijinya dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Kapuk odolan dijemur di lantai bersemen dengan ketebalan sekitar 10
cm. Di atas lantai semen dipasang dipasang kelambu atau jaring yang
diikatkan pada kerangka bambu dengan ketinggian 60-75 cm sehingga
terdapat ruangan di bawahnya untuk mencegah kapuk beterbangan.
b. Setelah dijemur selama 1 jam, kapuk odolan bagian atas akan
mengembang. Kapuk odolan yang sudah mengembang tersebut disabet-
sabet dengan tongkat yang bercabang hingga biji kapuk terpisah dari
serat kapuk. Di pabrik, pemisahan serat kapuk dari bijinya biasanya
dilakukan dengan menggunakan mesin.
c. Serat kapuk yang telah dipisah dari biji-bijinya dikumpulkan dan
dijemur lagi selama 1 hari hingga sungguh-sungguh kering. Serat kapuk
yang telah bersih dan kering tersebut siap untuk dikemas berdasarkan
klasifikasinya.

5. Klasifikasi serat kapuk


Menurut Lembaga Penelitian Tanaman Industri (LPTI) Bogor dan Lembaga
Kapuk yang dikutip oleh Setiadi, klasifikasi kapuk dibagi menjadi 7 kelas mutu
kapuk seperti pada tabel berikut :
Syarat
Karakteristik Mutu Mutu Mutu Mutu Mutu
Mutu Mutu
I II III IV V VI VII
Putih
Putih Cukup Cukup Kurang kekuning Kekuning-
1. Warna Putih
bersih putih putih putih - kuningan
kuningan
2. Keutuhan Cukup Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang
Utuh
serat utuh utuh utuh utuh utuh utuh
3. Kadar
kotoran %
(bobot/ 1 1,5 2 3 5 6 7
bobot)
maksimal
Sedikit Sedikit Sedikit
Tidak Tidak Tidak Tidak
4. Aroma berbau berbau berbau
bau bau bau bau
apek apek apek
Kurang Kurang Kurang
5. Lapisan Rapi Rapi Rapi Rapi
rapi rapi rapi
6. Kadar
air % (bobot/
12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5
bobot)
maksimal

Anda mungkin juga menyukai