Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS MODAL SOSIAL DALAM PENGELOLAAN DESA WISATA

NONGKOSAWIT KOTA SEMARANG

Setiyo Budi Pamungkas, Budi Puspo Priyadi


Jurusan Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, S.H Tembalang Semarang Kotak Pos 1269
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman : http://fisip.undip.ac.id email fisip@undip.ac.id

ABSTRAK
Kondisi Desa Wisata Nongkosawit selama enam tahun berdiri bisa dikatakan masih
prematur. Penghapusan anggaran untuk desa wisata pada tahun 2018 mempersulit
Desa Wisata Nongkosawit untuk berharap kepada pemerintah. Dengan demikian
Desa Wisata Nongkosawit harus menggali modal sosial untuk mendapatkan
alternatif lain dalam pengelolaannya. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi
modal sosial serta menganalisis faktor pendorong dan penghambat modal sosial
dalam pengelolaan Desa Wisata Nongkosawit. Upaya menjawab permasalahan dan
tujuan penelitian dilakukan dengan menggunakan teori modal sosial melalui
metode kualitatif. Subyek penelitian adalah Kelompok Sadar Wisata Kandang
Gunung, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, dan masyarakat Desa
Wisata Nongkosawit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal sosial dalam
pengelolaan Desa Wisata Nongkosawit tidak memiliki daya dorong untuk
membangun potensi wisata. Faktor kebiasaan menjadi faktor pendorong dan faktor
kedudukan dan peranan individu; pendidikan; kelas sosial dan kesenjangan
ekonomi; dan pola konsumsi dan nilai-nilai personal menjadi faktor penghambat
berkembangnya modal sosial dalam pengelolaan Desa Wisata Nongkosawit.
Disarankan untuk Pemerintah Kota Semarang dan/atau melalui Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata harusnya lebih selektif dalam menjaring usulan kelompok
masyarakat yang mengajukan desanya sebagai Desa Wisata. Perlu adanya
pengorganisasian kelembagaan Kelompok Sadar Wisata Kandang Gunung yang
baru. Pergantian ketua dan jajarannya di Kelompok Sadar Wisata Kandang Gunung
diperlukan untuk mampu menggerakan maupun mengajak masyarakat untuk
terlibat aktif dalam pengelolaan Desa Wisata Nongkosawit.

Kata Kunci : Modal Sosial; Pengelolaan; Desa Wisata

1
ABSTRACT

The condition of the Nongkosawit tourist village during the past six years, could be
said to be still premature. The Elimination of the budget for village tourism program
in the year 2018 undermines Nongkosawit tourist village to look forward to the
Government. Thus the Nongkosawit tourist village had to dig social capital to get
another alternative in management. The purpose of this research was to identify the
social capital as well as analyze the driving factor and a barrier to social capital in
the management of Nongkosawit tourist village. An attempt to answer the problem
and research objectives is done using the theory of social capital through qualitative
methods. The research subjects were a Kandang Gunung group, Department of
Culture and Tourism Semarang City, and the people of Nongkosawit tourist village.
The results showed that social capital in the management of the Nongkosawit tourist
village have no impetus to build tourism potential. Custom factors became the
driving factor and the factor of the position and the role of the individual; education;
social class and economic disparities; and patterns of consumption and personal
values into the factors restricting the development of social capital in the
management of Nongkosawit tourist village. It is recommended to the Government
of the Semarang City and/or through the Department of culture and tourism should
be more selective in linking the proposed community groups who filed his village
as a tourist village. Need for institutional reorganizing the Kandang Gunung Group.
Turn of the Chairman and of the range of Kandang Gunung Group is required to be
able to drive or urge people to engage actively in the management of the
Nongkosawit tourist village.

Key Words: Social Capital; Management; Tourist Village

1. PENDAHULUAN Desa Wisata Nongkosawit hanya


A. Latar Belakang memiliki 9 anggota. Sebagian besar
Kota Semarang memiliki 3 (tiga) pengelola Desa Wisata Nongkosawit
Desa Wisata, antara lain Desa Wisata adalah orang tua sehingga kurang
Kandri, Desa Wisata Nongkosawit, pengetahuan tentang teknologi
dan Desa Wisata Wonolopo. Dari tiga informasi, cara mengemas dan
Desa Wisata yang dimiliki Kota memasarkan produk Desa Wisata
Semarang, Desa Wisata Nongkosawit Nongkosawit. Pengelola Desa Wisata
menjadi desa yang memiliki Nongkosawit selama ini hanya
perkembangan lambat. Kelompok mengandalkan agen-agen pariwisata
Sadar Wisata (POKDARWIS) untuk menarik minat masyarakat agar
Kandang Gunung sebagai pengelola berpariwisata di Desa Nongkosawit.

2
Disisi lain Dinas Kebudayaan dan pengelolaan Desa Wisata
Pariwisata Kota Semarang mulai Nongkosawit Kota Semarang?
menghentikan anggaran untuk
seluruh Desa Wisata mulai dari tahun C. Tujuan Penelitian
2018. 1. Mengidentifikasi modal sosial di
Potensi dan permasalahan Desa Wisata Nongkosawit Kota
Desa Nongkosawit menuntut Semarang.
masyarakat untuk ikut berpartisipasi 2. Mendeskripsikan, menganalisis
dalam pengelolaan dan faktor pendorong dan
pengembangan Desa Wisata penghambat pelaksanaan modal
Nongkosawit. Keterlibatan sosial dalam pengelolaan Desa
masyarakat pada sebuah program Wisata Nongkosawit Kota
pembangunan perlu didukung dengan Semarang.
kemampuan dari masyarakat itu
sendiri sebagai aset. Aset seperti itu D. Kajian Teori
penting dan bilamana dapat Administrasi Pembangunan
dioptimalkan akan menjadi modal Administrasi Pembangunan adalah
sosial. Melihat bahwa pemerintah administrasi negara dan publik yang
sudah tidak memberi perhatian untuk berperan sebagai agen perubahan
program Desa Wisata, termasuk Desa dengan tujuan menyukseskan
Nongkosawit maka dalam hal ini pembangunan dalam berbagai
modal sosial menjadi penting bagi aspeknya, melalui perencanaan yang
pelaksanaan program pembangunan berorientasi pada pelaksanaan,
swadaya. transfer teknologi, transformasi
sosial, pengembangan kapasitas, dan
B. Rumusan Masalah partisipasi masyarakat serta
1. Apakah Desa Nongkosawit pemerataan hasil pembangunan
memiliki modal sosial dalam (Indrawijaya dan Pranoto, 2011:24-
pengelolaan Desa Wisata? 25).
2. Apa saja faktor pendorong dan Beberapa literatur
penghambat modal sosial dalam mengemukakan bahwa human

3
capital, natural capital, dan produced komunitas yang telah mewarisi
economy capital telah banyak digarap sejumlah modal sosial dalam bentuk
oleh pemerintah, namun tidak aturan-aturan, pertukaran timbal balik
demikian halnya dengan social dari jaringan-jaringan kesepakatan
capital yang selama ini masih banyak antar warga. Modal sosial yang
diabaikan. (Cernea, 1988; Jamasy, berwujud norma-norma dan jaringan
2004; Hasbullah, 2006; dalam Pontoh keterikatan tersebut merupakan
2010). prakondisi bagi perkembangan
Modal Sosial ekonomi, dan prasyarat mudah bagi
Pembahasan tentang modal terciptanya tata pemerintahan yang
sosial lazim dikaitkan dengan upaya baik dan efektif.
mengelola, meningkatkan dan Halpem et al (dalam Aprilia,
mendayagunakan relasi-relasi sosial 2015) mengemukakan bahwa
sebagai sumber daya yang pembentukan modal sosial
diinvestasikan untuk memperoleh dipengaruhi oleh sejumlah faktor
keuntungan ekonomi dan/atau determinan yang dapat dijabarkan
manfaat sosial. Relasi-relasi sosial sebagai berikut :
tersebut diendapi oleh norma-norma a. Kebiasaan
yang memberikan jaminan, Kebiasaan merupakan bagian dari
kepercayaan, serta jaringan yang kebudayaan. Menurut Soekanto
saling menguntungkan. (dalam Aprilia, 2015:4)
Lebih jelas lagi Robert D. mengemukakan bahwa kebiasaan
Putnam (dalam Supratiwi, 2013) dalam kebudayaan dapat dilihat
menyatakan komponen modal sosial melalui unsur-unsur normatifnya,
terdiri dari kepercayaan (trust), norma yaitu unsur-unsur yang menyangkut
(norms), dan jaringan-jaringan kerja penilaian; unsur-unsur yang
(networks) yang dapat memperbaiki berhubungan dengan apa yang
efisiensi dalam suatu masyarakat seharusnya; dan unsur-unsur yang
melalui fasilitas tindakan-tindakan menyangkut kepercayaan.
yang terkoordinasi. Kerjasama lebih b. Kedudukan dan peranan
mudah terjadi di dalam suatu individu

4
Peranan adalah aspek di mana dari yang ditempuh seseorang. Semakin
kedudukan atau status, apabila tinggi gelar yang didapat atau
seseorang melaksanakan hak dan semakin tinggi pendidikan yang
kewajibannya sesuai dengan ditempuh seseorang maka akan
kedudukannya berarti ia menjalankan menempati lapisan teratas. Kedua,
peranannya. Peranan menunjukan ukuran kekayaan yang dapat dilihat
pada fungsi, penyesuaian diri dan melalui penghasilan yang dihasilkan
sebagai suatu proses. (Soerjono seseorang.
Soekanto dalam Tarigan, 2013:10). e. Pola konsumsi dan Nilai-nilai
c. Pendidikan personal
Pendidikan merupakan salah satu Henslin (dalam Aprilia, 2015:6)
instrumen utama pembangunan menyatakan bahwa pola konsumsi
kualitas sumber daya manusia. M. J. seseorang dapat mempengaruhi nilai-
Langeveld (dalam Rosidah, 2012: 12) nilai tersebut. Pada dasarnya, nilai
menjelaskan bahwa pendidikan mendasari preferensi seseorang,
merupakan upaya membimbing memandu pilihan seseorang dan
manusia yang belum dewasa untuk mengindikasikan apa yang seseorang
menjadi dewasa. Konsep tersebut anggap berharga dalam hidup.
bermakna pendidikan merupakan Desa Wisata
kegiatan untuk membimbing Desa wisata dapat didefinisikan
seseorang menuju kedewasaan dan sebagai bentuk lingkungan
kemandirian. pemukiman dengan fasilitas yang
d. Kelas sosial dan kesenjangan sesuai dengan tuntutan wisatawan
ekonomi dalam menikmati atau mengenal dan
Soekanto (dalam Aprilia, 2015:5) menghayati atau mempelajari ke
menjelaskan bahwa ukuran yang khasan desa dengan segala daya
dipakai untuk menggolongkan tariknya dan dengan tuntutan kegiatan
anggota-anggota masyarakat ke masyarakatnya seperti kegiatan
dalam suatu lapisan masyarkat hunian, interaksi sosial, kegiatan adat
tertentu di antaranya pertama, ukuran istiadat, dsb, sehingga diharapkan
ilmu pengetahuan melalui pendidikan terwujud suatu lingkungan yang

5
harmonis, yaitu rekreatif dan terpadu berupa buku-buku referensi,
dengan lingkungannya (Ika Putra berfungsi untuk membantu atau
dalam Darmawan, 2015:48) memberi wawasan pada peneliti
dalam penyusunan laporan penelitian.
E. Metode Penelitian
Desain Penelitian 2. HASIL DAN PEMBAHASAN
Desain penelitian yang digunakan 2.1 Modal sosial dalam
dalam penelitian ini adalah penelitian pengelolaan Desa Wisata
kualitatif, dengan penekanan pada Nongkosawit
deskriptif dan analitis, yaitu untuk Trust
mendeskripsikan modal sosial dalam Desa Nongkosawit memiliki sebuah
pengelolaan Desa Wisata organisasi yang bergerak pada bidang
Nongkosawit Kota Semarang. kesenian dan pariwisata. Organisasi
Analisis Data ini bernama Kelompok Sadar Wisata
Tahapan analisis data yang didapat (Pokdarwis) Kandang Gunung.
dilakukan mulai dari pengumpulan Pokdarwis Kandang Gunung
data, reduksi data, triangulasi dan merupakan aktor yang menginisasi
penarikan kesimpulan. terbentuknya Desa Wisata
Kualitas Data Nongkosawit. Dalam menjalankan
Untuk mendapatkan keabsahan data tugasnya sebagai pengelola Desa
dilakukan dengan teknik Triangulasi. Wisata Nongkosawit, Pokdarwis
Triangulasi ditempuh peneliti Kandang Gunung belum memperoleh
menggunakan bahan referensi. trust atau kepercayaan yang
Maksud dari penggunaan bahan seutuhnya dari warga Desa
referensi adalah peneliti Nongkosawit. Pokdarwis Kandang
menggunakan data pendukung untuk Gunung belum memiliki atribut
membuktikan data yang telah kolektif yang mampu menciptakan
ditemukan oleh peneliti. Misalnya kondisi sosial yang kondusif dalam
data hasil wawancara didukung pengelolaan Desa Wisata
dengan adanya rekaman wawancara. Nongkosawit.
Selain itu, bahan referensi dapat juga

6
Kelompok Sadar Wisata Tidak seperti norma keagamaan di
Kandang Gunung belum mampu Bali yang memiliki hawik-hawik.
menawarkan ide-ide cemerlang Hawik-hawik yang berupa peraturan
maupun inovasi yang mendorong adat di Bali dapat dimanfaatkan untuk
kerjasama warga dalam pengelolaan menunjang pengelolaan desa wisata.
Desa Wisata Nongkosawit, sehingga Networks
belum terjalin solidaritas sosial antara Kelompok Sadar Wisata
Pokdarwis Kandang Gunung dengan Kandang Gunung bertanggung jawab
warga Desa Nongkosawit. Kurangnya sebagai pengelola Desa Wisata
sosialisasi menyebabkan warga tidak Nongkosawit. Networks yang
mengetahui bahwa Desa dimiliki Pokdarwis Kandang Gunung
Nongkosawit merupakan salah satu tidak luas. Hanya terdapat tiga aktor
desa wisata yang dimiliki Kota dalam lingkup networks Pokdarwis
Semarang. Warga tidak mengetahui Kandang Gunung, yaitu masyarakat
potensi apa saja yang dimiliki oleh Desa Nongkosawit, Forum
Desa Nongkosawit. Jangankan untuk Komunikasi Desa Wisata Kota
mengetahui Desa Nongkosawit Semarang dan Dinas Kebudayaan dan
merupakan desa wisata, warga Pariwisata Kota Semarang. Networks
Nongkosawit tidak mengetahui yang terjalin dengan ketiga aktor
Kelompok Sadar Wisata itu apa. tersebut juga tidak terlalu kuat.
Norms Masyarakat Desa
Ditinjau dari aspek norms, Nongkosawit merupakan subjek
Desa Wisata Nongkosawit memiliki pemberdayaan masyarakat dari
salah satu norma yang cukup program Desa Wisata Nongkosawit.
dominan, yaitu norma keagamaan. Namun sebagian masyarakat tidak
Norma keagamaan di Desa Wisata mengetahui Desa Nongkosawit
Nongkosawit dapat mencegah adalah salah satu desa wisata di Kota
individu untuk berbuat sesuatu yang Semarang. Bahkan sebagian
menyimpang. Namun dalam konteks masyarakat Desa Nongkosawit tidak
pengelolaan Desa Wisata mengetahui eksistensi Pokdarwis
Nongkosawit norma ini belum efektif. Kandang Gunung sebagai pengelola

7
Desa Wisata Nongkosawit. Hal Pariwisata Kota Semarang dengan
tersebut dikarenakan kurangnya Pokdarwis Kandang Gunung hanya
sosialisasi dan interaksi Pokdarwis sebatas pembinaan-pembinaan
Kandang Gunung kepada masyarakat berupa sosialisasi dan pelatihan. Trust
Desa Nongkosawit, sehingga Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
networks yang terjalin antara Kota Semarang terhadap Pokdarwis
Pokdarwis Kandang Gunung dengan Kandang Gunung semakin lama
masyarakat Desa Nongkosawit tidak semakin menurun, begitupun
kuat. sebaliknya. Hal tersebut
Forum Komunikasi Desa menyebabkan networks yang terjalin
Wisata Kota Semarang merupakan antara kedua belah pihak tidak baik.
aktor lain dalam networks yang
dimiliki Kelompok Sadar Wisata 2.2 Faktor Pendorong dan
Kandang Gunung. Forum Penghambat
Komunikasi Desa Wisata Kota Kebiasaan
Semarang merupakan organisasi Kebiasaan yang baik di Desa
pengurus berbagai desa wisata yang Nongkosawit, yaitu tradisi Nyadran.
ada di Kota Semarang. Namun hingga Tradisi Nyadran adalah serangkaian
kini Pokdarwis Kandang Gunung ritual upacara untuk pembersihan
belum memaksimalkan networks ini makam leluhur, tabur bunga dan
untuk pengembangan Desa Wisata puncaknya selamatan di makam
Nongkosawit leluhur. Tradisi Nyadran di Desa
Dinas Kebudayaan dan Wisata Nongkosawit tidak dilakukan
Pariwisata Kota Semarang adalah hanya pada makam leluhur namun
organisasi perangkat daerah yang dilakukan pula pada kali atau sungai
fokus pada aspek kebudayaan dan dan sendang atau kolam. Selain orang
pariwisata di Kota Semarang. OPD dewasa, anak-anak remaja juga
tersebut yang menentapkan SK terlibat dalam tradisi ini. Selain itu,
Pokdarwis untuk Pokdarwis Kandang masyarakat Desa Nongkosawit masih
Gunung. Dewasa ini networks yang melestarikan Bahasa Jawa krama
terjalin antara Dinas Kebudayaan dan inggil di kehidupan sehari-hari.

8
Kebiasaan lain yang dilakukan oleh Kota Semarang. Ketua Pokdarwis
masyarakat Desa Nongkosawit yaitu Kandang Gunung menjadi aktor yang
produksi makanan tradisional. berkedudukan untuk menjalankan
Kuliner di Desa Wisata Nongkosawit perannya dalam pengelolaan Desa
berupa jajanan pasar yang terdiri dari Wisata Nongkosawit. Namun usaha
klepon, cetot, dan tape. Selain itu ada yang telah dilakukan Ketua
makanan lain berupa sale pisang dan Pokdarwis Kandang Gunung dalam
makanan ringan ceriping. mendorong keberhasilan pengelolaan
Kebiasaan Nyadran dan Desa Wisata Nongkosawit masih
produksi kuliner dapat digunakan belum maskimal. Ketua Pokdarwis
oleh Kelompok Sadar Wisata Kandang Gunung hanya
Kandang Gunung sebagai pemicu menyampaikan program kerja namun
munculnya modal sosial di Desa tidak disertai action nyata dan
Wisata Nongkosawit. Pokdarwis pendampingan lebih lanjut kepada
Kandang Gunung bisa membaur masyarakat. Ketua Pokdarwis
dengan masyarakat Nongkosawit dan Kandang Gunung kurang bisa
memaksimalkan interaksi sosial merangkul banyak pihak untuk
diantara mereka. Saat melakukan terlibat dalam pengelolaan Desa
interaksi sosial yang intens dengan Wisata Nongkosawit. Sementara
masyarakat Nongkosawit, Pokdarwis aktor lain yang berkedudukan seperti
Kandang Gunung dapat melakukan Ketua Rukun Warga (RW) dan Ketua
sosialisasi tentang sapta pesona dan Rukun Tetangga (RT) masih belum
pengelolaan Desa Wisata memberikan dukungan yang
Nongkosawit. Hal tersebut bisa maksimal untuk membantu
menjadi pendorong munculnya modal Kelompok Sadar Wisata Kandang
sosial di Desa Wisata Nongkosawit. Gunung dalam memsosialisasikan
Kedudukan dan Peranan Individu program-program terkait wisata di
Kelompok Sadar Wisata Desa Wisata Nongkosawit.
Kanndang Gunung adalah aktor yang Pendidikan
menginisiasi Desa Nongkosawit Pendidikan mampu membentuk
menjadi salah satu desa wisata di kepribadian dan karakteristik

9
masyarakat. Semakin tinggi tingkat memperhatikan Desa Nongkosawit.
pendidikan yang ditempuh maka Hal tersebut menghambat munculnya
semakin tinggi pula kesadaran modal sosial dalam pengelolaan Desa
terhadap lingkungannya. Kondisi Wisata Nongkosawit karena mereka
eksisting kualitas pendidikan di Desa kurang berinteraksi dengan
Nongkosawit menunjukkan bahwa Kelompok Sadar Wisata Kandang
mayoritas masyarakat desa Gunung dan memperhatikan Desa
Nongkosawit masih menempuh Wisata Nongkosawit. Meskipun
jenjang sekolah dasar dan sekolah demikian, mereka berada pada kelas
menengah pertama. Hal tersebut sosial yang tercipta hampir sama.
berdampak pada kesadaran Sementara itu, kemampuan ekonomi
masyarakat Desa Nongkosawit yang Desa Nongkosawit yang merata
masih belum tinggi. Masyarakat Desa menyebabkan kesenjangan ekonomi
Nongkosawit masih belum terlibat yang tidak besar.
secara aktif dalam pengelolaan Desa Pola Konsumsi dan Nilai-Nilai
Wisata Nongkosawit. Personal
Kelas Sosial dan Kesenjangan Nilai personal masyarakat Desa
Ekonomi Wisata Nongkosawit masih memiliki
Masyarakat Desa Wisata egoisme yang tinggi terhadap
Nongkosawit memiliki mata perekonomian. Masyarakat Desa
pencaharian yang beragam. Sebagian Wisata Nongkosawit enggan terlibat
besar masyarakat Desa Wisata dalam pengelolaan desa wisata karena
Nongkosawit bekerja sebagai petani beranggapan tidak akan mendapat
dan buruh. Masyarakat Desa manfaat secara ekonomi. Hal tersebut
Nongkosawit yang berprofesi sebagai dapat menghambat modal sosial
petani menghabiskan sebagian besar dalam pengelolaan Desa Wisata
waktunya untuk bercocok tanam di Nongkosawit.
sawah sementara mayoritas buruh
yang ada di Desa Nongkosawit 3. PENUTUP
bekerja di Kota sehingga secara tidak 3.1 Kesimpulan
langsung mereka kurang

10
Ttrust belum dimiliki seutuhnya oleh Nongkosawit tidak memiliki daya
Desa Wisata Nongkosawit. dorong untuk membangun potensi
Kurangnya sosialisasi menjadi salah wisata.
satu penyebab Pokdarwis Faktor kebiasaan menjadi
Nongkosawit kurang memiliki trust satu-satunya faktor pendorong
dari masyarakat. Pengurus Pokdarwis munculnya modal sosial dalam
Kandang Gunung tidak pengelolaan Desa Wisata
memperlihatkan motivasi, Nongkosawit. Sementara itu, faktor
kemampuan dan reputasi sebagai penghambat modal sosial dalam
seorang penggerak masyarakat dalam pengelolaan Desa Wisata
pengelolaan Desa Wisata Nongkosawit, yaitu faktor kedudukan
Nongkosawit. Ditinjau dari aspek dan peranan individu; pendidikan;
norms, Desa Wisata Nongkosawit kelas sosial dan kesenjangan
memiliki norma keagamaan sebagai ekonomi; dan pola konsumsi dan
salah satu norms yang paling nilai-nilai personal.
dominan. Namun norma keagamaan
masih belum mampu digunakan 3.2 Saran
untuk menunjang pengelolaan Desa Pemerintah Kota Semarang melalui
Wisata Nongkosawit. Sementara itu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
ditinjau dari aspek networks, harus lebih selektif dalam menjaring
Pokdarwis Kandang Gunung usulan kelompok masyarakat yang
memiliki jaringan yang cukup sempit. mengajukan desanya sebagai Desa
Pokdarwis Kandang Gunung hanya Wisata. Setelah melalui proses seleksi
menjalin networks dengan tiga aktor yang ketat, Dinas Kebudayaan dan
yaitu masyarakat Desa Wisata Pariwisata Kota Semarang harus bisa
Nongkosawit; Forum Komunikasi memastikan Desa Wisata yang
Desa Wisata Kota Semarang; dan ditetapkan tetap bisa survive dan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata berkembang. Dinas Kebudayaan dan
Kota Semarang, sehingga dapat Pariwisata Kota Semarang perlu
disimpulkan bahwa modal sosial memberikan perhatian lebih kepada
dalam pengelolaan Desa Wisata Desa Wisata Nongkosawit.

11
Pemberian perhatian lebih tersebut Perumahan secara Vertikal di
Kelurahan Kaligawe, Kecamatan
dalam artian Dinas Kebudayaan dan
Gayamsari, Kota Semarang.
Pariwisata Kota Semarang dapat Skripsi. Universitas Diponegoro.
Darmawan, Dian Rizky Irvan. (2015)
melakukan pembinaan kelembagaan
Pemberdayaan Masyarakat
yang lebih intensif kepada Kelompok melalui Pengembangan Desa
Wisata Berbasis Ekowisata
Sadar Wisata Kandang Gunung.
Sidoakur di Kabupaten Sleman.
Perlu adanya Skripsi. Universirtas Yogyakarta.
Indrawijaya, I., dan Pranoto, J.
pengorganisasian kelembagaan
(2011). Revitalisasi Administrasi
Pokdarwis Kandang Gunung yang Pembangunan (Berbasis Jatidiri
dan Karakter Bangsa dalam
baru. Pergantian ketua dan jajarannya
Pembangunan Nasional.
di Kelompok Sadar Wisata Kandang Bandung: Alfabeta.
Pontoh, Otniel. (2010). Identifikasi
Gunung diperlukan untuk mampu
dan Analisis Modal Sosial Dalam
menggerakan maupun mengajak Rangka Pemberdayaan
Masyarakat Nelayan Desa
masyarakat untuk terlibat aktif dalam
Gangga Dua Kabupaten Minahasa
pengelolaan Desa Wisata Utara. Jurnal Perikanan dan
Kelautan Tropis Vol. VI-3
Nongkosawit. Pengelolaan Desa
Rosidah, WA. (2012). Perhatian
Wisata Nongkosawit dapat Orang Tua pada Pendidikan Anak
di Sekolah Dasar (Kasus
didesentralisasikan kepada setiap
Tingginya Angka Putus Sekolah
wilayah rukun warga, sehingga di SD Negero Supulessy Desa
Supulessy Kecamatan Tehoru
nantinya memiliki pengelola yang
Kabupaten Maluku Tengah.
berbeda-beda. Hal ini bertujuan untuk Tesis. Universitas Negeri
Yogyakarta.
menghindari konflik internal
Supratiwi. (2013). Peranan Modal
kelompok sadar wisata dalam lingkup Sosial Dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Masyarakat Desa
kelurahan.
Bendar, Kecamatan Juwana,
Kabupaten Pati. Skripsi.
Universitas Diponegoro.
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan, JH dan Edward P. Tarigan.
Aprilia, Yovita Annisa. (2015). (2013). Peranan Kelompok
Modal Sosial Masyarakat Dalam Teman Sebaya Terhadap Minat
Pemenuhan Kebutuhan Rumah dan Aktivitas Remaja (Studi Pada
Layak Huni (Studi Kasus Kelurahan Perumnas Way Halim
Program Peremajaan Perumahan Kecamatan Kedaton Bandar
di Kawasan-kawasan Kumuh Lampung). Skripsi. Universitas
melalui Pengembangan Lampung.

12
13

Anda mungkin juga menyukai