(12/330038/TK/39230)
(12/333611/TK/39958)
Pembimbing:
Ir. Hary Sulistyo, S.U., Ph.D.
EXECUTIVE SUMMARY
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara berkembang terus melakukan pembangunan di
berbagai sektor untuk mengurangi ketergantungan dari negara lain. Menurut
Prosiding Simposium Nasional Polimer V Indonesia tahun 2005, pertumbuhan
industri polimer di Indonesia sangat pesat, hal ini dilihat dari jumlah industri
polimer baik industri hulu maupun industri hilir yang cukup banyak.
Perkembangan ini tidak lepas dari permintaan barang-barang berbasis polimer
yang semakin besar. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan perkembangan
industri polimer di beberapa negara maju, perkembangan industri polimer di
Indonesia masih belum sepadan. Salah satu kendala yang dihadapi industri
polimer di Indonesia adalah kurangnya komunikasi strategis antara pihak
industri, perguruan tinggi, dan lembaga penelitian untuk pengembangan
industri.
Salah satu bahan yang digunakan dalam pembuatan polimer yaitu
plasticizer. Plasticizer adalah campuran organik yang memisahkan rantai
polimer untuk menambah beberapa sifat dari polimer, seperti memberikan
sifat elastis, ketahanan terhadap suhu rendah, ketahanan terhadap cuaca, sifat
insulasi, dan lain-lain. Aplikasi plasticizer terutama pada vinil resin seperti
Polivinil klorid (PVC).
Plasticizer yang digunakan salah satunya yaitu Tritolyl phosphate atau
disebut juga Tricresyl phosphate (TCP) yang merupakan senyawa organik
(ester) dengan rumus molekul (CH 3C6H4)3PO4. Senyawa ini berupa cairan
kental, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mudah terbakar, dan tidak larut
dalam air. Penggunaan tritolyl phosphate yaitu untuk pelarut bahan selulosa
asetat maupun pelapis kabel (cable coating), bahan pelumas (lubricant), serta
gasoline aditif. (Anonim, 1990).
Di Indonesia, industri Tritolyl phosphate belum ada sehingga kebutuhan
akan bahan ini selalu diimpor dari berbagai Negara seperti Amerika, India,
China, dan Jepang. Oleh karena itu, perlu didirikan pabrik Tritolyl phosphate
di Indonesia. Pendirian pabrik ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan
industri
Merak,
Cilegon
dipilih
untuk
menjadi
lokasi
6. Merak terletak di daerah utara Pulau Jawa, jauh dari gunung yg termasuk
ring of fire sehingga kemungkinan terjadinya bencana alam seperti gempa
sangat kecil.
Proses
Proses pembuatan Tritolyl Phosphate adalah menggunakan bahan baku
cresol dengan inert berupa phenol, POCl3 dengan inert berupa PCl3, dan MgCl2
sebagai katalis. Reaksi berlangsung dalam reaktor alir tangki berpengaduk yang
disusun seri sebanyak 3 buah secara eksotermis dengan suhu umpan masuk 150 oC
dan tekanan 3,5 atm. Produk TCP yang terbentuk dipisahkan dari sisa reaktan dan
katalis di dalam centrifuge, kemudian dipisahkan lebih lanjut hingga mencapai
kemurnian 99% di dalam menara distilasi. Sedangkan hasil samping berupa gas
HCl yang terbentuk dipisahkan dari sisa reaktan yang terbawa dalam fase gas
menggunakan vertical separator drum dengan terlebih dahulu dikondensasikan
agar terbentuk campuran gas-cair dan dapat dipisahkan. Selanjutnya HCl dialirkan
menuju Bubble Column untuk dikontakkan dengan air hingga diperoleh campuran
HCl dengan air pada konsentrasi 37%.
Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan untuk keberlangsungan proses meliputi,
cresol dengan kemurnian 99%, POCl3 dengan kemurnian 99%, katalis berupa
MgCl2, dan air. Produk yang diperoleh sebagai hasil reaksi adalah Tritolyl
Phosphate dengan kemurnian 99% dan HCl sebagai hasil samping reaksi.
Kebutuhan Energi/Panas dan Air
Kebutuhan energi untuk menjalankan operasi pabrik diperoleh dari PLN
dan sebagai cadangan digunakan pembangkit listrik dari EDG (Emergency Diesel
Generator) sebesar 166,70 kW. Bahan bakar yang dibutuhkan untuk proses
pembuatan steam adalah sebanyak 1.138,9019 US gal/jam. Air yang dibutuhkan
untuk proses dan utilitas diambil dari sungai Cidanau sebanyak 55.193,1874
L/jam.
Evaluasi Ekonomi
ini
memiliki
fixed
capital
sebesar
18.001.014,96
Rp