Anda di halaman 1dari 14

PASCA PANEN TANAMAN TEBU

TEKNOLOGI PENANGANAN TANAMAN PERKEBUNAN

Disusun Oleh :
Tennisia Zamzami (201810210311077)
Jamaluddin Nur (201810210311078))
Fauzan Nugi (201810210311084)
Lilis Syarifatul K. (201810210311092)
Achmad Nadif (201810210311099)
Melisa (201810210311103)
Silvia Mutiara (201810210311108)
Dina Amalia (201810210311114)
Azali Aldiansyah (201810210311121)
Natasya Dhita (201810210311227)

LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN – PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................................................1
1.3 TUJUAN........................................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................2
2.1 PENGERTIAN PENANGANAN PASCA PANEN................................................................................2
2.2 PEMANENAN TEBU......................................................................................................................2
2.3 PENGIRIMAN DAN PENIMBANGAN TEBU....................................................................................2
2.4  PENGOLAHAN PASCA PANEN TEBU............................................................................................3
2.5 MANFAAT TEBU...........................................................................................................................9
BAB III..................................................................................................................................................10
KESIMPULAN.......................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................11

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Proses Ekstraksi Pengolahan Tebu..........................................................................3


Gambar 2 : Proses Pengendapan kotoran dengan kapur (liming)..............................................3
Gambar 3 : Proses Evaporasi Pengolahan Tebu........................................................................4
Gambar 4 : Proses Kristalisasi Pengolahan Tebu......................................................................4
Gambar 5 : Tempat Penyimpanan Gula Kasar...........................................................................5
Gambar 6 : Bentuk Gula Kasar..................................................................................................5
Gambar 7 : Proses Afinasi (affination)......................................................................................6
Gambar 8 : Proses Karbontasi / Pemurnian...............................................................................6
Gambar 9 : Proses Penghilangan warna.....................................................................................7
Gambar 10 : Proses Pendidihan.................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas penting
sebagai bahan pembuatan gula yang sudah menjadi kebutuhan industri dan rumah tangga.
Tanaman tebu tumbuh didaerah tropika dan sub tropika. Kondisi tanah yang baik bagi
tanaman tebu adalah yang tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah selain itu akar tanaman
tebu sanga tsensitif terhadap kekurangan udara dalam tanah sehingga pengairan dan drainase
harus sangat diperhatikan. Ketinggian lahan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman tebu
yaitu kurang dari 500 meter, sedangkan pada ketinggian 1200 meter diatas permukaan laut
pertumbuhan tanaman tebu relatif lambat. Tebu juga merupakan tanaman utama penghasil
gula yang merupakan komoditi pangan penting baik untuk dikonsumsi langsung maupun
untuk keperluan industri di Indonesia. Pulau Jawa pernah sebagai exportir gula terbesar di
dunia, namun saat ini kita selalu kekurangan gula. Gula adalah komoditi strategis setelah
BBM dan beras, masih memiliki ketergantungan terhadap impor walaupun sejak tahun 2013
luas lahan perkebunan tebu telah meningkat dari 335 ribu hektar menjadi lebih dari 451 ribu
hektar pada tahun 2016 [CITATION Wah17 \l 1057 ]

Tebu merupakan tanaman penting yang bernilai ekonomi tinggi di berbagai negara,
terutama di negara berkembang yang beriklim tropis seperti Indonesia karena kandungan
gulanya yang tinggi pada bagian batangnya. Di Indonesia dengan usaha meningkatkan
produksi tanaman tebu diharapkan dapat mendorong perekonomian negara dengan
penambahan atau penghematan devisa negara. Batang tebu dimanfaatkan terutama sebagai
bahan dasar utama dalam industri gula dan bahan baku industri lainnya seperti farmasi,
kimia, pakan ternak, pupuk, jamur, dan lain-lain [CITATION Suk11 \l 1057 ].

1.2 RUMUSAN MASALAH

1 Bagaimana penanganan pasca panen pada tanaman tebu?


2 Bagaimana cara pengolahan tebu menjadi gula ?

1.3 TUJUAN

1 Untuk mendeskripsikan penanganan pasca panen pada tanaman tebu


2 Untuk mengetahui proses pembuatan gula

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PENANGANAN PASCA PANEN

Dalam bidang pertanian istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai tindakan atau
perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas  berada di
tangan konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat disebut Pasca produksi
(Postproduction) yang dapat dibagi dalam dua bagian atau tahapan, yaitu pasca panen
(postharvest) dan pengolahan ( processing).Penanganan pasca panen (postharvest) sering
disebut juga sebagai pengolahan primer ( primary processing) merupakan istilah yang
digunakan untuk semua perlakuan dari mulai panen sampai komoditas dapat dikonsumsi
“segar” atau untuk persiapan pengolahan berikutnya. Umumnya perlakuan tersebut tidak
mengubah bentuk penampilan atau penampakan, kedalamnya termasuk berbagai aspek dari
pemasaran dan distribusi. [ CITATION Tin15 \l 1057 ]
Penanganan pasca panen adalah kegiatan yang penting yang masuk dalam sapta usaha
tani. Pentingnya penanganan pasca panen berdampak pada harga jual komoditas. Apabila
penanganan pasca panennya tepat maka kualitas hasil terjaga dan harga komoditas tetap
mengikuti harga pasar. Disini pentingnya penanganan pasca panen yang dapat menghambat
proses pengrusakan bahan antara lain melalui pengawetan, penyimpanan terkontrol, dan
pendinginan. Karena sifat bahan yang mudah rusak (perishable) maka penanganan pasca
panen harus dilakukan secara hati-hati. [ CITATION MYu16 \l 1057 ]
Pengolahan (secondary processing) merupakan tindakan yang mengubah hasil tanaman ke
kondisi lain atau bentuk lain dengan tujuan dapat tahan lebih lama (pengawetan), mencegah
perubahan yang tidak dikehendaki atau untuk penggunaan lain, ke dalamnya termasuk
pengolahan pangan dan pengolahan industri.

2.2 PEMANENAN TEBU

Tebu dapat dipanen dapat dilakukan dengan cara manual atau masih menggunakan
mesin-mesin pemotong tebu. Daun kemudian dipisahkan dari batang tebu kemudian baru
dibawa ke pabrik untuk di proses menjadi gula. Pemanenan tebu dapat dilakukan dengan cara
pemotongan batang dengan akar dan akar yang ditinggalkan.

2.3 PENGIRIMAN DAN PENIMBANGAN TEBU

Tebu dari kebun di kirim ke pabrik menggunakan beberapa model angkutan :


Trailer (tebu urai), Truk bak, Truk loss bak (tebu ikat), Melewati jembatan timbangan dengan
sistem komputerisasi untuk pengambilan data berat kotor, nomer petak, lokasi, jenis tebang,
nama pelaksana tebang dan jam ditebang (kesegaran). Truk dan trailer yang telah di bongkar,
meninggalkan pabrik, melewati jembatan, timbang keluar untuk pengambilan data berat
kendaraan kosong.

2
2.4  PENGOLAHAN PASCA PANEN TEBU

1.       Ekstraksi

Gambar 1 : Proses Ekstraksi Pengolahan Tebu

Sumber : http://gubukktani.blogspot.com/
Tahap pertama pengolahan adalah ekstraksi jus atau sari tebu. Di kebanyakan pabrik,
tebu dihancurkan dalam sebuah serial penggiling putar yang berukuran besar. Cairan tebu
manis dikeluarkan dan serat tebu dipisahkan, untuk selanjutnya digunakan di mesin pemanas
(boiler). Di lain pabrik, sebuah diffuser digunakan seperti yang digambarkan pada
pengolahan gula bit. Jus yang dihasilkan masih berupa cairan yang kotor: sisa-sisa tanah dari
lahan, serat-serat berukuran kecil dan ekstrak dari daun dan kulit tanaman, semuanya
bercampur di dalam gula.
Jus dari hasil ekstraksi mengandung sekitar 15% gula dan serat residu, dinamakanbagasse,
yang mengandung 1 hingga 2% gula, sekitar 50% air serta pasir dan batu-batu kecil dari
lahan yang terhitung sebagai abu. Sebuah tebu bisa mengandung 12 hingga 14% serat dimana
untuk setiap 50% air mengandung sekitar 25 hingga 30 ton bagasse untuk tiap 100 ton tebu
atau 10 ton gula.

2.       Pengendapan kotoran dengan kapur (liming)


Gambar 2 : Proses Pengendapan kotoran dengan kapur (liming)

Sumber : http://www.acehkita.com
Pabrik dapat membersihkan jus dengan mudah dengan menggunakan semacam kapur
(slaked lime) yang akan mengendapkan sebanyak mungkin kotoran untuk kemudian kotoran
ini dapat dikirim kembali ke lahan. Proses ini dinamakan liming. Jus hasil ekstraksi
dipanaskan sebelum dilakukan liming untuk mengoptimalkan proses penjernihan. Kapur
berupa kalsium hidroksida atau ca(oh)2 dicampurkan ke dalam jus dengan perbandingan
yang diinginkan dan jus yang sudah diberi kapur ini kemudian dimasukkan ke dalam tangki

3
pengendap gravitasi: sebuah tangki penjernih (clarifier). Jus mengalir melaluiclarifier dengan
kelajuan yang rendah sehingga padatan dapat mengendap dan jus yang keluar merupakan jus
yang jernih.Kotoran berupa lumpur dari clarifier masih mengandung sejumlah gula sehingga
biasanya dilakukan penyaringan dalam penyaring vakum putar (rotasi) dimana jus residu
diekstraksi dan lumpur tersebut dapat dibersihkan sebelum dikeluarkan, dan hasilnya berupa
cairan yang manis. Jus dan cairan manis ini kemudian dikembalikan ke proses.

3.       Evaporasi

Gambar 3 : Proses Evaporasi Pengolahan Tebu

Sumber : https://duniatehnikku.wordpress.com/
Setelah mengalami proses liming, jus dikentalkan menjadi sirup dengan cara
menguapkan air menggunakan uap panas dalam suatu proses yang dinamakan evaporasi.
Terkadang sirup dibersihkan lagi tetapi lebih sering langsung menuju ke tahap pembuatan
kristal tanpa adanya pembersihan lagi.
Jus yang sudah jernih mungkin hanya mengandung 15% gula tetapi cairan (liquor)
gula jenuh (yaitu cairan yang diperlukan dalam proses kristalisasi) memiliki kandungan gula
hingga 80%. Evaporasi dalam ’evaporator majemuk' (multiple effect evaporator) yang
dipanaskan dengansteam merupakan cara yang terbaik untuk bisa mendapatkan kondisi
mendekati kejenuhan (saturasi).

4.      Kristalisasi
Gambar 4 : Proses Kristalisasi Pengolahan Tebu

Sumber : https://mesingula.wordpress.com/

Pada tahap akhir pengolahan, sirup ditempatkan ke dalam panci yang sangat besar
untuk dididihkan. Di dalam panci ini sejumlah air diuapkan sehingga kondisi untuk
pertumbuhan kristal gula tercapai. Pembentukan kristal diawali dengan mencampurkan

4
sejumlah kristal ke dalam sirup. Sekali kristal terbentuk, kristal campur yang dihasilkan dan
larutan induk (mother liquor) diputar di dalam alat sentrifugasi untuk memisahkan keduanya,
bisa diumpamakan seperti pada proses mencuci dengan menggunakan pengering berputar.
Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan udara panas sebelum disimpan.
Larutan induk hasil pemisahan dengan sentrifugasi masih mengandung sejumlah gula
sehingga biasanya kristalisasi diulang beberapa kali. Sayangnya, materi-materi non gula yang
ada di dalamnya dapat menghambat kristalisasi. Hal ini terutama terjadi karena keberadaan
gula-gula lain seperti glukosa dan fruktosa yang merupakan hasil pecahan sukrosa. Olah
karena itu, tahapan-tahapan berikutnya menjadi semakin sulit, sampai kemudian sampai pada
suatu tahap di mana kristalisasi tidak mungkin lagi dilanjutkan.

5.      Penyimpanan
Gambar 5 : Tempat Penyimpanan Gula Kasar

Sumber : https://docplayer.info/

Gambar 6 : Bentuk Gula Kasar

Sumber : https://www.123rf.com/
Gula kasar yang dihasilkan akan membentuk gunungan coklat lengket selama
penyimpanan dan terlihat lebih menyerupai gula coklat lunak yang sering dijumpai di dapur-
dapur rumah tangga. Gula ini sebenarnya sudah dapat digunakan, tetapi karena kotor dalam
penyimpanan dan memiliki rasa yang berbeda maka gula ini biasanya tidak diinginkan orang.
Oleh karena itu gula kasar biasanya dimurnikan lebih lanjut ketika sampai di negara
pengguna.

5
6.       Afinasi (affination)
Gambar 7 : Proses Afinasi (affination)

Sumber : http://gularafinasi.blogspot.com/

Tahap pertama pemurnian gula yang masih kasar adalah pelunakan dan pembersihan
lapisan cairan induk yang melapisi permukaan kristal dengan proses yang dinamakan dengan
(afinasi). Gula kasar dicampur dengan sirup kental (konsentrat) hangat dengan kemurnian
sedikit lebih tinggi dibandingkan lapisan sirup sehingga tidak akan melarutkan kristal, tetapi
hanya sekeliling cairan (coklat). Campuran hasil (magma') di-sentrifugasi untuk memisahkan
kristal dari sirup sehingga pengotor dapat dipisahkan dari gula dan dihasilkan kristal yang
siap untuk dilarutkan sebelum perlakuan berikutnya (karbonatasi).
Cairan yang dihasilkan dari pelarutan kristal yang telah dicuci mengandung berbagai zat
warna, partikel-partikel halus, gum dan resin dan substansi bukan gula lainnya. Bahan-bahan
ini semua dikeluarkan dari proses.

7.      Karbonatasi / Pemurnian

Gambar 8 : Proses Karbontasi / Pemurnian

Sumber : http://gubukktani.blogspot.com/

Tahap pertama pengolahan cairan (liquor) gula berikutnya bertujuan untuk


membersihkan cairan dari berbagai padatan yang menyebabkan cairan gula keruh. Pada tahap
ini beberapa komponen warna juga akan ikut hilang. Salah satu dari dua teknik pengolahan
umum dinamakan dengan karbonatasi. Karbonatasi dapat diperoleh dengan menambahkan
kapur/ lime [kalsium hidroksida, ca(oh)2] ke dalam cairan dan mengalirkan gelembung gas
karbondioksida ke dalam campuran tersebut. Gas karbondioksida ini akan bereaksi
dengan lime membentuk partikel-partikel kristal halus berupa kalsium karbonat yang

6
menggabungkan berbagai padatan supaya mudah untuk dipisahkan. Supaya gabungan-
gabungan padatan tersebut stabil, perlu dilakukan pengawasan yang ketat terhadap kondisi-
kondisi reaksi. Gumpalan-gumpalan yang terbentuk tersebut akan mengumpulkan sebanyak
mungkin materi-materi non gula, sehingga dengan menyaring kapur keluar maka substansi-
substansi non gula ini dapat juga ikut dikeluarkan. Setelah proses ini dilakukan, cairan gula
siap untuk proses selanjutnya berupa penghilangan warna. Selain karbonatasi, teknik yang
lain berupa fosfatasi. Secara kimiawi teknik ini sama dengan karbonatasi tetapi yang terjadi
adalah pembentukan fosfat dan bukan karbonat. Fosfatasi merupakan proses yang sedikit
lebih kompleks, dan dapat dicapai dengan menambahkan asam fosfat ke cairan
setelah liming seperti yang sudah dijelaskan di atas.

8.      Penghilangan warna
Gambar 9 : Proses Penghilangan warna

Sumber : https://slideplayer.info/

Ada dua metoda umum untuk menghilangkan warna dari sirup gula, keduanya
mengandalkan pada teknik penyerapan melalui pemompaan cairan melalui kolom-kolom
medium. Salah satunya dengan menggunakan karbon teraktivasi granular [granular activated
carbon, gac] yang mampu menghilangkan hampir seluruh zat warna. Gac merupakan cara
modern setingkat (bone char), sebuah granula karbon yang terbuat dari tulang-tulang hewan.
Karbon pada saat ini terbuat dari pengolahan karbon mineral yang diolah secara khusus untuk
menghasilkan granula yang tidak hanya sangat aktif tetapi juga sangat kuat. Karbon dibuat
dalam sebuah oven panas dimana warna akan terbakar keluar dari karbon. Cara yang lain
adalah dengan menggunakan resin penukar ion yang menghilangkan lebih sedikit warna
daripada gac tetapi juga menghilangkan beberapa garam yang ada. Resin dibuat secara
kimiawi yang meningkatkan jumlah cairan yang tidak diharapkan. Cairan jernih dan hampir
tak berwarna ini selanjutnya siap untuk dikristalisasi kecuali jika jumlahnya sangat sedikit
dibandingkan dengan konsumsi energi optimum di dalam pemurnian. Oleh karenanya cairan
tersebut diuapkan sebelum diolah di panci kristalisasi.

7
9.      Pendidihan

Gambar 10 : Proses Pendidihan

Sumber : https://mesingula.wordpress.com/
Sejumlah air diuapkan di dalam panci sampai pada keadaan yang tepat untuk
tumbuhnya kristal gula. Sejumlah bubuk gula ditambahkan ke dalam cairan untuk
mengawali/memicu pembentukan kristal. Ketika kristal sudah tumbuh campuran dari kristal-
kristal dan cairan induk yang dihasilkan diputar dalam sentrifugasi untuk memisahkan
keduanya. Proses ini dapat diumpamakan dengan tahap pengeringan pakaian dalam mesin
cuci yang berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan udara panas
sebelum dikemas dan/ atau disimpan siap untuk didistribusikan.

10.  Pengolahan sisa (recovery)

Cairan sisa baik dari tahap penyiapan gula putih maupun dari pembersihan pada tahap
afinasi masih mengandung sejumlah gula yang dapat diolah ulang. Cairan-cairan ini diolah di
ruang pengolahan ulang (recovery) yang beroperasi seperti pengolahan gula kasar, bertujuan
untuk membuat gula dengan mutu yang setara dengan gula kasar hasil pembersihan setelah
afinasi. Seperti pada pengolahan gula lainnya, gula yang ada tidak dapat seluruhnya diekstrak
dari cairan sehingga diolah menjadi produk samping: molase murni. Produk ini biasanya
diolah lebih lanjut menjadi pakan ternak atau dikirim ke pabrik fermentasi seperti misalnya
pabrik penyulingan alkohol.

Setelah tebu ditebang kandungan sukrosa yang terdapat dalam batang tebu akan
mengalami degradasi menjadi monosakarida atau gula reduksi yang disebabkan oleh aktivitas
mikroba. Hal ini merupakan kerugian karena di pabrik gula yang akan di kristalkan adalah
sukrosa sementara monosakarida dan gula lain akan menjadi tetes (molasses).

Kerusakan tebu (cane deterioration) merupakan faktor yang penting dalam


memperoleh gula yang berkualitas. Selain menyebabkan kehilangan gula (sukrosa) yang
besar, kerusakan tebu menyebabkan kesulitan dalam proses pengolahan tebu menjadi gula
dan menambah biaya produksi. Clarke, et al (1980) memperkirakan bahwa kehilangan gula
pada pra-panen sampai menjadi gula produk bervariasi antara 5 – 35 % dari sukrosa dalam
tebu, tergantung pada kondisi lingkungan dan teknologi yang digunakan.

2.5 MANFAAT TEBU

8
1. Kesehatan gigi
2. Kesehatan jantung
3. Pencegahan penyakit dan penyembuhan
4. Bahan pokok gula
5. Bahan pembuatan kertas
6. Bahan pembuatan alkohol
7. Pembangkit listrik
8. Alternatif biobriket
9. Dimanfaatkan menjadi minuman ringan
10. Penambah rasa dalam makanan.

9
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Dari makalah yang telah kami buat dapat kami simpulkan dalam bidang pertanian
istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai tindakan atau perlakuan yang diberikan pada
hasil pertanian setelah panen sampai komoditas  berada di tangan konsumen. Penanganan
pasca panen (postharvest) sering disebut juga sebagai pengolahan primer ( primary
processing) merupakan istilah yang digunakan untuk semua perlakuan dari mulai panen
sampai komoditas dapat dikonsumsi “segar” atau untuk persiapan pengolahan berikutnya.
Dalam pengolahan tebu menjadi gula melewati proses yang sangat panjang. Mulai
dari pengangkutan Tebu dari kebun di kirim ke pabrik menggunakan beberapa model
angkutan : Trailer (tebu urai), Truk bak, Truk loss bak (tebu ikat), Melewati jembatan
timbangan dengan sistem komputerisasi untuk pengambilan data berat kotor, nomer petak,
lokasi, jenis tebang, nama pelaksana tebang dan jam ditebang (kesegaran). Truk dan trailer
yang telah di bongkar, meninggalkan pabrik, melewati jembatan, timbang keluar untuk
pengambilan data berat kendaraan kosong. Masuk ke dalam pabrik mengalami pengolahan
yang sangat rumit mulai dari Ekstraksi, Pengendapan kotoran dengan kapur (liming),
Evaporasi, Kristalisasi, Penyimpanan, Afinasi (affination), Karbonatasi, Penghilangan warna,
Pendidihan, Pengolahan sisa (recovery).

10
DAFTAR PUSTAKA

Mutiarawati, T. (2015). Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian. JURNAL PENGOLAHAN DAN
PEMASARAN HASIL PERTANIAN, 1-17.
Samad, M. Y. (2016). PENGARUH PENANGANAN PASCA PANEN TERHADAP MUTU KOMODITAS
HORTIKULTURA. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia , 31-36 .
Sugandi, W. K., Suastawa, I. N., & Wiyono, J. (2017). KONDISI LAHAN KEBUN TEBU SETELAH PANEN
DAN KARAKTERISTIK FISIK DAN MEKANIK SERASAH TEBUNYA. Jurnal Teknik Pertanian
Lampung Vol.6, No. 3, 133-140.
Sukmadajaja, D., & Mulyana, A. (2011). Regenerasi dan pertumbuhan beberapa varietas tebu
(Saccharum officinarum L.) secara in vitro. Jurnal AgroBiogen 7(2), 106-118.

11

Anda mungkin juga menyukai