Anda di halaman 1dari 12

Dinamika Pokdarwis dan Aktor Kemitraan Dalam Pengembangan

Desa Wisata dan Budaya Gamol Melalui Program CSR

Antonieta Atika
Program Studi Bisnis Perjalanan Wisata, Universitas Gadjah Mada
Email : antonieta.atika@mail.ugm.ac.id

Abstrak
Desa Wisata dan Budaya Gamol merupakan desa wisata berbasis edukasi yang dibina
oleh PT.Pertamina. Sebelum menjadi desa wisata, desa Gamol hanya tanah luas
kosong yang dipenuhi oleh tanaman liar dan tidak memiliki potensi alam. Hadirnya
program CSR dari Pertamina semakin mendorong pengembangan desa tersebut.
Namun, secara tidak langsung, keterlibatan pihak luar akan menciptakan dinamika
dan kerja sama antara pihak desa yang dalam hal ini adalah Pokdarwis. Oleh karena
itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana dinamika yang terjadi di
antara Pokdarwis dan Pertamina sebagai aktor kemitraan dalam pengembangan Desa
Wisata Gamol. Di samping itu, penelitian dilakukan dengan menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode penelitian wawancara dan studi literatur. Hasil
penelitian menunjukan adanya dinamika yang saling bersinergi dan tanpa konflik
antara pokdarwis dan aktor kemitraan. Dimana mereka menjalankan peran dan
tugasnya dengan baik dan selalu bekerja sama untuk mengembangkan Desa Wisata
Gamol.

Kata kunci : Desa Wisata, CSR, Pokdarwis, Pengembangan


1. Pendahuluan
Pemerintah Indonesia semakin menggencarkan pembangunan desa wisata di
sektor pariwisata Indonesia. Pemerintah menilai bahwa desa wisata berpotensi besar
menyumbang kenaikan pendapatan di sektor industri pariwisata. Hal itu ditunjukkan
dengan target yang dimiliki oleh Sandiaga Uno selaku Menteri Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif Indonesia. Dia menargetkan pembuatan desa wisata sejumlah 224 di
seluruh Indonesia dan target itu harus tercapai pada tahun 2024. (Kompas.com 2021)
Oleh karena itu, pemerintah meminta seluruh pihak untuk dapat berpartisipasi aktif
dalam perwujudan desa wisata yang semakin maju dan berkembang, baik pihak
swasta, masyarakat maupun lembaga-lembaga baik pada tingkat provinsi,
kabupaten/kota, serta pada tingkat desa.
Munculnya deklarasi tersebut akhirnya mendorong banyak perusahaan untuk
perlahan mengubah fokus program CSR mereka yang semula mendominasi sektor
pendidikan, kesehatan dan kelangsungan lingkungan hidup, perlahan menjadi pada
dunia pariwisata khususnya desa wisata. Hal itu sudah direalisasikan oleh salah satu
perusahaan yaitu PT,Pertamina. Sebenarnya, sudah sejak lama PT.Pertamina
melaksanakan program CSR mereka pada desa wisata. Dilansir dari Katadata.co
hingga tahun 2021 terhitung sudah ada 100 lebih desa wisata yang berada di bawah
binaan PT.Pertamina yang tersebar di seluruh Indonesia. Disisi lain, tak jarang desa
binaan mereka meraih penghargaan. Hadirnya pihak luar yang dalam bahasan ini
adalah perusahaan tentunya akan mendorong terjadinya interaksi antara masyarakat
desa dan kelembagaan desa (Pokdarwis) dengan perusahaan atau aktor kemitraan.
Kerja sama yang kuat dan harmonis diperlukan untuk bisa membangun desa wisata
bersama.
Di antara 100 desa binaan Pertamina, ada satu desa wisata yang terletak di
Dusun Gamol. Desa itu bernama Desa Wisata dan Budaya Gamol. Desa yang awalnya
hanya dihiasi oleh tanah kosong yang dipenuhi oleh tumbuhan liar perlahan
membawa dirinya untuk menjadi destinasi wisata. Hadirnya aktor kemitraan yang
mebina, melatih serta mendampingi masyarakat desa, memudahkan mereka untuk
mewujudkan keinginan mereka menjadikan desa tanpa potensi alam menjadi sebuah
destinasi wisata yang menarik minat wisatawan. Dalam pelaksanaanya tentu
diperlukan kesinambungan dan kerja sama antara aktor kemitraan dengan Pokdarwis
selaku pengurus atau lembaga yang ada di tingkat desa. Penelitian ini akan
menganalisis beberapa hal diantaranya 1) peran yang dimiliki oleh masing-masing
pihak dalam keterlibatannya membangun Desa Wisata dan Budaya Gamol, 2)
bagaimana dinamika yang terjadi antara kedua belah pihak, 3) apakah ada konflik di
tengah kerja sama yang terjalin untuk membangun dan menjalankan pariwisata di
Desa Wisata dan Budaya Gamol dan 4) dampak dari kerja sama kedua belah pihak
baik bagi masyarakat maupun desa wisata itu sendiri.

2. Tinjauan Pustaka
Sebuah penelitian akan lebih akurat jika didukung oleh hasil-hasil penelitian
terdahulu yang memiliki korelasi dengan penelitian sekarang. Tinjauan pustaka dari
penelitian sebelumnya akan menedukung hasil penelitian terbaru.
Dari penlitian Deden Saputra (2020) yang berjudul “Tatakelola Kolaborasi
Pengembangan Kampung Wisata Berbasis Masyarakat” dapat dilihat dan disimpulkan
bahwa dalam pengelolaan dan pengembangan suatu kampung wisata atau desa wisata
diperlukan kolaborasi antar stakeholders yang ada baik itu masyarakat, pemerintah,
lembaga maupun pihak swasta terkait. Selanjutnya, dalam pelaksanaannya setiap
stakeholders harus bisa menjalankan perannya masing-masing secara optimal dan
bertanggung jawab. Kolaborasi akan dikatakan berhasil atau baik jika terjadi
keseimbangan sumber daya, partisipasi aktif masyarakat serta adanya sebuah aturan
yang jelas dalam suatu kampung wisata. Komunikasi yang baik dan rasa saling
percaya juga diperlukan agar kolaborasi yang baik serta dinamika yang baik dapat
tercipta.
Selanjutnya, dari penelitian yang dilakukan oleh Ni Wayan Juniari dan Luh
Putu Mahyuni (2020) dimana penelitian ini mencoba untuk menganalisis penerapan
CSR dalam perwujudan pariwisata yang berbasis masyarakat. Dalam hasil penelitian
mereka dapat diketahui dan ditarik kesimpulan bahwa adanya program CSR sangat
membantu sebuah destinasi wisata untuk bisa berkembang. Perwujudan tersebut baik
dari program pemberian dana maupun program lainnya akan sangat bermanfaat jika
dilakukan dengan benar. Selanjutnya, keberhasilan program CSR tidak hanya
bergantung dari pihak perusahaan saja namun juga bergantung pada partisipasi
masyarakat dan kebersediaannya dalam menjalin kerja sama yang baik dengan pihak
perusahaan.
Kajian yang terakhir ditinjau dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Aprillia Ayu Wardhani (2016) dimana dia meneliti mengenai peran pokdarwis dalam
sebuah desa wisata yaitu Desa Wisata Dewi Sri. Dalam penelitiannya dapat
disimpulkan bahwa masyarakat yang terlibat dan aktif menjadi bagian Pokdarwis
harus mengetahui dan memahami betul mengenai pariwisata terutama desa wisata
karena di sini Pokdarwis berperan sebagai sebuah kelompok yang sadar akan wisata
dan akan membantu pengembangan desa wisata. Sudah sepantasnya mereka menjadi
pihak yang paling paham dan mengerti tentang desa wisata dan pariwisata agar dapat
memberikan ilmu kepada masyarakat desa. Keterlibatan masyarakat desa sangat
diperlukan untuk berjalannya suatu Pokdarwis.

3. Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif dimana jenis
pendekatan tersebut digunakan agar bisa mengkaji persoalan dan hasil penelitian
secara lebih mendalam. Disisi lain, pendekatan ini dipilih oleh penulis agar dapat
memudahkan penulis dalam menjelaskan topik yang diangkat.
Selanjutnya, metode penelitian yang digunakan berupa metode kualitatif
dengan cara pengumpulan data melalui wawancara sebagai data primer dan studi
literatur sebagai data sekunder. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan
membaca dan mengumpulkan berita serta artikel terkait topik yang diangkat.
Secara teknis dan terperinci pengumpulan data dilakukan melalui beberapa
tahapan diantaranya :
1) Melakukan pengumpulan data sekunder dengan membaca berita, profil objek
penelitian, serta artikel dan jurnal yang berkolerasi dengan topik penelitian.
2) Melakukan pengumpulan data primer melalui wawancara dengan pengurus
Pokdarwis.
3) Menjadikan satu seluruh data dan analisis data yang diperlukan untuk penelitian
4) Menarik kesimpulan terkait data yang dimiliki.

4. Hasil dan Pembahasan


4.1 Gambaran Desa Wisata Gamol
Desa Wisata Gamol atau biasa dikenal dengan sebutan Deswitadaya Gamol
merupakan salah satu desa wisata dan budaya yang terletak di Kabupaten Sleman
tepatnya di Dusun Gamol. Resmi didirikan pada tanggal 24 Oktober 2018, desa wisata
ini cenderung memfokuskan kegiatan pariwisata mereka ke arah wisata edukasi (Dwi
Puspita,2021). Berbeda dengan desa wisata lainnya yang berkembang dengan
kekayaan potensi yang sudah ada dan berlimpah, Desa Wisata Gamol dulunya hanya
merupakan lahan kosong dan tidak memiliki potensi sumber daya alam yang
melimpah untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata. Hal itulah yang membuat
para warga harus ‘memutar otak’ untuk mengakali dan mengatasi kekurangan yang
mereka miliki.
Gagasan mengenai dibentuknya sebuah desa wisata di Dusun Gamol muncul
ketika para warga menyadari lahan kosong yang mereka miliki sudah seharusnya
dapat dimanfaatkan dengan maksimal. Disisi lain, keinginan para warga untuk dapat
menata desa mereka agar terlihat elok dan rapi semakin memotivasi mereka untuk
bisa membangun sebuah desa wisata. Ditambah, penghasilan desa yang terbilang
cukup minim dan rendah dibandingkan desa-desa lain, membulatkan tekad mereka
untuk membangun sebuah desa wisata. “Desa kami tidak memiliki sumber daya yang
melimpah seperti desa lainnya, hanya lahan kosong penuh alang-alang saja. Hal itu
juga menyebabkan ekonomi desa kami lebih rendah daripada desa lain. Akhirnya
beberapa warga berinisiatif untuk merembug pembuatan desa wisata. Tetapi, kami
ingin menjadi desa wisata yang berbeda dari desa wisata lain” ujar Tamtama selaku
Kepala Dukuh Gamol 7 Oktober 2021. Selanjutnya, gagasan tersebut dibawa ke
forum diskusi resmi pada tahun 2009 yang dihadiri oleh beberapa warga dan petinggi
desa. Hasil diskusi memutuskan dibentuknya desa wisata berbasis edukasi yang akan
melibatkan kelompok-kelompok sosial di desa Gamol. Sebelum adanya diskusi resmi
ini sebenarnya memang sudah terdapat beberapa kelompok sosial di desa Gamol.
Kelompok-kelompok tersebut berkecimpung dalam bidang budidaya kambing etawa,
perikanan, dan kelompok peduli lingkungan (Pepiling). Hal tersebut akhirnya
dimanfaatkan dan dijadikan potensi yang mendukung keputusan pembentukan desa
wisata berbasis edukasi. Para kelompok tersebut nantinya akan memberi edukasi
terkait bagaimana pengolahan susu, perikanan, atau bagaimana cara pengolahan
sampah-sampah agar menjadi produk baru yang berguna kepada wisatawan.
Seiring berjalannya Desa Wisata dan Budaya Gamol, akhirnya pada tahun 2010
datang PT.Pertamina Rewulu yang menawarkan bantuan melalui program CSR
(Corporate Social Responsibility) mereka. Dalam pelaksanaannya, PT.Pertamina
tidak hanya akan membantu secara keperluan finansial (hard skill) namun juga
melatih (soft skill) masyarakat dan penggerak Desa Wisata dan Budaya Gamol.
Pelatihan terus dilakukan hingga pada tahun 2018 Desa Wisata Gamol dibuka secara
resmi di bawah binaan PT.Pertamina Rewulu. Hingga saat ini Desa Wisata Gamol
terus berkembang dan telah menambah kelompok sosial mereka menjadi 7 kelompok
yaitu :
1) Suporno (kelompok pembuatan susu bubuk kambing etawa)
2) Dwitunggal (kelompok bapak-bapak peternakan kambing)
3) Pepeling (penduduk peduli lingkungan)
4) Srikandi (budidaya olahan jamur tiram)
5) KWT (kelompok wanita tani kenanga)
6) Wina Sejahtera (budidaya ikan)
7) Tritunggal (pembuatan backlock jamur)

4.2 Corporate Social Responsibility dan Aktor Kemitraan


Setiap perusahaan memiliki tanggung jawab sosial baik terhadap pihak internal
(karyawan) maupun eksternal (masyarakat) dan hal itu wajib dilaksanakan oleh
perusahaan. Corporate Social Responsibilty merupakan implementasi dari tanggung
jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat sekitar, dimana perusahaan umumnya
akan melakukan kegiatan dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan peningkatan
kualitas hidup masyarakat. Tanggung jawab sosial ini berfungsi untuk menjaga
perusahaan agar tetap dapat menyeimbangkan antara meraih keuntungan dan
memberdayakan masyarakat sekitar serta menjaga kelestarian lingkungan. Hal itu
dapat dilakukan dengan membantu meningkatkan kemampuan masyarakat baik
individu maupun kelompok agar dapat memanfaatkan potensi di sekitar mereka secara
maksimal. Pelaksanaan tanggung jawab sosial dapat dilakukan dalam bidang
kehidupan apapun seperti pendidikan, kelestarian alam, kesehatan dan tak terkecuali
pariwisata. Seperti yang dilakukan oleh PT.Pertamina Rewulu yang membantu
pengembangan Desa Wisata dan Budaya Gamol sebagai wujud nyata implementasi
tanggung jawab sosial mereka. Dalam hal ini PT.Pertamina Rewulu berperan sebagai
pembina sekaligus aktor kemitraan, dimana mereka bermitra dengan para masyarakat
desa Gamol dan pokdarwisnya.
Dilansir dari News Adi TV, Desa Wisata dan Budaya Gamol dipilih menjadi
prioritas pembangunan karena terletak di kawasan ring I TBBM Rewulu. Adapun hal-
hal yang dilakukan oleh PT.Pertamina dalam membantu pengembangan Desa Wisata
Gamol yaitu :
1) Pembinaan di setiap kelompok sosial berupa pelatihan sesuai keperluan
masing-masing kelompok.
2) Pnyuluhan dan pelatihan mengenai cara memanfaatkan lahan kosong.
3) Bimbingan dalam bidang pemasaran dimana Pertamina membantu
pemasaran produk hasil warga Desa Wisata Gamol.
4) Pemberian bangunan fisik berupa kandang untuk kambing, rumah edukasi
sampah, dan rumah untuk produksi susu.
Segala pembinaan dan pelatihan dilakukan oleh PT.Pertamina yang dimulai secara
intensif pada tahun 2012-2018 sebelum akhirnya diluncurkan secara resmi pada
tanggal 24 Oktober 2018.

4.3 Pokdarwis Deswitadaya Gamol


Berdirinya suatu desa wisata harus disertai dengan adanya Pokdarwis yang
menaunginya dimana nantinya Pokdarwis berperan sebagai lembaga yang berada di
tingkat masyarakat desa. Pembentukan Pokdarwis bertujuan untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa serta sebagai penggerak sadar wisata
dan juga akan menjadi partner pemerintah daerah dalam mewujudkan pembangunan
Sadar Wisata di daerah.
Pokdarwis Deswitadaya Gamol juga memegang peran yang sama seperti
Pokdarwis pada umumnya. Untuk Pokdarwis Deswitadaya Gamol sendiri sudah
berdiri jauh sebelum Desa Wisata Gamol diresmikan oleh PT.Pertamina Rewulu,
karena seperti yang diketahui, sebelum menjadi desa binaan PT.Pertamina Rewulu
desa Gamol sudah bergerak secara mandiri menyambut para wisatawan. “Memang
peresmian baru tahun 2018, tetapi untuk pokdarwis dan kelompok sosial sudah ada
jauh sebelum Pertamina menawarkan pembinaan. Pelaksanaan gagasan Desa Wisata
Gamol juga ada campur tangan Pokdarwis” ujar Dwi Puspita, 7 Oktober 2021. Untuk
keterangan mengenai Pokdarwis di Gamol memang belum ada di internet sehingga
informasi mengenai Pokdarwisnya masih sangat terbatas jika hanya ditinjau melalui
kajian literatur situs internet. Tetapi, dapat dipastikan keberadaan Pokdarwis di desa
wisata tersebut ada dan aktif berpartisipasi dalam seluruh kegiatan pengembangan dan
pelaksanaan pariwisata Desa Wisata dan Budaya Gamol.
Keanggotaan serta kepengurusan Pokdarwis berisikan masyarakat sekitar yang
berada di desa Gamol dan hingga saat ini anggota pokdarwis beranggotakan 25
hingga 30 orang yang diketuai oleh Tamtama, beliau sekaligus Kepala Dukuh Dusun
Gamol. Selanjutnya, adapun peran serta tugas yang dijalankan oleh Pokdarwis untuk
ikut serta dalam menjalankan dan mengembangkan Desa Wisata dan Budaya Gamol.
Pokdarwis bertugas sebagai koordinator ketika ada kunjungan dari wisatawan.
“Ketika ada tamu, pertama-tama akan menghubungi sekretaris terlebih dahulu.
Setelah itu akan disampaikan kepada ketua kelompok edukasi masing-masing tentang
kegiatan apa saja yang sekiranya akan dilakukan. Jadi, istilah lainnya kita sebagai
penyalur dan penghubung antara tamu dengan kelompok sosial yang lainnya” ujar
Dwi Puspita. Selain menjadi koordinator saat ada tamu yang berkunjung, Pokdarwis
Deswitadaya Gamol juga menjalankan peran dan tugasnya sesuai dengan yang tertulis
pada Pedoman Pokdarwis. Mereka berperan dalam memberikan masukan kepada
mitra mereka dan melaksanakan kegiatan yang sekiranya akan memotivasi
masyarakat untuk semakin meningkatkan kualitas lingkungan sekitar dan juga daya
tarik wisata yang ada.

4.3 Analisis Dinamika Pokdarwis dan Aktor Kemitraan


Dengan status Desa Wisata dan Budaya Gamol sebagai binaan PT.Pertamina
secara tidak langsung menuntut adanya kerja sama antara Pokdarwis dengan pihak
swasta atau perusahaan terkait. Adanya kerja sama tersebut akan menciptakan sebuah
dinamika di dalamnya. Ada dua kemungkinan dinamika yang akan terwujud ketika
terjadi kerja sama yaitu dinamika yang baik dimana kedua belah pihak dapat bekerja
sama dengan baik atau sebaliknya, dimana ada konflik di antara hubungan kerja sama
kedua belah pihak.
Selama masa berdiri dan berjalannya Desa Wisata Gamol, baik antara Pokdarwis
dan pihak perusahaan menjalankan peran dan tanggung jawab masing-masing dengan
baik. “Pokdarwis selalu menjalankan tugasnya dengan tanggung jawab penuh begitu
juga dengan Pertamina. Mereka juga melaksanakan tugasnya dengan baik dan terus
membina masyarakat di sini” ujar Dwi Puspita. Pokdarwis selalu membantu semua
program yang akan dilaksanakan oleh Pertamina untuk membantu pengembangan
Desa Wisata dan Budaya Gamol. Disisi lain, jika ada ide atau inovasi baru baik itu
yang dimilki masyarakat maupun Pokdarwis akan didiskusikan bersama dengan
Pertamina juga dan akan dibantu dalam pelaksanaannya. Pertamina akan menjadi
pembina bagi para masyarakat sementara Pokdarwis nantinya akan membantu
mengawasi jalannya kegiatan pariwisata di desa wisata. Kolaborasi yang berjalan
selama ini berjalan dengan lancar dan baik serta tidak pernah ada konflik. Komflik
yang ada justru muncul pada saat awal Pertamina menawarkan bantuan. Warga sekitar
saling berkonflik dan belum bisa untuk langsung menerima bantuan tersebut. Di
sinilah peran Pokdarwis berjalan. Mereka merangkul para masyarakat dan
mengumpulkannya dalam ruang diskusi yang dihadiri tokoh masyarakat setempat dan
beberapa warga serta pihak Pertamina. Permasalahan diselesaikan secara musyawarah
dengan mendiskusikan apa saja keperluan dan keinginan masyarakat dan menemukan
solusinya bersama. Disisi lain, jika ada usulan dan masukan ataupun protes,
Pokdarwis akan mewakilkan masyarakat untuk berdiskusi dengan Pertamina dan
mereka akan menyelesaikan permasalahannya bersama.
Hadirnya Petarmina untuk mendukung pembangunan desa wisata pada tahun
2010 silam sangat bermakna bagi masyarakat dusun Gamol. Untuk itu, Pokdarwis
juga sangat berterima kasih atas peran dan kontribusi PT.Pertamina selama ini dalam
memajukan dan mewujudkan keinginan warga untuk menjadikan desa mereka sebagai
destinasi wisata. Pokdarwis sangat menghormati keberadaan Pertamina begitu juga
sebaliknya. Hal itu yang mendorong terbentuknya dinamika yang sinergis dan baik
sehingga Desa Wisata Gamol dapat menjadi salah satu destinasi wisata yang
dipertimbangkan ketika datang dan berkunjung ke Yogyakarta khususnya Kabupaten
Sleman. Disisi lain berkembangnya Desa Wisata dan Budaya Gamol membawa
dampak signifikan juga terhadap masyarakat sekitar. Pendapatan mereka meningkat
dan masyarakat sekitar mengalami transisi struktur mata pencaharian. Sebelum
dijadikan desa wisata, mayoritas masyarakat desa setempat bermata pencaharian
petani dan juga peternak. Berkembangnya desa menjadi destinasi wisata membuat
mereka mengubah fokus mereka menjadi pengelola dan penggerak di bidang wisata
untuk meningkatkan dan memajukan Desa Wisata dan Budaya Gamol.

5. Kesimpulan
Melihat pada bagian pembahasan dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
baik Pokdarwis dan PT.Pertamina memiliki perannya masing-masing dalam
membangun dan berkontribusi pada pelaksanaan pariwisata di Desa Wisata Gamol.
Pokdarwis memiliki peran yang merujuk pada pelaksanaan dan pengawasan kegiatan
pariwisata di desa wisata serta menjadi penyalur antara masyarakat dengan aktor
kemitraan. Sedangkan, aktor kemitraan yang dalam hal ini adalah PT.Pertamina
mengambil kendali pada pembinaan dan pengadaan fasilitas produksi dan juga
pelatihan kemampuan masyarakat.
Selain bersikap tanggung jawab dalam melaksanakan peran dan tugas masing-
masing, mereka juga bekerja sama dengan baik dan menciptakan sebuah dinamika
yang sinergis sehingga dapat membawa Desa Wisata dan Budaya Gamol sampai ke
titik sekarang. Hal itu dibuktikan dengan tidak adanya konflik di antara kedua belah
pihak. Selanjutnya, jika ada permasalahan baik Pokdarwis dan aktor kemitraan akan
berdiskusi secara musyawarah dan menemukan jalan keluar bersama, dan jika ada
inovasi atau masukan dari masyarakat, Pokdarwis akan segera menyampaikan kepada
aktor kemitraan yang hal itu mempermudah Pertamina untuk melaksanakan program
CSR mereka sebaik mungkin.
Dinamika baik yang terjalin di antara kedua belah pihak yang membuat kemajuan
pesat di Desa Wisata dan Budaya Gamol, rupanya membawa dampak yang luar biasa
bagi masyarakat, baik itu dari segi perekonomian maupun budaya. Masyarakat
mendapat penghasilan tambahan sehingga kualitas ekonomi mereka meningkat begitu
juga dengan pendapatan desa mereka. Disisi lain, ada pergeseran struktur mata
pencaharian dimana awalnya mereka fokus untuk bertani dan beternak, sekarang
mereka fokus untuk menjadi penggerak di bidang pariwisata. Mereka membagikan
ilmu yang mereka miliki sebagai petani, peternak, maupun ilmu sebagai pelaku
budidaya ikan. Ilmu yang mereka dapatkan saat masih menekuni mata pencaharian
tersebut mereka sebarkan dan beri kepada para wisatawan. Selain itu, kemampuan
mereka juga mereka tuangkan pada produk-produk olahan yang nantinya dapat dijual
mereka.

6. Informasi Narasumber
1) Dwi Puspita Sari (Sekretaris Pokdarwis Desa Wisata dan Budaya Gamol)
2) Tamtama (Ketua Pokdarwis Desa Wisata dan Budaya Gamol serta Kepala Dukuh
Dusun Gamol)
D
Anatan, L. (n.d.). CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR): Tinjauan

Teoritis dan Praktik di Indonesia.

https://media.neliti.com/media/publications/112731-ID-coorporate-social-

responsibility-csr-tin.pdf

Juniari, N. W., & Mahyuni, L. P. (2020). Implementasi corporate social

responsibility (Csr) dalam mewujudkan pariwisata berbasis masyarakat

berkelanjutan. Jurnal Muara Ilmu Ekonomi dan Bisnis, 4(1), 21.

https://doi.org/10.24912/jmieb.v4i1.7449

Marthin, M., Salinding, M. B., & Akim, I. (2018). Implementasi prinsip corporate

social responsibility (Csr) berdasarkan undang-undang nomor 40 tahun

2007 tentang perseroan terbatas. Journal of Private and Commercial Law,

1(1), 111-132. https://doi.org/10.15294/jpcl.v1i1.12358

Nurkhayani, D., & Adikampana, I. M. (2018). Peran Aktor Eksternal Dalam

Pengembangan Pariwisata Di Desa Wisata Samiran Kecamatan Selo,

Kabupaten Boyolali. JURNAL DESTINASI PARIWISATA, 5(1), 91.

https://doi.org/10.24843/jdepar.2017.v05.i01.p17

Saputra, D. (2020). Tatakelola Kolaborasi Pengembangan Kampung Wisata

Berbasis Masyarakat. file:///C:/Users/HP/AppData/Local/Temp/10741-

Article%20Text-36770-1-10-20201101.pdf

Wardhani, A. A. (2016). Peran Pokdarwis dalam Pengembangan Desa Wisata

Dewi Sri.

https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13053/1/T1_773201361

6_Full%20text.pdf
Rahim, F. (2012). Pedoman Pokdarwis. Kemenparekraf.
https://www.kemenparekraf.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/old_all/1_
%20Pedoman%20Pokdarwis.pdf
Ferell, O.C., & Fraedrich, J.(2019). Business ethics : Ethical decision making and
cases

Anda mungkin juga menyukai