Abstrak
Penggunaan berlebihan bahan bakar fosil menyebabkan peningkatan kadar CO2 di atmosfer
yang merupakan salah satu penyebab pemanasan global akibat efek rumah kaca sehingga perlu
untuk dilakukan optimalisasi berbagai sumber energi terbarukan, salah satunya adalah
pemanfaatan biomassa dan limbah padat lainnya sebagai bahan bakar padat alternatif. Proses
torefaksi merupakan proses termal untuk meningkatkan kualitas biomassa sebagai bahan bakar
padat yang meliputi pengurangan kadar air, peningkatan keseragaman ukuran dan densitas
energi. Hidrotermal (HT) adalah proses yang menggunakan cairan dengan tekanan dan suhu
tinggi sebagai media perpindahan panas, juga dikenal sebagai torefaksi basah (WT) atau
hidrotermal karbonisasi (HTC). Makalah ini membahas tentang potensi limbah padat (MSW)
untuk dikonversi menjadi bahan bakar padat melalui proses HTC, termasuk uraian tentang
sejarah, mekanisme proses HTC, dan studi literatur untuk penelitian yang berkaitan dengan
konversi MSW menjadi bahan bakar padat. Hal ini bertujuan untuk memetakan perkembangan
teknologi HTC serta mengidentifikasi penelitian lanjutan yang perlu dilakukan. Penelitian
terkait HTC mulai berkembang pada tahun 1990 dan berkembang pesat beberapa tahun yang
lalu, ditandai dengan peningkatan signifikan jumlah artikel ilmiah yang dipublikasikan.
Penelitian yang telah dilakukan umumnya masih dilakukan dalam skala laboratorium
menggunakan sistem reaktor batch, meskipun beberapa penelitian telah dilakukan pada skala
pilot. Berdasarkan proses dan bahan bakar padat yang dihasilkan menunjukkan bahwa proses
HTC adalah teknologi yang potensial untuk produksi bahan bakar padat terbarukan terutama
dari biomassa dengan kadar air yang tinggi seperti MSW. Studi komprehensif masih diperlukan
untuk mengidentifikasi kemungkinan dan hambatan dalam menerapkan teknologi HTC untuk
mengonversi MSW menjadi bahan bakar padat dalam skala komersial.
Kata kunci : Zero CO2, high moisture content biomass, hidrotermal karbonisasi (HTC),
municipal solid waste (MSW), dan bahan bakar padat terbarukan
Pendahuluan bahan bakar fosil sebagai sumber energi.
IPCC melaporkan bahwa emisi dari bahan
Bahan bakar fosil seperti minyak bumi,
bakar fosil akan menyebabkan kenaikan
batu bara, dan gas alam merupakan sumber
temperatur sekitar 1.4 - 5.8°C dalam kurun
energi primer dunia (sekitar 80%
waktu 1990 sampai 2100 [2].
kebutuhan energi dunia bergantung pada
bahan bakar fosil). Namun, sumber energi Dewasa ini, dunia sedang berusaha untuk
dari fosil ini diramalkan akan habis 40–50 mengurangi emisi karbon dari bahan bakar
tahun lagi [1]. Selain itu, kerusakan fosil dengan menggunakan biomassa
lingkungan seperti pemanasan global sebagai sumber energi alternatif. Saat ini
merupakan efek samping dari penggunaan biomassa memenuhi 10-15% kebutuhan
433
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XV (SNTTM XV)
Bandung, 5-6 Oktober 2016
KE-068
energi dunia. Negara – negara maju Kadar air yang ada pada MSW Indonesia
menggunakan biomassa untuk memenuhi lebih besar dari 60%, sehingga dibutuhkan
9-14% kebutuhan energinya, namun di proses pre-treatment untuk mengurangi
negara – negara berkembang hampir 20- kadar airnya sebelum digunakan sebagai
35% kebutuhan energi dipenuhi oleh bahan bakar padat pada WTE plant [7].
biomassa [3]. Ketika biomassa dibakar atau Teknologi hidrotermal cocok diaplikasikan
dikonversi menjadi bentuk bahan bakar untuk jenis biomassa yang memiliki
lain, karbon pada biomassa akan bereaksi kandungan air yang tinggi, salah satunya
dengan oksigen diudara untuk membentuk adalah sampah kota atau municipal solid
karbon dioksida yang akan terpapar ke waste (MSW), karena proses ini tidak
atmosfer. Jika terbakar semuanya, jumlah memerlukan pengeringan awal seperti
karbon dioksida yang dihasilkan akan sama teknologi torefaksi [8].
dengan yang diambil dari atmosfer pada Melalui paper ini akan dijelaskan berbagai
masa pertumbuhan. Jadi tidak ada penelitian terkait bidang hidrotermal yang
penambahan karbon dioksida ke atmosfer sudah dilakukan untuk berbagai jenis
sehingga biomassa dapat dipandang sampah kota atau MSW di beberapa negara
sebagai sumber energi yang tidak agar dapat terpetakan perkembangannya
menghasilkan emisi karbon dioksida [4]. serta dapat teridentifikasi penelitian
Penggunaan biomassa sebagai sumber lanjutan yang perlu dilakukan.
energi alternatif masih menyisakan
beberapa masalah diantaranya: densitas Proses Hidrotermal
energi yang rendah, kandungan abu yang
merugikan, ongkos transportasi yang Hidrotermal (HT) adalah proses
tinggi, serta biaya pre-treatment yang termokimia untuk membentuk kembali
tinggi. Oleh sebab itu diperlukan suatu biomassa pada air panas bertekanan. Dalam
teknologi untuk meningkatkan kualitas kondisi temperatur dan tekanan yang tinggi,
biomassa sehingga dapat mengatasi terlebih ketika melebihi titik kritisnya
masalah – masalah yang dihadapi. Salah (373.3°C dan 22.1 MPa), rapat massa,
satu teknologi yang terus dikembangkan konstanta dielektrik, dan konstanta
hingga saat ini adalah hidrotermal. disosiasi ion turun secara drastis, yang
mana dapat mempercepat laju reaksi [9].
Istilah hidrotermal sebenarnya merupakan Hidrotermal sendiri sudah digunakan
istilah dalam disiplin ilmu geologi yang secara luas untuk recovery bahan bakar dan
digunakan untuk menjelaskan aktifitas air produk kimia dari biomassa yang memiliki
pada tekanan dan temperatur tinggi pada kandungan air yang tinggi. Sebagaimana
pembentukan batuan dan mineral [5]. pada Gambar 1, konversi hidrotermal dapat
Namun teknologi hidrotermal sudah dibagi menjadi Hidrotermal karbonisasi
diaplikasikan secara luas dalam berbagai (180 – 250°C) untuk memproduksi
disiplin ilmu termasuk kimia organik, hidrochar, Hidrotermal likuifaksi (sekitar
biokimia, bioenergi, pangan, dan lain-lain. 200-370°C, dengan tekanan antara 4 dan 20
Proses hidrotermal sendiri memiliki MPa) untuk memproduksi minyak berat
keunggulan dibanding teknologi torefaksi. dan Hidrotermal gasifikasi (dekat
Disamping hidrotermal meningkatkan nilai temperatur kritis sampai 500°C) untuk
kalor dari biomassa, hidrotermal juga menghasilkan gas kaya hidrogen [10].
terbukti mengurangi jumlah komponen
organik dan inorganik yang terlarut dalam
air sehingga mengurangi potensi
pembentukan kerak pada tungku [6].
434
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XV (SNTTM XV)
Bandung, 5-6 Oktober 2016
KE-068
435
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XV (SNTTM XV)
Bandung, 5-6 Oktober 2016
KE-068
sangat reaktif, hal ini bergantung pada sebagai bahan bakar padat hingga pupuk.
asalnya dan derajat konversinya. Sedangkan kondensat yang menguap dan
tidak menguap dapat dimanfaatkan sebagai
penghasil toxic substance berupa fenol,
furfural, dan turunannya [15].
Pada dasarnya, HTC merupakan pirolisis
yang dikondisikan pada temperatur dan
tekanan yang tinggi serta hadirnya air pada
kondisi subkritik. Kehadiran air sebagai
medium memberikan keuntungan, yaitu
tidak diperlukannya pre drying bagi
biomassa yang akan diproses. Apabila
dibandingkan dengan torefaksi kering,
HTC beroperasi dengan temperatur yang
lebih rendah. Parameter proses HTC ada
Gambar 2. Prinsip Reaksi Hidrotermal Karbonisasi lima, yaitu temperatur, tekanan, pH,
[13] residence time, dan solid load. Temperatur
memainkan peran dalam memulai hidrolisis
Senyawa tak jenuh yang mengalami pada lignoselulosa. Semakin tinggi
polimerisasi secara mudah dibentuk dari temperatur maka semakin banyak fraksi
eliminasi gugus karboksil dan karbonil. karbon yang tertinggal. Namun demikian,
Reaksi kondensasi seringkali dipengaruhi temperatur yang tinggi dengan residence
oleh pembentukan CO2. Dari beberapa time yang lama dapat berpotensi mereduksi
eksperimen disimpulkan bahwa karbon yang terdapat di biomassa.
pembentukan HTC-coal selama karbonisasi Sehingga perlu dicari reaction of severity
hidrotermal terjadi saat proses polimerisasi untuk menentukan temperatur dan
kondensasi. Meskipun (hemi) selulosa residence time optimumnya.
terdiri atas karbohidrat, struktur aromatik
sangat mungkin terjadi pada kondisi Penggunaan katalis asam dapat
hidrotermal. Struktur aromatik ini mempercepat laju reaksi kimia pada proses
kemudian dikenal sebagai pembentuk hidrotermal. Namun demikian, telah
cetakan untuk HTC-coal. Reaksi ini diketahui bahwa seluosa dapat
berlangsung pada temperatur 200-300°C terdekomposisi oleh lactic acid dan reaksi
[14]. katalitik asam lain tanpa adanya tambahan
katalis, karena air adalah solvent yang
Proses HTC atau torefaksi basah pada dapat bersifat asam atau basa [16].
kondisi hot compressed water akan Penggunaan katalis basa (Na(OH) dan
menghasilkan produk berupa hydrochar, Ca(OH)2) dapat meningkatkan produksi
kondensat yang menguap dan kondensat lactic acid [17]. Namun, penggunaan
yang tidak menguap. Namun demikian, katalis basa jarang digunakan karena akan
kehadiran kondensat yang menguap harus menghasilkan reaksi sampingan.
diminimalisasi karena energi yang
dibutuhkan oleh pemanas untuk Solid load merupakan perbandingan
menguapkan air sangatlah besar volume air dan massa dari biomassa [18].
dibandingkan dengan mempertahankan air Untuk memaksimalkan produksi bahan
dengan massa yang sama pada zona sub- bakar padat, solid load harus dikondisikan
kritiknya. Hydrochar merupakan padatan setinggi mungkin, sehingga waktu
hasil densifikasi HTC yang dapat pemanasan yang dibutuhkan untuk
dimanfaatkan secara luas, dari pemanfaatan mencapai polimerisasi dapat
436
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XV (SNTTM XV)
Bandung, 5-6 Oktober 2016
KE-068
437
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XV (SNTTM XV)
Bandung, 5-6 Oktober 2016
KE-068
pertama dilakukan pada temperatur tinggi aslinya. Selain itu, proses mineralisasi dan
tanpa oksidan dan kedua adalah pada solubilisasi tidak berbeda jauh pada suhu
temperatur yang lebih rendah dengan yang lebih tinggi dari 250 °C (4 MPa) [25].
menggunakan oksidan (hydrogen
peroxide). Komponen organik dari sewage 1.2 Karakteristik Produk HTC
sludge sebagian besar berupa padatan dan dari Municipal Solid Waste
hanya sebagian kecil larut dalam cairan. (MSW)
Kandungan organik dari lumpur sekunder
terurai ketika mengalami perlakuan Kendala terbesar pemanfaatan MSW
hidrotermal subkritis. Oksidasi terjadi sebagai bahan bakar adalah yang kadar air
ketika hidrogen peroksida ditambahkan, yang sangat tinggi dan bentuk tidak teratur.
dan laju reaksi meningkat seiring dengan Untuk mengatasi masalah ini, Yoshikawa
suhu [22] (2009) mengembangkan teknologi inovatif
hidrotermal (HT) sebagai alternatif
Pengolahan sewage sludge menggunakan pemrosesannya. Hasil penelitiannya
teknologi HT akan menghasilkan cukup menunjukkan bahwa produk hasil proses
banyak residu cair sehingga Yoshikawa HT memiliki nilai kalor hampir sama
(2007) mencoba untuk menginvestigasi dengan batu bara kelas rendah sub-
tentang potensi pemanfaat limbah residu bituminous, terjadi penurunan kandungan
dari proses HT menjadi pupuk cair. Hasil klorin dan merekomendasikan untuk
penelitian menunjukkan bahwa residu cair penggunaan produk sebagai campuran pada
dari proses HT untuk sewage sludge cukup proses co-firing sebesar 20% [26].
memiliki nutrisi utama (N, P dan K) serta
nutrisi mikro (Cu, Zn, Mo, etc) sehingga Prawisudha (2011) juga melakukan
memiliki potensi untuk dimanfaatkan penelitian menggunakan reaktor berukuran
sebagai pupuk cair [23]. 3 m3 yang dapat mengolah sampah
sebanyak 1 ton per batch yang
Yoshikawa (2008) memperkenalkan menunjukkan bahwa Proses HT ini
konsep pemanfaatan teknologi HT untuk menghasilkan produk pulp yang seragam
memproses MSW dan sewage sludge dengan peningkatan kepadatan mencapai
menjadi bahan bakar padat dan pupuk cair. empat kali lipat atau 75% pengurangan
Menurutnya, proses HT dapat secara efektif volume sampah dengan nilai kalor rata-rata
mengkonversi MSW menjadi bahan bakar produk adalah 18 MJ/kg. Perhitungan
alternatif seperti pulverized coal yang dapat keseimbangan energi menunjukkan bahwa
dimanfaatkan sebagai co-firing pada boiler energi yang dibutuhkan untuk proses HT
di pabrik semen yang secara tidak langsung adalah sepersembilan dari kandungan
akan mengurangi emisi CO2. Selain itu, energi dalam produk. Hal ini menunjukkan
proses HT juga dapat menghasilkan pupuk bahwa sistem pengolahan menggunakan
cair bebas logam berat yang berasal dari HT adalah sistem yang dapat beroperasi
pengolahan sewage sludge [24]. Kim secara mandiri yang tidak membutuhkan
(2008) juga melakukan penelitian yang energi tambahan dari luar. Selain itu, proses
bertujuan untuk menyelidiki isi padatan HT juga membutuhkan energi yang lebih
dari excess sludge yang diproses rendah daripada proses pengolahan limbah
menggunakan reaksi HT dan mengevaluasi konvensional [27].
kemungkinan untuk mendaur ulangnya
menjadi produk yang stabil dan tidak Berge (2011) mengevaluasi implikasi
berbahaya. Hasil penelitian menunjukkan lingkungan yang terkait dengan proses
bahwa Jumlah kandungan karbon produk HTC pada MSW (termasuk gas dan produk
yang dihasilkan adalah bervariasi dan cair), untuk mengevaluasi fisik, kimia, dan
tergantung pada komposisi material sifat termal dari hydrochar yang diproduksi
438
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XV (SNTTM XV)
Bandung, 5-6 Oktober 2016
KE-068
439
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XV (SNTTM XV)
Bandung, 5-6 Oktober 2016
KE-068
batubara dan MSW yang dapat diprediksi kalor rata-rata 20 MJ/kg (dry basis), yang
dari komposisi campurannya [32]. MSW sama dengan yang kelas rendah batubara
yang diproses Hidrotermal memiliki sifat subbituminous. Karena MSW digunakan
bahan bakar yang baik setara dengan kayu. dalam percobaan yang terdapat sejumlah
Campuran produk HT dapat meningkatkan besar plastik, maka penting untuk
reaktivitas arang dengan reaktivitas rendah mengurangi kandungan klorin yang dikenal
sehingga akan mengurangi karbon yang dapat menyebabkan penyumbatan, korosi,
tidak terbakar. Hasil ini menunjukkan dan pembentukan gas dioxin dalam tungku.
kelayakan menggunakan MSW yang telah Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
diproses HT sebagai bahan bakar campuran klorin di MSW yang dihasilkan dari
dengan batubara. Meskipun campuran kontainer poli vinil klorida adalah sekitar
dapat meningkatkan tingkat pembakaran 10.000 ppm (dry basis) dan dikurangi
batubara, namun tidak menunjukkan menjadi sekitar 2000 ppm (dry basis)
penurunan suhu pengapian. Oleh karena itu karena transformasi klorin anorganik yang
hubungan terbalik antara konten materi larut dalam air selama proses hidrotermal.
volatile matter dan suhu pengapian berlaku Hasil ini menunjukkan bahwa perlakuan
hanya untuk bahan bakar murni dan tidak hidrotermal adalah cara yang
berlaku untuk bahan bakar dicampur [33]. memungkinkan untuk mengolah MSW
menjadi bahan bakar padat alternatif
Jin (2013) melakukan percobaan co-firing
dengan kandungan klorin rendah [35].
antara MSW yang telah diproses HT dan
batu bara pada sebuah bubbling fluidized Hwang (2012) melakukan eksperimen
bed (BFB). Hasil yang diperoleh dalam proses HT menggunakan air subkritis
penelitian ini menunjukkan bahwa emisi (HTSW) pada 234 °C (kondisi LT) dan 295
CO dan NO terendah ditemukan pada °C (kondisi HT) untuk menghasilkan bahan
campuran 20% dan 30%. Selain itu, emisi bakar padat dari limbah padat perkotaan
SO2 menurun dengan penambahan (MSW) yang menggunakan kertas,
campuran MSW dan emisi HCl berada di makanan anjing (DF), sumpit kayu, dan
bawah 5 ppm. Selain itu, karbon yang tidak plastik film campuran dan lembar
terbakar (UC) menurun pada pencampuran polietilen, polipropilen, dan polistirena
di bawah 30% dan suhu rendah. Hasil disiapkan sebagai model komponen MSW,
penelitian menunjukkan kemungkinan di mana polyvinylchloride (PVC) bubuk
untuk dapat mengaplikasikan campuran dan natrium klorida digunakan untuk
30% MSW yang telah diproses HT pada mensimulasikan sumber Cl. Hasil
pembakaran didalam tungku batubara jenis penelitian menunjukkan lebih dari 75% dari
BFB [34]. karbon dalam kertas, DF, dan kayu itu
berbentuk sebagai char di bawah kedua
1.4 Reduksi Klorin kondisi LT dan HT, sementara plastik tidak
terdekomposisi dalam kondisi LT ataupun
Prawisudha (2012) melakukan studi kondisi HT. Nilai kalor (HHV) dari yang
eksperimental konversi sampah kota diperoleh arang adalah 13,886-27,544
(MSW) di Jepang ke bahan bakar padat kJ/kg dan sebanding dengan brown coal
dengan menggunakan perlakuan dan lignit. Atom Cl yang ditambahkan
hidrotermal. Sistem pengolahan mampu melalui bubuk PVC dan natrium klorida
memproses hingga 1 ton MSW per batch. sebagian masih tetap berada dalam char
Setelah diproses, MSW dari berbagai setelah HTSW, namun sebagian besar Cl
ukuran dan bentuk berubah menjadi slump berasal dari PVC ditemukan larut menjadi
yang mudah dikeringkan menjadi produk senyawa Cl selama HTSW pada kondisi HT
tepung dengan kelembaban 10% dan nilai
440
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XV (SNTTM XV)
Bandung, 5-6 Oktober 2016
KE-068
441
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XV (SNTTM XV)
Bandung, 5-6 Oktober 2016
KE-068
442
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XV (SNTTM XV)
Bandung, 5-6 Oktober 2016
KE-068
443
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XV (SNTTM XV)
Bandung, 5-6 Oktober 2016
KE-068
444
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XV (SNTTM XV)
Bandung, 5-6 Oktober 2016
KE-068
445