Profil Pariwisata
- Pengelolaan sawah
4 Limbah Emisi berasal dari kegiatan pengelolaan
limbah:
- Pembuangan Akhir Sampah Padat
- Pengolahan Limbah Padat secara Biologi
- Pembakaran Sampah melalui Insinerator dan
Pembakaran Sampah secara Terbuka
- Pengolahan
5 Lainnya (emisi Semua dugaan emisi termasuk emisi N 2O
tidak langsung dari deposisi nitrogen (N) dari NOx/NH3
dari deposisi dimana saja ada deposit dan dari sumber apa
nitrogen dari saja tetapi tidak dihitung di sektor tersebut di
sumber non- atas, termasuk N yang dideposit di lautan.
pertanian)
Dugaan emisi ini diperlukan karena faktor
emisi untuk deposit Nitrogen hampir sama
besarnya dengan emisi nitrogen dari sumber-
sumber emisi pertanian lainnya.
Lebih lanjut, kebijakan energi nasional saat ini hingga tahun 2025
mengandung unsur-unsur utama berikut:
1.6.11. Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi
Jawa Tengah (Pergub Jateng No. 43 Tahun 2012)
Menindaklanjuti Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011,
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah juga mempunyai komitmen yang
sama untuk upaya menurunkan emisi GRK, yaitu dengan diterbitkan
Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Tengah Nomor 43 tahun 2012
tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
(RAD-GRK) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2020.
Timbulnya emisi GRK di sektor pertanian terutama disebabkan
oleh tahap pemupukan dan pengolahan lahan. Pemupukan dan
pengolahan pada lahan pertanian yang tergenang air menyebabkan
timbulnya proses anaerob. Proses anaerob menyebabkan timbulnya
gas metana. Penggunaan pupuk, baik kimia maupun organik, pada
lahan-lahan yang terendam akan meningkatkan produksi gas metana
yang memiliki potensi pemanasan global cukup tinggi. Tingginya
produksi metana ini dipengaruhi oleh luas lahan yang tergenang dan
lamanya genangan. Selain itu, penyebab lain timbulnya emisi GRK
adalah aplikasi kapur. Namun demikian kontribusinya di Jawa Tengah
sangat kecil karena penggunaannya hanya untuk tambak. Pada
pertanian, penggunaan kapur untuk menetralkan pH tidak banyak
digunakan karena luasan lahan dengan masalah keasaman sangat
kecil.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, maka kebijakan-kebijakan pengendalian emisi
GRK sektor pertanian meliputi:
1. Pengendalian alih fungsi lahan pertanian
2. Pengendalian dan optimalisasi pemakaian pupuk dan pestisida
3. Pemanfaatan kembali limbah pertanian dan peternakan sebagai
masukan kegiatan pertanian
4. Pengenalan dan penerapan sistem pengolahan tanah yang
meminimalkan emisi GRK
5. Pengembangan pengolahan limbah ternak dan pemanfaatan
biogas yang ditimbulkan.
Untuk mewujudkan kebijakan mitigasi emisi GRK sektor
pertanian, alternatif-alternatif mitigasi diusulkan sebagai berikut:
1. Pelatihan dan penerapan Metode System of Rice Intensification (SRI)
2. Pengendalian penggunaan pupuk kimia
3. Peningkatan penggunaan pupuk organik dan biomassa
4. Pengaturan pola dan Teknik pengairan
5. Pengembangan varietas padi rendah emisi
6. Penggunaan pupuk anorganik alternatif dan herbisida
7. Pembangunan biogas limbah ternak sapi
8. Penggunaan limbah pertanian dan makanan ternak lokal
9. Penggunaan probiotik dan suplemen lokal
10. Pemuliaan ternak jangka panjang
1.6.12. Proses Hirarki Analitik/Analytical Hierarchy Process (AHP)
Salah satu alat analisis yang digunakan untuk membantu
menyusun suatu prioritas pengambilan keputusan dari berbagai
pilihan adalah dengan menggunakan Proses Hirarki Analitik atau
Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP adalah teori pengukuran
melalui perbandingan berpasangan dan bergantung pada penilaian
ahli untuk mendapatkan prioritas skala dalam pengambilan
keputusan.
AHP dikembangkan pertama kali oleh Thomas L. Saaty. Menurut
Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari
sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level
dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria,
sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari
alternatif. AHP didesain untuk menangkap persepsi orang secara
rasional yang berhubungan dengan permasalahan tertentu melalui
sebuah tahapan yang dirancang sampai pada suatu skala preferensi
diantara berbagai alternatif. Pemilihan atau penyusunan prioritas
dilakukan dengan suatu prosedur yang logis dan terstruktur.
Penyusunan strategi tersebut dilakukan oleh ahli-ahli yang kompeten
dan mewakili yang berkaitan dengan alternatif yang akan disusun
prioritasnya. Analisis AHP ini digunakan untuk memecahkan
permasalahan yang terukur (kuantitatif), yang memerlukan pendapat
(judgement) maupun pada situasi yang kompleks.
Teknik AHP merupakan salah satu teknik pengambilan
keputusan yang baik dan fleksibel dengan menetapkan suatu prioritas
dalam pengambilan keputusan dimana mencakup penilaian secara
kualitatif dan kuantitatif sekaligus. Langkah-langkah dalam metode
AHP meliputi:
a. Identifikasi permasalahan
b. Studi literatur.
c. Pengembangan kerangka konsep
d. Identifikasi dan definisi variabel, hipotesis, dan pertanyaan
penelitian.
e. Pengembangan disain penelitian.
f. Teknik sampling.
g. Pengumpulan dan kuantifikasi data.
h. Analisis data.
i. Interpretasi dan komunikasi hasil penelitian.
a. Penelitian deskriptif
b. Penelitian korelational
c. Penelitian kausal komparatif
d. Penelitian tindakan
e. Penelitian perkembangan
f. Penelitian eksperimen
Pada kesempatan ini saya akan jelaskan secara mendalam tentang teori
penelitian kualitatif, tujuan, jenis dan cara penelitiannya. Penelitian kualitatif
adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah,
dimana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005). Perbedaannya
dengan penelitian kuantitatif adalah penelitian ini berangkat dari data,
memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas dan berakhir dengan
sebuah teori.
Pada penelitian kualitatif, semakin mendalam, teliti, dan tergali suatu data
yang didapatkan, maka bisa diartikan pula bahwa semakin baik kualitas
penelitian tersebut. Maka dari segi besarnya responden atau objek penelitian,
metode penelitian kualitatif memiliki objek yang lebih sedikit dibandingkan
dengan penelitian kuantitatif, sebab lebih mengedepankan kedalaman data,
bukan kuantitas data.
Fenomenologi
Etnografi
Studi Kasus
Dalam melakukan metode teori dasar ini, peneliti perlu memilah mana
fenomena yang dapat dikatakan fenomena inti dan mana yang bukan untuk
dapat diambil dan dibentuk suatu teori.
Metode Historis
Ada lima tahap bagi para peneliti jika ingin melakukan penelitian jenis
kualitatif, yaitu:
1. Mengangkat permasalahan.
2. Memunculkan pertanyaan penelitian.
3. Mengumpulkan data yang relevan.
4. Melakukan analisis data.
5. Menjawab pertayaan penelitian.
Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari
tangan pertama), sementara data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti
dari sumber yang sudah ada. Contoh data primer adalah data yang diperoleh
dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga data
hasil wawancara peneliti dengan nara sumber. Contoh data sekunder misalnya
catatan atau dokumentasi perusahaan berupa absensi, gaji, laporan keuangan
publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh dari majalah,
dan lain sebagainya
1) Persiapan Awal
a. Pembentukan Tim Penyusun RAD-GRK Kabupaten
Tim Penyusun terdiri dari Tim Koordinasi dan Kelompok Kerja (Pokja).
Tugas-tugas yang harus dilakukan oleh kedua Tim pada tahap awal
tentang pengorganisasian penyusunan RAD-GRK.
b. Penyelenggaraan Sidang Pleno Awal
Sidang pleno atau rapat kerja pertama oleh tim penyusun untuk
membahas persiapan persiapan dan langkah-langkah yang harus
dilakukan oleh Pokja untuk penyusunan dokumen RAD-GRK.
Sidang/rapat ini dihadiri oleh seluruh anggota Tim Koordinasi dan
Pokja.
2) Identifikasi Awal
Pada tahap kajian awal ini terdapat 3 (tiga) hal yang perlu dilakukan
oleh Pemerintah Kabupaten (Tim Penyusun RAD-GRK), yaitu:
a. Identifikasi pemahaman terhadap perubahan iklim secara umum dan
kaitannya dengan upayaupaya penurunan emisi GRK.
b. Persiapan pembentukan tim dalam penyusunan RAD-GRK.
c. Identifikasi kegiatan penghasil/penyerap emisi GRK.
3) Persiapan Teknis
Persiapan teknis oleh Pokja yang didasarkan pada hasil Identifikasi Awal
diperlukan untuk merumuskan rencana kerja yang lebih rinci dalam
proses penyusunan RAD-GRK. Hal-hal yang tercakup ke dalam persiapan
teknis adalah sebagai berikut:
a. Penyimpulan data awal dari hasil proses indentifikasi awal mengenai
sumber-sumber emisi GRK, dari hasil Inventarisasi GRK (jika
tersedia), dan dari data/informasi umum tentang profil dan potensi
fisik daerah. Kesimpulan awal ini menggambarkan tentang
pengenalan potensi fisik bidang dan kegiatan yang menghasilkan
emisi GRK, cakupan wilayah emisi GRK, dan kewenangan pemerintah
daerah dalam upaya pengendalian emisi GRK3.
b. Identifikasi metodologi, yakni metodologi penhitungan emisi untuk
setiap bidang dan kegiatan penghasil emisi GRK yang akan digunakan
untuk pembuatan baseline, Skenario Aksi Mitigasi, penghitungan
penurunan emisi dan biayanya. Sebagai referensi dapat mengacu ke
Pedoman Teknis per bidang yang akan ditetapkan oleh Pokja
Nasional atau yang sudah tersedia dii K/L terkait, dan Pedoman
Penyelenggaraan Inventarisasi GRK yang akan ditetapkan oleh KLH.
c. Persiapan perangkat survey, yakni pembuatan dan penggandaan
alat-alat (instrumen) pengumpulan data primer untuk beberapa
bidang dan kegiatan tertentu (bila diperlukan) yang akan digunakan
untuk penyusunan RAD-GRK. Beberapa contoh jenis perangkat
antara lain terdiri dari lembar observasi, kuesioner, pedoman
wawancara. Apabila survey untuk jangka pendek tidak dapat
dilakukan dapat menggunakan data yang saat ini tersedia sebagai
“proxy”. Sementara survey dapat diposisikan untuk penyempurnaan
selanjutnya.
d. Penyusunan rencana kerja, yakni penyusunan secara rinci kegiatan-
kegiatan yang akan dilakukan oleh Pokja RAD-GRK sampai dengan
terumuskannya usulan kegiatan mitigasi daerah (tersusunnya
dokumen RAD-GRK).
4) Konsultasi Publik
Konsultasi publik mengenai adanya kegiatan penyusunan RAD-GRK,
melalui cara pemberitaan yang lazim dilakukan oleh suatu kabupaten.
Konsultasi yang dilakukan secara langsung setidaknya melibatkan
unsur-unsur dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Kabupaten/Kota, Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM)/sejenis, Asosiasi Profesi dan pelaku usaha/swasta. Kegiatan ini
dilakukan sebagai wujud transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan
penyusunan RAD-GRK, serta untuk membuka peluang kerjasama dengan
pihak-pihak terkait dan sekaligus untuk membuka komunikasi awal bagi
pengumpulan data.
2.2.2 Tahap Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data setidaknya dilakukan dalam jangka waktu 1-2
bulan, tergantung dari kondisi, ketersediaan data, maupun jenis metode yang
digunakan.
1) Data dan Informasi Umum Data dan informasi umum adalah gambaran
umum daerah beserta dengan kebijakan dan rencana strategis daerah
dan tata ruang kabupaten yang akan digunakan oleh Tim Penyusun. Data
yang dibutuhkan antara lain:
a. Profil atau gambaran umum wilayah perencanaan, dalam hal ini
wilayah kabupaten, contohnya sumber daya manusia, ekonomi, fisik,
dan lingkungan.
b. Kebijakan dan program pembangunan yang terkait dengan
kegiatan/sumber penghasil emisi GRK di daerah. Pada tahap ini,
Pemerintah Kabupaten (melalui Pokja) harus dapat mengindikasikan
kegiatan perencanaan tata ruang yang terkait dengan kegiatan
penyumbang emisi GRK yang kemungkinan dapat diintervensi.
Sejalan dengan hal ini, Pemerintah Kabupaten juga mengindikasikan
substansi kebijakan dan program pembangunan yang terkait dengan
penghasil emisi, serta peluangnya dengan usaha penurunan emisi
GRK. Contoh format untuk mengumpulkan data dan informasi
tentang kebijakan dan rencana pembangunan strategis Pemerintah
Kabupaten yang berkaitan dengan penghasil emisi/serapan GRK dan
berpeluang untuk dapat menurunkan emisi GRK.
Data dan informasi umum ini juga diperlukan oleh Pokja untuk
membuat identifikasi awal tentang bidang dan kegiatan yang
menghasilkan emisi GRK dan yang berpeluang untuk dapat
menurunkan emisi GRK. Disamping itu, data dan informasi ini
diperlukan juga sebagai masukan untuk membuat usulan-usulan
kegiatan dalam rencana aksi daerah.
2) Data dan Informasi Teknis
Data dan informasi teknis adalah data, informasi, dan asumsi per bidang
yang dibutuhkan untuk menyusun baseline, usulan-usulan aksi/kegiatan
penurunan emisi GRK dan perhitungan biaya mitigasi. Jenis data dan
informasi yang dibutuhkan akan berbeda-beda sesuai dengan bidang
dan kegiatan yang mengasilkan emisi GRK.
Sebagai acuan dapat dilihat di Pedoman Pelaksanaan Rencana Aksi
Penurunan Emisi GRK, serta di Pedoman Teknis yang akan dikeluarkan
oleh Pokja K/L terkait.
3) Pendataan Kelembagaan Publik Pokja RAD-GRK perlu mendata
kelembagaan publik (yaitu lembaga dan peraturan Pemda) yang terkait
dengan upaya-upaya penurunan emisi GRK di wilayah administratif
Kabupaten baik secara langsung maupun tidak langsung. Informasi ini
didapat dengan cara mendata: 1) Lembaga pemerintah yang terkait
dengan penurunan emisi, fungsi dan tugas pokoknya (Dinas/Badan/
Kantor), 2) Program kerja lembaga, 3) Peraturan-peraturan daerah yang
terkait dengan kelestarian lingkungan hidup, dan penghematan energi.
Selanjutnya data dan informasi ini dikaji lebih lanjut untuk mengetahui
apakah memiliki keterkaitan dan peluang untuk digolongkan sebagai
lembaga/ peraturan/program yang dapat menurunkan emisi GRK.
4) Pendataan Kelembagaan Masyarakat dan Pelaku Usaha Untuk
memperluas kerjasama dengan para pihak, Pemerintah Kabupaten
melalui Pokja perlu mengenali lembaga dan kegiatan dari pihak
swasta/pelaku usaha dan kelompok masyarakat yang memiliki
keterkaitan positif (berpeluang untuk mendukung upaya-upaya
penurunan emisi) ataupun negatif (tidak memiliki peluang untuk
mendukung upaya-upaya penurunan emisi GRK). Untuk itu, perlu
dilakukan pendataan kegiatan-kegiatan yang ada (telah/sedang)
dilakukan oleh para pihak
Data dan informasi untuk melakukan kajian ini diperoleh dari Lembaga
Masyarakat dan pelaku usaha secara langsung (melalui pertemuan-
pertemuan) atau secara tidak langsung dari laporan yang telah
dipublikasikan (melalui media cetak atau elektronik, serta website).
2.2.3 Tahap Penghitungan
Pokja masing-masing bidang melakukan penghitungan emisi GRK dengan
menggunakan data dan informasi umum dan teknis (per bidang) yang telah
dikumpulkan sebelumnya agar dapat menyusun baseline dan skenario mitigasi,
usulan penurunan emisi GRK, dan biaya serta jangka waktu pelaksanaanya.
Tahap penghitungan ini dilakukan untuk setiap bidang dan kegiatan yang telah
dipilih melalui proses identifikasi awal sumber-sumber emisi GRK, yang
hasilnya akan menjadi masukan utama untuk penulisan laporan dari dokumen
RAD-GRK. Pada tahap ini, penyelenggaraan kegiatan dapat dilakukan dalam
jangka waktu 1-2 bulan.
Gambar 17. Tahap Perhitungan
Pengumpulan data:
- Gambaran lokasi (SDM, Sosial, Ekonomi,
Fisik, Lingkungan Kab. Cilacap)
- Kebijakan terkait upaya mitigasi emisi
GRK
- Program terkait upaya mitigasi emisi GRK
- Data sumber emisi GRK
- Hasil inventarisasi emisi GRK
- Lembaga dan kegiatan publik penghasil
emisi GRK
- Lembaga dan kegiatan publik terkait
upaya mitigasi emisi GRK
- Lembaga dan kegiatan masyarakat dan
swasta penghasil emisi GRK
- Lembaga dan kegiatan masyarakat dan
swasta terkait upaya mitigasi emisi GRK
Ya
End
2.4 SISTEMATIKA PELAPORAN
2.4.1 Laporan Pendahuluan (Inception Report)
Berisikan penjelasan terhadap metodologi, rencana kerja dan susunan
personal termasuk base line informasi yang telah di update terhadap
kerangka penugasan, konsepsi-konsepsi, referensi, peraturan-peraturan
terkait, dan program kerja/jadwal kegiatan.
Laporan Pendahuluan harus disampaikan 15 (limba belas) hari kalender
setelah SPMK.
Laporan Pendahuluan dibuat sebanyak 20 (dua puluh) buku
Lebih detail mengenai personil yang diusulkan, dibahas pada bab T-7 hingga T-
9.