Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KELOMPOK PROPAGASI MODUL 2

ANALISIS MENGENAI PELAKSANAAN PEMASARAN PADA STUDI KASUS


“PERTANIAN RI TERTINGGAL DARI THAILAND DAN VIETNAM”
MATA KULIAH MANAJEMEN PEMASARAN AGRIBISNIS

Oleh:
Kelompok 6
Kelas C Agribisnis
Della Rosela Sari 195040100111012
Patricia Sukma Ditya P. S. 195040100111070
Ummu Salma Asyhaliyah 195040101111046
Alyah Rohali 195040101111114
Alieffiandri Tio Fauzan 195040107111027

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
STUDI KASUS
Pertanian RI Tertinggal dari Thailand dan Vietnam
Liputan6.com, Jakarta - Harga bahan pangan dari hasil pertanian di Indonesia
terbilang mahal di tingkat konsumen. Penyebabnya adalah kesemrawutan pengelolaan
lahan pertanian, pola pasokan dan distribusi sampai kepada keuntungan, atau marjin
perdagangan dan pengangkutan (MPP) yang tinggi. Kondisi tersebut sangat jauh
berbeda dengan di luar negeri, terutama Thailand dan Vietnam.
Deputi Bidang Statistik Produksi Badan Pusat Statistik (BPS) Adi Lumaksono
mengungkapkan pola distribusi perdagangan komoditi strategis per provinsi di
Indonesia sangat bervariasi. Contohnya pola terpanjang terjadi pada distribusi cabai
merah di Propinsi Jawaa Tengah dan terpendek di jalur distribusi perdagangan
bawang merah di Maluku Utara.
"Distribusi perdagangan beras, cabai merah, bawang merah, jagung pipilan, dan
daging ayam ras dari produsen sampai konsumen akhir melibatkan dua hingga
sembilan fungsi kelembagaan usaha perdagangan," ujar Adi di Jakarta, seperti ditulis
Senin (8/2/2016).
Sementara itu, katanya, pola distribusi dan jalur perdagangan di negara tetangga
seperti Vietnam dan Thailand lebih baik. Arus perdagangan dari produsen ke
konsumen lancar dengan dukungan transportasi dan infrastruktur memadai serta
kesejahteraan atau daya beli masyarakatnya.
"Thailand dan Vietnam, antara produksi, distribusi, dan pasokan bahan pangan
lebih baik, lancar. Vietnam, misalnya, punya masterplan sektor pertanian yang bagus.
Contohnya rasio antara lahan pertanian dan rumah penduduk sudah diatur. Memang di
Indonesia pengelolaan lahan pertanian masih lemah. Konversi lahan masif terjadi di
mana-mana, kalau untung besar dijual saja," ujar Adi.
Vietnam, ia menuturkan, merupakan salah satu negara yang tertinggal dari
Indonesia. Namun kini Indonesia bergantung pada impor beras dari negeri tersebut.
Peta jalan sektor pertanian di Thailand pun bernasib sama dengan Vietnam, sehingga
memiliki masa depan cerah. "Pertanian yang maju dan kita kalah adalah dengan
Thailand, seperti beras, sayur mayur, buah-buahan. Paling penting agen maupun
pengecer bahan pangan tidak mematok marjin selangit, seperti di Indonesia," ucap
Adi.
Hanya saja, Adi menepis anggapan harga beras Indonesia yang termahal
dibanding negara lain se-ASEAN. Namun katanya, Menteri Pertanian pernah
membeberkan harga beras di Indonesia jauh lebih murah dibanding negara di kawasan
Asia Tenggara. "Tapi kenapa harga beras impor Thailand sangat murah, saya duga
ada dumping. Tapi saya tidak tahu persisnya," tutur Adi.
(Sumber: liputan6.com, 2016, diakses pada 05 Januari 2017 melalui
http://bisnis.liputan6.com/read/2430910/pertanian-ri-tertinggal-dari-thailand-dan-
vietnam)
PROPAGASI
Lakukan analisis mengenai pelaksanaan pamasaran pada studi kasus “Pertanian RI
Tertinggal dari Thailand dan Vietnam”. Jelaskanlah langkah-langkah apa saja yang
dapat diperbaiki dalam rangka menyelesaikan permasalahan tersebut terkait dengan
manajemen pemasaran!
Penyebab pertama mengapa pertanian di Indonesia kalah dengan Vietnam dan
Thailand yaitu karena adanya keterlibatan banyak pihak dalam proses distribusi
produk pertanian. Contohnya pola terpanjang terjadi pada distribusi cabai merah di
Propinsi Jawa Tengah dan terpendek di jalur distribusi perdagangan bawang merah di
Maluku Utara. Semakin banyak pihak yang terlibat dalam proses distribusi dapat
menyebabkan margin pada proses distribusi semakin tinggi sehingga menyebabkan
harga jual produk yang dibayarkan konsumen akhir akan jauh berbeda dari harga yang
ditawarkan oleh produsen. Selain itu agen maupun pengecer bahan pangan di
Indonesia mematok marjin yang sangat tinggi yang mengakibatkan harga jual produk
semakin meningkat. Hal ini sesuai pernyataan Gumelar (2016), mata rantai saluran
distribusi yang sangat panjang dapat mengakibatkan harga yang dibayarkan
konsumen menjadi lebih tinggi, dan hal ini menggangu proses penjualan produk
tersebut.
Penyebab kedua yaitu karena transportasi dan infrastruktur yang ada di
Indonesia belum memadai serta kesejahteraan masyarakatnya masih tertinggal dari
Vietnam dan Thailand. Akses distribusi produk dari lokasi produksi ke pasar tujuan
masih sulit. Kesulitan akses distribusi produk dapat menyebabkan lamanya proses
distribusi yang berlangsung. Selain itu kesulitan akses ini juga menyebabkan pola
distribusi perdagangan komoditi per daerah di Indonesia sangat bervariasi. Hal ini
sesuai pernyataan Prishardoyo (2005), kegiatan distribusi yang tidak merata
mengakibatkan harga yang berbeda pada setiap daerah serta tidak tercukupinya
ketersediaan produk pada daerah dengan tingkat permintaan yang tinggi. Perbedaan
pola distribusi ini menyebabkan ketersediaan produk tiap daerah akan berbeda dan
mengakibatkan harga jual yang berbeda pula. Distribusi yang efektif akan
memperlancar arus dan akses barang yang diterima konsumen sehingga dapat
memudahkan konsumen memperoleh barang yang diinginkan dan dibutuhkan.
Penyebab ketiga yaitu karena pemanfaatan lahan pertanian di Indonesia masih
lemah. Hal ini disebabkan oleh konversi lahan yang terjadi di mana-mana. Lahan di
Indonesia dialihfungsikan menjadi perumahan dan gedung-gedung bertingkat. Hal ini
menyebabkan sedikitnya lahan pertanian yang tersedia. Semakin sempitnya lahan
pertanian yang tersedia, maka semakin sulit bagi petani untuk berproduksi secara
optimal. Dengan menurunnya produktivitas produk pertanian menyebabkan
penurunan jumlah produk yang dihasilkan. Akibat adanya alih fungsi lahan ini dapat
menyebabkan penurunan pendapatan petani yang berdampak pada penurunan tingkat
kesejahteraan masyarakat. Hal ini sesuai pernyataan Yudisthira (2013), dampak alih
fungsi lahan pertanian yaitu menurunnya produksi produk pertanian sehingga
berkurangnya pendapatan petani. Dengan adanya perubahan luas lahan akan
berdampak terhadap ketahanan pangan produksi produk pertanian yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk memperbaiki permasalahan
tersebut adalah:
1. Memutus rantai pemasaran agar tidak terlalu panjang.
Seperti pemasaran yang terjadi di Indonesia memiliki salah satu kendala untuk
memasarkan beras yaitu harus melalui rantai pemasaran yang sangat panjang sehingga
harga di tingkat konsumen menjadi mahal. Untuk mengatasi kendala tersebut,
masyarakat lebih memilih untuk melakukan pemotongan sistem tataniaga pemasaran
beras dengan cara penjualan langsung oleh petani ke supermarket terdekat. Selain itu
dapat pula langsung dipasarkan kepada konsumen (masyarakat) yang membutuhkan
(Kilmanun, 2013). Berdasarkan cara tersebut, kemungkinan akan menciptakan harga
yang lebih murah di tingkat konsumen.
Mengkaji ulang peraturan menteri perdagangan Republik Indonesia nomor
19/M-DAG/PER/3/2014 tentang ketentuan ekspor dan impor beras pasal yang
pertama pada poin ke-4, yaitu: “Impor beras untuk keperluan stabilisasi harga,
penanggulangan keadaan darurat, masyarakat miskin dan kerawanan pangan adalah
pengadaan beras dari luar negeri sebagai cadangan yang sewaktu-waktu dapat
dipergunakan oleh pemerintah”.
Peraturan pemerintah mengenai impor beras untuk stabilisasi harga ini belum
terlalu tepat, karena banyak faktor yang menyebabkan harga beras yang tidak merata,
salah satunya adalah panjangnya rantai pemasaran komoditas beras. Alangkah lebih
baiknya jika pemerintah memperbaiki rantai pemasaran yang ada di Indonesia terlebih
dahulu, agar harga beras dapat stabil, daripada harus mengimpor beras dari luar.
Impor beras memang salah satu cara cepat untuk stabilisasi harga, tapi dampaknya
juga cukup beesar untuk petani lokal.
2. Memberikan edukasi kepada petani agar dapat mengolah lahan pertanian secara
mandiri
Seperti pada studi kasus yang dilakukan di daerah terpencil di kota Bandung
terdapat petani yang tidak menggunakan lahannya sebagai lahan yang menghasilkan
produk pertanian. Padahal lahan tersebut terletak pada kontur lereng yang banyak di
tumbuhi semak belukar dan subur untuk ditanami tanaman pertanian. Akhirnya
penyuluh memberikan edukasi kepada petani untuk mengolah lahan tersebut dengan
ditanami tanaman pertanian dan hasilnya akan dibantu memasarkan oleh penyuluh
(Manshur, 2017). Kemudian didukung SE Gubernur yang menjelaskan seluruh
instansi pemerintahan terkait diharapkan mengajak petani melakukan penanaman padi
pada lahan yang tidak termanfaatkan. Pemerintah juga akan memberikan bantuan
yang dibutuhkan oleh petani yang dapat diajukan ke UPT Pertanian kecamatan
setempat. Pemerintah juga mendukung agar lahan jangan dibiarkan tetapi dapat
dimanfaatkan dengan maksimal untuk ditanami produk pertanian demi kepentingan
ketersediaan pangan bagi masyarakat (Saputri, 2017).
3. Memperbaiki infrastruktur yang berhubungan dengan rantai pemasaran
Dengan memperbaiki infrastruktur yang ada yang berhubungan dengan saluran
pemasaran seperti transportasi atau alat pengangkut yang lebih maju setidaknya dapat
mengurangi ketidak-efektifan terkait dari saluran pemasaran dan juga bisa
meminimalisirkan marjin agar harga tidak melambung terlalu tinggi. Proses
pembangunan memiliki tiga tujuan yaitu peningkatan ketersediaan distribusi berbagai
macam barang kebutuhan pokok, peningkatan standar hidup dan perluasan pilihan-
pilihan ekonomi sosial bagi setiap individu secara keseluruhan. Selain itu
Infrastruktur sendiri merupakan prasyarat bagi sektor-sektor lain untuk berkembang
dan juga sebagai sarana penciptaan hubungan antara satu dengan yang lainnya
(Setiadi, 2006).
DAFTAR PUSTAKA

Gumelar, Galih. 2018. Pemerintah Bakal Impor 500 Ribu Ton Beras Bulan Ini.
Jakarta: CNN Indonesia.
Kilmanun, J. T. 2013. Sistem Pemasaran Beras suatu Solusi Peningkatan Pendapatan
Petani di Kalimantan Barat. Jurnal Pertanian Agros. Vol 15: 199-206.
Manshur, Faiz. 2017. Sulitnya Mengajar Petani Kita.
https://student.cnnindonesia.com/. Diakses pada 4 Oktober 2020 Peraturan
Menteri Perdagangan Republik Indonesia nomor 19/MDAG/PER/3/2014.
Prishardoyo, B. 2005. Pelajaran Ekonomi SMP Kelas 1. Jakarta: Grasindo Raya,
MFDS. 2016. Pengaruh Biaya Distribusi Terhadap Hasil Penjualan Produk
Pt Sesional Suplies Indonesia. Depok: Universitas Gunadarma.
Saputri, Maya. 2017. Gubernur Sumbar Bantah Ambil Alih Lahan Petani.
https://tirto.id/gubernur-sumbar-bantah-ambil-alih-lahan-petani-cknt.
Diakses pada 4 Oktober 2020.
Setiadi, Elen. 2006. Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Dasar Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Regional Indonesia (8 Provinsi di Sumatera). FEUI,
Jakarta.
Yudisthira, MD. 2013. Analisis Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap
Ketahanan Pangan Di Kabupaten Bekasi Jawa Barat (Studi Kasus Desa
Sriamur Kecamatan Tambun Utara). Bogor: Institus Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai