( Acrhras zapota. L )
I. UMUM
1.1. Sejarah Singkat
Sawo yang disebut neesbery atau sapodilas adalah tanaman buah berupa yang berasal dari
Guatemala (Amerika Tengah), Mexico dan Hindia Barat. Namun di Indonesia, tanaman sawo
telah lama dikenal dan banyak ditanam mulai dari dataran rendah sampai tempat dengan
ketinggian 1200 m dpl, seperti di Jawa dan Madura.
3.3.2. Pembubunan
Pada saat melakukan penyiangan tanaman sawo, dapat juga dilakukan pembubunan tanah di
sekitar tanaman. Pembubunan dilakukan untuk menggemburkan tanah di sekitar tanaman sawo
dan untuk memperkokoh batang tumbuhnya.
3.3.3. Pemupukan
Sebagai pedoman pemupukan dapat diberikan 250-500 gram urea/pohon/tahun sebelum tanaman
sawo berbuah. Pemupukan ini dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan batang dan daun,
karena urea adalah sumber N yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan batang dan daun.
Bila tanaman sudah waktunya berbuah, kurang lebih berumur 4 tahun, dilakukan pemupukan
dengan menggunakan pupuk majemuk NPK (10-20-15) yang kandungan fosfor (P) dan
kaliumnya (K) tinggi sebanyak 500 gram per pohon tiap tahun. Bila tidak ada NPK bisa diganti
dengan pupuk urea, DS, dan KCl sebanyak 108 gram, 277 gram, dan 144 gram. Unsur P bagi
tanaman berfungsi untuk mempercepat pembungaan, sedangkan unsur K berfungsi untuk
menjaga bunga dan buah supaya tidak mudah gugur.
Jumlah pupuk tersebut secara bertahap ditingkatkan sampai 2 kg/pohon tiap tahun untuk tanaman
sawo yang telah berumur 15 tahun. Selain urea dan NPK yang diberikan, perlu juga diberikan
pupuk kandang sebanyak 10 kg/pohon untuk memperbaiki struktur tanah. Pemberian pupuk
lanjutan tersebut dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu pada awal dan akhir musim hujan.
Dosis yang diberikan setengah dari yang disebutkan di atas.
Cara pemberian pupuk dengan menaburkan pupuk ke dalam parit yang digali di bawah pohon
mengelilingi lingkaran tajuk dengan lebar dan kedalaman ± 10 cm. Dapat juga ditanam pada
empat lubang di bawah tajuk pohon dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 20 cm untuk tiap lubang.
3.3.4. Penyiraman
Pada awal tanaman sawo memulai kehidupannya, perlu dilakukan penyiraman paling sedikit dua
minggu sekali jika tidak ada hujan. Pemberian air pada tanaman sawo perlu dilakukan sampai
tanaman berumur 3-4 tahun. Semakin tua tanaman, semakin tahan terhadap kekeringan.
Kekurangan air pada waktu tanaman sawo sedang berbunga atau berbuah dapat menyebabkan
bunga atau buah mudah gugut. Pemberian air yang baik dan teratur akan menghasilkan buah
dengan jumlah dan kualitas yang baik.
3.3.6. Pemangkasan
Jika dibiarkan tumbuh secara alami, tanaman sawo dapat mencapai ketinggian 20 m. Pohon
dengan ketinggian seperti itu akan menyulitkan dalam pemetikan buah. Agar tanaman sawo tidak
terlalu tinggi, maka dilakukan pemangkasan. Pemangkasan juga bertujuan membentuk sistem
percabangan yang baik dan kuat.
Ada dua tahap pemangkasan pada tanaman sawo, yaitu pemangkasan bentuk dan pemangkasan
pemeliharaan.
a. Pemangkasan Bentuk
Pemangkasan bentuk ditujukan untuk mengatur tinggi rendah dan bentuk tajuk untuk
memudahkan dalam pemetikan buah serta pengontrolan terhadap hama dan penyakit.
Pemangkasan pertama dilakukan ketika tanaman telah mencapai tinggi 100-160 cm.
Pemangkasan dilakukan pada musim penghujan dengan memotong ujung batang hingga
ketinggiannya tinggal 75-150 cm. Tempat pemangkasan harus sedikit di atas ruas batang. Untuk
mencegah penyakit, luka bekas pangkasan dapat ditutup dengan cat meni atau parafin. Beberapa
hari setelah pemangkasan akan tumbuh tunas-tunas baru. Tiga dari tunas yang tumbuh sehat dan
tidak saling berdekatan dipilih sebagai cabang primer dan tunas lainnya dibuang.
Pemangkasan ke dua dilakukan pada awal musim penghujan berikutnya, tunas yang telah
berumur satu tahun dipangkas lagi hingga panjangnya tinggal 25-40 cm. Pemangkasan ini
dilakukan tepat di atas mata tunas. Akibat pemangkasan ini akan muncul tunas-tunas baru. Tiga
sampai empat tunas yang sehat dibiarkan tumbuh menjadi cabang sekunder dan tunas yang lain
dipotong.
Pemangkasan ke tiga yang merupakan pemangkasan terakhir dilakukan pada awal musim
penghujan berikutnya, cabang-cabang sekunder dipotong untuk membentuk cabang-cabang
tersier. Pemotongan dilakukan sampai jumlah cabang-cabang sekunder tinggal dua pertiganya.
Setelah pemangkasan ini akan muncul tunas-tunas baru. Dua atau tiga tunas dari masing-masing
cabang sekunder dibiarkan tumbuh, yang lainnya dibuang setelah tumbuh sepanjang 10 cm.
b. Pemangkasan Pemeliharaan
Pemangkasan pemeliharaan ditujukan untuk mencegah serangan penyakit, menumbuhkan tunas
baru untuk mengganti cabang tua yang tidak berproduktif lagi, serta mengurangi kerimbunan
sehingga sinar matahari dapat dimasukkan ke mahkota tajuk.
Dalam pemangkasan ini yang perlu dipangkas adalah cabang-cabang air yaitu cabang-cabang
yang tumbuh lurus ke atas dengan kecepatan pertumbuhan lebih besar dibandingkan cabang-
cabang lain. Warna cabang air ini lebih muda dengan jarak antar ruas cabang yang lebih panjang.
Selain cabang air yang perlu dihilangkan adalah cabang yang tumbuh liar, cabang yang sakit atau
rusak, dan cabang yang terlalu rendah. Pemangkasan pemeliharaan ini dapat dilakukan setiap
saat jika diperlukan.
3.5.2. Penyakit
a. Jamur upas
Penyebab: jamur Corticium salmonocolor. Spora dari jamur ini menular kemana-mana oleh
hembusan angin. Gejala: (1) Stadium rumah laba-laba, yaitu ditandai dengan munculnya
meselium tipis berwarna mengkilat seperti sutera atau perak. pada stadium ini jamur belum
masuk ke dalam kulit tanaman sawo; (2) Stadium bongkol, yaitu stadium dimana jamur
membentuk gumpalan-gumpalan hifa di depan lentisel; (3) Stadium corticium, yaitu stadium
dimana jamur membentuk kerak berwarna merah muda yang berangsur-angsur berubah menjadi
lebih muda lalu menjadi putih. Kerak yang terbentuk terdiri dari lapisan basidium yang pada
setiap basidiumnya terdapat basidiospora. Kulit tanaman sawo yang terdapat di bawah kerak
tersebut akhirnya busuk; (4) Stadium necator, yaitu stadium dimana jamur membentuk banyak
piknidium yang berwarna merah. Piknidium ini terdapat pada sisi cabang atau ranting yang lebih
kering. Pengendalian: (1) Pada stadium laba-laba, penyakit ini dapat diatasi dengan cara
menggosok tempat yang terserang jamur sampai hilang. Bekas luka gosokan diolesi dengan cat
meni, ter, atau carbolineum; (2) Penyemprotan dengan fungisida yang mengandung tembaga
berkadar tinggi seperti Cupravit OB 21 dengan dosis 4 gram/liter air setiap tiga minggu sekali
untuk menghindari munculnya serangan lagi; (3) Pemotongan pada bagian tanaman yang
terserang apabila jamur sudah mencapai stadium bongkol, corticium, atau necator. Pemotongan
dilakukan pada bagian yang sehat jauh dari batas bagian yang sakit. Bagian yang dipotong
kemudian diolesi dengan fungisida dan dibakar.
b. Jamur jelaga
Penyebab: jamur Capnodium sp. Gejala: serangan jamur ini berupa warna hitam seperti beludru
yang menutupi permukaan daun sawo. Serangan lebih lanjut dapat menutupi seluruh daun dan
ranting tanaman sawo.Jika serangan jamur ini berjumlah banyak, proses fotosintesa tanaman
sawo akan terganggu sehingga pertumbuhan terhambat. Serangan yang terjadi pada saat tanaman
berbunga dapat mengakibatkan buah yang terbentuk hanya sedikit. Jika yang terserang adalah
buah, dapat menyebabkan kerontokan atau berkurangnya kualitas buah. Pengendalian: (1)
melenyapkan serangga yang menghasilkan embun madu terlebih dahulu dengan insektisida; (2)
dilakukan penyemprotan dengan fungisida seperti Antracol 70 WP dengan dosis 2 gram/liter air
atau Dithane M-45 80 WP dengan dosis 1,8-2,4 gram/liter air.
c. Busuk buah
Penyebab: jamur Phytopthora palmivora Butl. Gejala: mula-mula kulit buah berbercak-bercak
kecil berwarna hitam atau cokelat, kemudian melebar dan menyatu secara tidak beraturan,
daging buah membusuk dan berair, serta kadang-kadang buah berjatuhan (gugur). Pengendalian:
(1) dengan cara pemotongan buah yang sakit berat, pengumpulan dan pemusnahan buah yang
terserang; (2) penyemprotan fungisida, seperti Dithane M-45 80 WP dengan dosis 1,8 gr - 2,4
gram/liter air.
d. Hawar benang putih
Penyebab: jamur (cendawan) Marasmius scandens Mass, yang tumbuh pada permukaan batang
dan cabang tanaman sawo. Gejala: daun-daun mengering dan berguguran. Pada ranting yang
mengering terdapat benang-benang jamur berwarna putih. Pengendalian: (1) dengan cara
mengurangi kelembaban kebun, memotong bagian tanaman yang sakit berat; (2) mengoleskan
atau menyemprotkan fungisida, seperti Benlate dengan dosis 2 gr/1 air.
3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Panen
Tanaman sawo yang dikembangbiakkan dengan pencangkokan dapat menghasilakan buah hanya
sampai 3-5 tahun, sedangkan yang melalui penyambungan antara 5-6 tahun.
Buah sawo kadang-kadang matang tidak serempak sehingga pemanenan dilakukan dengan
bertahap dengan cara memilih buah yang sudah menunjukkan ciri fisiologis untuk dipanen (tua).
Ciri-ciri buah sawo yang sudah tua adalah ukuran buah maksimal, kulit berwarna cokelat muda,
daging buah agak lembek, bila dipetik mudah terlepas dari tangkainya, serta bergetah relatif
sedikit. Pemetikan buah yang masih muda sebaiknya dihindari karena memerlukan waktu yang
lama untuk pemeramannya dan rasa buah tidak manis (sepat).
3.7. Pascapanen
3.7.1. Pengumpulan
Setelah semua buah yang sudah tua dipanen, kemudian dilakukan pengumpulan buah-buah
tersebut. Kumpulkan buah-buah tersebut dalam suatu wadah atau tempat, setelah semua
terkumpul, kemudian dilakukan pencucian untuk menghilangkan kulit yang kasar atau kulit
gabusnya.
3.7.3. Penyimpanan
Buah sawo yang sudah diberi perlakuan (pencucian dan pengasapan) mempunyai kulit yang
sangat tipis sehingga mudah rusak dan tidak tahan lama dalam penyimpanannya. Ada beberapa
cara penyimpanan agar buah lebih tahan lama, salah satunya dengan mengatur temperatur ruang
penyimpanan.
Buah sawo yang masak bila disimpan dalam temperatur ruang hanya tahan 2 hari sampai 3 hari,
tetapi bila dalam ruangan yang mempunyai temperatur 0 derajat C, buah sawo tetap dalam
keadaan baik selama 12 hari sampai 14 hari. Kelembaban (nisbi) yang dibutuhkan dalam ruang
penyimpanan adalah 85-90%. Buah sawo yang yang belum masak akan tahan disimpan selama
17 hari dalam ruangan yang bertemperatur 15 derajat C.
Catatan:
Biaya perawatan setiap tahun kurang lebih sekitar = Rp 1.500.000,-
Pada tahun ke-6 keuntungan sudah dapat menutupi investasi yang dikeluarkan
V. STANDAR PRODUKSI
5.1. Ruang Lingkup
Standar mutu: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan
pengemasan.
5.2. Diskripsi
…
5.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
…
5.4. Pengambilan Contoh
Satu Partai/lot mangga terdiri dari maksimum 1000 kemasan. Contoh diambil secara acak dari
jumlah kemasan dalam 1 partai/lot seperti terlihat dibawah ini:
a) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot sampai dengan 100 : contoh yang diambil 5.
b) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 101-300: contoh yang diambil 7.
c) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 301-500: contoh yang diambil 9.
d) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 501-1000: contoh yang diambil 10.
5.5. Pengemasan
Pengemasan buah sawo dalam peti kayu, berat bersih setiap peti kayu maksimum 25 kg, susunan
buah dalam peti kayu kompak dengan setiap buah yang diberi pembungkus/ penyekat, atau kotak
kotoran diberi penyekat dan lobang udara, susunan buah dalam kotak karton satu lapis dengan
berat bersih kotak karton maksimum 10 kg.
Untuk pemberian merek di bagian luar kotak kayu di beri label yang dituliskan antara lain:
a) Nama barang.
b) Jenis mutu.
c) Nama/kode perusahaan/eksportir.
d) Berat bersih.
e) Produksi Indonesia.
f) Tempat/negara tujuan.