Anda di halaman 1dari 24

INSINERASI

UNTUK
PENGOLAHAN
SAMPAH
Ernawati
Isrenna Ratu Rezky Suci
Risza Nurricapertiwi
Rizki Mauluddin
Prinsip INSINERASI

– Insinerasi adalah pengolahan sampah bertemperatur tinggi lainnya didefinisikan


sebagai pengolahan termal. Fungsi dari incinerator adalah mengubah sampah
menjadi abu, gas sisa hasil pembakaran, partikulat, dan panas. Gas yang dihasilkan
harus dibersihkan dari polutan sebelum dilepas ke atmosfer. Panas yang dihasilkan
bisa dimanfaatkan sebagai energi pembangkit listrik.
– Incinerator mengurangi volume sampah hingga 95-96%, tergantung komposisi dan
derajat recovery sampah. Ini berarti insinerasi tidak sepenuhnya mengganti
penggunaan lahan sebagai area pembuangan akhir, tetapi insinerasi mengurangi
volume sampah yang dibuang dalam jumlah yang signifikan.
– Insinerasi memiliki banyak manfaat untuk mengolah berbagai jenis sampah seperti
sampah medis dan beberapa jenis sampah berbahaya di mana patogen dan racun
kimia bisa hancur dengan temperatur tinggi.
Fungsi dan Jenis-jenis
insenerator

– Insenerator berfungsi sebagai pembakar sampah dan sebagai pembangkit uap


dengan mengkonversikan panas pembakaran
– Ada dua tipe incenerator apabila ditinjau dari segi pemanfaatannya yaitu
dimanfaatkan sebagai pemusnah sampah dengan membuang begitu saja panas
yang timbulkan akibat pembakaran atau memanfaatkan panas yang timbul dari
pembakaran sampah untuk dikonversikan ke tenaga listrik atau produksi uap.
Komponen fasilitas incenerator

– Fasilitas pengumpan dan perlengkapannya


– Ruang bakar insenerator
– Pendinginan gas
– Pengendalian gas
– Pembangkit daya
– Pengolahan air limbah

KEUNTUNGAN INSENERATOR
– Dapat mereduksi atau menurunkan sebagian besar volume sampah.
– Membersihkan atau menurunkan kandungan bakteri yang pencemar lingkungan.
– Sangat cocok untuk pengolahan sampah yang membutuhkan waktu cepat.
– Panas pembakaran dapat segera dimanfaatkan untuk pembangkit uap atau pembangkit daya listrik.
INSINERASI UNTUK
PENGOLAHAN SAMPAH
KOTA
Proses Insinerasi Sampah

Pada plant insinerasi ada 4 kategori proses yaitu:


1. Proses pre-treatment
2. Proses pembakaran
3. Proses recovery energy
4. Proses penanganan flue gas (APC system)
Proses insinerasi sampah kota
Proses pre-treatment

– Proses pre-treatment sampah meliputi kegiatan penyortiran dan homogenisasi.


Penyortiran berfungsi untuk meningkatkan nilai kalori rata-rata sampah sebelum
masuk ke insinerator. Untuk tipe movable grate incinerator, sampah dapat dibakar
tanpa melalui proses penyortiran. Berbeda dengan fluidized bed incinerator yang
membutuhkan proses penyortiran sampah sebelum masuk insinerator.
– Kegiatan homogenisasi bisa berupa pencampuran sampah (mixing) ataupun
pencabikan sampah (shredding). Pencampuran sampah dilakukan untuk mengontrol
masukan energi dan proses insinerasi. Sedangkan pencabikan sampah dilakukan
untuk menangani sampah jenis bulky waste yang berjumlah besar. Pencabikan
sampah merupakan persyaratan minimal untuk fluidized bed incinerator.
Proses pembakaran
– Pada proses pembakaran sampah, ada beberapa sistem insinerator yang digunakan,
diantaranya adalah moving grate incinerator, rotary kiln incinerator dan fluidized bed
incinerator. Yang paling banyak digunakan untuk proses insinerasi sampah adalah moving
grate incinerator.
– Dalam meningkatkan proses pembakaran, peran prinsip 3 T (temperature, turbulence, time)
sangat penting.
– Untuk insinerator tipe grate, ketentuan yang berhubungan dengan prinsip 3 T adalah waktu
tinggal sampah dalam grateinsinerasi kurang dari 60 menit, waktu tinggal gas lebih dari 2
detik dan suhu gasnya lebih dari 850oC.
– Selama proses pembakaran, persediaan udara harus cukup agar proses pembakaran
sampah berlangsung secara sempurna.
Proses energy recovery

– Merupakan proses pengolahan sampah pada suhu tinggi (di atas 850oC) pasti akan
menghasilkan energi panas.
– Hasil energy recovery dimanfaatkan sebagai heat, power, steam, gabungan dari
steam dan power ataupun gabungan dari heat dan power.
– Pemanfaatan akhir dari proses pemulihan energi tersebut didasarkan pada kondisi
pasar energi lokal yang meliputi eksisting infrastruktur untuk distribusi energi, pola
konsumsi energi tahunan dan harga dari berbagai jenis energi serta kemungkinan
persetujuan konsumen.
– Setelah pemanfaatan akhir dari proses pemulihan energi ditentukan, barulah
menentukan spesifikasi boiler yang layak untuk energy recovery tersebut.
– Setiap sistem energy recovery memiliki efisiensi yang berbeda-beda
Proses penanganan Flue gas
(APC system)
Proses insinerasi sampah dapat menimbulkan pemasalahan kesehatan akibat flue
gas yang dikeluarkannya, karena di dalam flue gas terdapat
a) Fly ash yang terdiri dari partikel-partikel yang ikut aliran gas
b) Asam dan asam prekursor seperti sulfur dioksida, nitrogen oksida, asam
klorida
c) Dioksin dan analog yang merupakan senyawa yang dibentuk oleh
rekombinasi radikal dengan struktur dibenzidioxins polycloro dan analog
furan
Simulasi dan Evaluasi
Insinerasi Sampah
Organik Rumah Tangga
pada Reaktor Unggun
Tetap (Fixed Bed)
METODOLOGI SIMULASI

Simulasi ini menggunakan karakteristik sampah yang berasal data primer hasil
analisa bahan sampah fraksi organik yang diambil dari tempat pengolahan
sementara terpadu (TPST) Tlogomas, kota Malang. Dengan demikian hasil simulasi
ini dapat digunakan untuk dasar merancang sistem insinerasi yang sesuai untuk
kota malang.
Bahan Sampah

Bahan sampah yang digunakan untuk simulasi sebanyak empat jenis sampel yang
diambil dari TPST Tlogomas, pada tumpukan penimbunan yang berbeda dengan
asumsi mewakili karakteristik sampah kota Malang. Keempat sampel ini
selanjutnya dianalisa kadar karbon tetap, bahan menguap dan kadar abu dengan
metode gravimetri di laboratorium analisa Politeknik Negeri Malang.
Teknik Simulasi dan
Pendekatan Model
Simulasi diawali dengan menghitung suhu dan komposisi gas buang zone
pembakaran. Kadar air sampah yang divariasikan adalah 0,2., 0,3., 0,4., 0,5.,
dan 0,6, sedangkan fraksi kelebihan udara 0,2., 0,4., 0,6., 0,8., dan 1. Distribusi
gas produk reaktor yang disimulasikan terdiri dari CO, CO2 (dari zone
pembakaran dan pirolisa), CxHy, N2 ( dari zone pembakaran), O2 (dari zone
pembakaran), CH4, H2, H2O (dari zone pembakaran dan pengeringan) dan Tar.
Distribusi produk insinerasi ini selanjutnya digambarkan dalam bentuk kurva
kadar air vs komposisi ( Gambar 3), fraksi udara berlebih vs komposisi
(Gambar 5) dan T vs komposisi (Gambar 6).
HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Kadar Air terhadap Komposisi Gas


Buang
• Semakin tinggi kadar air sampah, suhu gas
buang semakin rendah.
• Fluktuasi komposisi gas buang bervariasi yang
sebagian besar kontribusinya berasal dari zone
pirolisa.
• Komposisi gas buang dipengaruhi oleh suhu gas
buang yang dianggap sebagai suhu pirolisa.
• Proses pirolisa menghasilkan berbagai jenis
komponen senyawa antara lain CO, CO2, Tar,
CH4,dan CxHy.
Pengaruh udara berlebih terhadap Komposisi gas Buang

• Secara teoritis variasi fraksi udara


berlebih berpengaruh terhadap suhu
pembakaran.
• Fraksi udara berlebih yang dipelajari pada
rentang 0.2 – 1 (20 – 100 %).
• Untuk mengetahui pengaruh suhu
terhadap komposisi gas buang, terlebih
dahulu dipelajari pengaruh udara
berlebih terhadap suhu pembakaran dan
pirolisa.
Pengaruh fraksi udara berlebih terhadap suhu pembakaran dan
pirolisa sampah dengan kadar air 55%

• Suhu pirolisa tidak dipengaruhi oleh perubahan


udara berlebih sehingga cenderung konstan
• Kelebihan udara berpengaruh terhadap suhu
adiabatik pembakaran, semakin besar
kelebihan udara maka suhu adiabatik
pembakaran semakin turun
Pengaruh udara terhadap Komposisi gas Buang
Komposisi gas buang cenderung tetap tidak
dipengaruhi udara berlebih karena suhu gas yang
melewati zone pirolisa tetap.
Komposisi Gas Buang pada berbagai Suhu

• Pada suhu yang tinggi apabila terdapat kelebihan


karbon, maka karbon dioksida bereaksi dengan karbon
menghasilkan karbon monoksida.
• Demikian juga oksigen lebih mudah bereaksi dengan
karbon menghasilkan CO dibandingkan dengan H2 untuk
membentuk air, sehingga konsentrasi CO dan H2
semakin tinggi
• Tingginya hidrogen memicu terjadinya reaksi dengan
karbon menghasilkan metana (CH4).
• Tar dan hidrokarbon terdekomposisi pada suhu di atas
600oC sehingga menyebabkan komposisinya menurun
setelah suhu diatas 600 oC.
Kelebihan insinerasi

1. Mengatasi permasalahan lingkungan yang diakibatkan oleh sampah kota.


2. Mengurangi beban Pemda dalam penanganan sampah kota.
3. Melakukan pengolahan sampah kota untuk diolah menjadi produk yang
mempunyai nilai jual.
4. Mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA.
5. Menciptakan usaha pengolahan sampah dalam suatu industri kecil daur ulang
dan kompos.
Kekurangan insinerasi

Disamping keuntungan pemakaian incenerator, tentunya ada juga kerugiannya yaitu:


– Gas buang dari proses pembakaran berpotensi mencemarkan lingkungan karena kandungan bahan
beracun seperti substansi dioksin.
– Gas buang merupakan pembawa sebagian besar CO2 penyebab pemanasan global.
– Abu yang tersisa dari pembakaran mencapai 20% dari sampah yang dibakar.
– Unsur merkuri akan terlepas ke udara dalam bentuk uap yang terbawa pada gas buang.
– Berpotensi sebagai pencemar lingkungan apabila tidak dilengkapi dengan pengolahan gas buang.
Pembakaran sampah yang mengandung bahan atau limbah kimia akan melepaskan kandungan
kadmium, timbal atau bahan-bahan yang berpotensi sebagai pencemar lingkungan.
– Diperlukan peralatan pengolah gas buang yang basah setelah proses pembakaran karena gas yang
basah ini akan dapat merusak atau sebagai gas destruktif apabila lepas ke udara. Oleh karena itu
dihitung sebagai tambahan biaya dalam pemakaian incenerator.
– Berpotensi pencemar emisi partikulat karena kandungan abu yang besar.

Anda mungkin juga menyukai