Anda di halaman 1dari 11

Makalah Budidaya Semangka

I. PENDAHULUAN

1.1 Deskripsi Tanaman Semangka

Semangka merupakan tanaman buah berupa herba yang tumbuh merambat. Tanaman
ini berasal Afrika, kemudian berkembang dengan pesat ke berbagai negara baik di daerah
tropis maupun subtropis, seperti: Afrika Selatan, Cina, Jepang, dan Indonesia. Tanaman
semangka bersifat semusim, tergolong cepat berproduksi karena umurnya hanya sampai 6
bulan.

Tanaman semangka dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai buah segar, tetapi ada
yang memanfaatkan daun dan buah semangka muda untuk bahan sayur-mayur. Biji semangka
bisa diolah menjadi makanan ringan yang disebut “kuwaci” (disukai masyarakat sebagai
makanan ringan). Kulit semangka juga dibuat asinan/acar seperti buah mentimun atau jenis
labu-labuan lainnya.

Klasifikasi botani tanaman semangka adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Sub-kelas : Sympetalae

Ordo : Cucurbitales

Famili : Cucurbitaceae

Genus : Citrullus

Spesies : Citrullus lanatus (Thunberg) Matsum & Nakai

 
1.2  Syarat Tumbuh

1.2.1        Iklim

Tanaman semangka merupakan salah satu tanaman hortikultura yang tahan kering.
Curah hujan yang ideal untuk areal penanaman semangka adalah 40-50 mm/bulan. Curah
hujan yang terlalu tinggi dapat berakibat buruk terhadap pertumbuhan tanaman, yaitu mudah
terserang hama penyakit, bakal buah gugur dan pertumbuhan vegetatif panjang. Semangka
memerlukan sinar matahari penuh. Kekurangan sinar matahari menyebabkan sulit berbunga
dan bunganya banyak rontok, serta terjadi kemunduran waktu panen. Suhu optimal yang
dikehendaki tanaman berkisar 20–30oC. Kelembaban yang terlalu tinggi akan mendorong
tumbuhnya jamur perusak tanaman.

1.2.2        Tanah

Kondisi tanah yang cocok untuk tanaman semangka adalah tanah yang cukup gembur,
sedikit berpasir, kaya bahan organik, bukan tanah asam. Keasaman tanah (pH) yang
diperlukan antara 6,5-7,2. Jika pH < 5,5 (tanah asam) maka perlu pengapuran dengan dosis
disesuaikan dengan tingkat keasaman tanah tersebut. Jenis tanah yang cocok untuk tanaman
semangka adalah regosol, andosol, latosol dan podsolik.

1.2.3        Ketinggian Tempat

Ketinggian tempat yang baik untuk areal penanaman semangka adalah: 0-400 m dpl.
Pada ketinggian 400-900 m dpl, pertumbuhan tanaman kurang baik. Pada ketinggian lebih
dari 700 m dpl, tanaman menghasilkan buah bermutu rendah dan rasa kurang manis.
II. Teknik Budidaya Tanaman Semangka

2.1  Pengolahan Tanah

2.1.1        Pembukaan Lahan

Bila areal bekas kebun, perlu dibersihkan dari tanaman terdahulu yang masih tumbuh.
Bila bekas persawahan, dikeringkan dulu beberapa hari sampai tanah itu mudah dicangkul,
kemudian diteliti pH tanahnya. Lahan yang akan ditanami, dilakukan pembalikan tanah dan
perataan tanah Tunggul bekas batang terdahulu dan bebatuan dibuang keluar dari areal.

2.1.2    Pengolahan Lahan

Tahap penghalusan dan perataan bongkahan tanah pada sisi bedengan pada tempat
penanaman semangka dilakukan dengan cangkul. Di bagian tengah, sebagai landasan buah
pada bedengan, diratakan dan di atas lapisan ini diberi jerami kering untuk perambatan
semangka dan peletakan buah. Bedengan perlu disiangi, disiram dan dilapisi jerami kering
setebal 2-3 cm atau mulsa plastik dengan lebar plastik 110-150 cm agar menghambat
penguapan air dan tumbuh liar. Pemakaian plastik lebih menguntungkan karena lebih tahan
lama, sampai 8-12 bulan pada areal terbuka (2 – 3 kali periode penanaman). Plastik berwarna
perak akan memantulkan sinar matahari sehingga mengurangi serangan hama yang
bersembunyi di bawah daun tanaman.

2.1.2        Pembentukan Bedengan

Tanaman semangka membutuhkan bedengan supaya air yang terkandung di dalam


tanah mudah mengalir keluar melalui saluran drainase yang dibuat. Lebar bedengan
tergantung teknik budidaya yang digunakan. Untuk penanaman sistem turus, lebar bedengan
adalah 100-110 m; sistem tanpa turus dengan 1 baris tanaman, lebar bedengan 200 cm; sistem
tanpa turus dengan 2 baris tanaman, lebar bedengan 400 cm. Panjang bedengan maksimum
12-15 m, tinggi bedengan 30-50 cm, lebar parit 30-50 cm.

2.1.4    Pemberian Pupuk Dasar

Pengapuran dilakukan memberikan kapur kapur pertanian yang mengandung unsur


Calsium (Ca) dan Magnesium (Mg) yang bersifat menetralkan keasaman tanah dan
menetralkan racun dari ion logam yang terdapat di dalam tanah, seperti kapur karbonat atau
kapur dolomit. Penggunaan kapur pada pH tanah 4-5 diperlukan 150-200 kg dolomit per
1000 m2, untuk pH 5-6 dibutuhkan 75-150 kg dolomit dan pH > 6 dibutuhkan dolomit
sebanyak 50 kg. Pemberian pupuk kandang dilakukan setelah pengapuran atau sekitar dua
minggu sebelum tanam. Kebutuhan pupuk kandang sekitar 12 ton/ha atau 1,5 kg/tanaman.
Pemberiannya ditebar rata di atas bedengan atau ditanam dalam lubang. Pemberian pupuk
dasar untuk semangka tanpa biji, kebutuhan pupuk per tanaman adalah 85 g ZA, 50 g urea,
30 g SP-36, 85 g KCl dan 2 g Borate. Sedangkan untuk semangka berbiji, kebutuhan pupuk
per tanaman adalah 80 g ZA, 40 g urea, 30 g SP-36, 70 g KCl dan 2 g Borate. 4.2.5.
Pemasangan turus Pemasangan turus dilakukan untuk penanaman semangka sistem turus.
Pemasangan dilakukan setelah pemasangan mulsa tetapi sebelum penanaman. Pemasangan
turus yang umum dilakukan petani ada dua model yaitu menyerupai huruf ‘A’ dan
menyerupai huruf ‘X’. Bahan yang digunakan adalah kayu atau bambu. Pada model huruf
‘A’, tinggi turus 180 cm, ketinggian 80 cm dibuat para-para, jarak dua pasang turus yang
berhadapan 60 cm. Pada model huruf ‘X’, tinggi turus 195 cm, 75 cm dari atas dan 20 cm
dari persilangan dibuat para-para, jarak dua pasang turus yang berhadapan 60 cm.

2.2  Pembibitan/ Benih

2.2.1        Syarat Teknis Benih

Benih semangka yang baik adalah bentuk tidak keriput, tidak mengapung jika
direndam. Ada dua jenis benih semangka yang biasa ditanam yaitu benih 5 semangka tidak
berbiji (triploid) dan benih semangka berbiji. Benih semangka tidak berbiji umumnya
mempunyai kulit biji yang sangat keras. Jika ingin menanam semangka tanpa biji maka harus
juga menanam semangka berbiji di sebelahnya sebagai sumber polinator.

2.2.2.   Penyiapan Benih

Sebelum disemai, ujung benih semangka dipotong (untuk semangkan tanpa biji)
terlebih dahulu menggunakan gunting kuku, untuk mempermudah proses pertumbuhan.
Selanjutnya benih direndam dalam air hangat suhu 20-25oC yang telah ditambah fungisida
dan bakterisida dengan konsentrasi 2 ml/l. Setelah direndam 10-30 menit, diangkat dan
ditiriskan sampai air tidak mengalir lagi.Bibit siap dikecambahkan.

2.2.2        Teknik Penyemaian Benih

Sebelum disemai, benih semangka diperam terlebih dahulu. Caranya adalah benih
yang telah dikeringanginkan diletakkan di atas kain handuk, kemudian dilipat. Masukkan
bungkusan tersebut ke dalam kaleng atau stoples yang dilapisi pasir dan kertas koran basah.
Untuk memberikan suasana hangat, kaleng diberi penerangan lampu pijar 15 watt, pada jarak
5-10 cm di atas bungkusan. Pemeraman dilakukan selama 24-48 jam. Setiap 4-6 jam sekali
perlu pengontrolan kelembaban. Jika kondisi kering, segera semprotkan air menggunakan
hand sprayer kecil. Benih yang telah diperam, dimasukkan ke dalam polibag kecil (ukuran 12
x 12 cm) yang telah berisi media tanam yaitu campuran tanah dan pupuk kandang (1:1).
Kedalaman lubang tanam 1,5 cm. Setalah ditanam, lubang ditutup dengan tanah halus yang
dicampur abu sekam (2:1). Kemudian polibag-polibag tersebut ditutup karung goni selama 2-
3 hari.

2.2.4        Pemeliharaan Persemaian

Polibag-polibag diberi disungkup plastik transparan serupa rumah kaca mini dan salah
satu sisi yang terbuka. Sungkup ini juga dilengkapi dengan naungan paranet. Bibit yang
masih muda diberi sinar matahari pagi saja, maksimum hingga pukul 09.00. Tiga hari
sebelum pindah tanam, sungkup harus dibuka total, sehingga bibit mendapatkan matahari
penuh. Penyiraman dilakukan rutin untuk mempertahankan kelembaban. Pemupukan
dilakukan dengan menggunakan 6 pupuk daun, untuk memacu perkembangan bibit, dicampur
dengan fungisida, dilakukan rutin 3 hari sekali.

 
2.2.5    Pemindahan Bibit

Setelah bibit berumur 12-14 hari dan telah berdaun 2-3 helai, dipindahkan ke areal
penanaman yang telah diolah.

2.3      Teknik Penanaman/ Jarak Tanam

2.3.1        Populasi dan Jarak Tanam

Untuk penanaman sistem turus, jarak tanam yang digunakan adalah 80 x 70 cm


dengan populasi 8.000 tanaman/ha. Untuk penanaman sistem tanpa turus, dengan 1 baris dan
2 baris tanaman, jarak dalam barisan 70 cm dengan populasi 3.500-4.000 tanaman/ha.

2.3.2    Penyiapan Lubang Tanam

Sambil menunggu bibit cukup besar dilakukan pelubangan pada lahan dengan
kedalaman 8-10 cm. Persiapan pelubangan lahan tanaman dilakukan 1 minggu sebelum bibit
dipindah. Jarak antar lubang disesuaikan dengan jarak tanam. Jika lahan menggunakan mulsa
plastik, maka diperlukan alat bantu dari kaleng bekas cat ukuran 1 kg yang diberi lubang-
lubang disesuaikan dengan kondisi tanah bedengan yang diberi lobang. Kaleng tersebut diberi
arang yang kemudian dibakar. Setelah arang menjadi bara, alat siap diganakan.

2.3.3    Penanaman

Penanaman bibit semangka dilakukan setelah bibit berumur 14 hari dan telah tumbuh
daun 2-3 lembar. Setelah dilakukan pelubangan, areal penanaman disiram secara massal
sampai air menggenangi areal sekitar ¾ tinggi bedengan, dan dibiarkan sampai air meresap.
Sebelum bibit ditanam, dilakukan perendaman dalam air yang berisi larutan pupuk NPK 2
g/l, sebagai Starter Solution. Urutan penanaman adalah sebagai berikut: kantong plastik
dilepas hati-hati supaya akar tidak rusak; bibit dimasukkan ke dalam lubang yangtelah
disiapkan; lubang ditutup dengan tanah yang telah disiapkan; terakhir lubang disiram air agar
media bibit menyatu dengan tanah.

2.4      Pemeliharaan Tanaman

2.4.1        Penyulaman Tanaman

Semangka yang berumur 3-5 hari perlu diperhatikan. Apabila tanaman tumbuh terlalu
lambat atau tanaman mati dilakukan penyulaman dengan bibit baru yang telah disiapkan.
Penyulaman tidak boleh dilakukan lebih dari 10 hari setelah tanam. Pada kegiatan
penyulaman, perlu diperhatikan penyebab kematian bibit. Bila disebabkan oleh bakteri atau
jamur, bibit harus dibongkar bersama tanahnya, agar tidak menular ke bibit lain yang sehat.

2.4.2        Penyiangan

Adanya gulma di sekeliling tanaman dapat menghambat pertumbuhan tanaman,


bahkan mengurangi produksi. Gulma juga dapat dijadikan inang bagi hama dan penyakit.
Penyiangan dilakukan dengan mencabut atau membuang gulma yang tumbuh di bedengan
atau parit. Bila menggunakan sistem mulsa 9 plastik hitam perak (MPHP), penyiangan hanya
dilakukan di tepi-tepi parit karena praktis gulma tidak dapat tumbuh di dalam bedengan.
Penyiangan ini dilakukan rutin.

2.4.3        Pembumbunan

Pembubunan tanah dilakukan dengan menimbun kembali tanah yang tererosi karena
penyiraman, agar akar-akar tidak muncul ke permukaan tanah. Pembumbunan hanya
dilakukan untuk penanaman sistem tanpa mulsa.

2.4.4        Penyiraman Tanaman

Semangka memerlukan air secara terus menerus dan tidak kekurangan air. Sistim
irigasi yang digunakan sistem Farrow Irrigation: air dialirkan melalui saluran diantara
bedengan Frekuensi pemberian air pada musim kemarau adalah 4-6 hari. Penyiraman juga
bisa dilakukan dengan pompa air, dengan bantuan selang plastik.

2.4.5        Pemupukan

Pemupukan susulan semangka dilakukan mengikuti pola seperti pada tabel berikut:

Jenis Pupuk Dosis/ Konsentrasi Aplikasi


  10 17 20 25 30 40 45 55
Daun *)
Gandasil D (g/l) 1.5 2 – 1.5 – – –
Mikro (ml/l) – – 1.5 – 2 – –
Gandasil B – – – – 2 2 2 2
Kocoran **)
NPK mutiara (g/l) 10 – 15 – 15 20 20 20
KNO3 (g/l) 15 – – – – – 15 15
Mikro (g/l) 10 – – – – – – –

*) Disemprotkan sampai membasahi seluruh daun

**) 250 ml/ tanaman

2.4.6        Pemangkasan

Pemangkasan tajuk tanaman bertujuan mengatur pertumbuhan tajuk. Pemangkasan


dilakukan dengan cara mengurangi tumbuhnya cabang utama atau cabang sekunder sehingga
hanya dipelihara sebanyak dua cabang utama saja. Pemangkasan dapat dilakukan sejak
tanaman masih berumur 7-10 hari setelah 10 tanam. Biasanya pada umur ini tanaman baru
memiliki 4-5 helai daun. Hal ini dilakukan untuk mempercepat tumbuhnya cabang. Cabang-
cabang yang tumbuh dibiarkan sampai berumur 3 minggu. Pada usia 3 minggu, dipilih lagi
dua cabang utama yang pertumbuhannya baik. Pada umur 6 minggu, cabang sekunder
dipangkas. Cabang sekunder yang dipangkas adalah cabang sekunder di bawah ruas ke-14
dan disisakan masing-masing hanya dua daun. Alat pangkas yang digunakan harus dalam
keadaan steril. Sebelum dan sesudah pemangkasan, alat direndam fungisida dengan
konsentrasi 2 ml.
2.4.7        Pengikatan Cabang

Pengikatan cabang mutlak dilakukan pada penanaman sistem turus, agar tanaman
dapat tumbuh merambat pada turus-turus yang telah disediakan. Pengikatan dimulai ketika
tanaman berumur 3 minggu. Bahan pengikat dapat berupa tali rafia atau tali dari pelepah
pisang batu. Model pengikatannya menyerupai ‘angka 8’.

2.4.8         Penyerbukan Buatan

Penyerbukan buatan hanya dilakukan kalau semangka yang ditanam sebagian besar
merupakan jenis tidak berbiji. Penyerbukan buatan dilakukan pada pagi hari yaitu pukul
06.00-10.00, saat bunga betina dalam kondisi mekar. Umur tanaman yang dapat dilakukan
penyerbukan buatan sekitar 21-28 hari setelah tanam. Untuk penanaman sistem turus,
penyerbukan hanya dilakukan pada bunga betina yang berada pada ruas ke-13 dan ke 20, hal
ini disebabkan bunga pada ruas-ruas tersebut yang kelak menjadi buah dapat pas dengan
para-paranya. Sedangkan penanaman tanpa turus tidak ada ketentuan tersebut. Cara
penyerbukan buatan ini diawali dengan pengambilan dan pengumpulan bunga jantan dari
semangka berbiji. Selanjutnya, dipilih bunga betina yangakan diserbuki, yaitu bentuknya
sempurna dan tidak cacat. Setelah dipilih, oleskan bunga jantan pada putik bunga betina.
Bunga yang sudah diserbuki ditandai dengan tali rafia yang diikat longgar.

2.4.8        Seleksi buah

Seleksi buah bertujuan untuk memperoleh ukuran dan bentuk buah yang seragam dan
besar. Seleksi buah dilakukan setelah tanaman berumur 40 HST. Buah yang dipilih adalah
buahyang pertumbuhannya baik, sedangkan yang jelek dibuang dengan menggunakan
gunting. Banyaknya buah yang dipelihara masksimal 2 buah per tanaman agar didapat buah
yang besar.

2.4.9        Penempatan Buah

Untuk penanaman sistem turus, buah diletakkan pada para-para. Penempatan buah
dilakukan setelah buah sudah berukuran bola tenis, kira-kira 10-14 hari setelah penyerbukan.
4.4.10. Pemberian alas dan pembalikan buah Dalam proses pembesaran, diantara buah dan
para-para perlu diberi serasah dari jerami atau alang-alang. Tujuannya agar nantinya kulit
buah tetap mulus hingga saat panen. Selain pemberian alas, buah perlu dibalik agar bagian
bawahnya terkena sinar matahari. Pembalikan buah dilakukan minimal sekali hingga buah
siap panen, yaitu pada umur 44-51 HST.

2.4.10  Pengendalian Hama/Penyakit

Penyemprotan campuran obat (fungisida, insektisida dan pupuk daun) dilakukan rutin
setiap minggu, untuk tindakan pencegahan. Jika terdapat serangan hama atau penyakit, maka
waktu penyemprotan ditingkatkan menjadi 3 hari sekali dengan bahan yang sesuai dengan
hama atau penyakit tersebut. Hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman semangka
adalah:
Hama:

1. Thrips (Thrips parvispinus Karny)

Penyebab: hama berukuran kecil ramping, warna kuning pucat kehitaman,


mempunyai sungut badan beruas-ruas. Hama ini juga sebagai vektor virus. Cara penularan,
hama mengembara di malam hari, menetap dan berkembang biak. Gejala serangan: daun-
daun muda atau tunas-tunas baru menjadi keriting. Tanaman keriting dan kerdil (yang
kemungkinan disebabkan virus) serta tidak dapat membentuk buah secara normal.
Pengendalian: menyemprotkan larutan insektisida sampai tanaman basah dan merata.

2. Ulat perusak daun (Spodoptera litura)

Ulat ini berwarna hijau dengan garis hitam/berwarna hijau bergaris kuning, tanda
serangan daun dimakan sampai tinggal lapisan lilinnya dan terlihat dari jauh seperti
berlubang. Pengendalian: dilakukan secara non kimiawi dan kimiawi.

3. Tungau Tungau merah merah: Tetranychus cinnabarinus Boisduval atau tunga kuning:
Polyphagotarsonemus latus

Ciri-cirinya adalah binatang kecil berwarna merah agak kekuningan/kehijauan


mengisap cairan tanaman, membelah diri dengan menggigit dan menyengat. Hama ini juga
sebagai vektor virus. Gejala serangan: tampak jaring-jaring sarang binatang ini di bawah
permukaan daun, warna dedaunan akan pucat. Pengendalian: dilakukan dengan
menyemprotkan akarisida.

4. Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn.)

Hama ini mempunyai ciri yaitu berwarna hitam berbintik-bintik/bergaris-garis,


panjang tubuh 2-5 cm, aktif merusak dan bergerak pada malam hari. Menyerang daun,
terutama tunas-tunas muda, ulat dewasa memangsa pangkal tanaman. Pengendalian: (1)
penanaman secara serempak pada daerah yang berdekatan untuk memutus siklus hidup hama
dan pemberantasan sarang ngengat disekitarnya; (2) pengendalian secara kimiawi, dengan
insektisida sesuai dengan aturan penanaman buah semangka.

5. Kutu aphids (Aphids gossypii Glover)

Aphids muda berwarna kuning, sedangkan aphids dewasa mempunyai sayap dan
berwarna agak kehitaman. Kutu ini juga sebagai vektor virus. Gejala serangan adalah daun
tanaman menggulung dan pucuk tanaman menjadi keriting akibat cairan daunnya dihisap
hama. Ciri lainnya adalah adanya getah cairan yang mengandung madu dan mengkilap dari
kejauhan. Pengendaliannya adalah dengan menyemprotkan insektisida secara rutin. Tanaman
yang telah terserang virus, dicabut dan dibakar.

 
Penyakit:

1. Layu Fusarium

Penyebab: Fusarium oxysporum. Gejala: tanaman tampak layu seperti kekurangan air.
Pada pagi dan sore hari tanaman tampak segar. Bila tidak ditanggulangi, dalam waktu 2-3
hari saja tanaman akan mati kering, berwarna coklat dan batangnya mengerut. Pengendalian:
(1) secara non kimiawi dengan pergiliran masa tanam dan menjaga kondisi lingkungan agar
tidak terlalu lembab, menanam pada areal baru yang belum pernah ditanami semangka; (2)
secara kimiawi dilakukan dengan menyemprotkan fungisida secara periodik, menanam benih
yang sudah direndam fungisida.

2. Bercak daun

Penyebab: spora Pseudoperenospora cubensis Rostowzew terbawa angin dari


tanaman lain yang terserang. Gejala: permukaan daun terdapat bercak-bercak kuning dan
selanjutnya menjadi coklat akhirnya mengering dan mati, atau terdapat rumbai-rumbai halus
berwarna abu-abu/ungu. Pengendalian: (1) secara non kimiawi seperti pada penyakit layu
fusarium; (2) tanaman disemprot dengan fungisida.

3. Antraknosa

Penyebab: Colletotrichum lagenarium. Gejala: daun terlihat bercak-bercak coklat


yang akhirnya berubah warna kemerahan dan akhirnya daun mati. Bila menyerang buah,
tampak bulatan berwarna merah jambu yang lama kelamaan semakin meluas. Pengendalian:
(1) dilakukan secara non kimia seperti pengendalian penyakit layu fusarium; (2)
menggunakan fungisida.

4. Busuk semai

Penyebab: cendawan Pythium ultimum Trow. Menyerang pada benih yang sedang
disemaikan. Gejala: batang bibit berwarna coklat, rebah kemudian mati. Pengendalian: benih
direndam di dalam fungisida, penyemprotan fungisida secara periodik.

5. Busuk buah

Penyebab: Phytophthora capsici Leonian. Jamur menginfeksi buah menjelang masak


dan aktif setelah buah dipetik. Pengendalian: hindari dan cegah terjadinya kerusakan kulit
buah, baik selama pengangkutan maupun penyimpanan, pemetikan buah dilakukan pada
waktu siang hari ketika tidak berawan/hujan. Tanaman dan buah disemprot fungisida secara
periodik.

6. Virus

Penyebab: virus yang terbawa oleh hama tanaman yang berkembang pada daun
tanaman. Gejala: daun melepuh, belang-belang, cenderung berubah bentuk, tanaman kerdil
dan timbul rekahan membujur pada batang. Pengendalian: serangan vektor virus dicegah
dengan menggunakan insektisida. Belum ditemukan obat yang tepat untuk mengendalikan
virus, sehingga tanaman yang terlanjur terkena harus dicabut dan dibakar.
2.5      Panen dan Pasca Panen

2.5.1        Ciri dan Umur Panen

Menentukan saat panen dapat melaui tiga cara yaitu pengamatn visual, pengamatan
dari suara saat buah diketuk, dan umur tanaman. Secara visual, buah semangka yang sudah
siap panen dicirikan oleh warna kulit buah yang terang, bentuk buah bulat berisi, dan sulur di
belakang tangkai buah sudah berubah warna menjadi coklat tua. Warna buah menjadi terang
karena lapisan lilin yang menyelimuti kulit buah sudah hilang. Suara buah dapat digunakan
sebagai tanda tingkat ketuaan buah. Suara buah ini muncul setelah buah diketuk. Bila
nyaring, buah tersebut masih muda. Sebaliknya, bila agak berat dan sedikit bergetar, buah
tersebut sudah masak atau tua. Varietas tanaman dan ketinggian tempat mempengaruhi umur
panen tanaman. Pada ketinggian tempat antara 700-900 m dpl, semangka dapat dipanen pada
umur 90-100 hari setelah tanam. Sementara di dataran rendah buah dapat dipanen pada umur
85 hari.

2.5.2        Cara Panen

Cara panen buah semangka adalah dengan memotong tangaki buah. Setelah dipotong,
buah dapat diangkat dan diletakkan langsung ke dalam keranjang. Pemetikan buah sebaiknya
dilakukan pada saat cuaca cerah dan tidak berawan sehingga permukaan kulit buah dalam
kondisi kering, agar tahan selama dalam penyimpananan.

2.5.3        Pengumpulan

Pengumpulan hasil panen sampai siap dipasarkan, harus diusahakan sebaik mungkin
agar tidak terjadi kerusakan buah. Kerusakan saat pengumpulan buah akan mempengaruhi
mutu buah dan harga jualnya. Dalam penampungan buah, hendaknya tidak terjadi
persinggungan langsung antar buah. Untuk itu, perlu diberi serasah jerami padi atau kertas
yang dipotong kecil-kecil pada ruang antar buah.

2.5.4        Sortasi

Penggolongan ini biasanya tergantung pada pemantauan dan permintaan pasaran.


Penyortiran dan penggolongan buah semangka dilakukan dalam beberapa klas antara lain:
Kelas A: berat > 4 kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak; Kelas B: berat 2-4 kg,
kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak; Kelas C: berat < 2 kg, kondisi fisik sempurna,
tidak terlalu masak.

2.5.5        Penyimpanan

Penyimpanan buah semangka di tingkat pedagang besar (sambil menunggu harga


lebih baik) dilakukan sebagai berikut: Penyimpanan pada suhu rendah sekitar 4oC, dan
kelembaban udara antara 80-85%; Penyimpanan pada atmosfir terkontrol (merupakan cara
pengaturan kadar O2 dan kadar CO2) dengan asumsi oksigen atau menaikan kadar karbon
dioksida (CO2), dapat mengurangi proses respirasi; Penyimpanan dalam ruang tanpa
pengatur suhu: merupakan penyimpanan jangka pendek dengan cara memberi alas dari jerami
kering setebal 10-15 cm dengan disusun sebanyak 4-5 lapis dan setiap lapisnya diberi jerami
kering.
2.5.6        Pengemasan

Untuk mempertahankan mutu buah agar kondisi selalu baik sampai pada tujuan akhir,
dilakukan pengemasan dengan proses pengepakan yang benar dan hati-hati. Kemasan dapat
berupa kardus yang dilubangi, peti kayu atau keranjang plastik. Setiap kemasan dapat diisi
maksimum hanya enam buah. Untuk memperkecil gesekan pada kulit buah, bagian dasar,
ruang antar buah, tepi kiri-kanan dan atas kemasan diberi jerami kering atau potongan kertas.

2.5.7        Distribusi

Buah semangka di Indonesia didistribusikan untuk kebutuhan konsumsi dalam negeri


dan ekspor, sehingga distribusinya menggunakan angkutan darat, laut dan udara. Yang paling
penting diperhatikan adalah pengepakan yang sempurna dan perhitungan lama di perjalanan.
Berdasarkan grade mutu buah, maka mutu A dengan ukuran besar diperuntukkan bagi ekspor,
hotel dan supermarket dalam negeri sedangkan mutu B dan C dengan ukuran kecil untuk
pasar tradisional.

Anda mungkin juga menyukai