Anda di halaman 1dari 19

ROADMAP PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH

MELALUI OPTIMALISASI SUMBER DAYA DESA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Pertumbuhan ekonomi adalah usaha meningkatkan pendapatan perkapita dengan cara mengolah
kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman modal, penggunaan
teknologi, peningkatan keterampilan, penambahan pengetahuan, serta penambahan kemampuan
berorganisasi dan kemampuan manajemen. Hal yang menjadi acuan dalam pertumbuhan ekonomi
daerah ditandai dengan pemerataan pendapatan perkapita (PDB) serta menurunnya tingkat
pengangguran masyarakat. Pertumbuhan ekonomi memiliki arti peningkatan yang terus menerus
pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu provinsi, kabupaten, atau kota. Pertumbuhan
ekonomi diartikan sebagai kenaikan dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tanpa
memandang bahwa apakah peningkatan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat
pertumbuhan penduduk serta tanpa memandang apakah terdapat perubahan dalam struktur
ekonominya. Sedangkan perekonomian di DIY bisa dijelaskan sebagai berikut :
1. Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang diukur dari nilai Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan II-2020 mencapai Rp32,12 triliun
rupiah dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp23,73 triliun rupiah.
2. Perekonomian DIY triwulan II-2020 terhadap triwulan II-2019 mengalami kontraksi yang
dalam yaitu 6,74 persen (y-on-y) atau berbalik arah jika dibanding pertumbuhan periode
yang sama di tahun 2019 sebesar 6,77 persen. Bila dibanding triwulan I-2020
perekonomian DIY juga mengalami kontraksi sebesar 6,65 persen (q-to-q).
3. Dari sisi lapangan usaha, sebagian besar kategori tumbuh negatif (y-on-y) dengan kontraksi
pertumbuhan yang dalam terjadi pada kategori jasa lainnya yaitu -42,75 persen,
penyediaan akomodasi dan makan minum -39,34 persen, transportasi dan pergudangan
-34,30 persen, dan konstruksi -22,18 persen. Meskipun demikian, beberapa lapangan usaha
masih mampu tumbuh cukup tinggi, yaitu informasi dan komunikasi 20,74 persen, jasa
kesehatan dan kegiatan sosial 17,91 persen, dan pertanian sebesar 10,06 persen. Dari sisi
pengeluaran, semua komponen pengeluaran mengalami kontraksi.
4. Andil terbesar terjadinya kontraksi pertumbuhan ekonomi DIY triwulan II-2020 (y-on-y)
diberikan oleh penyediaan akomodasi dan makan minum yaitu sebesar -3,79 persen, diikuti
oleh konstruksi -2,38 persen, transportasi dan pergudangan -1,81 persen, jasa lainnya -1,18
persen, dan industri pengolahan -0,96 persen. Dari sisi pengeluaran, terjadinya kontraksi
pertumbuhan ekonomi terutama disumbangkan oleh pembentukan modal tetap bruto yaitu
sebesar -5,42 persen, pengeluaran konsumsi rumah tangga -3,31 persen, dan ekspor luar
negeri -1,78 persen.
5. Sementara itu, kontraksi pertumbuhan ekonomi terhadap triwulan sebelumnya (q-to-q)
penyumbang terbesar adalah lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum,
transportasi dan pergudangan, dan jasa lainnya, masing-masing sebesar -3,51 persen, -1,44
persen, dan -1,10 persen.

Pertumbuhan ekonomi wilayah di DIY masih perlu peningkatan dan arahan kebijakan dalam usaha
meningkatkan pendapatan perkapita, peningkatan kemampuan berorganisasi/kelembagaan dan
kemampuan manajemen dengan suatu proses pengelolaan sumber daya alam, sumber daya buatan,
sumber daya manusia, dana dan teknologi guna menciptakan berbagai peluang menghasilkan
barang dan jasa yang bernilai ekonomi

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN


a. Maksud
1. Memberikan rekomendasi skenario kebijakan pengembangan ekonomi wilayah melalui
optimalisasi sumber daya desa.
2. Memberikan pendekatan yang sistematik dalam rangka penyusunan road map
penumbuhan dan pengembangan ekonomi wilayah melalui optimalisasi sumber daya desa
di DIY.
b. Tujuan dari kegiatan ini dijelaskan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi potensi sumber daya desa dan ketugasan pelaksana pengawasan dan
pemberdayaan BumDes di DIY;
2. Merumuskan model pertumbuhan ekonomi wilayah DIY;
3. Merumuskan strategi pengembangan sumber daya desa;
4. Menyusun roadmap penumbuhan dan pengembangan ekonomi wilayah melalui
optimalisasi sumber daya desa;
1.3. SASARAN
1. Mengidentifikasi potensi sumber daya desa dan ketugasan pelaksana pengawasan dan
pemberdayaan BumDes di DIY;
2. Merumuskan model pertumbuhan ekonomi wilayah DIY;
3. Merumuskan strategi pengembangan sumber daya desa;
4. Menyusun roadmap penumbuhan dan pengembangan

1.4. REFERENSI HUKUM


Dalam melaksanakan Kajian harus memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan
sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Jogjakarta
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 3), sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1955 tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 3 Jo. Nomor 19 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Jogjakarta
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1955 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 827).
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 170, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5339).
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679).
4. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor
2, 3, 10 dan 11 Tahun 1950 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 58).
5. Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 027/1696/SJ tahun 2013 tentang
Keterjangkauan Barang Dan Jasa Di Daerah
6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2017 tentang Tim Pengendalian
Inflasi Nasional.
7. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 40 Tahun 2013 tentang Pedoman
Pengendalian Inflasi Daerah.
8. Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.
9. Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana
Induk Pembangunan Kepariwisatan Daerah.
10. Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2014 tentang Penjaminan
Mutu dan Keamanan Pangan Segar Asal Tumbuhan.
11. Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 8 Tahun 2011 tentang
Pemberdayaan dan Perlindungan Industri Kreatif, Koperasi dan Usaha Kecil.
12. Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2019-2039.
13. Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2019 tentang Rencana
Pembangunan Industri Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2019-2039.
14. Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 11 Tahun 2018 tentang
Kewirausahaan Daerah.
15. Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2018 tentang
Penyelenggaraan Cadangan Pangan.
16. Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor .. Tahun 2020 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2021
17. Peraturan/regulasi lain yang terkait dengan tema kajian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PERTUMBUHAN EKONOMI DIY


Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian
suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu
perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Pertumbuhan juga
bias diartikan sebagai suatu kondisi dimana terjadi peningkatan pendapatan yang disebabkan oleh
meningkatnya 9 jumlah produksi barang dan jasa. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari
kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara. Beberapa teori menyebutkan faktor yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi antara lain:
1. Sumber daya manusia Sumber daya manusia merupakan faktor utama yang mempengaruhi
cepat lambatnya proses pembangunan. Jika kompetensi sumber daya manusia baik, maka
proses pembangunan akan semakin cepat terlaksana.
2. Sumber daya alam Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam
yaitu tanah yang subur, kekayaan tambang, hasil laut, tumbuh-tumbuhan, dan masih
banyak lagi. Sumber daya alam tersebut harus diolah oleh sumber daya manusia yang
berkompeten sehingga dapat dimanfaatkan secara bijak untuk kepentingan proses
pembangunan.
3. Ilmu pengetahuan dan teknologi Untuk meningkatkan produksi barang dan jasa,
dibutuhkan teknologi yang canggih agar kegiatan produksi semakin efektif.
4. Wirausahawan Kewirausahawan berperan untuk membuka kesempatan kerja,
meningkatkan output, dan menambah pemasukan negara dari pajak. Hal tersebut karena
wirausahawan menanam investasi sebagai sumber daya modal.
Beberapa teori yang lain yang berbasic capital fundamentalism, antara lain teori yang
dikembangkan oleh Harrod Domar, menjelaskan peranan penting pembentukan investasi terhadap
proses pembentukan pertumbuhan suatu negara. Investasi dianggap penting karena memiliki dua
peran dalam mempengaruhi perekonomian, yaitu:
1. Investasi berperan sebagai faktor yang bisa menciptakan pendapatan, artinya investasi
mempengaruhi sisi permintaan.
2. Investasi dapat memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan meningkatkan
kapasitas stock modal, artinya investasi akan mempengaruhi dari sisi penawaran Dalam
jangka panjang, investasi yang diberikan notasi I akan menambah stok modal, dengan
demikian investasi sama dengan perubahan stok modal.

I = ΔK

Peningkatan stok modal dapat diartikan peningkatan kapasitas produksi masyaraakat,


Peningkatan kapasitas produksi masyarakat berarti peningkatan penawaran agregat.
Teori Pertumbuhan Ekonomi
A. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
1. Teori Pertumbuhan Adam Smith Adam Smith adalah ahli ekonomi yang menulis buku
“The Wealth of Nation” (kemakmuran suatu negara) yang sangat terkenal. Ia merupakan
tokoh yang mengemukakan pentingnya sistem ekonomi liberal (bebas), yakni sistem
ekonomi yang bebas dari campur tangan pemerintah yang diperkuat dengan semboyan
“Laissez Faire, Laissez Passer”. Adam Smith percaya bahwa dengan menggunakan sistem
ekonomi liberal (bebas), pertumbuhan ekonomi dapat dicapai secara maksimum.
Pertumbuhan ekonomi bisa dicapai dengan melibatkan dua unsur, yaitu:
1) Pertumbuhan penduduk.
2) Pertumbuhan output total.
Selanjutnya, pertumbuhan output yang berupa barang dan jasa dipengaruhi oleh tiga
komponen, yaitu sumber-sumber alam, tenaga kerja, jumlah persediaan barang. Agar
terjadi pertumbuhan output, sumber-sumber alam harus dikelola oleh tenaga kerja
dengan menggunakan barang modal. Sumber-sumber alam sangat penting untuk
menentukan pertumbuhan ekonomi, karena sumber- sumber alam merupakan batas
maksimum output jika sudah dimanfaatkan secara maksimum. Sumber-sumber alam
mencapai batas maksimum apabila telah dikerjakan oleh tenaga kerja yang handal
dengan menggunakan barang modal yang cukup.
2. Teori Pertumbuhan David Ricardo David Ricardo berpendapat bahwa pertumbuhan
penduduk yang terlalu besar bisa menyebabkan melimpahnya tenaga kerja. Tenaga kerja
yang melimpah menyebabkan upah yang diterima menurun, di mana upah tersebut
hanya bisa untuk membiayai tingkat hidup minimum (subsistence level). Pada taraf ini,
perekonomian mengalami stagnasi (kemandegan) yang disebut Stationary State.
3. Teori Pertumbuhan TR Malthus TR Malthus sependapat dengan David Ricardo dan
mengemukakan bahwa bahan makanan bertambah menurut deret hitung (1, 2, 3, 4, 5,
dan seterusnya), sedangkan penduduk bertambah menurut deret ukur (1, 2, 4,8, 16 dan
seterusnya). Akibatnya, bahan makanan tidak cukup untuk menghidupi penduduk,
sehingga masyarakat hidup pada tingkat subsistence dan perekonomian mengalami
kemandegan.
Teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik
1. Robert Solow
Robert Solow adalah ahli ekonomi yang memenangkan hadiah nobel pada tahun 1987.
Solow berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi akan tercapai jika ada pertumbuhan
output. Pertumbuhan output terjadi jika dua faktor input, yakni modal dan tenaga kerja
dikombinasikan, sedangkan faktor teknologi dianggap konstan (tidak berubah). Adapun
yang tergolong sebagai modal adalah bahan baku, mesin, peralatan, komputer, bangunan
dan uang. Dalam memproduksi output, faktor modal dan tenaga kerja bisa dikombinasikan
dalam berbagai model kombinasi. Sehingga, bisa dituliskan dalam rumus sebagai berikut:
Q = f (C.L)
Keterangan:
Q = Jumlah output yang dihasilkan
f = Fungsi
C = Capital (modal sebagai input)
L = Labour (tenaga kerja, sebagai input)
Rumus di atas menyatakan bahwa output (Q) merupakan fungsi dari modal (C) dan tenaga
kerja (L). Ini berarti tinggi rendahnya output tergantung pada cara mengombinasikan
modal dan tenaga kerja.
2. Harrod dan Domar
Harrod dan Domar mengemukakan perlunya pembentukan modal sebagai syarat untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi yang mantap (steady growth). Menurut mereka, bila
pembentukan modal telah dilakukan pada suatu masa, maka pada masa berikutnya
perekonomian akan sanggup memproduksi barang-barang dalam jumlah lebih besar.
Keinginan masyarakat dalam pembentukan modal (berinvestasi) ditentukan oleh
permintaan agregat(keseluruhan) dari masyarakat dan oleh MEC (Mar- ginal Efficiency of
Capital), yakni perbandingan antara pertambahan modal terhadap pertambahan output.
3. Joseph Schumpeter
Menurut Joseph Schumpeter pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada inovasi dari para
pengusaha (wiraswasta). Dalam hal ini, inovasi merupakan penerapan pengetahuan dan
teknologi yang baru di dunia usaha. Inovasi memiliki pengaruh sebagai berikut:
1) Diperkenalkannya teknologi baru.
2) Menimbulkan keuntungan yang lebih tinggi.
3) Menimbulkan imitasi inovasi, yaitu peniruan teknologi baru oleh pengusaha-pengusaha
lain yang dapat meningkatkan hasil produksi.
TRIWULAN III 2020
Pada Triwulan III 2020, tekanan terhadap ekonomi DIY berkurang. Realisasi pertumbuhan PDRB
DIY mencatatkan kontraksi 2,84% (yoy) atau naik 9,24% (qtq). Kinerja perekonomian DIY ini, lebih
tinggi jika dibandingkan Nasional dan Jawa, masing-masing tumbuh -3,49 (yoy) dan -4,00% (yoy)
(Grafi k 1.1). Tak hanya itu, kinerja perekonomian DIY pada triwulan laporan ini juga tercatat lebih
tinggi dibandingkan kinerja perekonomian provinsi lainnya di Jawa (Tabel 1.1). Naiknya
pertumbuhan ekonomi DIY tersebut terjadi karena meningkatnya mobilitas masyarakat dan mulai
adanya pelonggaran PSBB di beberapa daerah.

Grafik 1. Pertumbuhan Ekonomi DIY dan Nasional


Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Jawa

2.2 OPTIMALISASI SUMBER DAYA LOKAL


Masyarakat Pengembangan masyarakat dalam berbagai aspek memerlukan memerlukan berbagai
sumber daya yang menjadi tumpuan dan modal penting dalam mengembangkan kapasitas
masyarakat untuk secara mandiri membentuk masa depan diri dan kelompok/komunitasnya.
Potensi dan Resource yang tersedia, baik dalam wujud sumberdaya manusia (SDM), sumberdaya
alam (SDA), maupun sumberdaya sosial. Untuk mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat pada
tingkat ideal, diperlukan pemanfaatan segala sumberdaya yang ada secara optimal. Potensi dan
Resource yang tersedia harus diaktualisasikan, sehingga tidak tertinggal hanya semata sebagai
potensi yang mubazir. Sumberdaya utama yang ada dan tersedia, yang bisa dioptimalkan untuk
memenuhi kebutuhan dan pengembangan kesejahteraan masyarakat salah satuny adalah potensi
sumberdaya manusia (SDM).
Sumberdaya manusia sendiri merupakan salah satu potensi pembangunan yang berasal dari unsur
manusia dengan berbagai aktifitasnya. Dalam tinjauannya yang lebih bersifat ekonomis,
sumberdaya manusia dimaksudkan sebagai semua kegiatan manusia yang produktif dan semua
potensinya untuk memberikan sumbangan yang produktif kepada masyarakat. Dalam proses
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, sumberdaya manusia tidak hanya dilihat
peranannya dari aspek ekonomi, tetapi juga dari aspek non-ekonomi. Jika dilihat dari sisi ekonomi
yang sempit, sumberdaya manusia hanya semata-semata dilihat dan diposisikan sebagai faktor
produksi, sehingga diperlakukan sebagai objek (material). Padahal dalam perspektif perubahan
faktor manusia merupakan faktor yang utama, sehingga sejatinya manusia merupakan subjek
pembangunan. Konstribusi dan peranan yang dimainkannya tidak hanya ditentukan oleh faktor
kuantitas, tetapi juga oleh kualitasnya baik sebagai objek maupun subjek pembangunan.
Dalam pendekatan pemberdayaan masyarakat, proses perubahan yang terjadi sejauh mungkin
bersandar pada kemampuan, prakarsa dan partisipasi masyarakat. Oleh karena itu, potensi
sumberdaya manusia tidak semata-mata terletak pada kemungkinannya sebagai potensi yang
dapat digerakkan proses pengembangan masyarakat, melainkan terutama pada kedudukannya
sebagai pelaku pembangunan/pengembangan masyarakat itu sendiri. Menurut Faizal dan Mansur
Hidayat dalam buku Sofyan Effendi, dalam perspektif pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat sumberdaya manusia tidak saja diperlakukan sebagai sumberdaya dalam perspektif
ekonomi, tetapi juga dalam perspektif sosial-budaya. Dari sudut sosial budaya, sumberdaya
manusia merupakan pelaku pembangunan dalam kapasitasnya sebagai individu maupun anggota
masyarakat. Kapasitasnya untuk berproduksi, pemerataan, pemberian kekuatan dan wewenang,
kelangsungan untuk berkembang dan kesadaran akan interdependensi. Dengan demikian,
identifikasi atau pemetaan potensi sumberdaya manusia (SDM) dalam suatu kelompok masyarakat
perlu memperhatikan aspek-aspek kuantitas, kualitas dan kemampuan aktualisasi diri serta
partisipasi.
Identifikasi sumberdaya manusia penting dilakukan, sehingga akan dapat diketahui potensi yang
dimiliki oleh kelompok masyarakat yang bersangkutan. Demikian juga identifikasi dan pemetaan
kualitas SDM juga tidak kalah pentingnya karena kemampuan masyarakat untuk meningkatkan
kesejahteraan hidupnya sangat dipengaruhi oleh kualitas SDM yang mereka miliki. Pemanfaatan
SDM dalam proses pemberdayaan masyarakat pada dasarnya menyangkut dua hal. Pertama,
peningkatan dan pengembangan kualitas, kedua, pemanfaatannya melalui berbagai peluang,
aktifitas dan usaha dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan peningkatan taraf hidup masyarakat.
Peningkatan dan pengembangan dimaksud untuk menambah potensi dan kemampuan SDM
tersebut, sehingga lebih mampu berperan sebagai subjek dan objek pemberdayaan. Peluang dalam
bentuk berbagai usaha dan aktifitas dimaksudkan untuk mengubah sumberdaya potensial menjadi
aktual dan produktif. Kedua hal tersebut berjalin berkelindan membentuk profil SDM yang
produktif dan inovatif, yang menjadi faktor produksi yang potensial sekaligua menjadi faktor
perubahan masyarakat menuju kondisi kehidupan yang lebih baik disegala bidang SDM yang
berkualitas dengan demikian merupakan SDM yang kreatif dan inovatif, yang menjadi sumberdaya
utama dalam mencapai kesejahteraan material dan spritual.

2.3 DESA
Desa merupakan kesatuan hukum, dimana bertempat tinggal suatu masyarakat dan mengadakan
perintahan sendiri. Desa terjadi bukan hanya suatu tempat kediaman masyarakat namun terjadi
disuatu induk desa dan beberapa kediaman. Desa sendiri berasal dari bahasa idiah yakni swadesi
yang artinya tempat asal, tempat Negeri asal, atau tanah leluhur yang menujukan pada suatu
kehidupan, dengan suatu norma, serta memiliki batasan yang jelas. Karakteristik masyarakat desa
pada beberapa keputusaan luar masyarakat kota merupakan kajian yang saling kait-mengkait dan
mereka mengistilahkan rural community untuk masyarakat kota. Perbedaan berdasarkan pada
oleh letak tinggal georgrafis dan kebiasaan serta karakteristik yang keduanya memandang beda.
soedjono soekanto (1999) memgemukan bahwa konsep community merujuk pada konsep lokalitas
atau masyarakat yang memiliki wilayah dan adat setempat. Desa adalah suatu kesatuan hukum,
dimana tempat tinggal suatu masyarakat desa yang di maksud huruf a didalam.
Perkembangan sejarah ketata Negara pemerintahan sampai sekarang merupakan suatu wilayah
yang ditempati oleh sejumlah penduduk yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah di
bawah camat telah memiliki hak menyelenggarakan rumah tangga. hak menyelenggarakan rumah
tangga-tangga ini bukan hak otonomi sebagai mana di maksudkan UUD nomor 5 tahun 1974
tentang pokok-pokok pemerintahan di derah. Pembangunan dan perkembangan otonomi
selanjutnya baik kesamping, keatas dan kebawah tetap dimungkinkan sesuai dengan kondisi
politik, ekonomi, sosial budaya serta pertahanan dan keamanan nasional. Kepala desa
mengembangkan tugas mental masyrakat desa baik dalam bentuk tugas membangun mental
masyarakat desa mau dalam bentuk menumbuhkan maupun mengembangkan semangat
membangun yang dijiwai oleh asas usaha bersama dan keluarga. Kepala desa adalah sebagai
penanggu jawab utama dari bidang pembanguanan dibantu oleh lembaga sosial desa. Perwujudan
demokrasi pancasila dalam pemerintahan desa terlihat dari adanya lembaga musyawarah desa
yang merupakan wadah penyalur aspirasi masyarakat di desa lembaga musyarah desa tersebut
adalah merupakan wadah permusyawaratan/permufakatan dari pemuka-pemuka masyarakat yang
ada. Di desa dalam mengambil bagian terhadap pembangunan desa yang keputusan-keputusan di
tetapkan berdasrkan musyawarah dan mufakat dengan memperhatikan sunguh-sunguh kenyataan
yang hidup dan berkembang dalam masyrakat yang bersangkutan.1 Desa adalah kesatuan
masyarakat yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang di akui
dan di hormati dalam system pemerintahan Negara kesatuan republik Indonesia. UUD 1945
menegaskan bahwa negara yang mengakui dan menghormati kesatuan masyrakat hukum adat
istiadat berhak teradisional masih hidup dengan sesuai dengan perkembangan msyarakat dan
perinsip Negara desa harus mampu mewujudkan partisipasi dan peran aktif masyarakat agar
senanti asa bertanggu jawab terhadAp perkembangan kehidupan bersama sebagai warga desa.
Tabel 2. LUAS WILAYAH, JUMLAH KECAMATAN, JUMLAH DESA, JUMLAH DUSUN, JUMLAH RW & RT
TAHUN 2018
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. LOKASI KEGIATAN


Pelaksanaan kegiatan kajian ini dilaksanakan pada Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa
Yogyakarta.

3.2. RUANG LINGKUP KEGIATAN


Materi yang dibahas dalam Kajian :
a. Mengidentifikasi kondisi perekonomian kabupaten/kota di DIY meliputi pertumbuhan ekonomi,
angka kemiskinan, INDEKS ketimpangan pendapatan, ketimpangan antar wilayah indeks
wiliamson, index Gini; PDRB disajikan dalam bentuk peta digital;
b. Mengidentifikasi kondisi eksisting potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, ekonomi,
budaya yang ada di desa di DIY disajikan dalam bentuk peta digital;
c. Mengidentifikasi dan mengevaluasi program program pemerintah terkait upaya penumbuhan
dan pengembangan ekonomi wilayah di DIY
d. Melakukan analisa kebutuhan rekomendasi kebijakan yang masih diperlukan untuk lebih
meningkatkan perekonomian wilayah tersebut
e. Merumuskan strategi pengembangan sumber daya di DIY
f. Menyusun Roadmap penumbuhan dan pengembangan ekonomi wilayah melalui Optimalisasi
sumber Daya Desa.

3.3. METODOLOGI PELAKSANAAN


Merujuk pada maksud dan tujuan kegiatan pendampingan maka metode pelaksanaan
untuk kegiatan dimaksud dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Persiapan pekerjaan;
Persiapan pekerjaan dilakukan dalam bentuk koordinasi dan pengumpulan data
serta informasi awal terhadap masing-masing lokasi kegiatan yang akan dievaluasi
sesuai progres dan tahapan yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini dilakukan juga
review terhadap peraturan dan perundang-undangan terkait dengan
pengembangan ekonomi wilayah melalui optimalisasi sumber daya desa.
2. Mengidentifikasi kondisi perekonomian kabupaten/kota di DIY
Dalam melakukan identifikasi perekonomian kabupaten/kota di DIY konsultan
mengerjakannya dengan memperhatikan pertumbuhan ekonomi, angka kemiskinan,
INDEKS ketimpangan pendapatan, ketimpangan antar wilayah indeks wiliamson, index Gizi;
PDRB yang disajikan dalam bentuk peta digital.
3. Mengidentifikasi kondisi eksisting potensi lokal DIY
Potensi lokal DIY yang akan diidentifikasi meliputi sumber daya alam, sumber daya
manusia, ekonomi, budaya yang ada di desa di DIY disajikan dalam bentuk peta digital.
4. Mengidentifikasi dan mengevaluasi program pemerintah
Setelah memperoleh data maka selanjutnya program pemerintah yang berkaitan dengan
upaya penumbuhan dan pengembangan ekonomi wilayah di DIY kemudian di evaluasi dan
diidentifikasi kembali.
5. Menganalisa kebutuhan rekomendasi kebijakan yang masih diperlukan untuk lebih
meningkatkan perekonomian wilayah tersebut
Data yang diperoleh dari proses identifikasi dan evaluasi, kemudian diproses dan
didiskusikan sehingga memperoleh rekomendasi kebijakan yang bertujuan untuk
menambah rekomendasi kebijakan.
6. Merumuskan strategi pengembangan sumber daya di DIY
Langkah selanjutnya setelah data sudah dianalisis adalah merumuskan strategi
pengembangan sumber daya di DIY agar dapat menumbuhkan dan mengembangkan
ekonomi wilayah DIY.
7. Menyusun Roadmap penumbuhan dan pengembangan ekonomi wilayah melalui
Optimalisasi sumber Daya Desa.
Selain bentuk metode pelaksanaan kegiatan tersebut, terhadap kegiatan yang terkait
dengan dokumen-dokumen pendampingan termasuk untuk melakukan penyiapan
dokumen-dokumen tersebut, konsultan menyusun rencana kerja dan metode pendekatan
studi format-format yang diperlukan sebagai berikut:
1. konsultan menyusun rencana kerja dan metode pendekatan studi format-format
yang diperlukan dalam hal pengumpulan data dan analisa;
2. Tim konsultan melakukan pengumpulan data primer dan data sekunder;
3. Konsultan melakukan evaluasi terhadap Roadmap;
4. Konsultan melakukan pendampingan pada penyiapan dokumen kriteria kesiapan;
5. Untuk dapat memberikan penilaian secara objektif, konsultan dapat melakukan
survei untuk mendapatkan masukan dari Penyelenggara Pelabuhan setempat dan
instansi terkait;
6. Pelaporan pelaksanaan kegiatan secara berkala sesuai kemajuan pekerjaan.

3.4. PELAKSANAAN PEKERJAAN


a. Persiapan
Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, Konsultan akan mempelajari secara
seksama Kerangka Acuan Kerja sebagai pedoman pekerjaan, dan selanjutnya
menyusun Rencana Kerja yang mencakup:
1) Penjabaran maksud dan tujuan pekerjaan secara lebih detail.
2) Penyusunan keterangan secara rinci mengenai metode pelaksanaan pekerjaan.
3) Pembuatan program kerja, meliputi: urutan kegiatan, jadwal pelaksanaan
pekerjaan, organisasi pelaksana pekerjaan, penyediaan tenaga ahli, penyediaan
perlengkapan/peralatan kerja.
4) Studi literatur/kepustakaan.
5) Penyusunan daftar kebutuhan data
b. Inventarisasi Data dan Informasi Terkait
Inventarisasi data dan informasi meliputi data yang diperoleh melalui studi
kepustakaan/literatur (data sekunder). Dalam pengumpulan data dan informasi
yang bersumber dari direktorat lain atau kementerian/lembaga lain, konsultan akan
mendapatkan pendamping dari Pemberi Tugas untuk kelancaran peroleh data.
c. Analisis dan rumusan akhir
Berdasarkan hasil pengumpulan data dan informasi serta analisis awal terhadap
lingkup dan fokus pembahasan terhadap studi dilakukan penguatan analisis
berdasarkan variabel dan parameter yang terkait langsung dengan arahan studi dan
dilaksanakan secara komperhensif mengacu pada kebijakan dan peraturan yang
terkait dengan konsesi dan bentuk kerjasama lainnya. hasil analisis harus
mempresentasikan dan dapat menjadi dasar dalam menentukan tahapan
selanjutnya dalam implementasi strategi pengembangan sumber daya di DIY agar dapat
menumbuhkan dan mengembangkan ekonomi wilayah DIY.
d. Waktu Pelaksanaan
Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan

3.5. SISTEM PELAPORAN DAN DISKUSI


A. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan berisi elaborasi dan pemahaman terhadap Kerangka Acuan Kerja
yang dituangkan dalam bentuk:
1. Latar Belakang
2. Maksud dan Tujuan
3. Kerangka pikir
4. Inventarisasi Peraturan dan Perundangan
5. Pendekatan/metodologi pelaksanaan Kegiatan.
6. Rencana kegiatan dan organisasi kerja.
7. Gambaran wilayah studi secara umum di Kawasan
8. Jadwal pelaksanaan kegiatan data awal dan sistematika laporan.
Laporan pendahuluan di serahkan 14 (empat belas) hari kalender setelah Surat Perintah
Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan. Laporan pendahuluan dicetak sebanyak 5 (lima) buku
laporan.
FGD LAPORAN PENDAHULUAN
a. Penyedia Jasa menyelenggarakan FGD Laporan Pendahuluan sebanyak 1 kali yang
dilaksanakan di hotel dengan peserta sebanyak 60 orang (dengan wajib menerapkan
protokol kesehatan). Semua biaya akomodasi dan konsumsi ditanggung oleh pihak
penyedia dengan nilai Rp. 200.000,- per orang dengan waktu full day dengan tempat Hotel
Bintang Dua dengan rincian 1 (satu) kali makan dan 2 (dua) kali snack dan disesuaikan
dengan Standar Harga Barang dan Jasa Pemda DIY
b. Mengundang 1 (satu) orang narasumber tingkat nasional sebagai pembahas dan yang
bersangkutan diberikan honor sebesar minimal Rp. 1.000.000,- per jam (Satu Juta Rupiah)
sesuai dengan standar yang berlaku di Pemerintah Daerah DIY.
c. Mengundang 2 (dua) orang narasumber tingkat lokal sebagai pembahas dan yang
bersangkutan diberikan honor sebesar minimal Rp. 1.000.000,- per jam (Satu Juta Rupiah)
sesuai dengan standar yang berlaku di Pemerintah Daerah DIY.
B. Laporan Antara
Laporan Antara disusun memuat penyempurnaan laporan pendahuluan berdasarkan
masukan-masukan dan berisikan hasil survey data lapangan terhadap wilayah studi, hasil
koordinasi antara lain sebagai berikut:
a. Latar Belakang
b. Maksud dan Tujuan
c. Kerangka pikir
d. Inventarisasi Peraturan dan Perundangan
e. Konsep dan Kerangka Teori
f. Metodologi
g. Gambaran wilayah studi antara lain gambaran geografis, kependudukan, dan
pengembangan kawasan
h. Analisis antara lain analisis regulasi, potensi kawasan, analisis infrastruktur lingkungan,
analisis permasalahan lingkungan, dan analisis data primer/survey

Laporan Antara di serahkan 45 (empat puluh lima) hari kalender setelah Surat Perintah
Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan. Laporan antara dicetak sebanyak 5 (lima) buku laporan.
FGD LAPORAN ANTARA
a. Penyedia Jasa menyelenggarakan FGD Laporan Antara sebanyak 1 kali yang dilaksanakan
di hotel dengan peserta sebanyak 60 orang (dengan wajib menerapkan protokol kesehatan).
Semua biaya akomodasi dan konsumsi ditanggung oleh pihak penyedia dengan nilai Rp.
200.000,- per orang dengan waktu full day dengan tempat Hotel Bintang Dua dengan
rincian 1 (satu) kali makan dan 2 (dua) kali snack, dan disesuaikan dengan Standar Harga
Barang dan Jasa Pemda DIY.
b. Mengundang 1 (satu) orang narasumber tingkat nasional sebagai pembahas dan yang
bersangkutan diberikan honor sebesar minimal Rp. 1.000.000,- per jam (Satu Juta Rupiah)
sesuai dengan standar yang berlaku di Pemerintah Daerah DIY.
c. Mengundang 2 (dua) orang narasumber tingkat lokal sebagai pembahas dan yang
bersangkutan diberikan honor sebesar minimal Rp. 1.000.000,- per jam (Satu Juta Rupiah)
sesuai dengan standar yang berlaku di Pemerintah Daerah DIY.
C. Laporan Akhir
Laporan Akhir disusun memuat hasil laporan akhir yang telah disempurnakan berdasarkan
pada laporan antara berdasarkan masukan-masukan, penyempurnaan hasil survey data
lapangan terhadap wilayah
studi, hasil koordinasi, hasil kajian lingkungan dengan susunan sebagai berikut:
a. Latar Belakang
b. Maksud dan Tujuan
c. Kerangka pikir
d. Inventarisasi Peraturan dan Perundangan
e. Konsep dan Kerangka Teori
f. Metodologi
g. Gambaran wilayah studi antara lain gambaran geografis, kependudukan, dan
pengembangan kawasan
h. Analisis antara lain analisis regulasi, kondisi riil dan potensi kawasan, analisis keruangan,
analisis infrastruktur, analisis kepariwisataan, analisis sosial budaya, analisis pelayanan
masyarakat, analisis sumber daya alam, analisis infrastruktur lingkungan, analisis
permasalahan lingkungan dan analisis pengelolaan kawasan.
Laporan Akhir di serahkan 90 (sembilan puluh) hari kalender setelah Surat Perintah Mulai
Kerja (SPMK) diterbitkan. Laporan Akhir dicetak sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan
kajian, dan disertai executive summary dan softcopy dalam bentuk Flashdisk sebanyak 10
(sepuluh) buah.
FGD LAPORAN AKHIR
a. Penyedia Jasa menyelenggarakan FGD Laporan Akhir sebanyak 1 kali yang dilaksanakan
di hotel dengan peserta sebanyak 60 orang (dengan wajib menerapkan protokol
kesehatan). Semua biaya akomodasi dan konsumsi ditanggung oleh pihak penyedia dengan
nilai Rp. 200.000,- per orang dengan waktu full day dengan tempat Hotel Bintang Dua
dengan rincian 1 (satu) kali makan dan 2 (dua) kali snack dan disesuaikan dengan Standar
Harga Barang dan Jasa Pemda DIY.
b. Mengundang 1 (satu) orang narasumber tingkat nasional sebagai pembahas dan yang
bersangkutan diberikan honor sebesar minimal Rp. 1.000.000,- per jam (Satu Juta Rupiah)
sesuai dengan standar yang berlaku di Pemerintah Daerah DIY.
c. Mengundang 2 (dua) orang narasumber tingkat lokal sebagai pembahas dan yang
bersangkutan diberikan honor sebesar minimal Rp. 1.000.000,- per jam (Satu Juta Rupiah)
sesuai dengan standar yang berlaku di Pemerintah Daerah DIY.

3.6. KELUARAN
1. Dokumen Road Map Penumbuhan dan Pengembangan Ekonomi Wilayah Melalui
Optimalisasi Sumber Daya Desa Di DIY, terdiri dari :
- Laporan pendahuluan 5 Buku
- Laporan antara 5 buku
- Laporan akhir 10 Buku
- Executive Summary 10 buku
- Flashdisk 16 GB untuk soft copi laporan
- Hardisk 500 GB untuk softcopi peta
2. Peta Digital Kondisi Eksisting Perekonomian, Sumber Daya Alam, Sumber Daya Manusia,
Budaya Desa di DIY berupa hardcopy dan softcopy yang disimpan dalam hardisk eksternal
500 GB

Anda mungkin juga menyukai