Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PROSES PRODUKSI PUPUK UREA DAN

PENGOLAHAN LIMBAH YANG DIHASILKAN

Nama Kelompok :
1. Rizky Widya Pratiwi
2. Wahyu Febrianto
3. Muhammad Shani Hilman

(6513040039)
(6513040041)
(6513040058)

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

2014/2015
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah yang sering dikeluhkan oleh masyarakat sekarang ini adalah limbah.
Dimana limbah adalah sisa-sisa dari proses kegiatan atau produksi dari rumah tangga,
perdagangan ataupun industri. Limbah dianggap sebagian masyarakat sebagai salah
satu masalah besar bagi kenyamanan, keindahan ataupun kelestarian lingkungan.
Adanya limbah yang tidak dilakukan pengolahan akan berdampak buruk pada
lingkungan dan makhluh hidup di sekitarnya. Lain halnya jika limbah tersebut
dilakukan pengolahan dengan baik tidak akan mencemari lingkungan dan justru akan
berdampak baik bagi lingkungannya. Oleh karena itu, adanya pengolahan limbah
dengan baik sangat dibutuhkan agar tidak selalu berdampak mencemari lingkungan.
Dalam makalah ini membahas pengolahan limbah ammonia sangat dibutukan
karena kandungan amonia dalam bentuk gas terutama merupakan polutan yang
berbahaya jika terhirup ke dalam system pernapasan. Selain itu, kandungan amonia di
dalam limbah padat, cair juga sangat berbahaya. Untuk limbah amonia ini lebih sering
terdapat pada suatu industry dimana industry tersebut memproduksi pupuk amonia
dengan kadar amonia yang cukup tinggi sehingga limbah yang dihasilkannya pun
memiliki bahaya yang tinggi jika tidak dilakukan pengolahan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses produksi pupuk urea?
2. Bagaimana penanganan atau pengolahan dari limbah yang dihasilkan?
3. Bagaimana bahaya dari limbah yang tidak ada pengolahan?

1.3Tujuan
1. Untuk mengidentifikasi proses produksi pupuk urea.
2. Untuk mengidentifikasi penanganan atau pengolahan dari limbah yang dihasilkan.
3. Untuk mengidentifikasi bahaya dari limbah yang tidak ada pengolahan.

1.4Manfaat
Dapat memenuhi kebutuhan pupuk bagi masyarakat dan pegolahan yang dapat
mengurangi pencemaran udara atau lingkungan akibat limbah yang dihasilkan.

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Jenis dan Karakteristik Produk
2.1.1 Spesifikasi Produk
1.

Amonia (NH3)

Bentuk : cair

Kadar ammonia : 99.5% berat (minimum)

Kadar air : 0.5% berat (maksimum)

Minyak : 5 ppm (b/b) (maksimum)

Tekanan : 1.25 atm

Temperature :-33 oC

2.1.2

Sifat-sifat fisik amonia

Berat Molekul : 17,03

Titik Beku (0C) :-77,07

Titik didih (0C) :-33,35

Densitas (g/mL): 0,817 (80 0C)

Viskositas (cP) :0,255

Panas Pembentukan (kJ/mol) 46,2 (18 0C)

Panas Penguapan (kJ/mol) 23,3 (-33,3 0C)

Panas spesifik (J/g 0C) 2,225

Produk Ammonia yang dihasilkan terdiri atas dua jenis , yaitu Warm Ammonia Product
(30 oC) yang digunakan sebagai bahan baku untuk pabrik urea dan Cold Ammonia Product
(-33 oC) yang disimpan dalam Ammonia Storage Tank.
2.1.3 Penggunaan
Ammonia (NH3) mempunyai banyak manfaat,diantaranya:

Sebagian besar ammonia digunakan sebaga bahan baku pupuk

Sedangkan sisanya digunakan untuk produksi asam nitrit

Sebagai indikator universal,

Refrigerant,

Bahan bakar roket,

Desinfektan, serta sebagai zat tambahan pada rokok.

Pembuatan Amonium Nitrat

Pembuatan Urea

Pembuatan Amonium Phospat

Pembuatan Nitric Acid

Pembuatan Acrylonitril

Sedangkan Bentuk dan sifat-sifat Urea adalah berupa kristal putih yang mudah larut
dalam air serta mempunyai sifat fisis sebagai berikut :

Density (padat pada 20 o C ) : 1335 kg/m3

Titik leleh ( melting Point ) : 132 o C

Panas Spesifik (Melt ) : 126j/mol/o C

Panas peleburan ( Melt Point ) : 13,6 kj/mol

Berat Molekul : 60,056

2.2 Definisi Limbah dan Karakteristiknya

Limbah adalah bahan buangan tidak terpakai yang berdampak negatif terhadap
masyarakat jika tidak dikelola dengan baik. Limbah adalah sisa produksi, baik dari alam
maupun hasil dari kegiatan manusia. Beberapa pengertian tentang limbah :
1. Berdasarkan kepurusan Menperindag RI No. 231/MPP/Kep/7/1997 Pasal I
tentang prosedur impor limbah, menyatakan bahwa Limbah adalah bahan/barang
sisa atau bekas dari suatu kegiatan atau proses produksi yang fungsinya sudah
berubah dari aslinya.
2. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo.PP 85/1999 Limbah
didefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha dan/atau kegiatan
manusia.
Limbah secara umum memiliki karakteristik yaitu berukuran mikro, dinamis,
penyebarannya berdampak luas, dan dapat berdampak panjang. Dari pengertian secara
umum tentang limbah, limbah juga dibedakan menjadi limbah non B3, limbah B3, limbah
cair, limbah padat, limbah gas atau emisi. Berikut uraiannya :
1. Limbah non B3 merupakan limbah yang tidak mengandung bahan berbahaya dan
beracun. Contoh dari limbah non-B3 adalah sisa-sisa sayuran dan daun yang gugur.
Misalnya limbah keluarga atau limbah rumah tangga yaitu limbah tersebut berasal
dari sampah sisa-sia aktivitas rumah tangga yang organic dimana tidak
mengandung bahan yang berbahaya dan beracun dan dapat didaur ulang.
2. Limbah B3 merupakan limbah yang mengandung zat berbahaya dan beracun. Pada
jumlah konsentrasi tertentu limbah B3 dapat menyebabkan kerusakan lingkungan
serta bahaya pada manusia. Limbah B3 yang tidak ditangani dengan baik dan
pembuangannya secara sembarangan dapat menyebabkan gangguan pada makhluk
hidup berupa kerusakan kulit ataupun pernapasan serta menimbulkan kematian dan
kepunahan pada beberapa jenis organisme.
Karakteristik limbah B3 adalah sebagai berikut :
a. Mudah meledak (Explosive) adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat
menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat
merusak lingkungan.

b. Mudah terbakar (Ignitable dan Flamable) adalah limbah yang bila berdekatan
dengan api, percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala
atau terbakar dan bila telah menyala akan terus terbakar hebat dalam waktu
lama.
c. Bersifat reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena
melepaskan atau menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak
stabil dalam suhu tinggi.
d. Beracun (Toxic) adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi
manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau sakit
bila masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, kulit atau mulut. Penentuan
sifat racun untuk identifikasi limbah ini dengan menggunakan bahan baku
konsentrasi TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Prosedure).
e. Menyebabkan infeksi (Infectious) adalah limbah laboratorium yang terinfeksi
penyakit atau limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh
manusia yang diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena infeksi.
f. Bersifat Korosif
g. Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit
h. Mempunyai pH 2 untuk limbah bersifat asam dan 12,5 untuk limbah yang
bersifat basa.
3. Limbah Cair merupakan sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan baik di
perusahaan ataupun rumah tangga yang berwujud cair (PP 82 tahun 2001).
Karakteristik dari limbah cair sebagai berikut :
1. Karakteristik Fisika
Karakteristik fisika ini terdiri dari beberapa parameter, diantaranya :
a. Total Solid (TS)
Merupakan padatan di dalam air yang terdiri dari bahan organik maupun anorganik
yang larut, mengendap, atau tersuspensi dalam air.
b. Total Suspended Solid (TSS)
Merupakan jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada di dalam air limbah
setelah mengalami penyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron
(Sugiharto, 1987). Total Suspended Solid atau Padatan tersuspensi adalah padatan

yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat langsung
mengendap, terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil
dari sedimen.
c. Warna
Pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan waktu dan
meningkatnya kondisi anaerob, warna limbah berubah dari yang abuabu menjadi
kehitaman.Warna dalam air disebabkan adanya ion-ion logam besi dan mangan
(secara alami), humus, plankton, tanaman air dan buangan industri.Warna air
dibedakan atas dua macam, yaitu :
Warna sejati (true collor) yang diakibatkan oleh bahan-bahan terlarut.

Warna semu (apparent collor) yang selain disebabkan oleh bahan-bahan


terlarut, juga karena bahan-bahan tersuspensi, termasuk diantaranya yang bersifat
koloid.
d. Kekeruhan
Kekeruhan disebabkan oleh zat padat tersuspensi, baik yang bersifat organik
maupun anorganik yang mengapung dan terurai dalam air. Kekeruhan menunjukan
sifat optis air, yang mengakibatkan pembiasan cahaya kedalam air. Kekeruhan
membatasi masuknya cahaya dalam air
e. Temperatur
Merupakan parameter yang sangat penting dikarenakan efeknya terhadap reaksi
kimia, laju reaksi, kehidupan organisme air dan penggunaan air untuk berbagai
aktivitas sehari hari. Naiknya suhu atau temperatur air akan menimbulkan akibat
berikut :
Menurunnya jumlah oksigen terlarut dalam air.
Meningkatkan kecepatan reaksi kimia.
Mengganggu kehidupan organisme air.
f. Bau
Disebabkan oleh udara yang dihasilkan pada proses dekomposisi materi atau
penambahan substansi pada limbah. Sifat bau limbah disebabkan karena zat-zat
organik yang telah berurai dalam limbah dan mengeluarkan gas-gas seperti sulfide
atau amoniak yang menimbulkan penciuman tidak enak. Hal ini disebabkan adanya
pencampuran dari nitrogen, sulfur dan fosfor yang berasal dari pembusukan protein
yang dikandung limbah. Pengendalian bau sangat penting karena terkait dengan
masalah estetika.
g. Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak yang mencemari air sering dimasukan ke dalam kelompok
padatan, yaitu padatan yang mengapung di atas permukaan air. Minyak dan lemak
merupakan bahan organis bersifat tetap dan sukar diuraikan oleh bakteri. Karena
berat jenisnya lebih kecil dari pada air maka minyak tersebut membentuk lapisan

tipis di permukaan air dan menutup permukaan yang mengakibatkan terbatasnya


oksigen masuk ke dalam air.
2. Karateristik Kimia
a. Biological Oxygen Demand (BOD)
Menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk
menguraikan atau mengoksidasi bahanbahan buangan di dalam air. Jadi nilai BOD
tidak menunjukan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur
secara relativ jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan
buangan tersebut. Jika konsumsi oksigen tinggi, yang ditunjukan dengan semakin
kecilnya sisa oksigen terlarut didalam air, maka berarti kandungan bahan buangan
yang membutuhkan oksigen adalah tinggi.
BOD dapat diterima bilamana jumlah oksigen yang akan dihabiskan dalam waktu
lima hari oleh organisme pengurai aerobik dalam suatu volume limbah pada suhu
200C. Hasilnya dinyatakan dengan ppm.
b. Chemical Oxygen Demand (COD)
COD Merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses reaksi secara
kimia guna menguraikan unsur pencemar yang ada. COD dinyatakan dalam ppm
(part per milion) atau ml O2/ liter.(Alaerts dan Santika, 1984). Pengukuran
kekuatan limbah dengan COD adalah bentuk lain pengukuran kebutuhan oksigen
dalam air limbah. Pengukuran ini menekankan kebutuhan oksigen akan kimia
dimana senyawa-senyawa yang diukur adalah bahan-bahan yang tidak dapat
dipecah secara biokimia.
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat anorganik. Dalam
laboratorium, pengukuran COD dilakukan sesaat dengan membuat pengoksidasi
K2Cr2O7 yang digunakan sebagi sumber oksigen.
c. Dissolved Oxygen (DO)
DO adalah kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk respirasi aerob
mikroorganisme. DO di dalam air sangat tergantung pada temperatur dan salinitas.
Keadaan DO berlawanan dengan keadaan BOD. Semakin tinggi BOD semakin
rendah DO. Keadaan DO dalam air dapat menunjukan tanda-tanda kehidupan
organisme dalam perairan. Angka DO yang tinggi menunjukan keadaan air yang
semakin baik.
d. Derajat keasaman (pH)
Keasaman air diukur dengan pH meter.Keasaman ditetapkan berdasarkan tinggirendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air. pH dapat mempengaruhi kehidupan
biologi dalam air. Bila terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat mematikan kehidupan
mikroorganisme. Ph normal untuk kehidupan air 6 8.
e. Logam Berat

Air sering tercemar oleh berbagai komponan anorganik, diantaranya berbagai


jenis logam berat yang berbahaya. Logam berat bila konsentrasinya berlebih dapat
bersifat toksik sehingga diperlukan pengukuran dan pengolahan limbah yang
mengandung logam berat.
Logam berat yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan, yang terutama
adalah Merkuri (Hg), Timbal (Pb), Arsenik (As), Kadmium (Cd), Tembaga (Cu),
Kromium (Cr), dan Nikel (Ni). Logam- logam tersebut diketahui dapat mengumpul
di dalam tubuh suatu organisme dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu
yang lama sebagai racun yang terakumulasi.

Tembaga (Cu)
Tembaga dengan nama kimia cupprum dilambangkan dengan Cu. Unsur logam ini
berbentuk kristal dengan warna kemerahan.Unsur tembaga

di alam, dapat

ditemukan dalam bentuk logam bebas, akan tetapi lebih banyak ditemukan dalam
bentuk persenyawaan atau senyawa padat dalam bentuk mineral, seperti dari
peristiwa pengikisan (erosi) dari batuan mineral.
Sesuai dengan sifat kelogamannya, Cu dapat membentuk alloy dengan bermacammacam logam. Dalam bidang industri, senyawa Cu banyak digunakan, seperti pada
industri cat sebagai antifoling, industri insektisida dan fungisida, dan lain-lain.
Pada manusia, efek keracunan utama yang ditimbulkan akibat terpapar
oleh debu atau uap logam Cu adalah terjadinya gangguan pada jalur penafasan
sebelah atas.

Cadmium (Cd)
Logam Cd mempunyai penyebaran yang sangat luas di alam, namun hanya satu
jenis mineral Cd di alam, yaitu greennockite (CdS) yang selalu ditemukan
bersamaan dengan mineral spalerite (ZnS). Logam ini bersifat lunak, ductile,
berwarna putih seperti putih perak.
Prinsip utama dalam penggunaan cadmium adalah sebagai bahan stabilisasi
sebagai bahan pewarna dalam industri plastik dan pada elektroplating. Namun
sebagian besar dari substansi logam cadmium ini juga digunakan pada baterai.
Keracunan yang diakibatkan oleh Cd dapat bersifat akut dan kronis.Keracunan akut
oleh logam Cd menimbulkan penyakit paru-paru. Sedangkan keracunan kronik
yang diakibatkan logam Cd adalah kerusakan pada banyak sistem fisiologis tubuh.
3. Karakteristik Biologi
Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air
yang dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang biasa digunakan
adalah banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah.

4. Limbah Padat merupakan hasil buangan yang berupa padatan, lumpur atau bubur
yang berasal dari suatu proses poengolahan atau keseluruhan sampah padat dari
aktivitas manusia atau hewan yang tidak diinginkan. Limbah padat dapat berasal
dari kegiatan industri maupun kegiatan domestik.. Dimana limbah domestic barasal
dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, perkantoran, serta tempat-tempat umum
lainnya.
5. Limbah Gas atau emisi adalah masuknya zat atau komponen lain ke udara sehingga
kualitas udara turun sampai pada tingkat tertentu yang menyebabkan kualitas udara
menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi. Karakteristik Emisi Udara : Emisi udara
pada industri pupuk amonium phospat dengan proses amonifikasi asam phospat dan
proses granulasi ini berasal dari lima unit proses yang berbeda.
Unit reaktor dan amoniator granular menghasilkan gas amonia, fluorida

(HF dan SiF4) serta partikel amonium phospat.


Gas buang kedua unit ini biasanya disatukan dan dilewatkan ke primary
serta secondary scrubber. Unit dryer dan cooler juga mengeluarkan gas

buang yang sama tetapi akan dilewatkan ke cyclone dan wet scrubber.
Sedangkan unit penyaring dan transfer material juga berpotensi
mengeluarkan partikulat, serta sedikit gas ammonia dan fluoride namun
dapat diatasi dengan mengalirkannya ke cyclone dan wet scrubber. Tabel
dibawah ini menunjukkan factor emisi dari produksi ammonium phospat.

BAB III
GAMBARAN UMUM KEGIATAN ATAU USAHA
3.1 Profil Perusahaan

PT. Pupuk Kalimantan Timur Tbk. merupakan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang didirikan pada tanggal 7 Desember 1977 dengan tujuan utama untuk
pengembangan industri dan ekonomi nasional, khususnya sektor industri pupuk dan
industri kimia. Pabrik PT Pupuk Kaltim ini. berlokasi di wilayah kota Bontang, Propinsi
Kalimantan Timur Perusahaan yang didirikan pada tahun 1977 ini, pada saat ini memiliki 4
unit pabrik amoniak dan 5 unit pabrik urea dengan total kapasitas produksi 1.850.000 ton
amoniak dan 2.980.000 ton urea setahunnya, serta dilengkapi oleh berbagai fasilitas
pendukung yang diperlukan lainnya. Bahan baku yang dipakai adalah gas bumi dan udara
serta uap air. Gas bumi ini dialirkan dari daerah Tanjung Santan menggunakan pipa di
bawah tanah sepanjang 56 km sampai ke PT. Pupuk Kaltim PT. Pupuk kaltim Tbk. dalam
upaya mengendalikanmutu produksi dan pengelolaan Keselamatan & Kesehatan Kerja
serta Lingkungan telah berhasil mempertahankan sertifikat ISO 9002 (untuk mutu),
bendera emas SMK3 (untuk K3), dan sertifikat ISO 14001 (untuk lingkungan) selama 6
tahun sejak tahun 2000. Unit pabrik urea ini, pada kegiatan prosesnya dalam keadaan
beroperasi normal mengeluarkan emisi debu urea melalui unit Prilling Tower dan unit
Granulator dan dibuang keudara / lingkungan. Dilihat dari aspek produksi debu urea yang
keluar dari peralatan Prilling Towerdan Granulatormerupakan kehilangan produksi Urea
yang jumlahnya dari seluruh unit pabrik urea diperkirakan sekitar 2 ton setiap harinya atau
730 ton dalam setahun. Dilihat dari aspek kerugian lainnya akibat dampak yang
ditimbulkan oleh debu urea ini dapat merusak peralatan dalam pabrikkarena sifat debu

3.2 Proses produksi


Untuk proses tiap unit dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Feed Treating Unit
Gas alam yang masih mengandung kotoran (impurities), terutama senyawa
belerang sebelum masuk ke Reforming Unit harus dibersihkan dahulu di unit ini,
agar tidak menimbulkan keracunan pada Katalisator di Reforming Unit. Untuk
menghilangkan senyawa belerang yang terkandung dalam gas alam, maka gas
alam tersebut dilewatkan dalam suatu bejana yang disebut Desulfurizer. Gas alam
yang bebas sulfur ini selanjutnya dikirim ke Reforming Unit.
Jalannya proses melalui tahapan berikut :

a. Sejumlah H2S dalam feed gas diserap di Desulfurization Sponge Iron dengan
sponge iron sebagai media penyerap.
Persamaan Reaksi : Fe2O3.6H2O + H2S Fe2S3 6 H2O + 3 H2O
b. CO2 Removal Pretreatment Section
Feed Gas dari Sponge Iron dialirkan ke unit CO 2 Removal Pretreatment
Section Untuk memisahkan CO2 dengan menggunakan larutan Benfield sebagai
penyerap. Unit ini terdiri atas CO 2 absorber tower, stripper tower dan benfield
system.
c. ZnO Desulfurize
Bagian ini bertujuan untuk memisahkan sulfur organik yang terkandung
dalam feed gas dengan cara mengubahnya terlebih dahulu mejadi Hydrogen
Sulfida dan mereaksikannya dengan ZnO.
Persamaan Reaksi : H2S + ZnO ZnS + H2O
2. Reforming Unit
Di Reforming Unit gas alam yang sudah bersih dicampur dengan uap air,
dipanaskan, kemudian direaksikan di Primary Reformer, hasil reaksi yang berupa
gas-gas Hydrogen dan Carbon Dioksida dikirim ke Secondary Reformer dan
direaksikan dengan udara sehingga dihasilkan gas-gas Hidrogen , Nitrogen dan
Karbon Dioksida Gas-gas hasil reaksi ini dikirim ke Unit Purifikasi dan Methanasi
untuk dipisahkan gas karbon dioksidanya.
Tahap-tahap reforming unit adalah :
a. Primary Reformer
Bagian ini bertujuan untuk mengubah feed gas menjadi gas sintesa secara
ekonomis melalui dapur reformer dengan tube-tube berisi katalis nikel sebagai
media kontak feed gas dan steam pada temperature (824 oC)dan tekanan (45 46
kg/cm2) tertentu .
Persamaan Reaksi :
CH4 + H2O CO + 3 H2 H = - Q
CO + H2O CO2 + H2 H = + Q
Secara keseluruhan reaksi yang terjadi adalah reaksi endothermic sehingga
membutuhkan bahan / zat dan gas alam sebagai bahan bakar.

b. Secondary Reformer
Gas yang keluar dari primary reformer masih mengandung kadar CH 4 yang
cukup tinggi, yaitu 12 13 %, sehingga akan diubah menjadi H 2 pada unit ini
dengan perantaraan katalis nikel pada temperature 1002,5 oC.
Persamaan Reaksi : CH4 + H2O 3 H2 + CO
Kandungan CH4 yang keluar dari Secondary reformer ini diharapkan
sebesar 0.34 % mol keadaan kering. Karena diperlukan N2 untuk reaksi
pembentukan Amoniak maka melalui media compressor dimasukkan udara pada
unit ini. Persamaan Reaksi :
2H2 + O2 2H2O
CO + O2 2CO2
3. Purification & Methanasi
Karbon dioksida yang ada dalam gas hasil reaksi Reforming Unit
dipisahkan dahulu di Unit Purification, Karbon dioksida yang telah dipisahkan
dikirim sebagai bahan baku Pabrik Urea. Sisa Karbon dioksida yang terbawa
dalam gas proses, akan menimbulkan racun pada katalisator Ammonia Converter,
oleh karena itu sebelum gas proses ini dikirim ke Unit Synloop & Refrigeration
terlebih dahulu masuk ke Methanator.
Tahap-tahap proses Purification dan methanasi adalah sebagai berikut :
a. High Temperature Shift Converter (HTS)
Setelah mengalami reaksi pembentukan H2 di Primary dan Secondary
Reformer maka gas proses didinginkan hingga temperature 371 oC untuk merubah
CO menjadi CO2 dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
CO + H2O CO2 + H2
Kadar CO yang keluar dari unit ini adalah 3,5 % mol dry basis dengan
temperature gas outlet 432 oC- 437 oC
b. Low Temperature Shift Converter (LTS)
Karena tidak semua CO dapat dikonversikan menjadi CO2 di HTS, maka
freaksi tersebut disempurnakan di LTS setelah sebelumnya gas proses didinginkan
hingga temperature 210oC. Diharapkan kadar CO dalam gas proses adalah sebesar
0,3 % mol dry basis.
c. CO2 Removal

Karena CO2 dapat mengakibatkan degradasi di Amoniak Converter dan


merupakan racun maka senyawa ini harus dipisahkan dari gas synthesa melalui
unit CO2 removal yang terdiri atas unit absorber, striper serta benfield system
sebagai media penyerap. System penyerapan di dalam CO 2 absorber ini
berlangsung secara counter current, yaitu gas synthesa dari bagian bawah absorber
dan larutan benfield dari bagian atasnya. Gas synthesa yang telah dipisahkan CO 2nya akan keluar dari puncak absorber, sedangkan larutan benfield yang kaya CO2
akan diregenerasi di unit CO2 stripper dan dikembalikan ke CO2 absorber.
Sedangkan CO2 yang dipisahkan digunakan sebagai bahan baku di pabrik urea.
Adapun reaksi penyerapan yang terjadi : K2CO3 + H2O + CO2 2KHCO3
d. Methanasi
Gas synthesa yang keluar dari puncak absorber masih mengandung CO 2 dan
CO relative kecil, yakni sekitar 0,3 % mol dry basis yang selanjutnya akan diubah
menjadi methane di methanator pada temperature sekitar 316 oC.
Persamaan Reaksi :

CO + 3H2 CH4 + H2O


CO2 + 4H2 CH4 + 2H2O

4.

Synthesa loop dan Amonik Refrigerant


Gas proses yang keluar dari Methanator dengan perbandingan Gas
Hidrogen dan Nitrogen =

3 : 1, ditekan atau dimampatkan untuk mencapai

tekanan yang diinginkan oleh Ammonia Converter agar terjadi reaksi


pembentukan, uap ini kemudian masuk ke Unit Refrigerasi sehingga didapatkan
amoniak dalam fasa cair yang selanjutnya digunakan sebagai bahan baku
pembuatan urea.
Tahap-tahap poses Synthesa loop dan Amonik Refrigerant adalah :
a. Synthesis Loop
Gas synthesa yang akan masuk ke daerah ini harus memenuhi persyaratan
perbandingan H2/N2 = 2,5 3 : 1.
Gas synthesa pertama-tama akan dinaikkan tekanannya menjadi sekitar 177.5
kg/cm2 oleh syn gas compressor dan dipisahkan kandungan airnya melalui
sejumlah K.O. Drum dan diumpankan ke Amoniak Converter dengan katalis
promoted iron. Persamaan Reaksi : 3H2 + N2 2NH3 .
Kandungan Amoniak yang keluar dari Amoniak Converter adalah sebesar 12,0517,2 % mol.

b. Amoniak Refrigerant
Amoniak cair yang dipisahkan dari gas synthesa masih mengandung
sejumlah tertentu gas-gas terlarut. Gas-gas inert ini akan dipisahkan di bagian
Amoniak Refrigerant yang berfungsi untuk Mem-flash amoniak cair berulangulang dengan cara menurunkan tekanan di setiap tingkat flash drum untuk
melepaskan gas-gas terlarut, sebagai bagian yang integral dari refrigeration, chiller
mengambil panas dari gas synthesa untuk mendapatkan pemisahan produksi
amoniak dari Loop Synthesa dengan memanfaatkan tekanan dan temperature yang
berbeda di setiap tingkat refrigeration.

Skema Produksi Ammonia

1.

Sintesa Unit

Unit ini merupakan bagian terpenting dari pabrik Urea, untuk mensintesa dengan
mereaksikan Liquid NH3 dan gas CO2 didalam Urea Reaktor dan kedalam reaktor
ini dimasukkan juga larutan Recycle karbamat yang berasal dari bagian Recovery.
Tekanan operasi disintesa adalah 175 Kg/Cm2 G. Hasil Sintesa Urea dikirim ke
bagian Purifikasi untuk dipisahkan Ammonium Karbamat dan kelebihan
amonianya setelah dilakukan Stripping oleh CO2.
2.

Purifikasi Unit

Amonium Karbamat yang tidak terkonversi dan kelebihan Ammonia di Unit


Sintesa diuraikan dan dipisahkan dengan cara penurunan tekanan dan pemanasan
dengan 2 step penurunan tekanan, yaitu pada 17 Kg/Cm2 G. dan 22,2 Kg/Cm2 G.
Hasil peruraian berupa gas CO2 dan NH3 dikirim kebagian recovery, sedangkan
larutan Ureanya dikirim ke bagian Kristaliser.
3.

Kristaliser Unit

Larutan Urea dari unit Purifikasi dikristalkan di bagian ini secara vacum,
kemudian kristal Ureanya dipisahkan di Centrifuge. Panas yang di perlukan untuk
menguapkan air diambil dari panas Sensibel Larutan Urea, maupun panas

kristalisasi Urea dan panas yang diambil dari sirkulasi Urea Slurry ke HP Absorber
dari Recovery.
4.

Prilling Unit

Kristal Urea keluaran Centrifuge dikeringkan sampai menjadi 99,8 % berat dengan
udara panas, kemudian dikirimkan kebagian atas prilling tower untuk dilelehkan
dan didistribusikan merata ke distributor, dan dari distributor dijatuhkan kebawah
sambil didinginkan oleh udara dari bawah dan menghasilkan produk Urea butiran
(prill). Produk Urea dikirim ke Bulk Storage dengan Belt Conveyor.
5.

Recovery Unit

Gas Ammonia dan Gas CO2 yang dipisahkan dibagian Purifikasi diambil kembali
dengan 2 Step absorbasi dengan menggunakan Mother Liquor sebagai absorben,
kemudian direcycle kembali ke bagian Sintesa.
6.

Proses Kondensat Treatment Unit

Uap air yang menguap dan terpisahkan dibagian Kristalliser didinginkan dan
dikondensasikan. Sejumlah kecil Urea, NH3 dan CO2 ikut kondensat kemudian
diolah dan dipisahkan di Stripper dan Hydroliser. Gas CO 2 dan gas NH3 nya
dikirim kembali ke bagian purifikasi untuk direcover. Sedang air kondensatnya
dikirim ke Utilitas.

BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 LIMBAH CAIR DAN PENGOLAHAN
1.

Limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan pupuk amonia adalah


amonia cair. Pengolahan limbah cair yang mengandung amoniak konsentrasi
tinggi dengan menerapakan sistem nitrifikasi biologis yang menggunakan reaktor
biofilter tercelup. Proses nitrifikasi yaitu suatu proses penurunan/penghilangan zat
amoniak, yang kemudian hasil dari proses ini masih menghasilkan zat polutan
nitrit dan nitrat, karena proses nitrifikasi adalah proses perubahan zat amoniak
menjadi nitrit dan nitrat. tahap awal karena untuk menghasilkan hasil olahan yang
memenuhi standar baku air limbah, perlu dilakukan proses selanjutnya untuk
menghilangkan nitrit dan nitrat yaitu melalui proses denitrifikasi. Hasil percobaan
proses nitrifikasi yang telah dilakukan menghasilkan penurunan rata-rata amoniak
sebesar 97,98 %, dengan volume reaktor (15x20x150) cm atau 45 liter, kapasitas

maximum 4,8 l/jam dan waktu tinggal 24 jam.


2.
Penyerapan tersebut perlu dilakukan karena bila limbah yang mengandung
senyawa nutrien tinggi, misalnya lembah pupuk urea yang masuk ke perairan,
maka dalam jangka panjang akan menyebabkan eutrofikasi. Beberapa dampak
dapat muncul akibat eutrofikasi, yakni bau dan rasa yang tidak sedap, kekurangan
(deplesi) oksigen pada malam hari, penetrasi cahaya ke dalam kolam air
berkurang, kematian ikan, dan keracunan pada hewan maupun manusia.
Pengolahan limbah cair industry pupuk urea menggunakan chlorella sp
pada berbagai konsentrasi fosfat. Pemanfaatan alga dalam pengolahan limbah cair
industry pupuk akan menimbulkan dampak positif bagi lingkungan yaitu dapat
bertindak sebagai biokatalis dalam menurunkan kandungan bahan organic dan
anorganik dalam limbah. Mikroalga yang dimanfaatkan anatara lain Chlorella sp
juga

memiliki

4.2 LIMBAH PADAT NON B3

4.3 LIMBAH B3

kandungan

gizi

yang

baik.

Pada proses produksi tahap Ammonia Converter adalah Katalis Bekas

Sumber

: Ammonia Converter

Jumlah

: 120 kg/tahun

Penanganan : Dikumpulkan menurut karakteristiknya, dikemas dalam drum


dan diberi tanda, ditempatkan di tempat sesuai dan aman, dikelola sesuai
dengan prosedur yang ada dalam limbah B3.

4.4 EMISI
Dari semua tahapan dalam proses produksi setidaknya ada limbah berupa emisi
atau gas berupa senyawa belerang, sulfur organic, kadar CH4, kadar CO2 yang bersifat
racun, gas-gas inert, gas-gas terlarut.
Pada tahap Feed Treating Unit menghasilkan limbah dalam senyawa belerang dan sulfur
organic
Pada tahap Perification & Metanasi:
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi emisi gas CO 2 adalah
dengan mengkonversi gas CO2 menjadi gas sintesis (CO) melalui proses gasifikasi
batubara. Gasifikasi batubara merupakan teknologi yang bersih karena tidak menghasilkan
gas SOx dan NOx. Jumlah sumber batubara di Indonesia cukup besar akan tetapi
penggunaannya masih terbatas. Gas CO2 yang dihasilkan sebagai hasil samping industri
amoniak jumlahnya cukup besar yaitu sekitar 1,5-1,6 ton CO2/ton amoniak dan memiliki
kemurnian sekitar 99,8%. Gas CO2 dengan kemurnian yang cukup tinggi tersebut dapat
digunakan sebagai medium penggasifikasi. Keuntungan yang diperoleh dari proses
gasifikasi tersebut adalah mengurangi jumlah gas CO2
meningkatkan nilai ekonomis dari CO2

yang dibuang ke atmosfer,

dan batubara, dan menjadi alternatif untuk

memenuhi kebutuhan gas sintesis (gas CO).


Pada tahap synthesis Loop dan refrigerasi :
Pada tahap ini menghasilkan emisi gas inert. Dimana gas inert dibuang dari proses
melalui sistem system gas pembersih

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1KESIMPULAN
1. Pada proses pembuatan pupuk urea dimana melalui beberapa proses dari
beberapa unit yaitu Feed Treating Unit, Reforming unit, Purification &
Methanasi, Synthesa loop dan Amonik Refrigerant. Pada keempat tahap
tersebut masih mengahasilakan ammonia cair, dimana selanjutnya akan
dilakukan beberapa proses untuk menghasilkan pupuk urea. Tahapan
selanjutnya adalah Sintesis unit, Purifikasi Unit, Kristaliser unit, Prilling Unit,
Recovery unit dan Proses Kondensat Treatment Unit.
2. Pada pembuatan pupuk urea ini menghasilkan beberapa limbah dan
karakteristiknya, diantaranya adalah
a) limbah sisa ammonia cair dan limbah cair lainnya dimana dalam
proses pengolahan limbah tersebut menggunakan chlorella sp atau
dengan menerapakan sistem nitrifikasi biologis yang menggunakan
reaktor biofilter tercelup.
b) Pada proses produksi tahap Ammonia Converter adalah Katalis
Bekas, dimana proses Penanganan : Dikumpulkan menurut
karakteristiknya, dikemas dalam drum dan diberi tanda, ditempatkan
di tempat sesuai dan aman, dikelola sesuai dengan prosedur yang
ada dalam limbah B3.
c) Dari semua tahapan dalam proses produksi setidaknya ada limbah
berupa emisi atau gas berupa senyawa belerang, sulfur organic,
kadar CH4, kadar CO2 yang bersifat racun, gas-gas inert, gas-gas
terlarut.
3. Pada proses produksi pupuk urea ini limbah yang dihasilkan dilakukan
pengolahan sesuai jenis dan karakteristik dari limbah yang dihasilkan
tersebut. Jika dari limbah yang dihasilkan trsebut tidak dilakukan pengolahan
tentunya akan mengakibatkan pencemaran lingkungan dan dapat mengganggu
ekosistem misalnya limbah tersebut bercampur atau dibuang pada perairan
yang didalamnya terdalam makhluk hidupnya.
5.2 SARAN
Saran yang dapat kami sampaikan setelah membuat makalah ini yaitu:
1. Sebaiknya dalam pengelolaan industri batu bara tidak hanya mengoalah dan
memproduksi batu bara melainkan harus memikirkan proses pengolahan

limbah dan memperhatikan baku mutu limbah yang akan dilepaskan ke


lingkungan
2. Mengelola lahan industri batu bara harus memenuhi prosedur lingkungan
karena pada makalah ini dijelaskan bahwa proses pengolahan limbah industri
memerlukan lahan yang luas agar proses pengolahan limbah berjalan dengan
baik dan tidak menimbulkan efek negatif
3. Melakukan kegiatan yang bermanfaat untuk lingkungan serta pengendalian
gas emisi .
4. Memperdalam pengetahuan tentang pemanfaatan limbah industri batu bara
agar dapat mengolah limbah batu bara seefisien mungkin.
5. Menyediakan pelayanan kesehatan untuk karyawan industri batu bara agar
terhintar dari PAK (Penyakit akibat kerja) karna terpapar gas emisi batu bara

DAFTAR PUSTAKA
sumber : witasharer.blogspot.com
sumber : witasharer.blogspot

Anda mungkin juga menyukai