Oleh :
Aldi Mutoriq (A1D017123)
Widiyanto (A1D017127)
Malik Priambada (A1D017
A. Latar Belakang
Bunga Tapak dara merupakan tanaman hias yang berasal dari madagaskar,
tetapi tanaman ini sudah menyebar ke banyak daerah tropis lainnya.
Entah kenapa bunga yang satu ini dinamakan tapak dara. Bunganya yang indah ini
dikenal juga mengandung banyak khasiat bagi kesehatan. Pada akar, batang, daun dan
biji bunga tapak dara mempunyai kandungan alkaloid yang bersifat antikanker.Nama
ilmiah tanaman hias bunga ini yaitu Catharanthus roseus (L.) Don. Di Indonesia
tumbuhan hias pekarangan ini dikenal dengan beragam nama, seperti pada disebut
sindapor (Sulawesi), kembang tembaga (bahasa Sunda), dan kembang tapak dårå
(bahasa Jawa). Orang Malaysia mengenalnya pula sebagai kemunting cina, pokok
rumput jalang, pokok kembang sari cina, atau pokok ros pantai.Di Filipina bunga
ini diketahui sebagai tsitsirika, di Vietnam sebagai hoa hai dang, di Cina diketahui
sebagai chang chun hua, di Inggris sebagai rose periwinkle, dan di Belanda sebagai
soldaten bloem.
Tapak Dara dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi dengan
ketinggian 800 mdpl, menyukai tempat yang terbuka namun juga dapat tumbuh pada
tempat yang ternaungi. Tanaman ini memiliki banyak cabang, dengan tinggi berkisar
antara 0,2 – 1 m, sehingga tanaman ini cocok digunakan sebagai tanaman hias sekaligus
tanaman obat.
Bunga tapak dara menyukai tempat tumbuh yang terbuka, tetapi tak tutup
kemungkinan bisa tumbuh di tempat yang agak terlindung juga. Habitus perdu tumbuh
menyamping. Tinggi tanaman hias bunga tapak dara bisa mencapai ketinggian 0, 2
meter. Daunnya berbentuk bulat telur, berwarna hijau, tersusun menyirip berselingan.
Panjang daun sekitar 2-6 cm, lebar 1-3 cm, dan tangkai daunnya sangat pendek. Batang
dan daunnya mempunyai kandungan lateks berwarna putih. Bunganya aksial (terlihat
dari ketiak daun). Kelopak bunga kecil, berbentuk paku. Mahkota bunga berbentuk
terompet, ujungnya melebar, berwarna putih, biru, merah jambu atau ungu tergantung
kultivarnya. Buahnya berbentuk gilig (silinder), ujung lancip, mempunyai rambut,
panjang sekitar 1, 5 – 2, 5 cm, dan memiliki banyak biji.
Di Indonesia tanaman ini belum banyak dibudidayakan, walaupun telah lama
diketahui dapat digunakan sebagai obat herbal. Kandungan vincristine dan vinblastine
yang akhir-akhir ini telah diketahui sebagai obat kanker sangatlah membuka puluang
bagi petani untuk membudidayakan tanaman tapak dara ini. Tanaman yang hanya dapat
menghasilkan jumlah bahan kimia ini dalam jumlah yang kecil (0.001– 0.0003%,
Uniyal et al., 2001) dengan harganya sangat mahal, mengisyaratkan bahwa untuk
menghasilkan jumlah vincristine dan vinblastine yang banyak maka diperlukan jumlah
tanaman yang banyak pula. Oleh karena itu, membuka peluang yang sangat luas bagi
petani untuk membudidayakan tanaman ini.
Bali yang telah banyak dikenal dengan pariwisaanya, juga berpeluang besar
untuk mengembangkan tanaman tapak dara ini. Disamping dapat digunakan sebagai
tanaman hias, produksi masal untuk bahan baku obat herbal juga masih
memungkinkan. Untuk mendapatkan hasil yang baik penelitian telah dilakukan untuk
mengetahui pengaruh air dan nutrisi dalam tanah terhadap pertumbuhan tanaman tapak
dara pada ketinggian tempat yang berbeda. Pengetahuan tentang pertumbuhan tanaman
menjadi penting karena, seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa dengan
pertumbuhan tanaman yang optimal diharapkan dapat menghasilkan daun yang
maximal sehingga kadar bahan kimia aktif yang dihasilkan oleh tanaman yang
diekstrak dari daunnya dapat ditingkatkan.
B. Tujuan
(PERIWINKLE) DI LAPANGAN
Bibit tanaman tapak dara (periwinkle) yang telah berumur lebih kurang 12
minggu
telah siap untuk ditanam di lapangan. Sebelum penanaman lahan perlu dipersiapkan
terlebih dahulu sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Tanaman tapak dara akan
tumbuh baik pada lahan yang mendapatkan sinar matahari cukup/langsung, namun
tanaman ini juga dapat tumbuh dibawah naungan. Tanaman ini akan tumbuh baik jika
mendapat sinar matahari pagi yang cukup, namun mendapat naungan di siang hari.
Apabila tanaman ini kena langsung terik sinar matahari di siang hari, maka daunnya
akan menggulung atau layu.
1. Dengan menggunakan sekop kecil, lubang untuk menanam bibit di buat dengan
kedalaman sekitar 20cm di dalam guludan
2. Guludan dengan ukuran tersebut diatas dipersiapkan untuk ditanami dengan 12 bibit
tanaman
Tanaman yang telah berumur 3 bulan telah tumbuh dengan baik dan siap untuk
dipanen. Untuk memanen bunga dan daun serta cabang tanaman, panen dapat
dilakukan dengan memotong seluruh cabang tanaman. Pemilahan dapat dilakukan di
rumah di tempat lain yang teduh
Pada saat panen, beberapa peralatan yang diperlukan adalah:
1. Sabit untuk menyabit cabang tanaman tapak dara
2. Tas plastik besar ukuran 10 kg untuk tempat tanaman yang baru di panen
3. Tisu dengan air digunakan untuk mempertahankan kelembaban tanaman yang
dipanen
4. Air untuk mempertahankan kelembaban tanaman yang telah dipanen
5. Keranjang untuk mengumpulkan dan mengangkut hasil tanaman yang dipanen
6. Kantung plastik 2 kg untuk tempat daun, bunga, buah, dan batang hasil panen
7. Nampan untuk mengeringkan daun, bunga, buah dan cabang
2.3.1. Cara Panen Tanaman Tapak Dara
1. Bunga dipanen dengan mengambil kuntum bunga langsung sesaat sebelum tanaman
dipanen
2. Bunga dikumpulkan dan diletakkan dalam kantung plastik 2 kg
3. Di dalam kantung plastik yang berisi bunga ditambahkan tisu yang telah dibasahi
dengan air untuk menjaga kesegaran bunga
4. Bunga, kemudian diletakkan di dalam nampan untuk dikering-udarakan
5. Tanaman yang telah siap untuk dipanen di sabit pada pangkal cabang
banyaknya kandungan bahan kimia aktif yang dihasilkan oleh tanaman tapak
dara, dan beberapa telah dibuktikan dapat digunakan sebagai obat terutama penyakit
yang Pengobatannya masih dianggap susah saat ini, maka budidaya tanaman tapak dara
ini masih sangat diperlukan. Dengan semakin banyaknya penyakit seperti penyakit
kanker dan hipertensi yang terjadi saat ini maka produksi masal tanaman dengan
budidaya yang baik akan dapat membantu menghasilkan bahan obat yang lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Safira, A, E.E, Nurlaelih, dan Sitawati. 2018. Aplikasi Plant Growth Promoting
Rhizobacteria (PGPR) dan Frekuensi Pemangkasan Pucuk Terhadap Pertumbuhan
dan Jumlah Bunga Tapak Dara(Catharanthus roseus). Jurnal Produksi Tanaman.
6(6):951-957.
Sukarman, I.Darwati, dan D. Rusmin. 2000. Karakter Morfologi dan Fisiologi Tapak
Dara(Catharanthus roseus) pada Beberapa Cekaman Air. Jurnal Littri. 6(2).
Watiniasih, N.L., P.Sudiarta, dan Nyoman Semadi Antara. 2012. Praktek Baik
Budidaya Tanaman Tapak Dara(Catharanthus roseus). Universitas Udayana, Bali.