Anda di halaman 1dari 4

Maygsi Aldian Suwandi

Universitas Gadjah Mada 18/434325/PSP/06489

POLICY BRIEF
Pengembangan Desa Wisata di Bali: Masalah dan
Tantangan Bagi Si Primadona Pembangunan

Intisari:
Desa Wisata seolah menjadi primadona dalam beragam kebijakan baik level nasional hingga ke level
daerah. Desa Wisata digadang-gadang sebagai jalan keluar bagi permasalahan yang ada di masyarakat desa.
Program ini dianggap mampu memberikan daya bagi masyarakat agar mampu berdiri diatas kakinya
sendiri. Namun demikian ternyata pengembangan desa wisata ini tidak selamanya berjalan sesuai dengan
yang diharapkan. Pemaparan dalam policy brief ini diharapkan dapat memeberikan insight bagi para pelaku
pariwisata agar dapat menjalankan kegiatan desa wisata dengan lebih baik.

POLICY BRIEF Pengembangan Desa Wisata di Bali: Masalah dan Tantangan Bagi Si Primadona Pembangunan
1
PEMBAHASAN
Salah satu model pengembangan pariwisata adalah
pariwisata berbasis masyarakat yang menekankan pada
Pada Tahun 2016 sektor pariwisata Indonesia partisipasi masyarakat dalam kegiatannya (Demartoto
menyumbang devisa sebesar US$ 13,568 M US$ dan dkk: 2009). Desa wisata sebagai penerapan model ini
menempati posisi kedua setelah CPO senilai US$15,965 sendiri terus berkembang di Indonesia. Hingga tahun
M. Industri pariwisata Indonesia sudah memiliki 2016, berdasarkan data Kemenparekraf mencapai 978
pertumbuhan yang bagus yaitu 25,68 persen dalam Desa. Model ini juga dikembangkan di desa wisata yang
beberapa tahun terakhir. Angka ini bahkan lebih tinggi terletak Desa Jatiwuluh, Tabanan, Bali. Desa ini
dari rata-rata pertumbuhan pariwisata dunia yang hanya merupakan salah satu kekuatan utama kepariwisataan di
mencatatakan angka sebesar 4,7 persen. Selain itu sub Bali dalam peta kepariwisataan dunia. Belum lagi
sektor pariwisata pun diharapkan dapat menggerakan penetapannya sebagai warisan budaya dunia oleh
ekonomi rakyat, karena dianggap sektor yang paling siap UNESCO.
dari segi fasilitas, sarana dan prasarana dibandingkan Penerapan pariwisata model ini sangat menekankan
dengan sektor usaha lainnya. pada partisipasi aktif masyarakat baik dalam tahap
perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasannya. Hal
ini untuk memastikan kegiatan yang berkelanjutan.
Namun masih ditemui masalah partisipasi masyarakat
Desa Jatiwuluh sendiri dalam kegiatan wisata yang
diselenggarakan tersebut (Dewi dkk: 2013).

Dalam Perda Provinsi Bali No 10 tahun 2015 tentang Tantangan


Rencana Induk pembangunan kepariwisataan daerah
provinsi bali tahun 2015-2029 menyatakan bahwa salah Pengembangan Desa Wisata belum berpihak kepada
satu tujuan pengembangan pariwisata Bali adalah untuk masyarakat Jatiluwih.
meningkatkan kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata Contohnya, sawah dan petani merupakan asset pariwisata
serta keragaman daya tarik pariwisata berdasarkan potensi yang dijual untuk kepuasan wisatawan. Namun,
lokal. Sedangkan salah satu sasarannya adalah pengembangan desa wisata tidak berpihak kepada
peningkatan peran serta masyarakat dalam kepariwisataan kehidupan petani dan lebih mementingkan pengusaha.
mealui pengembangan desa wisata. Dari sini kita dapat
Kepentingan ekonomi lebih diutamakan daripada
melihat penekanan partisipasi dalam pengembangan
kepentingan kelestarian alam dan budaya.
pariwisata khusunya Desa Wisata di Bali.
Investor dibiarkan membangun fasilitas wisata berupa vila

POLICY BRIEF Pengembangan Desa Wisata di Bali: Masalah dan Tantangan Bagi Si Primadona Pembangunan
2
Tantangan
yang terlibat hanya mereka yang berasal dari golongan
menengah keatas dan juga yang berpendidikan.

di tengah hutan berdekatan dengan Pura Luhur Petali. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam tahap
Pembangunan vila tersebut telah melanggar radius pelaksanaan kegiatan
kesucian pura (kurang dari dua kilometer dari Pura Luhur Keterlibatan masyarakat lokal dalam tahap implentasi
Petali) dan melanggar Peraturan Bupati Tabanan Nomor 9 dalam arti pemanfaatan peluang terlihat minim.
tahun 2005 khususnya pasal 14 ayat (5). Lokasi dan desain Meskipun ada namun cenderung usaha berskala kecil.
vila nampak arogan dan kontras dengan lingkungan Usaha besar dimiliki oleh orang luar yang memiliki
sekitar. Kerusakan pura ibarat neraka bagi generasi modal besar dari tujuh fasilitas wisata berupa 4 buah
mendatang. Hal ini berarti bahwa pembangunan sarana akomodasi dan 3 buah restoran, lima di antaranya
pariwisata berkelanjutan tidak terwujud di wilayah dikelola oleh orang asing, dan hanya dua buah yang
Jatiluwih. dikelola oleh masyarakat lokal. Jatiluwih. Pengembangan

Kompetisi antar kelompok dalam pengembangan desa desa wisata dipandang sebagai neokapitalis yang hanya
wisata mengeksploitasi masyarakat lokal, sementara

Kompetisi tidak saja dalam perebutan lapangan pekerjaan keuntungan dan manfaat pengembangan desa wisata
juga dalam hal modal. Kelompok kapitalis lokal bersaing sebagian besar dinikmati kaum kapitalis.
dengan pemodal kuat dari luar desa bahkan berasal dari Rendahnya partisipasi masyarakat dalam tahap
luar Bali. Ketimpangan akan terjadi diantara mereka yang pengawasan kegiatan
memiliki modal dan yang tidak sehingga menimbulkan Perencanaan pengembangan dilakukan oleh pemeritah
ketidakadilan yang akan berkembang menjadi konflik. secara top-down, sehingga masyarakat tidak

Rendahnya partisipasi masyarakat dalam tahap berkompotensi untuk melakukan pengawasan, di

perencanaan kegiatan samping itu pengawasan oleh masyarakat dimaknai oleh

Masyarakat tidak dilibatkan dalam identifikasi masalah pemerintah sebagai tindakan memata-matai program
dan tidak ikut terlibat dalam pengambilan keputusan yang dilakukan pemerintah sehingga berujung terjadinya
terkait pengembangan desa wisata. Perencanaan dilakukan konflik. Pengawasan yang dilakukan masyarakat lebih
oleh pemerintah Kabupaten Tabanan, kemudian kepada perilaku negatif yang dapat menggangu
masyarakat melaksanakan rancangan tersebut tanpa ada sementara hal yang penting diserahkan kepada yang

partisipasi aktif didalamnya. Selain itu feedback dari berwenang.


masyarakat sering tidak digubris padahal ketika ada forum
masyarakat antusias mengikutinya. Keterwakilan
golongan pun menjadi masalah dimana biasanya mereka

POLICY BRIEF Pengembangan Desa Wisata di Bali: Masalah dan Tantangan Bagi Si Primadona Pembangunan
3
Strategi
Pengelolaan lahan pertanian secara tradisional, upacara
adat, kerajinan tangan dan kebersihan merupakan
Peran dan Kewenangan Pemerintah, yaitu (1) melakukan
beberapa contoh peran yang memberikan daya tarik bagi
pembinaan kualitas kerajinan dan kuliner khas desa sebagai
pariwisata; (2) pelaku budaya, misalnya, kesenian yang
unsur kenangan wisata; (2) melakukan penataan dan
menjadi salah satu daya tarik wisata; dan (3) penyedia
konservasi lingkungan fisik kawasan yang menjadi ciri khas
akomodasi dan jasa pemandu wisata, penyediaan tenaga
desa wisata; (3) melakukan perbaikan/ pengadaan
kerja, produk makanan khas, kerajinan lokal, kesenian
infrastruktur persampahan dan sanitasi; (4) melakukan
lokal, dan sebagainya.
gerakan masyarakat untuk mewujudkan sapta pesona; (5)
melakukan pembuatan informasi fasilitas Peran dan Kewenangan Badan Pengelola, yaitu (1)
dan
kepariwisataan; (6) melakukan perbaikan/peningkatan badan pengelola sebagai pengelola utama dan pengarah
kualitas ruang publik, pedestrian dan landscape dalam perlindungan, perawatan, pelestarian guna
desa/lingkungan untuk mendukung sapta pesona; dan (7) mempertahankan fungsinya sebagai desa wisata (cultural
dukungan pemberdayaan terhadap kelompok sadar wisata and natural heritage); (2) menyediakan dan
(Pokdarwis) dalam pelestarian lingkungan pariwisata mengoperasikan segala fasilitas untuk menunjang
(kawasan Hutan, dan sawah). kegiatan usaha; (3) memberikan dan mecabut izin
penempatan, menetapkan persyaratan-persyaratan, dan
Peran dan Kewenangan Swasta (Investor, Perguruan menetapkan serta melakukan pungutan segala usaha
Tinggi, LSM, pelaku pariwisata lainnya), yaitu (1) komersial di Desa Wisata Jatiluwih; (5) menetapkan dan
melakukan promosi terintegrasi antar pengelola objek memungut biaya/retribusi dan pungutan lainnya atas
wisata untuk menggerakkan kunjungan wisatawan antar pemanfaatan fasilitas yang tersedia dan hasil seluruhnya
objek wisata; (2) pembuatan dan pemasaran paket-paket merupakan pendapatan badan pengelola; (6) Turut
wisata yang kompetitif yang terjangkau masyarakat; (3) menjadi aktor aktif baik dalam perencanaan,
pelatihan kewirausahaan, pelatihan keterampilan individual penyelenggaraan maupun evaluasi kegiatan wisata di
terkait usaha dibidang pariwisata (pelatihan Bahasa Inggris, Desa Wisata Jatiluwuh.
pelatihan hospitality, pelatihan mengenal budaya, dan
Referensi
karakteristik wisatawan dalam dan luar negeri); (4)
http://www.kemenpar.go.id/asp/detil.asp?c=16&id=2959 diakses pada 02
pengembangan kelompok usaha bersama masyarakat; dan Desember 2018 pukul 19.02 WIB
http://www.indonesia.go.id/in/potensi-daerah/pariwisata diakses pada 02
(5) menjalankan bisnis venir, dan lain-lain. perhotelan, Desember pukul 19.07 WIB
Dewi, Made H.U, Chafid Fandeli, M. Baiquni. “Pengembangan Desa Wiasta
restoran, suvenir, dan lain-lain. Berbasis Partisipasi Masyarakat Lokal di Desa Wiasta Jatiluwih Tabanan
Bali,” Kawistara Vol. 3, No. 2 (Agustus, 2013), hal. 129-139.
Demartoto, Argyo dkk. 2009. Pembangunan Pariwisata Berbasis
Peran masyarakat Lokal, yaitu (1) menyediakan sebagian Masyarakat. Surakarta : Sebelas Maret University Press.
besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata.

POLICY BRIEF Pengembangan Desa Wisata di Bali: Masalah dan Tantangan Bagi Si Primadona Pembangunan

Anda mungkin juga menyukai