Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN

DESA WISATA KANDRI


KOTA SEMARANG

Oleh :
Aulia Rizki Nabila, Tri Yuniningsih

Departemen Ilmu Administrasi Publik


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro
Jalan Profesor Haji Soedarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang Kotak Pos 1269
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman: http://www.fisip.undip.ac.id email: fisip@undip.ac.id

ABSTRAK

Partisipasi masyarakat merupakan salah satu aspek penting dalam keberhasilan


seuatu program pembangunan. Desa Wisata merupakan desa yang memiliki daya tarik dan
berpotensi sebagai objek pariwisata yang dilihat dari aspek potensi alam maupun budaya
masyarakatnya yang bertujuan untuk pengembangan suatu desa dan meningkatkan taraf
sosial dan ekonomi masyarakat sekitar. Desa Wisata dibentuk sendiri oleh masyarakat desa
tersebut, maka peran partisipasi masyarakat dalam pengembangan ini sangat besar. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana bentuk dan
tingkat partisipasi masyarakat Kelurahan Kandri dalam upaya pengembangan Desa Wisata
Kandri, dan untuk mengidentifikasi apa saja faktor yang mempengaruhi partisipasi
masyarakat dalam upaya pengembangan Desa Wisata Kandri. Penelitian ini menggunakan
tipe deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu
observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi pustaka.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk partisipasi masyarakat Kelurahan
Kandri dalam pengembangan Desa Wisata kandri masih berbentuk partisipasi semu atau
psudeo-participation, sedangkan tingkat partisipasi masyarakat Kandri dalam
pengembangan Desa Wisata Kandri ini sudah berada pada tingkat tertinggi yaitu citizen
power. Faktor yang mendorong yaitu pengetahuan terhadap program, jenis kelamin,
kepercayaan masyarakat, dan faktor eksternal sedangkan faktor yang menghambat yaitu
pekerjaan masyarakat, pendidikan, dan faktor eksternal.
Disarankan untuk dapat memperbaiki partisipasi masyarakat sehingga berbentuk
partisipasi otentik dengan mengajak seluruh ikut berpartisipasi langsung dengan menjadi
anggota pokja agar manfaat dapat diteruma secara menyeluruh. Pada tingkat partisipasi
masyarakat Kelurahan Kandri yang sudah berada di tingkat citizen power diharapkan
pemerintah bisa lebih banyak memberi informasi, tidak hanya memberi pengumuman lewat
ketua RT atau RW namun memberi undangan ke setiap rumah saat akan ada pertemuan atau
kegiatan agar partisipasi masyarakat lebih tinggi. Pada faktor latar belakang pendidikan yang

1
dapat dilakukan adalah memberikan pengarahan dan memberikan pemahaman lebih dalam
mengenai pengembangan Desa Wisata Kandri, pada faktor eksternal pemerintah harus lebih
berinovasi dalam mengadakan pelatihan-pelatihan agar warga tidak bosan.

Kata Kunci: Partisipasi Masyarakat, Pengembangan, Desa Wisata

2
PENDAHULUAN saat ini demikian pesat, dan merupakan
A. Latar Belakang fenomena global dengan melibatkan
Indonesia merupakan salah satu jutaan manusia baik dikalangan
negara yang terdiri dari lima pulau besar, masyarakat maupun penggunanya.
diantaranya Pulau Jawa, Sumatera, Kandri berstatus sebagai kelurahan
Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya. Dan namun dalam pengembangan wisata
selain itu juga terdapat beribu pulau kecil disebut sebagai Desa Wisata Kandri. Desa
yang terbentang dari Sabang sampai Wisata Kandri terbentuk bermula dari
Merauke yang memiliki sumber daya alam keinginan yang sama antar masyarakat
yang melimpah serta memiliki setempat. Masyarakat sering melakukan
keanekaragaman bahasa, suku, agama, adat kumpul antar RT, antar RW, dan kumpul
istiadat, dan budaya. Selain memiliki pengajian antar warga. Dari pertemuan
sumber daya alam yang melimpah, tersebut warga sepakat untuk menjadikan
Indonesia juga memiliki banyak tempat Kelurahan Kandri sebagai kawasan desa
yang berpotensi besar untuk dijadikan objek wisata dengan memanfaatkan potensi-
wisata menarik dan dapat mendatangkan potensi yang ada dan menata tempat agar
keuntungan bagi negara. Kekayaan dan menjadi tempat wisata yang digemari
keindahan alam Indonesia yang luar biasa wisatawan.
akan dapat menarik wisatawan lokal Desa Wisata Kandri di Kota
maupun asing. Semarang sejak ditetapkan Keputusan
Waikota Nomor 556/407 tahun 2012
Pariwisata merupakan salah satu
Tentang Penetapan Kelurahan Kandri dan
kegiatan industri pelayanan dan jasa yang
Kelurahan Nongkosawit Kecamatan
menjadi andalan Indonesia dalam rangka
Gunungpati, Kelurahan Wonolopo
meningkatkan devisa negara di sektor non
Kecamatan Mijen Sebagai Desa Wisata
migas. Pada hakekatnya kekayaan alam,
Kota Semarang.
seni budaya, tradisi masyarakat dan
Mewujudkan desa wisata perlu
keanekaragaman potensi kepariwisataan
beberapa syarat salah satunya adalah
berupa berbagai fasilitas yang dimiliki
terdapat POKDARWIS (Kelompok Sadar
daerah dapat menjadi modal dasar
Wisata). POKDARWIS dibentuk untuk
pengembangan dan pembangunan
menjembatani masyarakat agar dapat
kepariwisataan. Perkembangan pariwisata

3
memberdayakan potensi-potensi yang tersebut juga terlihat pada jumlah
dimilki dalam upaya pengembangan Desa kehadiran pengurus POKDARWIS pada
Wisata Kandri. POKDARWIS memiliki setiap pertemuan rutin membahas
tugas untuk merangkul seluruh masyarakat pengembangan Desa Wisata Kandri, tidak
agar bekerja bersama-sama membangun sampai 80% pengurus hadir dalam
potensi yang dimiliki Kelurahan Kandri. pertemuan tersebut sehingga membuat
asumsi bahwa partisipasi masyarakat
Usaha pengembangan Desa Wisata
dalam pengembangan Desa Wisata Kandri
Kandri salah satunya yaitu dengan adanya
ini rendah.
partisipasi dari masyarakat Keluharan
Dalam pengembangan Desa Wisata
Kandri sendiri. Menurut Sastrodipoetro
Kandri, masyarakat dirasa belum optimal
(dalam Ainur Rohman, 2009:45)
dalam berpartisipasi khususnya pada
menyatakan bahwa partisipasi sebagai
pemberdayaan menggali potensi Desa
keterlibatan yang bersifat spontan yang
Wisata Kandri seperti contohnya tidak
disertai kesadaran dan tanggung jawab
semua warga ikut menjadi anggota dalam
terhadap kepentingan kelompok untuk
Pokja (Kelompok Kerja) yang dibentuk
mencapai tujuan tertentu. Partisipasi
untuk mendukung pengembangan Desa
masyarakat dalam pengembangan Desa
Wisata Kandri. Berdasarkan
Wisata Kandri sangat diperlukan.
permasalahan yang telah dikemukakan di
Dalam setiap kegiatan yang
atas, maka peneliti tertarik untuk
dilaksanakan di Desa Wisata Kandri, tidak
melakukan penelitian dengan judul
semua warga ikut berpartisipasi
³Analisis Partisipasi Masyarakat
didalamnya, sebagian besar warga berusia
Dalam Pengembangan Desa Wisata
dewasa yang berpartisipasi sedangkan
Kandri .RWD 6HPDUDQJ´
remaja atau pemuda tidak terlihat
berpartisipasi. Seperti kegiatan Gendong
B. Rumusan Masalah
Lesung, Nyadran Kali, dan Pelatihan Desa
1. Bagaimanakah partisipasi masyarakat
berkaitan dengan partisipasi warga dirasa
masih rendah, yang berpartisipasi dalam dalam upaya pengembangan Desa
kegiatan-kegiatan ini hanyawarga usia Wisata Kandri?
dewasa saja hanya sedikit pemuda maupun
remaja yang terlibat didalamnya. Hal

4
2. Apa saja faktor pendorong dan (manage) keputusan-keputusan dalam
kebijakan publik.
penghambat dalam partisipasi
Menurut L. Lyod G. Nigro
masyarakat dalam upaya
(dalam Pasolong, 2004:8),
pengembangan Desa Wisata Kandri? mendefinisikan administrasi publik
adalah suatu kerjasama kelompok
C. Tujuan Penelitian dalam lingkungan pemerintahan yang
1. Untuk mendeskripsikan dan meliputi 3 cabang pemerintahan,
menganalisis bagaimana bentuk dan yakni eksekutif, legislatif, dan serta
hubungan di antara mereka,
tingkat partisipasi masyarakat dalam
mempunyai peranan penting dalam
upaya pengembangan Desa Wisata perumusan kebijakan pemerintah, dan
Kandri. karenanya merupakan bagian dari
proses politik, sangat erat berkaitan
2. Untuk mengidentifikasi apa saja
dengan berbagai macam kelompok
faktor pendorong dan penghambat swasta dan perorangan dalam
dalam partisipasi masyarakat dalam menyajikan pelayanan kepada
masyarakat.
upaya pengembangan Desa Wisata
2. Manajemen Publik
Kandri. Hyde dan Shafritz (1997),
mengemukakan bahwa manajemen
D. Kajian Pustaka publik dan kebijakan publik

1. Administrasi Publik merupakan dua bidang administrasi


Chandler dan Plano, (Pasolong, publik yang tumpang tindih. Tapi
2010:7), mengatakan bahwa untuk membedakan keduanya secara
administrasi publik adalah proses jelas maka dapat dikemukakan bahwa
dimana sumber daya dan personel kebijakan publik merefleksikan sistem
publik diorganisir dan otak dan syaraf, sementara
dikoordinasikan untuk manajemen publik mempresentasikan
memformulasikan, sistem jantung dan sirkulasi dalam
mengimplementasikan, dan mengelola tubuh manusia. Dengan kata

5
manajemen publik merupakan proses mendorong yang bersangkutan atas
menggerakkan SDM dan non SDM kehendak sendiri (kemauan diri)
sesuai perintah kebijakan publik. menurut kemampuan swadaya yang
Wilson (dalam Harbani ada, untuk mengambil bagian dalam
Pasolong, 2007:96) meletakkan usaha pencapaian tujuan bersama
empat prinsip dasar bagi studi dalam pertanggungjawabannya.
administrasi publik yang mewarnai Tjokroamidjojo (Ainur
manajemen publik sampai sekarang Rohman, 2009:46) mengartikan
yaitu : (1) pemerintah sebagai setting partisipasi sendiri sebagai keterlibatan
utama organisasi, (2) fungsi eksekutif dalam proses penentuan arah, strategi
sebagai fokus utama, (3) pencarian dan kebijaksanaan pembangunan yang
prinsip-prinsip dan teknik manajemen dilakukan pemerintah. Partisipasi
yang lebih efektif sebagai kunci masyarakat dalam pembangunan
pengembangan kompetensi memerlukan prasyarat-prasyarat atau
administrasi, (4) metode elemen-elemen partisipasi.
perbandingan sebagai suatu metode 4. Partisipasi Masyarakat
studi pengembangan bidang Menurut Soetrisno (1995:222)
administrasi publik. ada dua jenis definisi partisipasi yang
3. Partisipasi beredar di masyarakat yaitu:
Sastrodipoetro (Ainur 1. Definisi yang diberikan oleh
Rohman, 2009:45) menyatakan para perencana pembangunan
partisipasi sebagai keterlibatan yang formal di Indonesia. Definisi
bersifat spontan yang disertai partisipasi jenis ini mengartikan
kesadaran dan tanggung jawab partisipasi rakyat dalam
terhadap kepentingan kelompok untuk pembangunan sebagai dukungan
mencapai tujuan bersama. rakyat terhadap rencana atau
Charly (Ainur Rohman, proyek pembangunan yang
2009:45) menyatakan partisipasi dirancang dan ditentukan
adalah keterlibatan mental dan emosi tujuannya oleh perencana.
seorang atau sekelompok masyarakat Menurut definisi ini ukuran
di dalam situasi kelompok yang tinggi rendahnya partisipasi

6
rakyat dalam definisi ini pun mengembangkan hasil proyek
diukur dengan kemauan rakyat itu.
ikut menanggung biaya berupa Menurut Soetrisno (1995)
uang maupun tenaga dalam terdapat beberapa unsur dalam
melaksanakan proyek partisipasi masyarakat, sebagai
pembangunan pemerintah. berikut:
2. Definisi yang berlaku universal 1. Adanya kemauan masyarakat
adalah partisipasi rakyat dalam untuk berperan secara mandiri
pembangunan merupakan dalam suatu kegiatan.
kerjasama yang erat antara 2. Kegiatan tersebut dilakukan
perencana dan rakyat dalam masyarakat untuk mencapai
merencanakan, melaksanakan, tujuan bersama.
melestarikan dan 3. Supaya mencapai tujuan
mengembangkan hasil kegiatan tersebut dilakukan
pembangunan yang telah secara sistematik atau dilakukan
dicapai. Menurut definisi ini dengan sistem manajemen
ukuran tinggi rendahnya (perencanaan, pelaksanaan, dan
partisipasi rakyat dalam evaluasi).
pembangunan tidak hanya 5. Konsep Pariwisata
diukur dengan kemauan rakyat Menurut Undang-undang nomor
untuk menanggung biaya 10 Tahun 2009 tentang
pembangunan, tetapi juga Kepariwisataan, pariwisata adalah
dengan ada tidaknya hak rakyat berbagai macam kegiatan wisata
untuk ikut menentukan arah dan didukung berbagai fasilitas serta
tujuan proyek yang akan layanan yang disediakan ole
dibangun di wilayah mereka. masyarakat, pengusaha, pemerintah,
Ukuran lain untuk mengukur dan pemerintah daerah.
tinggi rendahnya partisipasi Menurut Mc. Intosh dan
rakyat adalah ada tidaknya Goelder (Wardiyanto, 2011)
kemauan rakyat untuk secara pariwisata adalah ilmu atau seni dan
mandiri melestarikan dan bisnis yang dapat menarik dan

7
menghimpun pengunjung, termasuk disajikan dalam suatu struktur
di dalamnya berbagai akomoditsi dan kehidupan masyarakat yang menyatu
catering yang dibutuhkan dan dengan tata cara dan tradisi yang
diminati oleh pengunjung. berlaku.
6. Pengembangan Pariwisata E. Metode Penelitian
Munasef (1995: 1) menyatakan Metode yang digunakan dalam
bahwa pengembangan pariwisata penelitian ini adalah metode penelitian
merupakan segala kegiatan dan usaha kualitatif bersifat deskriptif. Penelitian ini
yang terkoordinasi untuk menarik berlokasi di Desa Wisata Kandri
wisatawan, menyediakan semua Kecamatan Gunungpati Semarang dan
sarana prasarana, barang dan jasa, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
fasilitas yang diperlukan guna Semarang. Infomran dalam penelitian ini
memenuhi kebutuhan wisatawan. adalah Ketua POKDARWIS Pandanaran
Menurut Pearce (1981:12) Desa Wisata Kandri, lalu kepada
Pengembangan pariwisata dapat informan yang di tunjuk. Teknik
GLDUWLNDQ VHEDJDL ³XVDKD XQWXN penentuan informan menggunakan
melengkapi atau meningkatkan Snowball Sampling. Sumber data yang
fasilitas dan pelayanan yang digunakan adalah data primer yang
GLEXWXKNDQ PDV\DUDNDW´ diperoleh langsung dari narasumber
7. Desa Wisata melalui wawancara serta pengamatan
Menurut Mulyawan (2008), langsung dan data sekunder berupa
Desa wisata adalah desa yang dokumen-dokumen yang dimiliki Desa
memiliki potensi dan keunikan daya Wisata Kandri Kota Semarang. Teknik
tarik wisata yang khas baik berupa pengumpulan data yang digunakan yaitu
karakter fisik lingkungan alam wawancara, observasi, dan dokumentasi.
pedesaan maupun kehidupan sosial Selanjutnya untuk analisis data dalam
budaya kemasyarakatan. penelitian kualitatif data yang diperoleh
Menurut (Nuryanti, 1993:2-3). dari berbagai sumber dengan reduksi data,
Desa wisata adalah suatu bentuk penyajian data, dan penarikan
integrasi antara atraksi, akomodasi kesimpulan.
dan fasilitas pendukung yang

8
PEMBAHASAN DAN HASIL Kali maupun Sesaji Rewanda,
PENELITIAN membantu dalam bentuk waktu dan
A. Bentuk Partisipasi tenaga pada saat memandu
Terdapat 2 bentuk partisipasi wisatawan yang datang ke Desa
menurut Midgley, yaitu Authentic Wisata Kandri, serta membantu ide
Participation atau Partisipasi Otentik, dan dan saran terkait dengan kegiatan-
Pseudo-Participation atau Partisipasi kegiatan yang ditawarkan dalam
Semu. Terdapat 3 kriteria dalam paket wisata Desa Wisata Kandri
partisipasi otentik yaitu sumbangsih maupun terkait dengan masa depan
warga terhadap program, keterlibatan Desa Wisata Kandri merupakan
warga dalam pengambilan keputusan, dan kriteria bahwa sumbangsih dari
penerimaan manfaat program secara masyarakat dalam pengembangan
merata. Apabila salah satu dari 3 kriteria Desa Wisata Kandri sudah
tersebut tidak dapat terpenuhi, maka terpenuhi.
bentuk partisipasinya adalah Pseudo- 2. Pengambilan keputusan dalam
Participation atau partisipasi semu. pengembangan Desa Wisata Kandri
1. Sumbangsih atau bantuan masyarakat Pengambilan keputusan yang
dalam pengembangan Desa Wisata berhubungan dengan kegiatan
Kandri. merupakan hal yang penting agar
Sumbangsih atau bantuan yang kegiatan bisa berjalan dengan lancar
diberikan oleh masyarakat bisa dan sesuai dengan tujuan. Peran dan
berupa bantuan materi atau barang, bantuan masyarakat dalam proses ini
tenaga, waktu, ide, saran, kritik dan diperlukan agar keputusan-
masukan lainnya yang dapat terus keputusan yang diambil sesuai
memdukung pengembangan Desa dengan keadaan dan kondisi
Wisata Kandri. masyarakat. Pengambilan keputusan
Sumbangsih masyarakat merupakan hal yang penting agar
Keluharan Kandri terhadap kegiatan bisa berjalan dengan lancar
pengembangan Desa Wisata Kandri dengan tujuan dan sasaran.
yaitu pada saat kegiatan-kegiatan Pengambilan keputusan dalam
yang berlangsung seperti Nyadran pengembangan Desa Wisata Kandri

9
ini melibatkan peran masyarakat dan kesejahteraan masyarakat melalui
melalui rembug warga, pertemuan, kepariwisataan dengan berbagai
musyawarah mufakat dan jenis usaha yang dilakukan oleh
musrembang. Dari hasil pemikiran- masyarakat.
pemikiran untuk mengambil Dari seluruh warga Kelurahan
keputusan maka akan didapati Kandri hanya sebagian saja yang
keputusan yang paling serius dan sudah merasakan manfaat secara
mendesak, lalu dijadikan prioritas nyata dan perekonomian pun sudah
untuk diselesaikan. Dalam hal ini meningkat, warga tersebut yang telah
masyarakat memiliki peran yang berpartisipasi dalam pengembangan
sama besar dengan pengurus Desa Wisata Kandri dan membentuk
POKDARWIS, karena dari kelompok dan usaha di bidang
pemikiran masyarakat inilah yang masing-masing seperti kuliner,
nantinya akan menghasilkan sablon, kerajinan, dan sebagainya.
berbagai saran dan masukan untuk Sedangkan warga yang tidak ikut
menjadi sebuah keputusan. Maka berpartisipasi langsung dan tidak
kriteria keikutsertaan masyarakat menjadi anggota kelompok swadaya
dalam proses pengambilan masyarakat, maupun tidak memiliki
keputusan dalam pengembangan usaha di bidang kepariwisataan
Desa Wisata Kandri Kota Semarang memang sampai saat ini belum
sudah terpenuhi. merasakan manfaat yang ditimbulkan
3. Penerimaan manfaat secara merata dari pengembangan Desa Wisata
Desa Wisata Kandri telah Kandri ini. Dengan demikian
menjadi Desa Wisata yang lebih indikator penerimaan manfaat dari
berkembang dibandingkan dengan pengembangan Desa Wisata Kandri
Desa Wisata lainnya di Kota secara merata pada masyarakat di
Semarang, masyarakat sudah Kelurahan Kandri belum terpenuhi.
merasakan manfaat dari adanya B. Tingkat Partisipasi
Desa Wisata Kandri ini. Banyak Dalam penelitian ini menggunakan
manfaat yang telah dirasakan oleh teori tingkat partisipasi dari Arnstein.
warga seperti meningkatnya Menurut Arnstein terdapat 3 tingkatan

10
partisipasi yaitu Citizen Power, Tokenism, masyarakat. POKDARWIS Desa
dan Non-participation. Dalam penelitian Wisata dan masyarakat menjalin
ini 2 tingkat yang akan diteliti yaitu kemitraan dengan membentuk
tingkat Citizen Power dan Tokenism. asosiasi atau pokja (kelompok kerja)
1. Citizen Power dan membentuk KSM (Kelompok
Dalam citizen power terdapat tiga Swadaya Masyarakat) untuk
sub tingkatan yaitu yang terendah mengajak masyarakat yang ingin
adalah partnership, delegated power mengembangkan diri dan berinovasi
dan citizen control. Tingkatan khususnya untuk mendukung
partnership berarti adanya kemitraan pengembangan Desa Wisata Kandri.
antara petugas yang berwenang Sub tingkat kedua dari tingkat
dengan masyarakat dalam program Citizen Power yaitu Delegated
pembangunan. Lalu tingkatan Power. Dalam sub tingkat delegated
delegated power berarti pemerintah power ini bisa dikatakan bahwa
memberikan kewenangan kepada derajat partisipasi masyarakat Kandri
masyarakat untuk mengurus sendiri juga sudah sampai pada tingkat ini.
beberapa keperluannya dalam suatu Pemerintah telah memberikan
program pembangunan. Terakhir kewenangan kepada masyarakat
adalah tingkatan citizen control Kandri untuk mengurusi
berarti masyarakat diberikan keperluannya dalam pengembangan
wewenang secara mandiri untuk Desa Wisata Kandri, karena Desa
mengendalikan suatu program mulai Wisata ini terbentuk oleh
dari perumusan, implementasi hingga masyarakatnya sendiri maka
evalusinya. masyarakat sendiri juga lah yang tahu
Tingkat terendah dari citizen apa saja yang diperlukan dalam Desa
power yaitu tangga partnership, bisa Wisata ini. Pemerintah hanya
dikatakan bahwa derajat partisipasi melakukan pembinaan dan
masyarakat sudah sampai pada mengeluarkan kebijakan.
tingkat partnership ini. Dalam sub tingkat citizen control
POKDARWIS dan pemerintah sudah ini maksudnya masyarakat
menjalin kemitraan dengan mengendalikan kebijakan publik

11
mulai dari perumusan, implementasi, Komunikasi satu arah sudah
hingga evaluasinya bisa dikatakan dilakukan oleh pemerintah, seperti
bahwa tingkat partisipasi masyarakat memberi pengumuman saat akan
Kelurahan Kandri dalam dilaksanakan pameran, pelatihan atau
pengembangan Desa Wisata Kandri sosialisasi untuk warga Kandri,
sudah berada pada tingkat citizen pengumuman tersebut disampaikan
control ini. Dalam Desa Wisata ini saat ada pertemuan rutin yang
pengendali kebijakan yaitu dilaksanakan di setiap RT atau RW di
POKDARWIS, namun POKDARWIS Kelurahan. Tidak hanya informasi
ini juga melibatkan masyarakat diluar lewat pengumuman, pemerintah juga
pengurus untuk menjadi pengendali telah membuat leaflet tentang Desa
juga dalam kebijakan-kebijakan Desa Wisata agar masyarakat lebih siap lagi
Wisata Kandri. menjadi masyarakat yang partisipatif
2. Tokenism dalam pengembangan Desa Wisata
Tokenisme merupakan tingkat Kandri.
dimana terjadinya komunikasi antara Selanjutnya tingkatan kedua
pemerintag dengan masyarakat. dalam tingkat tokenism adalah
Tokenime dibagi lagi menjadi tiga consultation yaitu adanya komunikasi
tingkatan. Mulai dari tingkat dua arah, berupa pertemuan-
information, consultation dan pertemuan dengan masyarakat untuk
placation. Pertama yang merupakan mengetahui perkembangan kegiatan
tingkatan terendah dalam tingkat yang telah dilaksanakan. Pertemuan
tokenism adalah information yang ini yang dilakukan oleh pihak yang
artinya terjadi komunikasi satu arah berwenang terhadap kegiatan yang
dari pemerintah kepada masyarakat. mendukung pengembangan Desa
Komunikasi yang terjadi diharapkan Wisata Kandri. Desa Wisata Kandri
mampu membantu memberikan Pertemuan satu bulan sekali
gambaran kepada masyarakat dilaksanakan untuk pertemuan seluruh
mengenai pengembangan Desa pengurus POKDARWIS, sedangkan
Wisata Kandri. pertemuan tiga bulan sekali dihadiri
oleh pengurus POKDARWIS, RT,

12
RW, Lurah, Camat, pihak Dinas kuliner, batik, sablon, kerajinan
Kebudayan dan Pariwisata Kota tangan, pemandu wisata dan
Semarang, serta warga masyarakat transportasi. Komite-komite kecil atau
Kelurahan Kandri untuk membahas pokja yang telah dibentuk diberi
kegiatan-kegiatan yang akan kewenangan dalam proses
dilaksanakan dan juga membahas pengambilan keputusan. Pokja-pokja
evaluasi terhadap kegiatan yang sudah selalu berperan dalam setiap
dilaksanakan sebelumnya. Tidak pengambilan keputusan karena pokja
hanya pertemuan rutin saja, di Desa tersebut yang tahu apa masalah yang
Wisata Kandri pernah dilaksanakan terjadi dan mengerti apa yang harus
FGD (Forum Group Discussion) diprioritaskan.
membahas perkembangan Desa C. Faktor-faktor yang menghambat
Wisata Kandri dan membahas apa maupun mendorong partisipasi
yang akan dilakukan mendatang. masyarakat dalam pengembangan
Tangga tertinggi pada tingkat Desa Wisata Kandri Kota Semarang.
tokenism adalah placation. Yang Pada pengembangan Desa Wisata
dimaksud dengan placation disini Kandri telah menemui beberapa kendala
adalah melibatkan warga untuk yang menjadi faktor partisipasi
menjadi anggota komite dalam masyarakat dalam pengembangan Desa
program namun hak memutuskan Wisata Kandri. Ada enam faktor yang
tetap berada di tangan pemegang mendorong maupun menghambat
kekuasaan. Di Desa Wisata Kandri ini partisipasi masyarakat dalam suatu
telah dibentuk komite-komite kecil program yaitu pengetahuan masyarakat
untuk mendukung pengembangan terhadap program, tingkat pendidikan
Desa Wisata Kandri. Komite-komite masyarakat, jenis kelamin, kepercayaan
yang telah dibentuk ini adalah pokja terhadap budaya tertentu dan faktor
(kelompok kerja) dan KSM eksternal yang berasal dari stakeholder.
(Kelompok Swadaya Masyarakat). A. Faktor yang menghambat partisipasi
Pokja-pokja dan KSM yang telah masyarakat dalam pengembangan Desa
terbentuk memiliki bidangnya Wisata Kandri adalah :
masing-masing, dimulai dari bidang

13
1. Faktor Pekerjaan Masyarakat Faktor-faktor eksternal ini dapat
Latar belakang pekerjaan dikatakan petaruh (Stakeholder), yaitu
masyarakat menjadi faktor semua pihak yang berkepentingan dan
penghambat pasrtisipasi masyarakat mempunyai pengaruh terhadap
dalam pengembangan Desa Wisata pengembangan Desa Wisata Kandri.
Kandri. Walaupun mungkin saja Petaruh kunci adalah siapa yang
memang ada beberapa yang karena mempunyai pengaruh yang sangat
latar belakang pekerjaan dan berbagai signifikan, atau dalam hal ini pihak
kesibukan jadi tidak memiliki waktu Pengurus POKDARWIS di Desa
luang untuk berpartisipasi pada Wisata Kandri membawa pengaruh
pengembangan Desa Wisata Kandri, bagi partisipasi masyarakat dalam
dan pekerjaan masyarakat menjadi pengembangan Desa Wisata Kandri.
faktor penghambat. Petaruh kunci yang dimaksud disini
2. Faktor Pendidikan juga bisa dimaksudkan sampai kepada
Melihat seberapa jauh latar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
belakang pendidikan mempengaruhi Kota Semarang yang memegang
masyarakat untuk berpartisipasi peran penting dalam pengembangan
dalam pengembangan Desa Wisata Desa Wisata Kandri seperti pengawas
Kandri. Latar belakang pendidikan dan pembina. Dan peran media masa
berpengaruh terhadap partisipasi dalam mempromosikan Desa Wisata
masyarakat dalam pengembangan Kandri dengan memanfaatkan
Desa Wisata Kandri, namun pada kemajuan tekonologi internet dengan
kenyataannya terlihat pada latar membuat blog maupun web dan iklan.
belakang pendidikan warga Kandri faktor eksternal yang menjadi
terbanyak yaitu lulusan SD. Dapat penghambat yaitu dari Disbudpar
disimpulkan, bahwa tingkat ialah pelatihan yang monoton
pendidikan menjadi faktor sehingga warga bosan mengikuti
penghambat partisipasi masyarakat pelatihan tersebut, dan dari
dalam pengembangan Desa Wisata POKDARWIS dalam pengurus masih
Kandri. ada rasa individualisme yang tinggi
3. Faktor Eksternal dan masih memikirkan kepentingan

14
pribadi, dan kurang mengayomi kita akan melihat seberapa jauh jenis
dalam mengajak warga untuk kelamin ini mempengaruhi partisipasi
berpartisipasi, dan secara masyarakat dalam pengembangan Desa
administratif belum berjalan dengan Wisata Kandri. Ada sektor yang memang
baik. hanya bisa dilakukan oleh laki-laki saja
B. Faktor yang mendorong partisipasi seperti pemandu river tubing, pemandu
masyarakat adalah : river tubing semua dilakukan oleh laki-
1. Pengetahuan terhadap program laki karena mengingat fisik laki-laki
Pemahaman masyarakat bisa lebih kuat dan berani dibandingkan
saja dipengaruhi oleh lingkungan dengan perempuan, tetapi tetap banyak
masyarakat itu sendiri. Kita akan juga perempuan yang berpartisipasi tapi
melihat adanya kecenderungan di sektor lain seperti kuliner atau batik.
masyarakat berpartisipasi dalam Faktor jenis kelamin menjadi faktor
pengembangan Desa Wisata Kandri pendorong partisipasi masyarakat dalam
dari seberapa jauh pengetahuan pengembangan Desa Wisata Kandri,
masyarakat mengenai Desa Wisata. karena perempuan dan laki-laki memiliki
Hampir seluruh masyarakat porsinya masing-masing dalam
Kelurahan Kandri pada umumnya berpartisipasi.
sudah mengetahui Desa Wisata dan 3.Kepercayaan terhadap budaya tertentu
paham bahwa Kandri sudah diangkat Kepercayaan terhadap budaya
menjadi Desa Wisata di Kota tertentu merupakan faktor yang
Semarang. Pemahaman masyarakat mungkin mempengaruhi karena
akan pengembangan Desa Wisata masyarakat dengan tingkat
Kandri pun dirasa sudah sangat baik. heterogenitas yang tinggi, terutama
2.Jenis Kelamin dari segi agama dan budaya akan
Jenis kelamin juga merupakan menentukan partisipasi masyarakat.
salah satu faktor dalam partisipasi Di Desa Wisata Kandri sendiri
masyarakat. Di wilayah Kandri sendiri memang sangat mengunggulkan
jumlah warga berjenis kelamin laki-laki budaya, dalam salah satu kegiatannya
lebih banyak daripada jumlah warga \DLWX ³1\DGUDQ .DOL´ XQWXN
yang berjenis kelamin perempuan. Disini menghormati para leluhur.

15
Kepercayaan atau budaya tertentu signifikan adalah dari POKDARWIS
yang berkembang di masyarakat dan Dinas Kebudayaan dan
memang beragam, diantaranya yaitu Pariwisata Kota Semarang yaitu
adanya keyakinan yang bertentangan adanya pelatihan yang dilaksanakan
dengan budaya-budaya terdahulu oleh Disbudpar, Pokdarwis telah
yang menyangkut dengan ritual memberi kesempatan masyarakat
tertentu. Desa Wisata Kandri tidak untuk menjadi anggota pokja,
hanya menawarkan wisata alam dan Disbudpar telah memberikan
edukasi, namun juga terdapat wisata kebijakan, dan memberi pembinaan.
budaya yang bisa dibilang kental, PENUTUP
dahulu memang ada beberapa A. Kesimpulan
masyarakat yang enggan 1. Bentuk Partisipasi
berpartisipasi dalam kegiatan Bentuk partisipasi masyarakat
pengembangan Desa Wisata Kandri Kelurahan Kandri dalam pengembangan
apalagi kegaiatan yang berbau budaya Desa Wisata Kandri Kota Semarang
karena bertolak belakang dengan adalah pseudo-participation atau
kepercayaan, namun seiring partisipasi semu, hal ini didasarkan pada
berjalannya waktu masyarakat yang 3 kriteria Authentic Participation yaitu
menentang bisa mengerti bahwa ini sumbangsih terhadap usaha
merupakan kebutuhan kepariwisataan pengembangan Desa Wisata Kandri,
dengan menjual budaya-budaya yang penerimaan manfaat secara merata, dan
ada dan kegiatan kebudayaan tersebut pengambilan keputusan yang
tetap berjalan. Faktor kepercayaan menyangkut pelaksanaan program
terhadap budaya tertentu menjadi pengembangan Desa Wisata Kandri
faktor pendorong partisipasi terdapat 1 kriteria yang tidak dapat
masyarakat dalam pengembangan terpenuhi yaitu penerimaan manfaat
Desa Wisata Kandri. kepada masyarakat secara merata karena
4. Faktor Eksternal tidak semua warga Kelurahan Kandri
Dalam pengembangan Desa ikut partisipasi langsung dengan
Wisata Kandri faktor pendorong membuka peluang usaha maupun
partisipasi masyarakat yang paling menjadi anggota kelompok kerja.

16
2. Tingkat Partisipasi upaya pengembangan Desa Wisata
Tingkatan partisipasi masyarakat Kandri, serta masyarakat juga
Kelurahan Kandri dalam pengembangan mengendalikan kebijakan-kebijakan
Desa Wisata Kandri Kota Semarang yang ada di Desa Wisata Kandri mulai
berada pada tingkatan paling tinggi yaitu dari perumusan hingga evaluasi dalam
Citizen Power. Pada tingkatan partisipasi pengembangan Desa Wisata kandri.
masyarakat, dalam tingkatan tokenism 3. Faktor Pendorong dan Penghambat
sudah ada komunikasi dua arah antara Partisipasi Pasyarakat dalam
pihak POKDARWIS dan Dinas Pengembangan Desa Wisata
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Kandri
Semarang dengan masyarakat Kelurahan x Faktor pendorong : Pengetahuan
Kandri berupa pertemuan rutin yang masyarakat terhadap Program,
dilaksanakan oleh POKDARWIS yang Jenis Kelamin, dan Faktor
melibatkan RT, RW, Lurah, Camat Eksternal (Disbudpar :
hingga level kedinasan. Juga sudah Mengeluarkan kebijakan,
dibentuk komite-komite kecil yang melaksanakan pelatihan,
mendukung pengembangan Desa Wisata melaksanakan sosialisasi,
Kandri berbentuk kelompok kerja melakukan pembinaan.
(pokja), pokja tersebut membidangi POKDARWIS : memberi
setiap sektor pendukung pariwisata yaitu kesempatan masyarakat ikut Pokja,
kuliner, kesenian, kerajinan, dan menjadi jembatan untuk
pemandu wisata. Tingkat partisipasi masyarakat untuk memberdayakan
masyarakat Kelurahan Kandri sudah potensi yang ada. Media Masa :
berada pada tingkat tertinggi yaitu citizen membantu dalam mempromosikan
power , dikarenakan adanya kemitraan Desa Wisata Kandri)
antara petugas yang berwenang dengan x Faktor penghambat : Pekerjaan
masyarakat dalam bentuk pokja seperti masyarakat, pendidikan , dan
komite-komite kecil tadi, pemerintah Faktor Eksternal (Disbudpar :
juga telah memberikan kewenangan kurang inovatif dalam
terhadap masyarakat untuk mengurus melaksanakan pelatihan sehingga
sendiri keperluan dan kebutuhan dalam masyarakat bosan dan enggan

17
berpartisipas. POKDARWIS : namun bisa pengumuman secara
pengurus memiliki sifat tertulis mengundang satu persatu
individualis dan egoisme yang KK dengan undangan dan dengan
masih tinggi dan mementingkan menggunakan pamflet yang lebih
kepentingan pribadi, kurang tersebar di Kelurahan Kandri agar
mengayomi dalam mengajak masyarakat lebih banyak
partisipasi, belum ada pengakderan mengetahui info kegiatan yang akan
pengurus yang lebih muda dan dilaksanakan dalam pengembangan
lebih berkompeten. Secara Desa Wisata Kandri.
administratif data mengenai jumlah 3. Faktor pendorong dan penghambat
wisatawan belum didata secara partisipasi masyarakat dalam
valid, dan AD/ART belum berjalan pengembangan Desa Wisata Kandri
sesuai dengan semestinya.) Bagi POKDARWIS yaitu lebih
B. Saran
menyadarkan anggota pengurus yang
1. Bentuk Partisipasi
memiliki egoisme yang tinggi, lebih
Dibutuhkan intensitas untuk
mengajak warga Kelurahan Kandri mengayomi masyarakat dalam
untuk berpartisipasi dan ikut
menggalang partisipasi, serta bisa
menjadi anggota-anggota KSM atau
merekrut lagi pengurus
pokja, serta memberi sosialisasi
kewirausahaan agar masyarakat POKDARWIS dan lebih selektif
dapat terjun langusng dalam Desa
dalam memilih pengurus nya dengan
Wisata sehingga dapat merasakan
mencari yang benar-benar tulus dan
manfaat, dan manfaat akan lebih
merata. peduli pada Desa Wisata Kandri.
2. Tingkat Partisipasi
Sedangkan untuk DISBUDPAR lebih
informasi lebih dibuat menarik,
banyak ide-ide segar dan berinovasi
pengumuman-pengumuman
mengenai pelatihan yang akan lagi dalam membuat pelatihan, serta
dilaksanakan tidak hanya sebatas
tidak memukul rata setiap kegiatan
disampaikan melalui RT atau RW,

18
pelatihan pada Desa Wisata di Nugroho, Riant. 2011. Public Policy (Ed.
III). Jakarta : PT Elex Media
Semarang karena setiap Desa Wisata Komputindo.

perkembangannya beda dan harus Nuryanti, Wiendu. 1993. Concept,


Perspective, and Challenges,Makalah
sesuai dengan kebutuhan Desa Wisata Bagian dari Laporan Konferensi
Internasional Mengenai Pariwisata
tersebut. Budaya. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Pasolong, Harbani. 2008. Teori Administrasi
Publik. Bandung : Alfabeta
DAFTAR PUSTAKA
Agustino, Leo. 2012. Dasar-dasar Pitana, Gde I., dan I Ketut Surya Diarta.
Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata.
Yogyakarta : ANDI
Demartoto, Argyo. 2009. Pembangunan
Pariwisata Berbasis Masyarakat. Purwanto, Erwan Agus dan Dyah Ratih
Surakarta : UNS Press Sulistyastuti. 2012. Implementasi
Kebijakan Publik Konsep dan
Dunn, William. 2000. Pengantar Analisis Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta
Kebijakan Publik. Yogyakarta : : Gava Media.
Gadjah Mada University Press.
Rohman, Ainun dkk. 2009. Politik,
Fandeli, Chafid. 2001. Dasar-Dasar Partisipasi dan Demokrasi dalam
Manajemen Kepariwisataan Pembangunan. Malang: Averroes
Alam.Yogyakarta : Liberty Offset Press

Indiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan Sastropoetro, Santoso. 1988. Partisipasi,


Publik Berbasis Dynamic Policy Komunikasi, Persuasi dan Disiplin
Analysis. Yogyakarta : Gava Media dalam Pembangunan Nasional.
Bandung: Alumni
Keban, Yeremias T. 2008. Enam Dimensi
Strategis Administrasi Publik. Sj. Sumarto, Hatifah. 2004. Inovasi,
Yogyakarta : Gave Media Partisipasi dan Good Governance: 20
Prakarsa Inovatif dan Partisipatif di
Mardikanto, Totok dan Poerwoko Soebianto. Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor
2012. Pemberdayaan Masyarakat Indonesia
dalam perspektif kebijakan publik. Soetrisno, Loekman. 1995. Menuju
Bandung : Alfabeta. Masyarakat Partisipatif. Yogyakarta:
Kanisius
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Soekadijo, R.G. 1997. ANATOMI
Remaja Rosdakarya PARIWISATA. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka

19
Soetomo. 2011. Pemberdayaan
Masyarakat.Yogyakarta : Pustaka Peraturan Daerah Kota Semarang nomor 14
Pelajar. tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Subarsono. AG. 2010. Analisis Kebijakan Semarang tahun 2011-2031
Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Surat Keputusan Walikota Semarang Nomor
556 / 407 tentang Penetapan Kelurahan
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Kandri dan Kelurahan Nongkosawit
Bandung: Alfabeta
Kecamatan Gunungpati,
Suharto, Edi. 2009. Membangun Masyarakat
Memberdayakan Rakyat. Bandung :
PT. Refika A
Sukardi, Nyoman. 1998. Pengantar
Pariwisata. STP Nusa Dua-Bali
Suwantoro, Gamal. 2004.Dasar-Dasar
Pariwisata (Ed. II). Yogyakarta : ANDI

Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses


Kebijakan Publik. Yogyakarta:
Media Pressindo

Wahab, Salah. 2003. Manajemen


Kepariwisataan (Ed. IV). Jakarta : PT
Pradnya Paramita

Yoeti, Oka A. 2008.Anatomi Pariwisata.


Jakarta : PT Pradnya Paramita
Yoeti, Oka A. 1996. Pengantar Ilmu
Kepariwisataan. Bandung : Angkasa
Yanti
Yoeti, Oka A. 2008. Perencanaan dan
Pengembangan Pariwisata. Jakarta :
PT Pradnya Paramita

Perundang-undangan:
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009


tentang Kepariwisataan

20

Anda mungkin juga menyukai