Anda di halaman 1dari 24

PEKERJAAN

MASTERPLAN DAN KAJIAN PKL

BAB I

PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI

1.1. LATAR BELAKANG

Kota Salatiga merupakan sebuah ‘kota tua’ di kaki pegunungan yang sangat

indah dan memiliki pluralisme yang sangat harmonis. Saat ini Kota Salatiga

tumbuh menjadi pusat pelayanan Perdagangan dan Jasa dengan skala

pelayanan Kota Salatiga dan hinterlandnya, sehingga aglomerasi kegiatan cukup

besar terjadi di Kota Salatiga.

Kota Salatiga berada di simpul transportasi regional yang menghubungkan

Semarang-Solo di sisi utara dan selatan, serta terhubung dengan Kota Magelang

di sisi barat, dan Kab Sragen di sisi timur menjadikan kota Salatiga menjagi

transit city skala regional.

Aktifitas wisata yang berkembang sangat pesat di Kabupaten Semarang yang

berada dekat menjadikan kota Salatiga sebagai salah satu pintu masuk dan

resting point yang didukung dengan suasana kota Pegunungan dan keragaman

yang sangat harmonis.

Perkembangan aktifitas perkotaan yang cukup pesat diantaranya aktifitas

pendidikan, perkantoran, dan permukiman menjadikan kota Salatiga menjadi

semakin urbanize, kondisi ini memberikan efek terhadap munculnya aktifitas

informal sebagai support system dari aktifitas yang muncul tersebut.


Potensi dan peluang tersebut menjadi daya tarik bagi sektor informal untuk ikut

mengais rejeki dari proses aglomerasi tersebut, okupansi lahan milik

pemerintah berupa prasarana publik banyak dijumpai sehingga mengganggu

hak warga kota dalam mendapatkan pelayanan kota. Selain itu keberadaan

sektor informal ini juga mengurangi estetika kota yang sedang berhias diri

menjadi sebuah smart city dengan citra kota sebagai salah satu brandingnya.

Berdasarkan permasalahan tersebut diperlukan kajian untuk penataan sektor

informal atau yang selanjutnya disebut dengan Pedagan Kaki Lima (PKL) di

Kota Salatiga yang implementatif.

1.2. MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN

1.2.1 MAKSUD

Menyusun panduan dalam penataan PKL di Kota Salatiga

1.2.2 TUJUAN

Tersusunnya masterplan penataan PKL di Kota Salatiga

1.2.3 SASARAN

Sasaran dari pekerjaan ini yaitu:

1. Teridentifikasinya kantong PKL Kota Salatiga

2. Teridentifikasinya potensi lahan milik pemerintah untuk penataan PKL

3. Tersusunnya masterplan penataan PKL


1.3. RUANG LINGKUP PEKERJAAN

1. Inventarisasi Rencana Penataan PKL yang sudah dilakukan oleh

Pemkot Salatiga

Melakukan inventarisasi rencana penataan PKL yang sudah pernah

disusun oleh OPD teknis di Kota Salatiga sebagai bahan

pertimbangan penataan.

2. Identifikasi kantong PKL di Jalan Protokol Kota Salatiga

Melakukan survei pemetaan kantong-kantong PKL yang berada di

jalan protokol Kota Salatiga, dilengkapi dengan

a. Koordinat

b. Jumlah PKL

c. Jenis dagangan/usaha

d. Waktu operasional usaha

e. Dokumentasi foto

3. Identifikasi relasi PKL Terhadap Aktifitas Perkotaan di Sekitarnya

Melakukan kajian relasi PKL terhadap aktifitas di sekitarnya yang

memiliki relasi. Support system PKL dipetakan beradasarkan

supply-demand side, sehingga dapat diketahui nilai strategis

kawasan/kantong PKL tersebut.

4. Identifikasi Aset Pemkot Salatiga di Sekitar Jalan Protokol


Berdasarkan hasil kajian relasi PKL tersebut diatas, selanjutnya akan

dilakukan kajian aset milik Pemkot Salatiga, Pemprov Jateng, BUMD,

dan BUMN serta lembaga lainnya yang memiliki kemungkinan untuk

dilakukan kerjasama pemanfaatan lahan yang dimiliki untuk

penataan PKL.

Kriteria lokasi yang dapat digunakan adalah tidak mengganggu

sistem transportasi kawasan, tidak berada terlalu jauh dari lokasi

asal, dan memiliki area parkir yang cukup.

Identifikasi aset setidaknya dapat menyajikan data sebagai berikut :

a. Koordinat Lokasi lahan

b. Kepemilikan Lahan

c. Luasan

d. Pemanfaatan lahan saat ini

e. Konsep kerjasama pemanfaatan lahan

f. Analisis site

5. Penyusunan Masterplan Penataan PKL Kota Salatiga

Menyusun konsep penataan kantong-kantong PKL di jalan protokol

Kota Salatiga, baik yang bersifat in situ maupun ex situ. Masterplan

setidaknya berisi :

a. Lokasi penataan

b. Jumlah PKL yang akan ditata

c. Tematik Penataan PKL


d. Waktu Operasional Lokasi Usaha (1 shift, 2 shift, 3 shift)

e. Kepemilikan Lahan

f. Fasilitas yang dibutuhkan

g. Konsep Pengaturan PKL

h. Kelelembagaan

i. Model tarif sewa/retribusi

j. Kebutuhan Biaya penataan

k. Tahapan pelaksanaan penataan

1.4. PROFIL WILAYAH STUDI

Salatiga merupakan salah satu kota yang terletak di jawa tengah, berada di

antara kota solo dan kota semarang. Kota kecil yang hanya memiliki luas

sebesar 56,78km persegi ini, memiliki jumlah penduduk sekit 186.420 jiwa

(data januari 2018).

Suhu rata -- rata kota salatiga adalah berkisar antara 20 -- 25 derajat celsius, hal

ini disebabkan karena kota ini terletak dikaki gunung merbabu, tak heran

dengan kesejukan tersebut salatiga sering dijadikan tempat singgah atau

tempat rekreasi menghilangkan panas penatnya hiruk pikuk kota -- kota besar

seperti Semarang, Solo, maupun Yogyakarta.


Selain kesejukannya salatiga juga terkenal dengan toleransi antar

masyarakatnya bahkan sejak jaman belanda.

Toleransi masyarakat ini didasarkan pemahaman kalau mereka berasal dari

nenek moyang yang sama, hal ini mengakibatkan adanya perasaan

"persaudaraan" antar masyarakatnya.

Nilai "persaudaraan" ini bahkan dirasa lebih dikedepankan dari nilai

keagamaan, sehingga apapun pilihan agamanya masyarakat kota salatiga lebih

mengedepankan rasa saling memiliki dan saling bersaudara.

Nilai ini diperkirakan sudah ditanamkan dari generasi ke generasi dimulai dari

jaman kerajaan yang pada akhirnya melekat erat di masyarakat kota salatiga.

Disamping itu, nilai agama dianggap sebagai pilihan dan hubungan pribadi

antara individu dengan Tuhannya masing -- masing, sehingga jarang ditemui

suatu agama mencampuri urusan agama lainnya.

Hasilnya, lima agama kepercayaan yang ada di salatiga bercampur jadi satu dan

mereka hidup berdampingan selama ratusan tahun dan tidak pernah terjadi

konflik berarti antar agama dan suku.

Perbedaan kepercayaan ini juga tidak menjadikan halangan untuk mereka

untuk berbaur dan saling menghormati.

Sebagian contoh nyata masjid dan gereja dibangun bersebelahan di seputaran

lapangan pancasila di tengah kota salatiga, kelompok paduan suara kampus

Muhammadiyah yang bernyanyi di acara natal salah satu gereja GPDI, pemuda
dan pemudi budha yang membantu pengamanan ketika umat muslim sedang

melaksanakan sholat idul fitri maupun sebaliknya, dan masih banyak lagi

bentuk toleransi di kota kecil dan damai ini.

Semboyan kota Salitaga "Hati beriman dan smart" ini memanglah pantas di

sematkan pada kota lahir pahlawan nasional Yosaphat sudarso atau yang lebih

dikenal dengan Yos Sudarso ini.

Salatiga juga memiliki banyak monument bersejarah (heritage) yang sampai

saat ini masih memliki bentuk dan warna yang sama dengan bangunan aslinya.

Hal tersebut menekankan keyakinan masyarakat salatiga bahwa sejarah

memegang peranan besar terhadap tatanan kehidupan mereka sekarang dan

sejarah tersebut harus dijaga dan dilestarikan.

Bahkan karena tingkat keaman yang sangat tinggi salatiga dijadikan tempat

penempatan senjata militer sejak jaman belanda, dan banyak pula dibangun pos

-- pos militer Tentara Nasional Indonesia di kota ini.

Selain terkenal dengan kesejukan, toleransi, dan keramahan mayarakatnya,

kota salatiga juga memiliki berbagai macam kuliner yang cukup unik.

Jajanan yang terkenal dari kota ini adalah Enting Enting Gepuk dan Singkong

Keju D-9. 

Enting Enting Gepuk terbuat dari gula putih, dicampur dengan kacang, dan

diberi sedikit garam. Sedangkan Singkong Keju D-9 terbuat dari singkong

pilihan yang direbus lalu diberi irisan keju diatasnya.


Nah untuk minuman, salah satu yang terkenal dari kota salatiga adalah Kopi

Gunung Salatiga. Kopi ini digadang gadang sebagai "kopinya orang salatiga"

yang mana bisa anda temui baik di tempat nongkrong, kafe, maupun pusat

perbelanjaan di kota salatiga.

Selain kopi, salatiga juga terkenal dengan Wedang Ronde nya. Ronde yang

terkenal di salatiga adalah Wedang Ronde Jago yang terletak di pasar induk tak

jauh dari tugu salatiga.  

1.5. TINJAUAN PUSTAKA

1.5.1 SEKTOR INFORMAL DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

Sektor informal adalah sektor ekonomi yang terdiri atas unit usaha berskala

kecil, yang memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa, dengan tujuan

utama menciptakan kesempatan kerja dan kesempatan memperoleh

pendapatan bagi para pelakunya. Kendala yang sering dihadapi oleh sektor ini

adalah keterbatasan modal, fisik atau tenaga kerja, serta keterampilan. Sektor

informal di negara-negara sedang berkembang, tumbuh dan berkembang

sebagai akibat laju pertambahan angkatan kerja yang tinggi, serta

ketidakmampuan sektor formal menyerapnya.

Sektor informal memegang peranan penting di Indonesia dan secara nyata

menggambarkan taraf ekonomi dan taraf kehidupan sosial sebagian besar

rakyat Indonesia. Data yang dikumpulkan oleh Hidayat, seorang peneliti

masalah sosial dari Universitas Padjadjaran, menunjukkan bahwa dari

penduduk yang bekerja sejumlah 57,80 juta orang pada tahun 1982, hampir 44
juta orang atau 75,93% bekerja dalam sektor informal. Mengingat laju

pertambahan penduduk dan angkatan kerja yang demikian tinggi dibanding

dengan penciptaan lapangan kerja dalam sektor formal, diduga bahwa

persentase tersebut meningkat pada tahun-tahun terakhir ini. Sumbangan

sektor informal terhadap produk Domestik Bruto Indonesia diperkirakan

mencapai 37%.

Ada kesepakatan tidak resmi antara para ilmuwan yang terlibat dalam

penelitian masalah-masalah sosial untuk menerima "definisi kerja" sektor

informal di Indonesia sebagai berikut:

- sektor yang tidak menerima bantuan atau proteksi ekonomi dari

pemerintah;

- sektor yang belum dapat digunakan (karena tidak punya akses) bantuan,

meskipun pemerintah telah menyediakannya;

- sektor yang telah menerima bantuan pemerintah tetapi bantuan

tersebut belum sanggup membuat sektor itu mandiri.

Berdasarkan hal tersebut, kriteria yang dipakai untuk merumuskan definisi ini

bukan ada tidaknya bantuan, melainkan hal mudah dicapai (accessability) dan

kuatitas bantuan. Bantuan dan proteksi yang dimaksud antara lain

perlindungan tarif terhadap barang dan jasa yang dihasuilkan, pemberian

kredit dengan bunga relatif rendah, bimbingan teknis dan tata ketatalaksanaan,

perlindungan dan perawatan kerja, serta penyediaan teknologi maju.


1.5.2 PEDAGANG KAKI LIMA

Pedagang kaki lima atau disingkat PKL adalah istilah untuk menyebut penjaja

dagangan yang melakukan kegiatan komersial di atas daerah milik jalan

(DMJ/trotoar) yang (seharusnya) diperuntukkan untuk pejalan kaki

(pedestrian).

Ada pendapat yang menggunakan istilah PKL untuk pedagang yang

menggunakan gerobak. Istilah itu sering ditafsirkan demikian karena jumlah

kaki pedagangnya ada lima. Lima kaki tersebut adalah dua kaki pedagang

ditambah tiga "kaki" (yang sebenarnya adalah tiga roda, atau dua roda dan satu

kaki kayu).

Menghubungkan jumlah kaki dan roda dengan istilah kaki lima adalah pendapat

yang mengada-ada dan tidak sesuai dengan sejarah. Pedagang bergerobak yang

'mangkal' secara statis di trotoar adalah fenomena yang cukup baru (sekitar

1980-an), sebelumnya PKL didominasi oleh pedagang pikulan (penjual cendol,

pedagang kerak telor) dan gelaran (seperti tukang obat jalanan).

Sebenarnya istilah kaki lima berasal dari masa penjajahan kolonial Belanda.

Peraturan pemerintahan waktu itu menetapkan bahwa setiap jalan raya yang

dibangun hendaknya menyediakan sarana untuk pejalanan kaki. Lebar ruas

untuk pejalan adalah lima kaki atau sekitar satu setengah meter.[1]

Sekian puluh tahun setelah itu, saat Indonesia sudah merdeka, ruas jalan untuk

pejalan kaki banyak dimanfaatkan oleh para pedagang untuk berjualan. Dahulu
namanya adalah pedagang emperan jalan, sekarang menjadi pedagang kaki

lima. Padahal jika merunut sejarahnya, seharusnya namanya adalah pedagang

lima kaki.

Di beberapa tempat, pedagang kaki lima dipermasalahkan karena mengganggu

para pengendara kendaraan bermotor, mengunakan badan jalan dan trotoar.

Selain itu ada PKL yang menggunakan sungai dan saluran air terdekat untuk

membuang sampah dan air cuci. Sampah dan air sabun dapat lebih merusak

sungai yang ada dengan mematikan ikan dan menyebabkan eutrofikasi. Tetapi

PKL kerap menyediakan makanan atau barang lain dengan harga yang lebih,

bahkan sangat, murah daripada membeli di toko. Modal dan biaya yang

dibutuhkan kecil, sehingga kerap mengundang pedagang yang hendak memulai

bisnis dengan modal yang kecil atau orang kalangan ekonomi lemah yang

biasanya mendirikan bisnisnya di sekitar rumah mereka.

1.6. METODE PENELITIAN

Dalam pelaksaan Penyusunan masterplan penataan PKL menggunakan metode

penelitian yang bersifat Deskriptif dengan menggabungkan pendekatan

metodologis yang bersifat Analisis Kualitatif dan Kuantitatif melalui pendekatan

Komprehensif. Metode ini dipilih mengingat fungsinya mengumpulkan

informasi aktual dan menggambarkan fenomena yang sedang berlangsung.

Dapat mengidentifikasi permasalahan-permasalahan atau melakukan justifikasi

mengenai fakta dari kondisi-kondisi dan tindakan-tindakan yang sedang


berlangsung dan dapat melakukan perbandingan dan evaluasi. Metodologi

penyusunan masterplan juga diperlukan pertimbangan :

1. Teknis Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan dengan cara observasi, wawancara dan

studi literatur.

a. Observasi, dilakukan dengan pengamatan langsung ke wilayah

perencanaan termasuk kantong-kantong PKL dan pusat-pusat usaha

serta lokasi yang dinilai terkait dengan perencanaan penataan PKL Kota

Salatiga.

b. Wawancara dilakukan secara mendalam kepada informan kunci, OPD-

OPD terkait, serta instansi terkait lainnya, asosiasi pedagang/ PKL,

narasumber lainnya yang memiliki kompetensi terhadap pembangunan

ekonomi di Kota Salatiga.

c. Studi Literatur, dilaksanakan untuk memperoleh konsep yang relevan

serta data sekunder yang memiliki relevansi maupun sebagai data

penunjang dalam penelitian ini.

2. Populasi yang diambil yaitu seluruh PKL di jalan Prokol Kota Salatiga,

dengan harapan keseluruhan PKL dapat direlokasi ke tempat yang akan

disediakan demi menciptakan keindahan dan kenyamanan bersama di Kota

Salatiga. Individu yang dianggap dapat menjadi narasumber potensial dalam

perencanaan masterplan penataan PKL akan menjadi sumber informasi

atau narasumber penelitian.

3. Teknis Pengolahan Data


Data yang diperoleh sebagian besar adalah data yang sifatnya kualitatif dan

kuantitatif disajikan secara deskriptif, tabulasi, analitik dan identifikasi

spesifik maupun bentuk pemodelan untuk lebih menjelaskan informasi yang

ada.

4. Teknik Analisis

Analisis yang dilakukan menggunakan teknik analisis Strenght, Weakness,

Opportunity, Threats, (SWOT) yang akan mengidentifikasi berbagai factor

secara sistimatis untuk merumuskan suatu strategi dengan tahapan :

a. Pengamatan lingkungan eksternal dan internal

b. Simpulan analisis factor eksternal dan internal

c. Analisis pilihan strategi

d. Penetapan pilihan strategi

e. Penyusunan peta PKL eksisting dan rencana penataan PKL


BAB II

RENCANA KERJA

2.1. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

Jangka waktu pelaksanaan kegiatan ini adalah 4 (empat) bulan atau 120

(seratus dua puluh) hari kalender. Adapun jadwal yang ditawarkan adalah

seperti berikut:

N
Kegiatan Bulan-1 Bulan-2 Bulan-3 Bulan-4
o
I TAHAP PERSIAPAN                                
Persiapan & mobilisasi  
  1                              
tenaga ahli X
Pemilihan metode  
  2                              
kerja X
Rencana pelaksanaan  
  3                              
pekerjaan X
Penyusunan laporan  
  4 X                             
pendahuluan X
 
  5 Diskusi pembahasan                              
X
 
  6 Revisi                              
X
II TAHAP PELAKSANAAN                                
Identifikasi  
  1                              
permasalahan X
N
Kegiatan Bulan-1 Bulan-2 Bulan-3 Bulan-4
o
Pengumpulan Data
   
  2 Primer & Data   X X                   
X X
Sekunder
Analisa data dan
3 X X X X X X X X X
Formulasi
Penyusunan Laporan

Antara dan draft  


  4         X X  X  X  X            
konsep penataan X

PKL
  5 Diskusi Pembahasan                     X           
 
  6 Revisi                              
X
TAHAP PENYELESAIAN
III                                
PEKERJAAN
Penyusunan Draft
   
  1 Laporan Akhir dan                     X  X     
X X
album peta
  2 Diskusi Pembahasan                           X     
   
  3 Revisi                            
X X
Penyusunan Executive  
  4                              
Summary X
Penyerahan Laporan
  5                                X
Akhir
2.2. PROGRAM PELAKSANAAN PEKERJAAN

Secara garis besar, pekerjaan ini akan dilakukan dengan tahapan fiksasi

metodologi, pengumpulan data sekunder, analisis data sekunder, pengumpulan

data primer, analisis dan identifikasi data, serta penyusunan rekomendasi.

Adapun rincian tersebut dapat dilihat dengan lebih jelas pada diagram alir

berikut:
Start

Laporan
pendahulu
Fiksasi metodologi
an

Pengumpulan data

Data sekunder: Data primer:


1. Produk hukum dan 1. Data terkait kantong-
regulasi/kebijakan terkait kantong PKL di jalan
2. Dokumen rencana protocol Kota Salatiga
penataan PKL yang pernah 2. Data terkait lahan
disusun OPD teknis di Kota potensi relokasi PKL
Salatiga 3. Data relasi PKL
3. Dokumen lain terkait
Laporan
antara

Identifikasi dan analisis


data, pembuatan peta

tidak
Data cukup

ya

Penyusunan rekomendasi
Laporan
akhir

End

Gambar 3.1. Diagram Alir Pekerjaan Penyusunan Masterplan Penataan PKL Kota Salatiga
2.3. DAFTAR HASIL PEKERJAAN

Keluaran yang diharapkan adalah dokumen masterplan penataan PKL. Degnan

rincian sebagai berikut:

1. Laporan pendahuluan sebanyak 10 eksemplar,

2. laporan antara sebanyak 10 eksemplar

3. laporan akhir yang didukung dengan album peta dan gambar yang berisi

peta eksisting sebaran PKL dan peta rencana penataan PKL Kota Salatiga

sebanyak 10 eksemplar.
BAB III

ORGANISASI DAN RENCANA PENGGUNAAN TENAGA AHLI

3.1. USULAN STRUKTUR TIM

Manajemen dan organisasi pekerjaan ini terdiri dari team leader, tim ahli, dan

tenaga pendukung.

Struktur organisasi dan rincian personil pada kegiatan ini dapat dilihat pada

bagan berikut:

3.2. USULAN KOMPOSISI TIM, DAN BIDANG POKOK


PEKERJAAN
Jumlah
Posisi Nama Lingkup
No Uraian Pekerjaan Orang
Diusulkan Personel Keahlian
Bulan
1 Team Hatta Efendi, Ahli 4
 merancang wilayah dan perkotaan,
leader S.T.,M.Eng Madya
melaksanakan dan mengawasi
Perencan
pekerjaan pembangunan wilayah dan

perkotaan

 Menerapkan Norma, Standar,

Pedoman, Kriteria dalam

Perencanaan pekerjaan

 Melaksanakan pekerjaan survey dan

pengumpulan data Menyusun hasil


aan
survey dan data pendukung
Wilayah
 Mengevaluasi hasil kompilasi dan
dan Kota
pengolahan data

 Menyusun analisa desain masterplan

PKL

 Bertanggung jawab atas seluruh

pekerjaan

 Bertanggung jawab atas kinerja dan

koordinasi tim
2 Ahli Septi Ahli 4
 merancang aspek-aspek arsitekturan
arsitek Maulidyah, Muda
dan landcape terkait penataan ruang
S.T.,M.T Arsitek
 Menerapkan Norma, Standar,

Pedoman, Kriteria dalam

Perencanaan pekerjaan

 Melaksanakan pekerjaan survey dan

pengumpulan data Menyusun hasil


survey dan data pendukung

 Mengevaluasi hasil kompilasi dan

pengolahan data

 Menyusun analisa desain masterplan

PKL
4
 merancang aspek-aspek sipil dan

jalan

 Menerapkan Norma, Standar,

Ahli Pedoman, Kriteria dalam

Madya Perencanaan pekerjaan


Ahli
Tri Harjono, Teknik  Melaksanakan pekerjaan survey dan
3 Teknik
S.T.,M.T Jalan/ pengumpulan data Menyusun hasil
Sipil
Keselama survey dan data pendukung

tan Jalan  Mengevaluasi hasil kompilasi dan

pengolahan data

 Menyusun analisa desain masterplan

PKL
4 Ahli M. Zaidan Ahli 4
 merancang aspek-aspek lingkungan
teknik Prihantoro, Madya
terkait penataan ruang
lingkunga ST Teknik
 Menerapkan Norma, Standar,
n Lingkung
Pedoman, Kriteria dalam
an
Perencanaan pekerjaan

 Melaksanakan pekerjaan survey dan


pengumpulan data Menyusun hasil

survey dan data pendukung

 Mengevaluasi hasil kompilasi dan

pengolahan data

 Menyusun analisa desain masterplan

PKL
3
 merancang aspek-aspek ekonomi

pembangunan terkait penataan

ruang

 Menerapkan Norma, Standar,

Pedoman, Kriteria dalam


Rai Rake
Ekonomi Perencanaan pekerjaan
Ahli Setyawan,
5 pembang  Melaksanakan pekerjaan survey dan
ekonomi SE, MSA,
unan pengumpulan data Menyusun hasil
Ph.D
survey dan data pendukung

 Mengevaluasi hasil kompilasi dan

pengolahan data

 Menyusun analisa desain masterplan

PKL
6 Ahli Nur Laili Dwi Hukum 1
 merancang aspek-aspek hukum dan
hukum Kurnia, SH,
regulasi terkait penataan ruang
MH
 Menerapkan Norma, Standar,

Pedoman, Kriteria dalam


Perencanaan pekerjaan

 Melaksanakan pekerjaan survey dan

pengumpulan data Menyusun hasil

survey dan data pendukung

 Mengevaluasi hasil kompilasi dan

pengolahan data

 Menyusun analisa desain masterplan

PKL
Jumlah
Posisi Nama Lingkup
No Uraian Pekerjaan Orang
Diusulkan Personel Keahlian
Bulan
Asisten
Dimas Ardi Arsitektu
ahli 3
Suganda r
arsitektur
Asisten
Perencan
Perencana Bagus
aan
an Ramadhan, 3
wilayah
Wilayah ST
dan kota
dan kota
Aissten Azzam Ghozi
Geografi 2
pemetaan Ahmad, S.Si
Surveyor 1. Wahid Survei 3

Hidayat,

ST

2. Kurnia
Adhi

Putra, S.T

3. Prima

Juanita R,

ST

Muhammad
Program Program
Isa Kustiyo, 4
mer mer
S.Kom

Anda mungkin juga menyukai