Judul :
Teknik Ekstraksi dan Penyimpanan Pollen
Oleh :
Anggelina Jamlean, S.P
1827017032
A. Kompetensi Inti
KI-3 (Pengetahuan) : Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang
pengetahuan faktual, konseptual, operasional dasar, dan metakognitif
sesuai dengan bidang dan lingkup kerja Agribisnis Tanaman Tanaman
Pangan dan Holtikultur. Pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan
kompleks, berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dalam konteks pengembangan potensi diri
sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat
nasional, regional, dan internasional..
KI-4 (Keterampilan) : Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi,
dan prosedur kerja yang lazim dilakukan serta memecahkan masalah
sesuai dengan bidang kerja Agribisnis Tanaman Tanaman Pangan dan
Holtikultura . Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan
mutu dan kuantitas yang terukur sesuai dengan standar kompetensi
kerja.
Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara
efektif, kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif,
dan solutif dalam ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas
spesifik di bawah pengawasan langsung.
Menunjukkan keterampilan mempersepsi, kesiapan, meniru,
membiasakan, gerak mahir, menjadikan gerak alami dalam ranah
konkret terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah
pengawasan langsung.
B. Kompetensi Dasar
3.13 Menganalisis teknik ekstraksi dan penyimpanan pollen
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran ini :
1. Peserta didik dapat menguraikan pengertian ektraksi
2. Peserta didik dapat merinci proses ektrak bahan alam dan pemilihan model ekstrasi
3. Peserta didik dapat menjeniskan ekstrasi dan metode-metode ekstraksi
4. Peserta didik dapat menguraikan struktur dan perkembangan pollen
5. Peserta didik dapat merinci metode penyimpanan pollen
6. Peserta didik dapat menunjukkan teknik ekstraksi
7. Peserta didik dapat mempraktekkan teknik ektraksi
8. Peserta didik dapat menunjukkan cara penyimpanan pollen
9. Peserta didik dapat mempraktekkan cara penyimpanan pollen
E. Uraian Materi
Pengertian Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dan bagian
tumbuhan obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif tersebut
terdapat di dalam sel, namun sel tumbuhan dan hewan memiliki perbedaan begitu pula
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dan pelarut tertentu untuk
mengekstraksinya ( Tobo F, 2001).
Umumnya zat aktif yang terkandung dalam tumbuhan maupun hewan lebih mudah tarut
dalam petarut organik. Proses terekstraksinya zat aktif dimulai ketika pelarut organik
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga set yang mengandung zat aktif, zat aktif
akan terlarut sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan
pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi ke luar sel, dan proses ini
akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam dan di
luar sel (Tobo F, 2001).
Tujuan Ekstraksi
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam
simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam
pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk
ke dalam pelarut.
Cara memperoleh penguapannya adalah dengan cara penguapan diatas penangas air dengan
wadah lebar pada temperature 60oC, destilasi, dan penyulingan vakum.
1. Harus dapat diregenerasi
2. Relative tidak mahal
3. Non toksik, non korosif, tidak memberikan kontaminasi serius dalam keadaan uap
4. Viskositas cukup rendah
Metode Maserasi
Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana yang dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur
kamar dan terlindung dari cahaya (Ditjen POM, 1986).Metode ini digunakan untuk menyari
simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak
mengandung zat yang mudah mengembang seperti benzoin, stiraks dan lilin. Penggunaan
metode ini misalnya pada sampel yang berupa daun, contohnya pada penggunaan pelarut eter
atau aseton untuk melarutkan lemak/lipid (Ditjen POM, 1986).
Maserasi umumnya dilakukan dengan cara: memasukkan simplisia yang sudah
diserbukkan dengan derajat halus tertentu sebanyak 10 bagian dalam bejana maserasi yang
dilengkapi pengaduk mekanik, kemudian ditambahkan 75 bagian cairan penyari ditutup dan
dibiarkan selama 5 hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya sambil berulang-
ulang diaduk.
Setelah 5 hari, cairan penyari disaring ke dalam wadah penampung, kemudian
ampasnya diperas dan ditambah cairan penyari lagi secukupnya dan diaduk kemudian
disaring lagi sehingga diperoleh sari 100 bagian. Sari yang diperoleh ditutup dan disimpan
pada tempat yang terlindung dari cahaya selama 2 hari, endapan yang terbentuk dipisahkan
dan filtratnya dipekatkan (Ditjen POM, 1986).
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang
digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Selain itu, kerusakan pada komponen kimia
sangat minimal. Adapun kerugian cara maserasi ini adalah pengerjaannya lama dan
penyariannya kurang sempurna (Ditjen POM, 1986).
Metode Soxhletasi
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari
dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul
air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk
kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon. Proses ini berlangsung hingga
penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan beningnya cairan penyari yang melalui
pipa sifon atau jika diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis tidak memberikan noda lagi.
(Ditjen POM, 1986).
Metode soxhletasi bila dilihat secara keseluruhan termasuk cara panas, karena pelarut
atau cairan penyarinya dipanaskan agar dapat menguap melalui pipa samping dan masuk ke
dalam kondensor, walaupun pemanasan yang dilakukan tidak langsung tapi hanya
menggunakan suatu alat yang bersifat konduktor sebagai penghantar panas. Namun, proses
ekstraksinya secara dingin karena pelarut yang masuk ke dalam kondensor didinginkan
terlebih dahulu sebelum turun ke dalam tabung yang berisi simplisia yang akan dibasahi atau
di sari. Hal tersebutlah yang mendasari sehingga metode soxhlet digolongkan dalam cara
dingin. Pendinginan pelarut atau cairan penyari sebelum turun ke dalam tabung yang berisi
simplisia dilakukan karena simplisia yang disari tidak tahan terhadap pemanasan. (Ditjen
POM, 1986).
Sampel atau bahan yang akan diekstraksi terlebih dahulu diserbukkan dan ditimbang
kemudian dimasukkan ke dalam klongsong yang telah dilapisi dengan kertas saring
sedemikian rupa (tinggi sampel dalam klongsong tidak boleh melebihi pipa sifon), karena
dapat mempengaruhi kesetimbangan pergerakan eluen yang telah terelusi keluar dari pipa
sifon, dimana jika tinggi sampel melebihi kertas saring (pipa sifon), maka eluen hasil elusi
akan keluar melalui pipa aliran uap yang berada diatas sampel, bukan keluar melalui pipa
sifon .
Selanjutnya labu alas bulat diisi dengan cairan penyari yang sesuai kemudian
ditempatkan di atas waterbath atau heating mantel dan diklem dengan kuat kemudian
klongsong yang telah diisi sampel dipasang pada labu alas bulat yang dikuatkan dengan klem
dan cairan penyari ditambahkan untuk membasahkan sampel yang ada dalam klongsong.
Setelah itu kondensor dipasang tegak lurus dan diklem pada statif dengan kuat. Aliran air dan
pemanas dijalankan hingga terjadi proses ekstraksi dimana pada saat pelarut telah mendidih,
maka uapnya akan melalui pipa samping lalu naik ke kondensor. Di sini uap akan
didinginkan sehingga uap mengembun dan menjadi tetesan- tetesan cairan yang akan menetes
turun ke klongsong dan membasahi simplisia. Tetesan – tetesan uap air cairan penyari ini
akan ditampung di dalam klongsong hingga suatu ketika ekstrak mencapai ketinggian ujung
sifon sehingga pelarut ini akan turun kembali ke dalam wadah pelarut secara cepat. Proses ini
berulang hingga penyarian yang dilakukan sempurna dalam hal ini, cairan penyari yang pada
awalnya berwarna, di dalam pipa sifon sudah tidak berwarna lagi atau jika cairan penyari
pada awalnya memang tidak berwarna maka biasanya dilakukan 20-25 kali sirkulasi.
Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan rotavapor (Ditjen POM,
1986).Adapun keuntungan dari proses soxhletasi ini adalah cara ini lebih menguntungkan
karena uap panas tidak melalui serbuk simplisia, tetapi melalui pipa samping. Kerugiannya
adalah jumlah ekstrak yang diperoleh lebih sedikit dibandingkan dengan metode maserasi
(Ditjen POM, 1986).
Metode Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkanpenyari melalui serbuk simplisia
yang telah dibasahi. Prinsip ekstraksi dengan perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan
dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari
dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif
dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampel dalam keadaan jenuh. Gerakan ke bawah
disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan tekanan penyari dari cairan di atasnya,
dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan gerakan ke bawah (Ditjen
POM, 1986).
Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena (Ditjen POM, 1986) :
1. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan
yang konsentrasinya lebih rendah sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.
2. Ruangan diantara butir – butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan
penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka kecepatan pelarut cukup untuk
mengurangi lapisan batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.
Adapun kerugian dari cara perkolasi ini adalah serbuk kina yang mengadung
sejumlah besar zat aktif yang larut, tidak baik bila diperkolasi dengan alat perkolasi yang
sempit, sebab perkolat akan segera menjadi pekat dan berhenti mengalir (Ditjen POM, 1986).
Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut,
tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi) (Ditjen
POM, 1986).
Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang digunakan untuk
menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari perkolator
disebut sari atau perkolat, sedangkan sisa setelah dilakukannya penyarian disebut ampas atau
sisa perkolasi (Ditjen POM, 1986).
Adapun kerugian dari metode ini adalah prosesnya sangat lama dan diperlukan alat – alat
yang tahan terhadap pemanasan (Ditjen POM, 1986).
Api Bunsen bejana A dinyalakan sehingga airnya mendidih dan diperoleh uap air yang
selanjutnya masuk ke dalam bejana B melalui pipa penghubung untuk menyari sampel
dengan adanya bantuan api kecil pada bejana B, minyak menguap yang telah tersari
selanjutnya menguap menuju kondensor, karena adanya pendinginan balik uap dari minyak
menguap ini, maka uap air yang terbentuk menetes ke dalam corong pisah penampung yang
telah berisi air (Ditjen POM, 1986).
Prinsip fisik destilasi uap yaitu jika dua cairan tidak bercampur digabungkan, tiap
cairan bertindak seolah – olah pelarut itu hanya sendiri, dan menggunakan tekanan uap.
Tekanan uap total dari campuran yang mendidih sama dengan jumlah tekanan uap parsial,
yaitu tekanan yang digunakan oleh komponen tunggal, karena pendidihan yang dimaksud
yaitu tekanan uap total sama dengan tekanan atmosfer, titik didih dicapai pada temperatur
yang lebih rendah daripada jika tiap – tiap cairan berada dalam keadaan murni (Ditjen POM,
1986).
Keuntungan dari destilasi uap ini adalah titik didih dicapai pada temperatur yang
lebih rendah daripada jika tiap– tiap cairan berada dalam keadaan murni. Selain itu,
kerusakan zat aktif pada destilasi langsung dapat diatasi pada destilasi uap ini. Kerugiannya
adalah diperlukannya alat yang lebih kompleks dan pengetahuan yang lebih banyak sebelum
melakukan destilasi uap ini (Ditjen POM : 1986).
2. Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang tidak berkesinambungan karena dilakukan
dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok, menggunakan
2,5 bagian sampai 5 bagian cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-
kurangnya 3 jam. Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator, ditambahkan
cairan penyari. Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam, kemudian kran dibuka dengan
kecepatan 1 ml permenit, sehingga simplisia tetap terendam. Filtrat dipindahkan ke dalam
bejana, ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada tempat terlindung dari cahaya.
3. Destilasi uap air
Destilasi uap air adalah metode yang tidak berkesinambungan karena metode ini yang
popular untuk ekstraksi minyak-minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman.
Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak
menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan
udara normal.
1) Daun Kelor
2) Bunga Siwalan
3) Rimpang Temulawa
Struktur dan perkembangan serbuk sari
Serbuk sari (pollen) menurut Arizona (2000) adalah alat reproduksi jantan yang
terdapat pada tumbuhan dan memiliki fungsi yang sama dengan sperma sebagai alat reproduksi
jantan pada hewan. Serbuk sari berada dalam kepala sari (antera) tepatnya dalam kantung yang
disebut ruang serbuk sari yang berukuran relatif besar.
Sebutir serbuk sari merupakan sebuah sel yang memiliki inti serta protoplasma yang
terbungkus oleh dinding sel yang terdiri dari 2 lapisan dasar, yaitu lapisan intin dan eksin. Intin
adalah dinding sel yang terdapat pada bagian dalam dan mengelilingi protoplasma dengan
penyusunnya sebagian besar adalah sellulosa. Lapisan intin bersifat seperti selaput tipis serta
lunak. Pada bagian luar terdapat lapisan dinding yang disebut eksin, dengan bahan penyusun
dari lilin, memiliki sifat keras dan tebal serta memiliki daya tahan yang luar biasa terhadap
suhu yang tinggi dan pemberian asam dan basa. Pada permukaan eksin terdapat lubang-lubang
kecil (pori) yang digunakan untuk berkecambah (Kapp, 1969).
Serbuk sari memiliki perkembangan yang disebut mikrogametosis. Mikrogametosis ini
terjadi pada kepala sari (antera). Menurut Ashari (1998), proses mikrogametosis diawali pada
sudut antera. Di setiap sudut antera terdapat sel arkesporial (sel calon) organ kelamin jantan.
Sel-sel tersebut berdiferensiasi secara individu atau berkelompok (3-4 sel). Sel arkesporial
berdiferensiasi ke arah dalam, membentuk lapisan sporogenus primer. perkembangan lapisan
pariental primer akan membentuk dinding antera (sporangium wall) dan lapisan sporogenus
membentuk sel induk mikrospora. Dinding sel induk mikrospora terbuat dari seluosa. Sel induk
ini mengalami pembelahan secara meiosis menghasilkan sel kembar. Pembelahan meiosis
kedua mengahasilkan 4 sel (struktur tertrad) yang bersifat haploid (n). Individu sel mikrospora
dapat terpisah dari unit tetrad.
Inti sel induk mikrospora menempati posisi di tengah sel, di sekeliling inti tersebut
banyak vakuola-vakuola kecil. Menjelang pembelahan sel meiosis, ruang vakuola menyatu
membentuk ruang yang besar dan menempati bagian tengah sel, sementara itu inti sel bergerak
ke pinggir. Inti sel kemudian membelah 2 dan dipisahkan oleh dinding non-sellulose (callose).
Ukuran inti sel produk lebih besar, inti sel tersebut bersifat vegetatif kaya RNA dan protein,
sitoplasmanya lebih pekat, tidak mengandung RNA dan protein namun kandungan DNA nya
tinggi. Sesudah terbentuk 2 inti sel ini maka dapat dikatakan tepung sari sudah masak.
Serbuk sari akan berkecambah pada saat jatuh di atas kepala putik yang telah reseptif,
dengan menyerap air dan zat-zat lain yang terdapat pada permukaan kepala putik (Elliot dan
Stocking, 1974). Perkecambahan serbuk sari pada dasarnya merupakan pemanjangan lapisan
intin dan protoplasma ke arah luar sehingga menjadi tabung serbuk sari (pollen tube). Saat itu
inti sel generatif membelah menjadi 2 inti, sehingga serbuk sari yang berkecambah mempunyai
3 inti vegetatif dan 2 inti generatif (Darjanto dan Satifah, 1984). Di dalam tabung serbuk sari
terdapat berbagai organel, diantaranya amiloplast, mitokondria, badan-badan golgi, dan vesikel
dalam jumlah banyak. Beberapa jenis enzim seperti pospatase, amylase, invertase, pektinase,
dan lipase banyak terdapat dalam sitoplasmanya.
Gambar 1. Struktur serbuk sari
Stabilitas dan substansi aktif biologis tergantung tidak hanya pada kondisi
penyimpanan tetapi juga pada jenis ( tipe serbuk sari dan tumbuhan tempat berasalnya serbuk sari
dan tumbuhan tempat berasalnya serbuk sari tersebut). Para peneliti menyarankan untuk
menyimpan serbuk sari pada suhu rendah 0C-5C.
E. Keterampilan
Analisis cara penyimpanan pollen dari jenis tanaman yang sudah ditentukan, melalui buku
sumber dan internet!
F. Penilaian
1. Sikap
Instrumen dan Rubrik Penilaian
Tanggung Nilai
N Nama Disiplin Jujur Santun
Jawab Akhir
o Siswa
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
2
3
N
2. Pengetahuan
No Soal Kunci Skor
Jawaban
1
2
3
4
5
3. Keterampilan
Komponen/Sub
No Indikator Skor
Komponen Penilaian
1 Persiapan Kerja
a. Penggunaan alat dan Penggunaan alat dan bahan sesuai
91 - 100
bahan prosedur
Penggunaan alat dan bahan kurang
80 - 90
sesuai prosedur
Penggunaan alat dan bahan tidak
70 - 79
sesuai prosedur
b. Ketersediaan alat dan Ketersediaan alat dan bahan lengkap 91 - 100
bahan Ketersediaan alat dan bahan cukup
80 - 90
lengkap
Ketersediaan alat dan bahan kurang
70 - 79
lengkap
2 Proses dan Hasil Kerja
a. Kemampuan Kemampuan menunjukkan teknik
menunjukkan teknik ekstraksi dan penyimpanan pollen 91 - 100
ekstraksi dan sesuai prosedur tinggi
penyimpanan pollen Kemampuan menunjukkan teknik
ekstraksi dan penyimpanan pollen
sesuai prosedur cukup 80 - 90
Nilai Praktik(NP)
Persiapan Proses Sikap Kerja Waktu ∑ NK
dan Hasil
Kerja
1 2 3 5 6
Skor Perolehan
Skor Maksimal
NK
Keterangan:
Skor Perolehan merupakan penjumlahan skor per komponen penilaian
Skor Maksimal merupakan skor maksimal per komponen penilaian
Bobot diisi dengan persentase setiap komponen. Besarnya persentase dari setiap
komponen ditetapkan secara proposional sesuai karakteristik kompetensi keahlian. Total
bobot untuk komponen penilaian adalah 100
NK = Nilai Komponen merupakan perkalian dari skor perolehan dengan bobot dibagi
skor maksimal