LAPORAN PRAKTIKUM
PEMBIAKAN TANAMAN
ACARA 9
BIOLOGI BUNGA, KASTRASI DAN HIBRIDISASI
BAB 3. METODOLOGI
3.2.2 Bahan
1. Tanaman Terong
2. Tanaman Cabe
3. Tanaman Tomat
4.1 Hasil
No
Gambar / foto
Foto
tanaman
(Terung ungu)
Keterangan
1 ciri ciri khas varietas tanaman
Tanaman terong mempunyai ciri-ciri yaitu bisa tumbuh hingga
tinggi mencapai 40-150. Daunnya besar, dengan lobus yang kasar.
Ukurannya 10-20 cm panjangnya dan 5-10 cm lebarnya. Jenis-jenis
setengah liar lebih besar dan tumbuh hingga setinggi 225 cm), dengan
daun yang melebihi 30 cm dan 15 cm panjangnya. Batang pohon
tanaman terong biasanya berduri. Warna bunga terong antara putih
hingga ungu, dengan mahkota yang memiliki lima lobus. Benang
sarinya berwarna kuning. Buah tepung berisi, dengan diameter yang
kurang dari 3 cm untuk yang liar, dan lebih besar lagi untuk jenis
yang ditanam. Tipe penyerbukan terung dengan menyerbuk sendiri
sebab benang sari dan putik terung berada dalam satu tanaman berarti
berada dalam satu rumah dan berdekatan.
Foto
tanaman
(Tomat)
tomat
melakukan
penyerbukan sendiri.
Foto
tanaman
(Cabai Hijau)
Hasil
4.2 Pembahasan
Bunga merupakan organ perkembangbiakan generatif yang umum
dijumpai pada tanaman. Masing-masing tanaman memiliki karakteristik bunga
yang berbeda. Beberapa bunga juga diketahui memiliki oragan atau bagian bunga
tertentu saja. Bunga unisexual merupakan salah satu kelompok bunga yang
dibedakan berdasarkan kelengkapan alat kelaminnya. Bunga unisexual merupakan
bunga yang hanya memiliki salah satu dari kedua macam alat kelamin yang biasa
terdapat pada bunga, baik berupa kelamin jantan saja (flos maskulus) atau kelamin
betina saja (flos femineus). Pada tanaman unisexual, penyerbukan sendiri sulit
dilakukan karena letak bunga jantan dan betina yang berjauhan. Penyerbukan
sendiri pada bunga jenis ini belum memberi jaminan akan terjadinya pembuahan
karena serbuk sari belum tentu dapat mencapai sel telur yang terdapat pada putik.
Biasanya penyerbukan pada bunga unisexual dapat terjadi akibat adanya faktor
luar yang dapat membantu sampainya serbuk sari pada putik. Penyerbukan
tersebut antara lain dapat dibantu oleh angin (anemogami), hewan (zoidogami),
air (hidrogami), dan karena adanya bantuan dari manusia (antropogami).
Masuknya serbuk sari ke kepala putik akibat bantuan dari beberapa polinator
tersebut kemudian menyebabkan terjadinya proses pembuahan pada bunga
unisexual.
Bunga terong memiliki struktur bunga yang lengkap sehingga dapat
dikatakan bahwa bunga ini merupakan bunga sempurna. Bunga terong memiliki
hiasan bunga berupa kelopak dan benang sari yang dapat dilihat dengan jelas.
Berdasarkan letak dan susunan bagian-bagiannya, bunga terong juga termasuk
bunga cyclis atau bunga yang bagian-bagiannya tersusun dalam lingkaranlingkaran. Terong memiliki lima helai kelopak yang saling berlekatan. Mahkota
bunga berwarna ungu sebagai hiasan bunga terdiri dari lima helai yang tersusun
secara mellingkar dan berlekatan. Serbuk sari berwarna kuning berjumlah lima
buah yang tersusun melingkar mengelilingi putik. Sedangkan putiknya hanya satu
buah dan terletak tepat pada bagian tengah bunga. Identifikasi bagian bunga
terong tersebut nantinya dapat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik
dari bunga terong. Salah satu istilah yang dikenal dalam kegiatan identifikasi
bunga adalah rumus bunga. Rumus bunga terdiri dari huruf, angka, dan simbol
yang dapat memberikan gambaran mengenai sifat bunga, bagian bunga, dan
susunan-susunannya. Kelopak bunga dinyatakan dengan huruf K, mahkota bunga
dinyatakan dengan huruf C, benang sari dinyatakan dengan huruf A, sedangkan
putik dinyatakan dengan huruf G. Sesuai dengan hasil identifikasi bunga terong
sebelumnya, maka dapat diketahui bahwa rumus bunga terong adalah
K(5) C(5)
A5 G1.
Saat yang paling baik untuk melakukan kastrasi dan hibridisasi adalah saat
bunga telah setengah mekar sampai tiga perempat bagian bunganya (bunga yang
masih kuncup) dan kepala putiknya berwarna putih. Pada saat itu, bunga jantan
(benang sari) pada kotak sari tersebut belum masak atau pecah. Hal ini juga
dipengarui oleh morfologi dari masing-masing bunga yang akan disilangkan.
Kematangan putik dan benang sari merupakan hal yang sangat penting bagi
keberhasilan suatu proses penyerbukan. Menurut Deswiniyanti dkk. (2011),
menyatakan bahwa informasi mengenai kematangan polen (serbuk sari) dan
reseptif (putik) stigma pada suatu bunga menjadi penting karena untuk
merangsang proses pembungaan. Selain itu informasi mengenai anthesis juga
sangat penting, yaitu informasi mengenai waktu atau lamanya mulainya bunga
mekar sampai mekar sempurna. Pada masa anthesis ini terjadi proses penyerbukan
antara organ reproduksi jantan dan organ betina. Sedangkan menurut Choi et al.
(2011), waktu yang tepat untuk melakukan kastrasi sebaiknya dilakukan sebelum
perlu dipertimbangkan dari segi lain, yaitu sifat fisiologi, adaptasi dan susunan
genetik.
Setelah dipilih bunga jantan dengan kualitas yang baik, maka selanjutnya
dapat dilakukan penyungkupan pada bagian bunga jantan tersebut sehingga
serbuk sari tidak terlepas dan menyerbuki bunga lainnya. Bunga betina juga perlu
dipersiapkan dengan cara disungkup sehingga dapat mencegah terjadinya
penyerbukan sendiri. Setelah masing-masing bunga yang telah diseleksi tersebut
matang, selanjutnya dapat dilakukan persilangan dengan cara memasukkan serbuk
sari pada bunga tanaman betina yang telah terpilih sehingga dapat menghasilkan
tanaman baru. Tanaman baru tersebut kemudian dapat disilangkan kembali
dengan bunga tanaman induknya (tetua) yang ingin diperbaiki sifatnya sehingga
dapat diperoleh tanaman dengan sifat yang diinginkan. Hasil persilangan tanaman
dengan sifat yang diinginkan tersebut kemudian dapat diperbanyak untuk
dikembangkan pada pertanaman selanjutnya. Keunggulan dalam teknik ini adalah
dapat dilakukan dengan mudah serta dapat menghasilkan tanaman dengan
karakteristik yang bervariatif.
Teknik hibridisasi dengan rekayasa genetika juga sudah mulai banyak
dilakukan. Rekayasa Genetika adalah teknik yang dilakukan manusia dengan cara
mentransfer (memindah-kan) gen (DNA) yang dianggap menguntungkan dari satu
organisme kepada susunan gen (DNA) dari organisme lain. Rekayasa genetika
dalam arti paling luas adalah penerapan genetika untuk kepentingan manusia.
Dengan pengertian ini kegiatan pemuliaan tanaman dilakukan dengan melalui
kegiatan seleksi tetua dengan sifat unggul dalam suatu populasi yang kemudian
dilakukan perbaikan terhadap sifat yang dimiliki oleh tetua tersebut. Demikian
pula penerapan mutasi buatan tanpa target dapat pula dimasukkan. Walaupun
demikian, masyarakat ilmiah sekarang lebih bersepakat dengan batasan yang lebih
sempit, yaitu penerapan teknik-teknik biologi molekular untuk mengubah susunan
genetik dalam kromosom atau mengubah sistem ekspresi genetik yang diarahkan
pada pemanfaatan tertentu. Keunggulan dari pemanfaatan rekayasa genetika
terletak pada keakuratan dalam membuat rekombinasi materi genetik sehingga
lebih mudah dalam memperoleh sifat yang diinginkan. Selain itu, rekayasa
genetika juga tidak terbatas pada jenis organisme yang disilangkan.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap bunga terong yang telah
disilangkan, diketahui bahwa terjadi kegagalan dalam proses hibridisasi yang
telah dilakukan. Bunga terong yang diamati selama dua minggu mengering dan
tidak menunjukkan adanya pembuahan pada bunga tersebut. Kegagalan dalam
kegiatan persilangan bunga terong tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor
yang terbagi menjadi faktor luar, faktor dalam dan faktor pelaksanaan. Faktor luar
berasal dari lingkungan di sekitar tempat pengamatan yang tidak optimal untuk
mendukung terjadinya pembuahan. Hujan dan angin merupakan salah satu faktor
yang paling menghambat masuknya serbuk sari ke dalam putik. Selain itu, hujan
dan angin yang kencang juga menyebabkan tangkai bunga menjadi patah sehingga
bunga mengering dan mati. Sedangkan faktor dalam yang juga banyak
berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan kastrasi dan hibridisasi ini adalah
umur bunga yang masih belum siap. Tingkat kematangan alat kelamin jantan dan
betina yang digunakan dalam kegiatan hibridisasi ini belum optimal. Alat kelamin
jantan yang masih terlalu muda masih belum dapat menyerbuki bunga betina.
Sedangkan bunga betina yang belum matang sempurna juga masih belum siap
untuk digunakan dalam kegiatan ini. Kegagalan kastrasi dan hibridisasi juga dapat
berasal dari faktor pelaksanaan yang kurang tepat. Teknik kastrasi yang dilakukan
secara kurang cermat dapat merusak putik sehingga putik tersebut tidak dapat
digunakan dalam kegiatan hibridisasi. Perawatan tanaman serta penempatan
tanaman yang kurang baik juga dapat menyebabkan kematian pada bunga.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Penyerbukan pada bunga unisexual dapat terjadi karena adanya bantuan dari
angin (anemogami), hewan (zoidogami), air (hidrogami), dan karena adanya
bantuan dari manusia (antropogami).
2. Bunga terong merupakan bunga lengkap yang rumus bunga
K(5) C(5) A5
G1.
3. Kastrasi dan Hibridisasi dilakukan pada bunga yang mekar hingga untuk
memastikan bahwa tidak terjadi penyerbukan sendiri pada bunga tersebut.
4. Hibridisasi dalam skala luas dapat dilakukan dengan metode konvensional
(persilangan) dan non-konvensional (rekayasa genetika).
5. Kegagalan kegiatan persilangan yang dilakukan pada bunga terong terutama
disebabkan oleh kurang matangnya alat kelamin jantan dan betina.
5.2 Saran
Praktikan masih belum begitu menguasai tentang teknik kastrasi dan
hibridisasi yang menjadi acara dalam praktikum kali ini. Sebaiknya asisten dapat
mendampingi praktikan selama kegiatan praktikum dengan lebih baik lagi. Selain
dapat mempermudah dalam pengawasan, praktikan juga lebih mudah dalam
menanyakan hal-hal teknis praktikum yang belum dimengerti.
DAFTAR PUSTAKA
2003.
Dasar-dasar
Pemuliaan
Tanaman.