Apa keuntungan dan kerugian penggunaan bahan benih daripada bibit?
Kelebihan Perbanyakan Tanaman Melalui Benih 1. Cara perbanyakan tanaman yang paling mudah bila dibanding dengan cara perbanyakan tanaman yang lain. Dengan demikian cara perbanyakan ini bisa dikerjakan oleh semua orang. 2. Bisa sekaligus menanam dalam jumlah banyak. 3. Benih relatif mudah diperoleh sesuai keperluan. Bibit okulasi, cangkok, setek, dan sambung biasanya hanya bisa diperoleh dalam jumlah terbatas. 4. Pertumbuhan tanaman serempak, sehingga bisa dipanen bersamaan. 5. Bisa mendapatkan varietas baru akibat terjadinya penyerbukan silang. Hal ini sangat menguntungkan bagi tanaman hias, misalnya munculnya varietas baru aglaonema dan anthurium. 6. Khusus untuk adenium atau sering disebut kamboja jepang, tanaman yang berasal dari biji akan menghasilkan bonggol yang besar sehingga menjadi sangat unik. 7. Tanaman yang berasal dari biji mempunyai perakaran yang kuat dan panjang dibanding perbanyakan tanaman dengan setek dan cangkok. Khusus untuk tanaman buah, tanaman seperti ini cocok untuk ditanam di daerah yang air tanahnya dalam. Selain itu juga sangat sesuai digunakan untuk batang bawah dalam perbanyakan sambung dan okulasi. 8. Tanaman pohon dari biji mampu berumur sampai ratusan tahun, tentu tergantung jenis tanamannya. 9. Adapun kelemahan dari perbanyakan biji adalah sebagai berikut : 10. Biji merupakan hasil penyerbukan silang dari dua bunga. Hal ini sangat raungkin benang sari disaat penyerbukan dihasilkan dari tanaman yang kualitasnya kurang bagus. Sehingga kualitas tanaman yang dihasilkan bisa menyimpang dari induknya. 11. Seringkali benih telah terinfeksi virus yang tidak tampak pada fisiknya. Saat ditaman, barulah serangan virus tampak menyerang tanaman. 12. Memerlukan waktu lama untuk mendapatkan tanaman baru yang layak jual (tanaman hias) atau umur berbuahnya Iebih lama (tanaman buah pohon). Sebagai perbandingan, tanaman buah yang diperbanyak dengan cangkok, sambung dan okulasi telah dapat berbuah pada usia 4 tahun. Sedangkan tanaman yang berasal dari biji berbuah satu tahun lebih lambat, bahkan lebih. 13. Tanaman yang dihasilkan memiliki perakaran yang kuat. 14. Biaya yang dikeluarkan relatif murah. 15. Umur tanaman akan lebih lama. 16. Dapat menghasilkan varietas-varietas baru, yaitu dengan cara menyilangkan. Kekurangan Perbanyakan Tanaman Melalui Benih 1. Biji merupakan hasil penyerbukan silang dari dua bunga. Hal ini sangat raungkin benang sari disaat penyerbukan dihasilkan dari tanaman yang kualitasnya kurang bagus. Sehingga kualitas tanaman yang dihasilkan bisa menyimpang dari induknya. 2. Seringkali benih telah terinfeksi virus yang tidak tampak pada fisiknya. Saat ditaman, barulah serangan virus tampak menyerang tanaman. 3. Memerlukan waktu lama untuk mendapatkan tanaman baru yang layak jual (tanaman hias) atau umur berbuahnya Iebih lama (tanaman buah pohon). Sebagai perbandingan, tanaman buah yang diperbanyak dengan cangkok, sambung dan okulasi telah dapat berbuah pada usia 4 tahun. Sedangkan tanaman yang berasal dari biji berbuah satu tahun lebih lambat, bahkan lebih. 4. Biji sebagai bibit tanaman buah memang sudah kurang tepat. Sebab, hasilnya sering menyimpang dari induknya. Bahkan bisa lebih jelek. 5. Tanaman baru yang dihasilkan belum tentu memiliki sifat yang sama dengan induknya. 6. Varietas yang baru muncul belum tentu lebih baik. 7. Waktu berbuah lebih lama. 8. Kualitas tanaman baru diketahui setelah tanaman berbuah.
Tanam dan strategi keberhasilan tanam
Tanam: menempatkan bahan tanam berupa benih atau bibit pada meida tanam baik media tanah maupun media bukan tanah dalam suatu bentuk pola tanam sebagai awal dari suatu budidaya tanaman. Syarat penanaman: 1. Lahan/media tanam harus dalam keadaan terolah dengan baik 2. Lahan kering: terbentuk lapisan olah, gembur dan tidak ada gulma 3. Lahan basah: terbentuk media lumpur, merata dan tidak ada gulma 4. Tanaman pohon: dibuat lubang tanam 5. Bahan tanam: benih atau bibit Faktor keberhasilan tanam: 1. Bahan tanam berasal dari benih/bibit yang jelas, bersertifikat dan harus sesuai dengan habitat tumbuh 2. Media tanam mengetahui karakteristik dan kandungan nutrisi pada setiap jenis media tanam, menggunakan peralatan yang sesuai dengan media tanam 3. Lingkungan memahami faktor intensitas radiasi matahari, curah hujan, suhu, kelembaban, iklim & cuaca, fase pertumbuhan, serta kesesuaian tanaman dengan lingkungan 4. Pendidikan (Education) tingkat pengetahuan akademik petani tentang komoditas pertanian 5. Keterampilan (Skill) kemampuan kreatif petani dapat meningkatkan keberhasilan tanam 6. Inovasi (Inovation) dengan munculnya inovasi-inovasi baru seperti alat pertanian berbasis teknologi modern dapat meningkatkan kondisi pertanian yang ada 7. Perencanaan dan Evaluasi (Plan and Evaluation) pembuatan rencana yang baik akan membantu petani dalam menjalankan usaha, serta mengadakan evaluasi per musim tanam 8. Jarak tanam memungkinkan semua tanaman dalam satu hamparan mendapatkan kebutuhan lingkungan (Air, cahaya, nutrisi) secara optimal sehingga produksi dapat meningkat 9. Pola Tanam usaha penanaman pada sebidang tanah dengan mengatur susunan tata letak dan urutan tanaman selama periode waktu tertentu termasuk masa pengolahan tanah
Pola tanam secara umum
Pola tanam adalah usaha penanaman pada sebidang lahan dengan mengatur susunan tata letak dan urutan tanaman selama periode waktu tertentu termasuk masa pengolahan tanah dan masa tidak ditanami selama periode tertentu. Pola tanam ada tiga macam, yaitu : monokultur, rotasi tanaman dan polikultur (Anwar, 2012). Macam Jenis Pola Tanam 1) Monokultur Pertanian monokultur adalah pertanian dengan menanam tanaman sejenis. Misalnya sawah ditanami padi saja, jagung saja, atau kedelai saja. Penanaman monokultur menyebabkan terbentuknya lingkungan pertanian yang tidak mantap. Hal ini terbukti dari tanah pertanian harus selalu diolah, dipupuk dan disemprot dengan insektisida sehingga resisten terhadap hama. 2) Rotasi Tanaman (crop rotation) Rotasi tanaman atau pergiliran tanaman adalah penanaman dua jenis atau lebih secara bergiliran pada lahan penanaman yang sama dalam periode waktu tertentu. Seperti tanaman semusim yang ditanam secara bergilir dalam satu tahun, dan tanaman tersebut semisal tanaman jagung, padi, dan ubi kayu. Rotasi tanam dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Faktor-faktor tersebut adalah : a) Pengolahan yang bisa dilakukan dengan menghemat tenaga kerja, biaya pengolahan tanah dapat ditekan, dan kerusakan tanah sebagai akibat terlalu sering diolah dapat dihindari b) Hasil panen secara beruntun dapat memperlancar penggunaan modal dan meningkatkan produktivitas lahan c) Dapat mencegah serangan hama dan penyakit yang meluas d) Kondisi lahan yang selalu tertutup tanaman, sangat membantu mencegah terjadinya erosi e) Sisa komoditi tanaman yang diusahakan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau 3) Polikultur Tanaman polikultur terbagi menjadi beberapa pola tanam, pola tanam tersebut adalah: a) Tumpang sari (Intercropping) Tumpangsari adalah penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu atau periode tanam yang bersamaan pada lahan yang sama (Thahir, 1999). b) Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ) Merupakan pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Kegunaan dari sistem ini yaitu pada tanaman yang ke dua dapat melindungi lahan yang mudah longsor dari hujan sampai selesai panen pada tahun itu. c) Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ) Merupakan penanaman jenis tanaman campuran yang ditanam pada lahan dan waktu yang sama atau jarak waktu tanam yang singkat, tanpa pengaturan jarak tanam dan penentuan jumlah populasi. Kegunaan sistem ini dapat melawan atau menekan kegagalan panen total (Kustantini, 2012). Dari berbagai pola tanam tersebut, pola rotasi tanam merupakan pola tanam yang paling sesuai dengan kondisi lahan sawah. Hal ini dikarenakan pemilihan komoditas untuk dirotasikan dengan tanaman padi sebagai tanaman pokok dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan air komoditas lain seperti jagung dan ubi kayu. Pola rotasi juga dapat menekan perkembangan hama dan penyakit yang mengganggu tanaman yang berakibat pada penurunan produktivitas tanaman. Pola tanam digunakan sebagai landasan untuk meningkatkan produktivitas lahan. Hanya saja, dalam pengelolaannya diperlukan pemahaman kaedah teoritis dan keterampilan yang baik tentang semua faktor yang menentukan produktivitas lahan tersebut. Biasanya, pengelolaan lahan sempit untuk mendapatkan hasil atau pendapatan yang optimal maka pendekatan pertanian terpadu, ramah lingkungan, dan semua hasil tanaman merupakan produk utama adalah pendekatan yang bijak (Handoko, 2008).