Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmatnya berupa kekuatan lahir
maupun batin serta jalan semanagat pada penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah tantang “
Budidaya Timun”.

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah yang telah disebutkan diatas. Selain
itu maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang persebaran makhluk hidup yang
ada dipermukaan bumi ini serta keanekaragamannya.

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis memohon maaf dan mengharapkan saran serta kritik yang
membangun untuk kesempurnaan penulisan makalah ini.

Bogor, 26 Januari 2019

Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Bab I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
Bab II Pembahasan 3
2.1 Definisi Timun 3
2.2 Jenis-jenis Timun 3
2.3 Klasifikasi Ilmuan Tanaman Timun 4
2.4 Morfologi Tanaman Timun 4
2.5 Ciri Fisiologi Tanaman Timun 5
2.6 Manfaat Timun 5
2.7 Syarat Pertumbuhan Timun 5
2.8 Budidaya Timun 6
2.9 Hama dan Penyakit Timun 10
Bab II Penutup 17
3.1 kesimpulan 17
Daftar Pustaka 18
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman timun (Cucumis sativus L.) berasal dari bagian utara India kemudian masuk ke Cina pada
tahun 1882 De Condole memasukkan tanaman ini ke daftar tanaman asli India. Pada akhirnya tanaman ini
menyebar ke seluruh dunia terutama di daerah tropika. Tanaman timun merupakan komoditas sayuran yang
mulai memasuki pasaran ekspor, sebagai sayuran dalam bentuk buah segar. Penyebaran dan produksi timun
di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat.

Tanaman timun dapat diusahakan di dataran rendah sampai dataran tinggi. Namun di Indonesia
kebanyakan di tanam di dataran rendah. Berbagai jenis lahan sawah, tegalan, dan lahan gambut dapat
ditanami tanaman ini. Selain itu, timun juga dapat ditanam sebagai tanaman sela diantara tanaman palawija
atau sayuran lainnya. Jenis sayuran ini juga dapat ditanam dengan pola tumpang sari ataupun tumpang gilir.
Pada dasarnya tanaman timun dapat tumbuh dan beradaptasi di hampir semua jenis tanah. Tanah mineral
yang bertekstur ringan sampai pada tanah yang bertekstur berat dan juga pada tanah organik seperti gambut
dapat diusahakan sebagai tempat budidaya timun. Peningkatan produksi timun dapat dipacu dengan usaha
intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi harus dilakukan secara terpadu. Pengembangan budidaya
timun mempunyi penting dan sumbangan yang cukup besar terhadap peningkatan taraf hidup petani,
penyediaan bahan pangan bergizi, serta perluasan kesempatan kerja dapat diandalkan sebagai satu
komoditas ekspor non migas dari sector pertanian.

Timun umumnya sangat digemari oleh masyarakat dan dikonsumsi dalam bentuk lalapan, sari buah,
asinan, acar, dan lain-lain. Nilai gizi timun cukup baik karena sayuran buah ini mengandung mineral dan
vitamin. Kandungan nutrisi per 100 g timun terdiri dari 15 kalori, 0,8 protein, o,1 pati, 3 g karbohidrat, 30
mg fosfor, 0,5 mg besi, 0,02 thianine, 0,01 riboflavin, natirum 5,00 mg, niacin 0.10 mg, abu 0,40 mg, 14
mg asam, 0,45 IU vitamin A, 0,3 IU vitamin B1 dan 0,2 IU vitamin B2. Di samping itu, buah timun juga
dapat digunakan sebagai obat-obatan tradisional seperti untuk sakit tenggorokan dan panas dalam, sebagai
bahan industri terutama di bidang kosmetik untuk dijadikan pencuci muka.

Produksi timun di Indonesia masih sangat rendah yaitu 3,5 ton/ha sampai 4,8 ton/ha, padahal
produksi timun hibrida bisa mencapai 20 to ha. Budidaya tanaman timun dalam skala produksi yang tinggi
dan intensif belum banyak dilakukan, pada umumnya tanaman timun ditanam sebagai tanaman selingan
(Warintek, 2006).

Masalah utama yang sering dihadapi dalam budidaya timun adalah karena tanaman timun lebih
dominan menghasilkan bunga jantan dibandingkan dengan bunga betina sehingga produksinya tidak
maksimal. Untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu dilakukan pemupukan yang berimbang, dan
pemangkasan untuk merangsang terbentuknya hormon terutama auxin dan giberilin yang dapat merangsang
terbentuknya bunga betina, serta penggunaan zat perangsang tumbuh sintetis yang dapat merangsang
pembentukan bunga betina lebih banyak.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Definisi Timun?
2. Bagaimana Jenis-jenis Timun?
3. BagaimanaKlasifikasi Ilmiah Tanaman Timun?
4. Bagaimana Morfologi Tanaman Timun?
5. Apa Ciri Fisiologi Tanaman Timun?
6. Bagaimana Manfaat Timun?
7. Apa Saja Syarat Pertumbuhan Timun?
8. Bagaimana Budidaya Timun?
9. Apa Saja Hama dan Penyakit Timun?
1.3 Tujuan
1. UntukMengetahui Definisi Timun.
2. Untuk Mengetahui Jenis-jenis Timun.
3. Untuk Mengetahui Klasifikasi Ilmiah Tanaman Timun.
4. Untuk Mengetahui Morfologi Tanaman Timun.
5. Untuk Mengetahui Ciri Fisiologi Tanaman Timun.
6. Untuk Mengetahui Manfaat Timun.
7. Untuk Mengetahui Syarat Pertumbuhan Timun
8. Untuk Mengetahui Budidaya Timun
9. Untuk Mengetahui Hama dan Penyakit Timun.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Timun


Timun (Cucumis sativus L) adalah tanaman sayuran yang banyak mafaat dan kegunaannya antara
lain sebagai bahan makanan (diolah sebagai Acar Timun, Es Timun), bahan obat-obatan dan bahan
kosmetika. Sebagai bahan makanan, timun mengandung zat gizi antara lain kalori, protein, lemak,
karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, vitamin B1, vitamin, B2, vitamin C, serat, niacin dan
air. Timun bukanlah tanaman asli Indonesia, tetapi berasal dari daerah subtropis. Pada mulanya tanaman
timun tumbuh liar di lereng gunung Himalaya dan sebagian terdapat di Afrika. Timun menyebar kenegara-
negara Asia dan kini telah menyebar ke seluruh dunia.
Timun adalah tanaman sayuran buah semusim (berumur pendek) seperti terong, labu dan tomat, tumbuh
menjalar, berbentuk semak atau perdu bisa mencapai tinggi 2 meter. Akar berbentuk tunggang dan berair,
batang lunak dan berair, daun berbentuk bulat dengan ujung daun runcing berganda, berbulu halus dan
tulang daun menjari. Bunga terdiri dari bunga jantan dan betina dengan perbandingan jumlah yang relatif
sama. Buah panjang silindris dengan bentuk beragam tergantung varietasnya.

2.2 Jenis-Jenis Timun


Menurut Sugito (1992), jenis timun yang banyak dibudidayakan dan diminati masyarakat yakni:

1) jenis timun Jepang (Japanese varietas), timun ini berasal dari Jepang dengan ciri buah panjang antara 18-
20 cm dengan berat buah 80-120 g, diameter 1,5-2,5 cm, memiliki buah berasa manis, dan kandungan air
lebih sedikit.

2) jenis timun hibrida yang disilangkan dengan dua jenis induk yang mempunyai sifat-sifat unggul dan
keturunannya memiliki sifat yang lebih baik dari induknya. Salah satu timun hibrida yakni varietas Hercules
56 yang memiliki ciri buah berwarna hijau, panjang 20 cm, diameter 4 cm, umur panen 35 hari dan memiliki
percabang yang banyak dan tahan terhadap penyakit downy mildew.

3) jenis varietas timun lokal berasal dari petani setempat dengan ciri tanaman memiliki umur berbunga 20-
30 hst dan umur panen 30-35 hst, warna buah muda sangat beragam, yaitu putih, hijau, atau hijau keputihan,
sedangkan warna buah tua kuning atau coklat, panjang buah antara 12-19 cm (Sumpena, 2002).

Selain itu jenis varietas timun yang ada di pasaran dan sudah banyak di tanam oleh petani di Indonesia
antara lain : Timun F1 Harmony, F1 Hercules, F1 Monza, F1 Magic, F1 Bandana, F1 Mercy, F1 Galaxy,
Mikro 203, F1 Roman, Asian Star, Phuket, Ninja, Titan, Hijau Roket, Putih Roket, F1 Si Putih. Untuk jenis
timun yang sudah tahan Virus antara lain Timun F1 Harmony Plus, F1 Metavy, F1 Bhakti, F1 Tirta, F1
Zetavy, F1 Monas, F1 Manggala, F1 Timundo.

2.3 Klasifikasi ilmiah tanaman timun


Divisio : spermatophyta
Sub-divisio : angiospermae
Kelas : decotyledonae
Ordo : cucurbitales
Family : cucurbitaceae
Genus : cucumis
Spesies : cucumis sativus L

2.4 Morfologi tanaman timun


Timun termasuk tanaman semusim (annual) yang bersifat menjalar atau memanjat dengan perantara
pemegang yang berbentuk pilin (spiral). Batangnya basah, berbulu serta berbuku-buku. Tinggi tanaman
dapat mencapai 50cm – 250cm, bercabang dan bersulur yang tumbuh di sisi tangkai daun.
Daun timun berbentuk bulat lebar, bersegi mirip jantung, dan bagian ujung daun meruncing, serta tumbuh
berselang seling keluar buku-buku (ruas) batang. Perakaran timun memiliki akar tunggang dan bulu-bulu
akar. Bunga timun berbentuk mirip terompet, mahkota bunganya berwarna putih atau kuning cerah. Buah
timun letaknya menggantung dari ketiak antara daun dan batang, bentuk buah bulat panjang atau bulat
pendek. Kulit buah timun ada yang berbintil-bintil ada pula yang halus. Warna kulitnya antara hijau keputih-
putihan, hijau muda, dan hijau gelap. Biji timun bentuknya pipih, kulitnya berwarna putih atau putih
kekuning-kuningan sampai coklat. Biji dapat digunakan sebagai alat perbanyakan tanaman.
2.5 Ciri fisiologi tanaman timun
Tanaman ini termasuk dalam tanaman C3. Fiksasi karbon awal terjadi melalui rubisko, enzim siklus
calvin yang menambahkan CO2 pada ribolosa berfosfat. Produk fiksasi karbon organik pertama ialah
senyawa berkarbon-tiga, 3-fosfogliserat. Proses potorespirasi terjadi dalam cahaya dan mengkonsumsi
O2 (respirasi).
Buah tanaman bernama latin Cucumis sativus L. ini mengandung saponin, enzim proteolik, glutation. Timun
dikatakan juga mengandung 35.100 – 486.700 ppm asam linoleat. Sebagai suku Cucubitaceae,
yang mengandung kukurbitasin.

2.6 Manfaat timun


Beberapa kandungan dan manfaat dari timun antara lain:

1. Saponin adalah senyawa surfaktan, dan berbagai hasil penelitian disimpulkan, saponin bersifat
hipokolesterolemik, imunostimulator, dan antikarsinogenik. Mekanisme antikoarsigenik sapoin
meliputi efek antioksidan dan sitoksik langsung pada sel kanker. Saponin merupakan sumber yang sudah
diteliti dapat menurunkan risiko kanker
2. Glutation merupakan antioksidan endogen dalam tubuh yang digunakan sebagai penangkal oksidatif
yang diantaranya akibat senyawa radikal bebas, atau karsinogen. Sifat oksidatif dari glutation adalah
glutation mampu melakukan peroksidasi terhadap radikal bebas dalam tubuh. Tumbuhan yang
mengandung sulfur seperti bawang putih, mampu meningkatkan aktifitas glutation dan glutation
transferase
3. Asam linoleat termasuk asam lemak esensial yang terdapat dalam lemak nabati maupun hewani. Bentuk
asam lemak linoleat terkonjugasi (conjugated linoleic acid = CLA) dikatakan bersifat antikanker. Dari
sumber elektronik diketahui bahwa biji ketimun mengandung CLA. CLA bersifat antioksidan, yang
dapat melawan kerusakan akibat radikal bebas

2.7 Syarat Pertumbuhan Timun


1.Iklim

Tanaman timun mempunyai daya adaptasi cukup luas terhadap lingkungan tumbuhnya. Di Indonesia
mentimun dapat di tanam di dataran rendah dan dataran tinggi yaitu sampai ketinggian ± 100 m di atas
permukaan laut (Sumpena 2001).

Tanaman timun tumbuh dan berproduksi tinggi pada suhu udara berkisar antara 20-320 C, dengan suhu
optimal 270 C. Di daerah tropik seperti di Indinesia keadaan suhu udara ditentukan oleh ketinggian suatu
tempat dari permukaan laut. Cahaya juga merupakan faktor penting dalam pertumbuhan tanaman timun,
karena penyerapan uunsur hara akan berlangsung optimal jika pencahayaan berlangsung antara 8-12
jam/hari (Cahyono, 2003).

Kelembaban relatif udara (rh) yang dikehendaki oleh tanamantimun untuk pertumbuhannya antara 50-85%,
sedangkan curah hujan optimal yang diinginkan 200-400 mm/bulan. Curah hujan yang terlalu tinggi tidak
baik untuk pertumbuhan tanaman timun, terlebih pada saat mulai berbunga karena curah hujan yang tinggi
akan banyak menggugurkan bunga (Sumpena 2001).

2.Tanah

Pada umumnya hamper semua jenis tanah yang digunakan untuk lahan pertanian cocok untuk ditanami
timun. Untuk mendapatkan produksi yang tinggi dan kualitas yang baik, tanaman timun membutuhkan tanah
yang subur dan gembur, kaya akan bahan organik, tidak tegenang, pH-nya 5-6. Namun masih toleran
terhadap pH 5,5 batasan minimal dan pH 7,5 batasan maksimal. Pada pH tanah kurang dari 5,5 akan terjadi
gangguan penyerapan hara oleh akar tanaman sehingga pertumbuhan tanaman terganggu, sedangkan pada
tanah yang terlalu basa tanaman akan terserang penyakit klorosis (Rukmana, 1994).

2.8 Budidaya Timun


1. Penyiapan benih timun
Budidaya mentimun biasanya memperbanyak tanaman melalui biji. Cara mendapatkan benih yang baik
adalah dengan menyeleksi mentimun yang pangkalnya kecil namun buahnya panjang dan besar. Biarkan
buah mentimun tersebut masak dipohon. Setelah terlihat akan membusuk petik buah tersebut dan diamkan
selama satu malam. Keesokannya buah dibelah dan dikerok bijinya. Lalu masukkan kedalam wadah yang
bersih dan biarkan kembali selama satu malam.

Setelah itu, ayak biji mentimun di air mengalir sampai selaput yang menyelubunginya hilang. Untuk
memudahkan pengelupasan selaput, campurkan halus abu pada benih tersebut. Pada waktu pengayakan
lakukan sortasi biji. Pilih biji yang tenggelam, tidak hanyut terbawa aliran air. Kemudian jemur biji
mentimun selama 2 hari. Setelah dijemur sebaiknya biji dikemas dalam botol kaca yang bersih. Simpan biji
tersebut selama 1-2 bulan sebelum digunakan untuk menghilangkan masa dormannya. Benih yang disimpan
dengan baik bisa bertahan hingga satu tahun.

Sehari sebelum budidaya mentimun dilakukan, siapkan benih dengan cara direndam dalam air hangat
selama 3-5 jam kemudian letakkan di kain basah dan lembab. Setelah 15-24 jam biasanya akan tumbuh
tunas dari biji-biji tersebut, dan benih mentimun siap untuk ditanam.

1. Persemaian
Penyemaian dengan pencampuran media semai berupa tanah dan pupuk kandang matang dengan
perbandingan 2:1. Pelaksanaan semai dengan cara sebagai berikut:

1. Ayak tanah dan pupuk kandang menggunakan ayakan pasir, kemudian diaduk rata
2. Siapkan polibag atau kantong plastik berukuran 6 X 10 cm yang sudah dilubangi di setiap sudut
dasarnya
3. Siapkan tempat persemaian berupa bedengan yang berukuran lebar 100 cm, tinggi 15-20 cm, dan
panjang sesuai kebutuhan. Beri pembatas dari bilah bambu di kedua sisi bedengan dan penyekat di setiap
panjang polibag 1-1,5 m agar bisa disusun rapat
4. Isikan media semai ke dalam polibag, lalu susun di tempat persemaian yang sudah disiapkan secara rapi
dan rapat
5. Sehari sebelum tanam benih, siram media polibag dengan air. Lakukan penyiraman hingga media semai
di bagain dasar polibag menjadi basah
6. Rendam benih dalam air selama enam jam, lalu tiriskan dan bungkus dengan kain katun yang lembab.
Peram bungkusan benih di tempat yang hangat (temperatur udara 30-32° C) selama 12 jam
7. Tanam benih dengan cara ditancapkan di tengah polibag dengan kemiringan 45 derajat. Perhatikan
posisi ujung kutikula, yaitu ujung yang lancip, mengarah ke bawah
8. Setelah penanaman benih selesai, siram menggunakan gembor dengan hati-hati agar benih tidak
berantakan
9. Untuk mempercepat dan menyeragamkan perkecambahan, tutup permukaan persemaian dengan karung
atau daun pisang atau plastik selama dua hari, yaitu sampai calon daun lembaga mulai seragam
menyembul ke permukaan media.

2. Persiapan lahan
Tanah yang bagus untuk mentimun adalah tanah penuh hara. Untuk cara budidaya mentimun yang pas,
gemburkan dulu dengan cangkul/bajak sampai kedalaman 20-30 cm, lalu buat bedengan dengan spesifikasi:

1. Ukuran bedengan adalah lebar 1 meter, dan tinggi 20-30 cm


2. Sesuaikan panjangnya dengan lahan
3. Beri jarak antar bedengan sekitar 20 cm
4. Untuk drainase, buatlah parit antar bedeng
5. Setelah bedengan dibuat, tutup dengan mulsa plastik di siang hari/saat panas supaya kondisinya tetap
bagus
6. Buat lubang bedengan berdiameter 10 cm, dengan jarak antar lubang (mendatar) 40 cm, dan baris ke
bawah 50 cm
7. Berikan kompos atau pupuk kandang pada lubang (1 hektar = 20-30 ton), biarkan 1-2 minggu
1. Penanaman benih timun
Tanamlah biji yang telah bertunas, yang telah disiapkan dengan cara yang sudah diuraikan di atas.
Masukkan masing-masing satu biji kedalam lubang tanam kemudian tutup dengan tanah. Siram setiap pagi
dan sore hari. Setelah 2 hari biasanya benih yang ditanam sudah mulai tumbuh dan bertunas agak lebih
tinggi.

3. Pemupukan timun
Pemupukan yang di berikan pada saat pemeliharaan tanaman, dengan melihat pertumbuhan tanaman baik
vegetatif maupun generatif. Pemupukan mentimun dilakukan 4 kali secara bertahap. Jenis dan dosis pupuk
yang digunakan adalah campuran dari pupuk phonska 75 kg/ha, ZA 75 kg/ha, NPK Mutiara 25 kg/ha, dan
pupuk cantik 25 kg/ha. Setelah tercampur larutkan dalam air dengan dosis 1 gayung pupuk (700 gr) per 1
ember air (20 liter air). Pemupukan susulan di lakukan pada umur 12 hst, 22 hst, serta pada umur 32 hst dan
42 hst yaitu pada fase pembungaan dan pembuahan, namun pada fase ini di beri tambahan pupuk supracal
dengan dosis 20 kg/ha, nitro phonska 25 kg/ha dan kcl 25 kg/ha, karena untuk merangsang pembuahan serta
buah yang di hasilkan bagus.

4. Pemasangan lanjaran atau pengajiran


Pemasangan lanjaran bisa dilakukan atau dipasang setelah 2 minggu tanam. Pengajiran bertujuan untuk
tanaman agar tumbuh tegak ke atas dan memperoleh sinar matahari secara optimal. Selain itu pengajiran
juga berfungsi untuk merambatkan tanaman, memudahkan pemeliharaan dan tempat menopang buah.
Pengajiran dilakukan seawal mungkin (± 5 hari setelah tanam) agar tidak mengganggu dan merusak
perakaran tanaman. Tinggi ajir ± 2 meter cara pengajiran yaitu: mengikat batang tanaman (di bawah daun
pertama), melilitkan tali kasur pada batang tanaman.

5. Pembumbunan
Pembumbunan adalah penimbunan tanah dipangkal rumpun tanaman sehingga menutup rimpang yang
mungkin muncul dipermukaan tanah. Dengan demikain, pembumbunan juag berarti memperluas wilayah
tumbuh akar dan rimpang, sehingga daya tembus akar dan pembesaran rimpang menjadi makin leluasa.
Dengan pembumbunan, partikel tanah yang besar dihancurkan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
Kegiatan pembumbunan dalam budi daya tanaman bisa dilakukan bersama-sama dengan penyiangan. Saat
dilakukan penyiangan, tanah-tanah disepanjang barisan tanaman ditimbunkan dipangkal rumpun tanaman.
Cara ini sekaligus juga menciptakan parit-parit di atas bedengan yang akan semakin melancarkan drainase.
Tanah yang tergenangi air dan terlalu lembab bisa memicu serangan penyakit sehingga tanaman mudah
membusuk. Umunya kegiatan pembumbunan sampai panen tiba dilakukan sebanyak tiga kali. Namun,
ditanah yang ringan kegiatan ini harus dilakukan agak sering, terutama setelah turun hujan yang bisa
mengikis tanah dipangkal tanaman

6. Pewiwilan dan Pengikatan


Wiwil adalah pekerjaan membuang tunas-tunas yang tumbuh di ruas ke 3 atau 4. Dampak positif dari wiwil
ini adalah mempercepat pertumbuahan tanaman ke atas disamping untuk merangsang pertumbuhan tunas-
tunas baru, Sedangkan fungsi ikat adalah agar tanaman dapat menjalar ke atas, sehingga tanaman dapat
tumbuh tegak. Dengan ikat akan mempermudah pelaksanaan pemeliharaan dan panen.

7. Penyiangan.
Penyiangan dilakukan untuk menghilangkan gulma yang ada di sekitar tanaman.

8. Pemanenan
Panen dan Pemasaran Panen timun biasanya bisa dimulai pada umur 33 – 35 HST. Tergantung tingkat
kesuburan tanah dan varietas yang ditanam. Pemanenan buah timun dilakukan tiap hari agar bentuk dan
ukuran buah masuk dalam permintaan pasar sayur setempat. Pemasaran timun saat ini sangat mudah karena
petani hanya perlu panen dan biasanya pedagang langsung ambil langsung di lokasi tanam. Keuntungan
optimal akan dengan mudah dicapai apabila petani timun memakai modal pribadi karena mereka bisa
menjual dengan harga yang lebih mahal tanpa dipotong komisi dari para bandar yang membeli hasil
panennya.

1. Ciri dan umur panen


Mentimun mulai berbunga pada 20 hari setelah tanam dan berbuah setelah 40 hari. Panen pertama budidaya
mentimun biasanya dilakukan setelah 75 hari. Pemanenan dilakukan secara bertahap selama 1-1,5 bulan

2. Cara panen
Buah dipanen di pagi hari sebelum jam 9.00 dengan cara memotong tangkai buah dengan pisau tajam.
Mentimun hasil panen harus diletakkan di tempat sejuk karena buah mentimun akan cepat kehilangan
kandungan air. Setelah dipanen, biasanya mentimun di pack dalam tempat yang mempunyai sirkulasi udara
atau dimasukkan karung untuk dijual ke pasar

3. Periode panen
Mentimun sayur dipanen 5 – 10 hari sekali tergantung dari varitas dan ukuran/umur buah yang dikehendaki

2.9 Hama dan penyakit timun


Hama dan penyakit pada timunsebenarnya tidak terlalu banyak. Pemberantasan hama dan penyakit
segera dilakukan setelah terlihat tanda-tanda serangan. Cara pemberantasannya antara lain dengan cara
mekanis (eradiksi/pemotongan daun) maupun dengan cara kimia (penyemprotan pestisida). Perlakuan
terbaik adalah dengan jalan pencegahan (preventif).

1. Hama pada timun

1. Hama thrips
Nimfa dan imago thrips dari ordo Thysamoptera sama-sama merusak tanaman, yaitu meraut dan mengisap
cairan sel.

Gejala:
Apabila daun dihadapkan pada sinar matahari akan terlihat bintik berwarna putih sebesar tubuh hama itu
sendiri. Selanjutnya bintik ini meluas dan akhirnya daun menguning dan mengering.

Pengendalian:
Dengan cara mekanis, yaitu membunuh binatangnya bila terlihat pada batang tanaman. Cara lainnya adalah
dengan jalan memasukkan larutan insektisida ke sarangnya atau dilakukan penyemprotan insektisida pada
tanaman. Dapat menggunakan Winder 100 EC dengan dosis 1 Cc / Liter atau ditambahkan dengan Demolis
18 EC 0.5 Cc/ Liter.

2. Jangkrik
Jangkrik dari ordo Ortoptera menyerang tanaman timun gherkin muda di lapang.

Gejala:
Jangkrik ini memotong batang tanaman kemudian potongannya ditinggalkan di tempat atau dibawa ke
sarangnya.

Pengendaliannya:
Dengan cara mekanis, yaitu membunuh binatangnya bila terlihat pada batang tanaman. Cara lainnya adalah
dengan jalan memasukkan larutan insektisida ke sarangnya atau dilakukan penyemprotan insektisida pada
tanaman. Dapat menggunakan Winder 100 EC dengan dosis 1 Cc / Liter atau ditambahkan dengan Demolis
18 EC 0.5 Cc/ Liter.

3. Ulat tanah (agritis ipsilon)


Ulat ini berwarna hitam dan menyerang tanaman terutama yang masih muda. Gejala:
Batang tanaman dipotong disekitar leher akar.

Pengendalian:
Dengan menggunakan Insektisida Biologi TUREXyang di campur dengan Dedak halus yang di camur
dengan irisan daun pepaya. Untuk Dosisnya TUREX 100 Gram di campur dengan dedak halus 1 Kg
dicampur rata dengan Irisan daun pepaya sampai rata. Selanjutnya campuraan di berikan di pangkal
Tanaman 1 sendok per tanaman. Pemberian dilakukan pada sore hari karena sifat dari ulat tanah ini keluar
dan makan pada malam hari

4. Oteng-oteng atau kutu kuya


Kumbang daun berukuran 1 cm dengan sayap kuning polos.

Gejala :
Merusak dan memakan daging daun sehingga daun bolong; pada serangan berat, daun tinggal tulangnya.

Pengendalian :
STOPPER + PROMECTIN 60 EC

5. Lalat buah (Bactrocera cucurbitae)


Lalat dewasa berukuran 1-2 mm. Lalat menyerang mentimun muda untuk bertelur.

Gejala:
Tusukan lalat buah berupa titik hitam pada buah serta gugurnya buah sebelum mencapai kematangan yang
diinginkan, sehingga produksi baik kualitas maupun kuantitas menurun.

Pengendalian:
Baik secara tradisional dengan membungkus buah dengan kantong plastik, kertas koran atau daun kelapa
maupun dengan menggunakan insektisida kimia. Disamping itu, petani mengendalikan lalat buah dengan
atraktan, yaitu senyawa yang dapat menarik lalat buah jantan. Teknik ini efektif mengendalikan lalat buah
jantan yang masuk ke dalam perangkap beratraktan. Teknik berikutnya yaitu teknik jantan mandul yang
merupakan cara pengendalian dengan membuat lalat buah jantan menjadi infertil, artinya lalat buah jantan
masih dapat membuahi betina, namun telur yang dihasilkan steril dan larva dalam keadaan rusak (Astriyani,
2014)

6. Kutu daun
Kutu berukuran 1-2 mm, berwarna kuning atau kuning kemerahan atau hijau gelap sampai hitam.

Gejala:
Menyerang pucuk tanaman sehingga daun keriput, kerititing dan menggulung. Kutu ini juga penyebar virus.

Pengendalian :
SAMITE 135 EC + PROMECTIN 60 EC.

7. Penggorok daun (Liriomyza sp.)


Penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman
sayuran dan hias di berbagai negara. Hama ini menyabar dibeberapa daerah di Jawa, Sumatera dan Sulawesi
dan menimbulkan kerusakan berat pada tanaman lain seperti timun, buncis dan kacang merah. Lalat dengan
tipe makan polifag ini dapat ditemukan pada berbagai jenis tanaman, sehingga memungkinkan terbentuknya
banyak spesies akibat adaptasi, mutasi, dan evolusi (Baliadi, 2010 dalam Pamuji, 2013)

Gejala:
Pada tanaman mudah dikenali dengan adanya liang korokan beralur warna putih bening pada bagian mesofil
daun. Apabila liang korokan tersebut dibuka, akan terlihat larva yang aktif bergerak. Larva hidup dan makan
didalam liang korokan. Pada satu helai daun dapat dijumpai lebih dari satu liang korokan. Pada serangan
lanjut, warna liang korokan menjadi kecoklatan, daun layu dan gugur (Soehardjan, 1987 dalam Pamuji,
2013).

Gejala berupa liang korokan beralurwarna putih bening pada bagian mesofil daun, gejala ini banyak
ditemukan pada daun tanaman. Jumlah alur korokan bervariasi, bergantung pada jumlah larva yang menetas.
Pada serangan lanjut, liang korokan berubah warna menjadi kecoklatan dan di dalamnya larva berkembang.
Gejala tersebut merupakan ciri khas serangan lalat penggorok daun, Liriomyza sp (Baliadi, 2010 dalam
Pamuji, 2013)

Pengendalian:
Yang tersedia pada tanaman hias dan sayuran, rekomendasi PHT untuk lalat penggorok daun dapat
dilakukan dengan:

1) Tanam serentak pada hamparan kisaran waktu 14 hari

2) Pergiliran tanaman dengan padi atau jagung untuk lahan sawah dan jagung ubi untuk lahan kering.

3) Pemantauan lalat penggorok daun mulai 6-30 hari

4) Pemupukan berimbang

5) Pemasangan perangkap warna likad kuning (16 cm x 15 cm)


2. Penyakit pada timun

1. Penyakit busuk daun atau downy mildew


Penyebab :
Pseudoperonospora cubensis Berk et Curt. Menginfeksi kulit daun pada kelembaban udara tinggi,
temperatur 16 – 22°C dan berembun atau berkabut.
Gejala :
Daun berbercak kuning dan berjamur, warna daun akan menjadi coklat dan busuk. Serangan penyakit
Downy mildew (Pseudomonas cubensis Berk dan Curt) diawali dengan adanya bintik hitam pada
permukaan daun yang kemudian berubah menjadi kuning. Selanjutnya bintik ini meluas menjadi bercak
kotak-kotak berwarna kuning atau cokelat mengikuti besarnya jala (tulang daun) yang menghubungkan
cabang-cabang pada tulan daun. Tanda yang lain adalah terdapatnya jamur berwarna hitam pada bagian
bawah daun.
Pengendalian dan pemberantasan :
Dilakukan dengan penyemprotan fungisida seperti Magenta, Victory Mix atau Victory 80 WP + Starmil
25 WP

2. Penyakit tepung atau powdery mildew


Penyebab :
Erysiphe cichoracearum. Berkembang jika tanah kering di musim kemarau dengan kelembaban tinggi.
Gejala :
Permukaan daun dan batang muda ditutupi tepung putih, kemudian berubah menjadi kuning dan mengering.

Pengendalian :
Pemberian ( Pengocoran ) dengan ARASHI saat tanaman masih di Persemaian sebelum pindah tanam. Awal
serangan penyakit ini ditandai dengan terdapatnya serbuk halus berwarna putih pada permukaan atas dan
bawah daun. Selanjutnya spora jamur ini akan meluas merata pada helaian daun sehingga menyebabkan
daun menguning, menebal, kaku, dan melipat ke atas. Pengendalian dan pemberantasannya sama seperti
pada penyakit Downy mildew. Powderymildew dapat di kendalikan dengan menggunakan Promefondengan
dosis 1 CC / Liter

3. Antracnose
Penyebab :

Cendawan Colletotrichum lagenarium Pass.

Gejala:
Bercak-bercak coklat pada daun. Bentuk bercak agak bulat atau bersudut-sudut dan menyebabkan daun
mati; gejala bercak dapat meluas ke batang, tangkai dan buah. Bila udara lembab, di tengah bercak terbentuk
massa spora berwarna merah jambu.

Pengendalian :
Starmil 25 WP + Victory ata Victory Mix

4. Bercak daun bersudut


Penyebab :

Cendawan Pseudomonas lachrymans. Menyebar pada saat musim hujan.

Gejala :
Daun berbercak kecil kuning dan bersudut; pada serangan berat seluruh daun yang berbercak berubah
menjadi coklat muda kelabu, mengering dan berlubang. Pengendalian :
Victory Mix + Starmil 25 WP

5. Busuk buah
Penyebab :
Cendawan yaitu

(1) Phytium aphinadermatum (Edson) Fizt

(2) Phytopthora sp., Fusarium sp.

(3) Rhizophus sp.

(4) Erwinia carotovora pv. Carotovora.

Infeksi terjadi di kebun atau di tempat penyimpanan.

Gejala :
(1) Phytium aphinadermatum: buah busuk basah dan jika ditekan, buah pecah;

(2) Phytopthora: bercak agak basah yang akan menjadi lunak dan berwarna coklat dan berkerut;

(3) Rhizophus: bercak agak besah, kulit buah lunak ditumbuhi jamur, buah mudah pecah;

(4) Erwinia carotovora: buah membusuk, hancur dan berbau busuk.

Pengendalian:
Dengan menghindari luka mekanis, penanganan pasca panen yang hati-hati, penyimpanan dalam wadah
bersih dengan suhu antara 5 – 7 derajat C.

6. Kudis (Scab)
Penyebab:

Cendawan Cladosporium cucumerinum Ell.et Arth. Terjadi pada buah timun muda. Gejala :
Ada bercak basah yang mengeluarkan cairam yang jika mengering akan seperti karet; bila menyerang buah
tua, terbentuk kudis yang bergabus.

Pengendalian :
Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

7. Virus
Penyebab :

Cucumber Mosaic Virus, CMV, Potato virus mosaic, PVM; Tobacco Etch Virus, TEV; otato Bushy Stunt
Virus (TBSV); Serangga vektor adalah kutu daun Myzus persicae Sulz dan Aphis gossypii Glov.

Gejala :
Daun menjadi belang hijau tua dan hijau muda, daun berkerut, tepi daun menggulung, tanaman kerdil.

Pengendalian:
Dengan mengendalikan serangga vektor dengan Winder 100 EC + Samite 135 EC + Promectin 60 EC,
mengurangi kerusakan mekanis, mencabut tanaman sakit dan rotasi dengan famili bukan Cucurbitaceae.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Timun (Cucumis sativus L) adalah tanaman sayuran yang banyak mafaat dan kegunaannya antara lain
sebagai bahan makanan (diolah sebagai Acar Timun, Es Timun), bahan obat-obatan dan bahan kosmetika.
Sebagai bahan makanan, timun mengandung zat gizi antara lain kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium,
fosfor, besi, vitamin A, vitamin B1, vitamin, B2, vitamin C, serat, niacin dan air. Timun bukanlah tanaman
asli Indonesia, tetapi berasal dari daerah subtropis. Pada mulanya tanaman timun tumbuh liar di lereng
gunung Himalaya dan sebagian terdapat di Afrika. Timun menyebar kenegara-negara Asia dan kini telah
menyebar ke seluruh dunia.

 Syarat Pertumbuhan
1.Iklim

Tanaman timun tumbuh dan berproduksi tinggi pada suhu udara berkisar antara 20-320 C, dengan suhu
optimal 270 C. Di daerah tropik seperti di Indinesia keadaan suhu udara ditentukan oleh ketinggian suatu
tempat dari permukaan laut. Cahaya juga merupakan faktor penting dalam pertumbuhan tanaman timun,
karena penyerapan uunsur hara akan berlangsung optimal jika pencahayaan berlangsung antara 8-12
jam/hari (Cahyono, 2003).

2.Tanah

Pada umumnya hamper semua jenis tanah yang digunakan untuk lahan pertanian cocok untuk ditanami
timun. Untuk mendapatkan produksi yang tinggi dan kualitas yang baik, tanaman timun membutuhkan tanah
yang subur dan gembur, kaya akan bahan organik, tidak tegenang, pH-nya 5-6. Namun masih toleran
terhadap pH 5,5 batasan minimal dan pH 7,5 batasan maksimal.

 Hama dan penyakit timun


Hama dan penyakit pada timun sebenarnya tidak terlalu banyak. Pemberantasan hama dan penyakit segera
dilakukan setelah terlihat tanda-tanda serangan. Cara pemberantasannya antara lain dengan cara mekanis
(eradiksi/pemotongan daun) maupun dengan cara kimia (penyemprotan pestisida). Perlakuan terbaik adalah
dengan jalan pencegahan (preventif).
DAFTAR PUSTAKA

https://tanamanobattradisionalku.wordpress.com/2012/05/17/buah-timun-bermanfaat-membersihkan-
ginjal/
http://meseratus.blogspot.co.id/2013/05/makalah.html
http://karyacombirayang.blogspot.co.id/2016/02/budidaya-mentimun.html
http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/panen-dan-pasca-panen-mentimun
http://konsultasisawit.blogspot.com/2011/10/cara-menanam-mentimun terlengkap.
MAKALAH AGRIBISNIS DASAR

“ TIMUN”

Disusun Oleh :

ARIF RAHMAN HAKIM


NIM : A.1710744
PROGRAM STUDY AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR
2019

Anda mungkin juga menyukai