Nama Kelompok :
1. Rizky Widya Pratiwi
2. Wahyu Febrianto
3. Muhammad Shani Hilman
(6513040039)
(6513040041)
(6513040058)
2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah yang sering dikeluhkan oleh masyarakat sekarang ini adalah limbah.
Dimana limbah adalah sisa-sisa dari proses kegiatan atau produksi dari rumah tangga,
perdagangan ataupun industri. Limbah dianggap sebagian masyarakat sebagai salah
satu masalah besar bagi kenyamanan, keindahan ataupun kelestarian lingkungan.
Adanya limbah yang tidak dilakukan pengolahan akan berdampak buruk pada
lingkungan dan makhluh hidup di sekitarnya. Lain halnya jika limbah tersebut
dilakukan pengolahan dengan baik tidak akan mencemari lingkungan dan justru akan
berdampak baik bagi lingkungannya. Oleh karena itu, adanya pengolahan limbah
dengan baik sangat dibutuhkan agar tidak selalu berdampak mencemari lingkungan.
Dalam makalah ini membahas pengolahan limbah ammonia sangat dibutukan
karena kandungan amonia dalam bentuk gas terutama merupakan polutan yang
berbahaya jika terhirup ke dalam system pernapasan. Selain itu, kandungan amonia di
dalam limbah padat, cair juga sangat berbahaya. Untuk limbah amonia ini lebih sering
terdapat pada suatu industry dimana industry tersebut memproduksi pupuk amonia
dengan kadar amonia yang cukup tinggi sehingga limbah yang dihasilkannya pun
memiliki bahaya yang tinggi jika tidak dilakukan pengolahan.
1.3Tujuan
1. Untuk mengidentifikasi proses produksi pupuk urea.
2. Untuk mengidentifikasi penanganan atau pengolahan dari limbah yang dihasilkan.
3. Untuk mengidentifikasi bahaya dari limbah yang tidak ada pengolahan.
1.4Manfaat
Dapat memenuhi kebutuhan pupuk bagi masyarakat dan pegolahan yang dapat
mengurangi pencemaran udara atau lingkungan akibat limbah yang dihasilkan.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Jenis dan Karakteristik Produk
2.1.1 Spesifikasi Produk
1.
Amonia (NH3)
Bentuk : cair
Temperature :-33 oC
2.1.2
Produk Ammonia yang dihasilkan terdiri atas dua jenis , yaitu Warm Ammonia Product
(30 oC) yang digunakan sebagai bahan baku untuk pabrik urea dan Cold Ammonia Product
(-33 oC) yang disimpan dalam Ammonia Storage Tank.
2.1.3 Penggunaan
Ammonia (NH3) mempunyai banyak manfaat,diantaranya:
Refrigerant,
Pembuatan Urea
Pembuatan Acrylonitril
Sedangkan Bentuk dan sifat-sifat Urea adalah berupa kristal putih yang mudah larut
dalam air serta mempunyai sifat fisis sebagai berikut :
Limbah adalah bahan buangan tidak terpakai yang berdampak negatif terhadap
masyarakat jika tidak dikelola dengan baik. Limbah adalah sisa produksi, baik dari alam
maupun hasil dari kegiatan manusia. Beberapa pengertian tentang limbah :
1. Berdasarkan kepurusan Menperindag RI No. 231/MPP/Kep/7/1997 Pasal I
tentang prosedur impor limbah, menyatakan bahwa Limbah adalah bahan/barang
sisa atau bekas dari suatu kegiatan atau proses produksi yang fungsinya sudah
berubah dari aslinya.
2. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo.PP 85/1999 Limbah
didefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha dan/atau kegiatan
manusia.
Limbah secara umum memiliki karakteristik yaitu berukuran mikro, dinamis,
penyebarannya berdampak luas, dan dapat berdampak panjang. Dari pengertian secara
umum tentang limbah, limbah juga dibedakan menjadi limbah non B3, limbah B3, limbah
cair, limbah padat, limbah gas atau emisi. Berikut uraiannya :
1. Limbah non B3 merupakan limbah yang tidak mengandung bahan berbahaya dan
beracun. Contoh dari limbah non-B3 adalah sisa-sisa sayuran dan daun yang gugur.
Misalnya limbah keluarga atau limbah rumah tangga yaitu limbah tersebut berasal
dari sampah sisa-sia aktivitas rumah tangga yang organic dimana tidak
mengandung bahan yang berbahaya dan beracun dan dapat didaur ulang.
2. Limbah B3 merupakan limbah yang mengandung zat berbahaya dan beracun. Pada
jumlah konsentrasi tertentu limbah B3 dapat menyebabkan kerusakan lingkungan
serta bahaya pada manusia. Limbah B3 yang tidak ditangani dengan baik dan
pembuangannya secara sembarangan dapat menyebabkan gangguan pada makhluk
hidup berupa kerusakan kulit ataupun pernapasan serta menimbulkan kematian dan
kepunahan pada beberapa jenis organisme.
Karakteristik limbah B3 adalah sebagai berikut :
a. Mudah meledak (Explosive) adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat
menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat
merusak lingkungan.
b. Mudah terbakar (Ignitable dan Flamable) adalah limbah yang bila berdekatan
dengan api, percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala
atau terbakar dan bila telah menyala akan terus terbakar hebat dalam waktu
lama.
c. Bersifat reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena
melepaskan atau menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak
stabil dalam suhu tinggi.
d. Beracun (Toxic) adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi
manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau sakit
bila masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, kulit atau mulut. Penentuan
sifat racun untuk identifikasi limbah ini dengan menggunakan bahan baku
konsentrasi TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Prosedure).
e. Menyebabkan infeksi (Infectious) adalah limbah laboratorium yang terinfeksi
penyakit atau limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh
manusia yang diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena infeksi.
f. Bersifat Korosif
g. Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit
h. Mempunyai pH 2 untuk limbah bersifat asam dan 12,5 untuk limbah yang
bersifat basa.
3. Limbah Cair merupakan sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan baik di
perusahaan ataupun rumah tangga yang berwujud cair (PP 82 tahun 2001).
Karakteristik dari limbah cair sebagai berikut :
1. Karakteristik Fisika
Karakteristik fisika ini terdiri dari beberapa parameter, diantaranya :
a. Total Solid (TS)
Merupakan padatan di dalam air yang terdiri dari bahan organik maupun anorganik
yang larut, mengendap, atau tersuspensi dalam air.
b. Total Suspended Solid (TSS)
Merupakan jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada di dalam air limbah
setelah mengalami penyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron
(Sugiharto, 1987). Total Suspended Solid atau Padatan tersuspensi adalah padatan
yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat langsung
mengendap, terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil
dari sedimen.
c. Warna
Pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan waktu dan
meningkatnya kondisi anaerob, warna limbah berubah dari yang abuabu menjadi
kehitaman.Warna dalam air disebabkan adanya ion-ion logam besi dan mangan
(secara alami), humus, plankton, tanaman air dan buangan industri.Warna air
dibedakan atas dua macam, yaitu :
Warna sejati (true collor) yang diakibatkan oleh bahan-bahan terlarut.
Tembaga (Cu)
Tembaga dengan nama kimia cupprum dilambangkan dengan Cu. Unsur logam ini
berbentuk kristal dengan warna kemerahan.Unsur tembaga
di alam, dapat
ditemukan dalam bentuk logam bebas, akan tetapi lebih banyak ditemukan dalam
bentuk persenyawaan atau senyawa padat dalam bentuk mineral, seperti dari
peristiwa pengikisan (erosi) dari batuan mineral.
Sesuai dengan sifat kelogamannya, Cu dapat membentuk alloy dengan bermacammacam logam. Dalam bidang industri, senyawa Cu banyak digunakan, seperti pada
industri cat sebagai antifoling, industri insektisida dan fungisida, dan lain-lain.
Pada manusia, efek keracunan utama yang ditimbulkan akibat terpapar
oleh debu atau uap logam Cu adalah terjadinya gangguan pada jalur penafasan
sebelah atas.
Cadmium (Cd)
Logam Cd mempunyai penyebaran yang sangat luas di alam, namun hanya satu
jenis mineral Cd di alam, yaitu greennockite (CdS) yang selalu ditemukan
bersamaan dengan mineral spalerite (ZnS). Logam ini bersifat lunak, ductile,
berwarna putih seperti putih perak.
Prinsip utama dalam penggunaan cadmium adalah sebagai bahan stabilisasi
sebagai bahan pewarna dalam industri plastik dan pada elektroplating. Namun
sebagian besar dari substansi logam cadmium ini juga digunakan pada baterai.
Keracunan yang diakibatkan oleh Cd dapat bersifat akut dan kronis.Keracunan akut
oleh logam Cd menimbulkan penyakit paru-paru. Sedangkan keracunan kronik
yang diakibatkan logam Cd adalah kerusakan pada banyak sistem fisiologis tubuh.
3. Karakteristik Biologi
Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air
yang dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang biasa digunakan
adalah banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah.
4. Limbah Padat merupakan hasil buangan yang berupa padatan, lumpur atau bubur
yang berasal dari suatu proses poengolahan atau keseluruhan sampah padat dari
aktivitas manusia atau hewan yang tidak diinginkan. Limbah padat dapat berasal
dari kegiatan industri maupun kegiatan domestik.. Dimana limbah domestic barasal
dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, perkantoran, serta tempat-tempat umum
lainnya.
5. Limbah Gas atau emisi adalah masuknya zat atau komponen lain ke udara sehingga
kualitas udara turun sampai pada tingkat tertentu yang menyebabkan kualitas udara
menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi. Karakteristik Emisi Udara : Emisi udara
pada industri pupuk amonium phospat dengan proses amonifikasi asam phospat dan
proses granulasi ini berasal dari lima unit proses yang berbeda.
Unit reaktor dan amoniator granular menghasilkan gas amonia, fluorida
buang yang sama tetapi akan dilewatkan ke cyclone dan wet scrubber.
Sedangkan unit penyaring dan transfer material juga berpotensi
mengeluarkan partikulat, serta sedikit gas ammonia dan fluoride namun
dapat diatasi dengan mengalirkannya ke cyclone dan wet scrubber. Tabel
dibawah ini menunjukkan factor emisi dari produksi ammonium phospat.
BAB III
GAMBARAN UMUM KEGIATAN ATAU USAHA
3.1 Profil Perusahaan
PT. Pupuk Kalimantan Timur Tbk. merupakan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang didirikan pada tanggal 7 Desember 1977 dengan tujuan utama untuk
pengembangan industri dan ekonomi nasional, khususnya sektor industri pupuk dan
industri kimia. Pabrik PT Pupuk Kaltim ini. berlokasi di wilayah kota Bontang, Propinsi
Kalimantan Timur Perusahaan yang didirikan pada tahun 1977 ini, pada saat ini memiliki 4
unit pabrik amoniak dan 5 unit pabrik urea dengan total kapasitas produksi 1.850.000 ton
amoniak dan 2.980.000 ton urea setahunnya, serta dilengkapi oleh berbagai fasilitas
pendukung yang diperlukan lainnya. Bahan baku yang dipakai adalah gas bumi dan udara
serta uap air. Gas bumi ini dialirkan dari daerah Tanjung Santan menggunakan pipa di
bawah tanah sepanjang 56 km sampai ke PT. Pupuk Kaltim PT. Pupuk kaltim Tbk. dalam
upaya mengendalikanmutu produksi dan pengelolaan Keselamatan & Kesehatan Kerja
serta Lingkungan telah berhasil mempertahankan sertifikat ISO 9002 (untuk mutu),
bendera emas SMK3 (untuk K3), dan sertifikat ISO 14001 (untuk lingkungan) selama 6
tahun sejak tahun 2000. Unit pabrik urea ini, pada kegiatan prosesnya dalam keadaan
beroperasi normal mengeluarkan emisi debu urea melalui unit Prilling Tower dan unit
Granulator dan dibuang keudara / lingkungan. Dilihat dari aspek produksi debu urea yang
keluar dari peralatan Prilling Towerdan Granulatormerupakan kehilangan produksi Urea
yang jumlahnya dari seluruh unit pabrik urea diperkirakan sekitar 2 ton setiap harinya atau
730 ton dalam setahun. Dilihat dari aspek kerugian lainnya akibat dampak yang
ditimbulkan oleh debu urea ini dapat merusak peralatan dalam pabrikkarena sifat debu
a. Sejumlah H2S dalam feed gas diserap di Desulfurization Sponge Iron dengan
sponge iron sebagai media penyerap.
Persamaan Reaksi : Fe2O3.6H2O + H2S Fe2S3 6 H2O + 3 H2O
b. CO2 Removal Pretreatment Section
Feed Gas dari Sponge Iron dialirkan ke unit CO 2 Removal Pretreatment
Section Untuk memisahkan CO2 dengan menggunakan larutan Benfield sebagai
penyerap. Unit ini terdiri atas CO 2 absorber tower, stripper tower dan benfield
system.
c. ZnO Desulfurize
Bagian ini bertujuan untuk memisahkan sulfur organik yang terkandung
dalam feed gas dengan cara mengubahnya terlebih dahulu mejadi Hydrogen
Sulfida dan mereaksikannya dengan ZnO.
Persamaan Reaksi : H2S + ZnO ZnS + H2O
2. Reforming Unit
Di Reforming Unit gas alam yang sudah bersih dicampur dengan uap air,
dipanaskan, kemudian direaksikan di Primary Reformer, hasil reaksi yang berupa
gas-gas Hydrogen dan Carbon Dioksida dikirim ke Secondary Reformer dan
direaksikan dengan udara sehingga dihasilkan gas-gas Hidrogen , Nitrogen dan
Karbon Dioksida Gas-gas hasil reaksi ini dikirim ke Unit Purifikasi dan Methanasi
untuk dipisahkan gas karbon dioksidanya.
Tahap-tahap reforming unit adalah :
a. Primary Reformer
Bagian ini bertujuan untuk mengubah feed gas menjadi gas sintesa secara
ekonomis melalui dapur reformer dengan tube-tube berisi katalis nikel sebagai
media kontak feed gas dan steam pada temperature (824 oC)dan tekanan (45 46
kg/cm2) tertentu .
Persamaan Reaksi :
CH4 + H2O CO + 3 H2 H = - Q
CO + H2O CO2 + H2 H = + Q
Secara keseluruhan reaksi yang terjadi adalah reaksi endothermic sehingga
membutuhkan bahan / zat dan gas alam sebagai bahan bakar.
b. Secondary Reformer
Gas yang keluar dari primary reformer masih mengandung kadar CH 4 yang
cukup tinggi, yaitu 12 13 %, sehingga akan diubah menjadi H 2 pada unit ini
dengan perantaraan katalis nikel pada temperature 1002,5 oC.
Persamaan Reaksi : CH4 + H2O 3 H2 + CO
Kandungan CH4 yang keluar dari Secondary reformer ini diharapkan
sebesar 0.34 % mol keadaan kering. Karena diperlukan N2 untuk reaksi
pembentukan Amoniak maka melalui media compressor dimasukkan udara pada
unit ini. Persamaan Reaksi :
2H2 + O2 2H2O
CO + O2 2CO2
3. Purification & Methanasi
Karbon dioksida yang ada dalam gas hasil reaksi Reforming Unit
dipisahkan dahulu di Unit Purification, Karbon dioksida yang telah dipisahkan
dikirim sebagai bahan baku Pabrik Urea. Sisa Karbon dioksida yang terbawa
dalam gas proses, akan menimbulkan racun pada katalisator Ammonia Converter,
oleh karena itu sebelum gas proses ini dikirim ke Unit Synloop & Refrigeration
terlebih dahulu masuk ke Methanator.
Tahap-tahap proses Purification dan methanasi adalah sebagai berikut :
a. High Temperature Shift Converter (HTS)
Setelah mengalami reaksi pembentukan H2 di Primary dan Secondary
Reformer maka gas proses didinginkan hingga temperature 371 oC untuk merubah
CO menjadi CO2 dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
CO + H2O CO2 + H2
Kadar CO yang keluar dari unit ini adalah 3,5 % mol dry basis dengan
temperature gas outlet 432 oC- 437 oC
b. Low Temperature Shift Converter (LTS)
Karena tidak semua CO dapat dikonversikan menjadi CO2 di HTS, maka
freaksi tersebut disempurnakan di LTS setelah sebelumnya gas proses didinginkan
hingga temperature 210oC. Diharapkan kadar CO dalam gas proses adalah sebesar
0,3 % mol dry basis.
c. CO2 Removal
4.
b. Amoniak Refrigerant
Amoniak cair yang dipisahkan dari gas synthesa masih mengandung
sejumlah tertentu gas-gas terlarut. Gas-gas inert ini akan dipisahkan di bagian
Amoniak Refrigerant yang berfungsi untuk Mem-flash amoniak cair berulangulang dengan cara menurunkan tekanan di setiap tingkat flash drum untuk
melepaskan gas-gas terlarut, sebagai bagian yang integral dari refrigeration, chiller
mengambil panas dari gas synthesa untuk mendapatkan pemisahan produksi
amoniak dari Loop Synthesa dengan memanfaatkan tekanan dan temperature yang
berbeda di setiap tingkat refrigeration.
1.
Sintesa Unit
Unit ini merupakan bagian terpenting dari pabrik Urea, untuk mensintesa dengan
mereaksikan Liquid NH3 dan gas CO2 didalam Urea Reaktor dan kedalam reaktor
ini dimasukkan juga larutan Recycle karbamat yang berasal dari bagian Recovery.
Tekanan operasi disintesa adalah 175 Kg/Cm2 G. Hasil Sintesa Urea dikirim ke
bagian Purifikasi untuk dipisahkan Ammonium Karbamat dan kelebihan
amonianya setelah dilakukan Stripping oleh CO2.
2.
Purifikasi Unit
Kristaliser Unit
Larutan Urea dari unit Purifikasi dikristalkan di bagian ini secara vacum,
kemudian kristal Ureanya dipisahkan di Centrifuge. Panas yang di perlukan untuk
menguapkan air diambil dari panas Sensibel Larutan Urea, maupun panas
kristalisasi Urea dan panas yang diambil dari sirkulasi Urea Slurry ke HP Absorber
dari Recovery.
4.
Prilling Unit
Kristal Urea keluaran Centrifuge dikeringkan sampai menjadi 99,8 % berat dengan
udara panas, kemudian dikirimkan kebagian atas prilling tower untuk dilelehkan
dan didistribusikan merata ke distributor, dan dari distributor dijatuhkan kebawah
sambil didinginkan oleh udara dari bawah dan menghasilkan produk Urea butiran
(prill). Produk Urea dikirim ke Bulk Storage dengan Belt Conveyor.
5.
Recovery Unit
Gas Ammonia dan Gas CO2 yang dipisahkan dibagian Purifikasi diambil kembali
dengan 2 Step absorbasi dengan menggunakan Mother Liquor sebagai absorben,
kemudian direcycle kembali ke bagian Sintesa.
6.
Uap air yang menguap dan terpisahkan dibagian Kristalliser didinginkan dan
dikondensasikan. Sejumlah kecil Urea, NH3 dan CO2 ikut kondensat kemudian
diolah dan dipisahkan di Stripper dan Hydroliser. Gas CO 2 dan gas NH3 nya
dikirim kembali ke bagian purifikasi untuk direcover. Sedang air kondensatnya
dikirim ke Utilitas.
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 LIMBAH CAIR DAN PENGOLAHAN
1.
memiliki
4.3 LIMBAH B3
kandungan
gizi
yang
baik.
Sumber
: Ammonia Converter
Jumlah
: 120 kg/tahun
4.4 EMISI
Dari semua tahapan dalam proses produksi setidaknya ada limbah berupa emisi
atau gas berupa senyawa belerang, sulfur organic, kadar CH4, kadar CO2 yang bersifat
racun, gas-gas inert, gas-gas terlarut.
Pada tahap Feed Treating Unit menghasilkan limbah dalam senyawa belerang dan sulfur
organic
Pada tahap Perification & Metanasi:
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi emisi gas CO 2 adalah
dengan mengkonversi gas CO2 menjadi gas sintesis (CO) melalui proses gasifikasi
batubara. Gasifikasi batubara merupakan teknologi yang bersih karena tidak menghasilkan
gas SOx dan NOx. Jumlah sumber batubara di Indonesia cukup besar akan tetapi
penggunaannya masih terbatas. Gas CO2 yang dihasilkan sebagai hasil samping industri
amoniak jumlahnya cukup besar yaitu sekitar 1,5-1,6 ton CO2/ton amoniak dan memiliki
kemurnian sekitar 99,8%. Gas CO2 dengan kemurnian yang cukup tinggi tersebut dapat
digunakan sebagai medium penggasifikasi. Keuntungan yang diperoleh dari proses
gasifikasi tersebut adalah mengurangi jumlah gas CO2
meningkatkan nilai ekonomis dari CO2
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
sumber : witasharer.blogspot.com
sumber : witasharer.blogspot