Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertambahan jumlah penduduk akan menyebabkan peningkatan
jumlah sampah, karena setiap manusia pasti menghasilkan sampah perharinya.
Sampah-sampah itupun ada yang mudah terurai dan tidak, bahkan ada yang
memerlukan waktu hingga 100 tahun hingga hancur. Hal itulah yang
menyebabkan sampah terus menumpuk yang tentunya bisa berakibat merugikan bagi
kita. Oleh karena itu perlu dilakukan beberapa upaya demi menangani hal tersebut jika
tidak maka akan timbul beberapa dampak negatif dari sampah ini.
Sampah anorganik merupakan salah satu masalah terbesar yang ditemukan
di dalam kehidupan manusia, dimana sampah ini memiliki dampak buruk terhadap
kehidupan manusia. Hal tersebut diakibatkan oleh banyaknya sampah anorganik yang
terdapat di bumi dan mencemari lingkungan hidup karena sampah-sampah tersebut
tidak dapat terurai secara alamiah dalam waktu yang singkat. Butuh waktu ratusan
ataupun ribuan tahun untuk bisa mengurai sampah anorganik secara alami. Beberapa
contoh sampah anorganik antara lain adalah sampah plastik, kaleng, besi, gelas, mika.
Konsep pengelolaan limbah berkelanjutan ditambah dengan hirarki pengelolaan limbah
memunculkan konsep energy recovery. Pengelolaan yang mampu menghasilkan nilai
ekonomis yang lebih dan memiliki pengaruh kerusakan terhadap lingkungan seminim
mungkin sehingga munculah aplikasi proses gasifikasi dan pirolisis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan gasifikasi dan pirolisis ?
2. Proses apa sajakah yang terdapat pada gasifikasi dan pirolisis ?
3. Apakah perbedaan antara gasifikasi, pirolisis, pembakaran dan insenerasi ?
4. Apakah kelebihan dan kekurangan proses gasifikasi dan pirolisis?
BAB II
ISI
2.1 Definisi Gasifikasi
Gasifikasi adalah suatu teknologi proses yang mengubah bahan padat
menjadi gas. Bahan padat yang dimaksud adalah bahan bakar padat termasuk
diantaranya biomassa, batubara, dan arang. Gas yang dimaksud adalah gas-gas
yang keluar dari proses gasifikasi dan umumnya berbentuk CO, CO2, H2, dan
CH4. Proses gasifikasi dari limbah terjadi pada temperatur yang lebih tinggi dari
pirolisis dan dengan penambahan oksigen yang terkontrol. Produk berupa
campuran gas CO dan H2 dikenal sebagai syngas dan bisa digunakan sebagai
substitusi gas alami. Reaksi dasar gasifikasi adalah:
CnHm + 0,55n O2  nCO + 0,5m H2
Proses gasifikasi pada hakikatnya mengoksidasi suplai hidrokarbon pada
lingkungan yang terkontrol untuk memproduksi gas sintetis yang memiliki nilai
komersial yang signifikan. Gasifikasi mrp suatu alternatif yang menarik karena
proses ini mencegah pembetukan dioksin dan senyawa aormatik. Proses gasifikasi
juga menghasilkan reduksi utama pada volume input limbah rata-rata 75%.
Perbedaan Gasifikasi dengan pirolisis dan pembakaran adalah berdasarkan
kebutuhan udara yang diperlukan selama proses. Jika jumlah udara : bahan bakar
(AFR, air fuel ratio) = 0, maka proses disebut pirolisis. Jika AFR < 1,5 maka
proses disebut gasifikasi. Jika AFR > 1,5 maka disebut proses pembakaran

Gambar perbedaan antara Pirolisis, Gasifikasi dan Pembakaram


2.2 Proses Gasifikasi
Proses gasifikasi adalah proses konversi energi secara thermokimia
dan akan terjadi penguraian bahan bakar padat yang dilakukan di dalam suatu
alat yang disebut gasifer reaktor, penguraian tersebut dilakukan dengan cara
pemanasan dengan suhu di atas 700°C. Berdasarkan medium gasifikasi,
reaktor gasifikasi (gasifier) dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu
aliran udara, dimana udara sebagai medium gasifikasinya dan aliran oksigen,
dimana oksigen murni sebagai medium gasifikasinya. Proses Gasifikasi antara
lain:
1.Tahap pemanasan, dimana temperatur padatan naik sampai sebelum terjadi
proses pengeringan.
2.Tahap pengeringan, akibat pengaruh panas, biomassa mengalami
pengeringan pada temperatur sekitar100o C -250 o C
o
3.Tahap pirolisis, saat temperatur mencapai 250 C, biomassa mulai
mengalami proses pirolisis yaitu perekahan molekul besar menjadi molekul-
molekul kecil akibat pengaruh temperatur tinggi. Proses ini berlangsung
temperatur 250 o C – 500 o
C. Hasil proses pirolisis ini adalah arang, uap air,
uap tar, dan gas- gas.
4.Tahap oksidasi, zat-zat yang dihasilkan dari proses pirolisis dibakar dengan
menggunakan bantuan udara sehingga menghasilkan gas yang mampu
terbakar dengan sempurna, yang akan menghasilkan gas CO2 yang disertai
dengan timbulnya energi panas.Proses oksidasi (pembakaran) ini dapat
mencapai temperatur 1200 o C, yang berguna untuk proses perekahan tar lebih
lanjut.
5.Tahap reduksi, Pada temperatur 800 o C – 1000 o C arang bereaksi dengan
uap air dan karbon dioksida. Untuk menghasilkan H2O, H2N2, O2, CO, CO2,
CH4, H2S, NH3, C2H6 dan hidrokarbon tidak jenuh sebagai komponen utama
gas hasil.
Kemudian gas karbon monoksida dan gas hidrogen dapat
dimanfaatkan untuk membentuk bahan bakar seperti bensin dan solar dengan
teknologi tertentu, sehingga campuran kedua gas tersebut sering disebut gas
sintetik atau synthetic gas atau lebih dikenal sebagai syngas
Berdasarkan metode kontak antara gas dan bahan bakar, gasifier
dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:
1. Counter-current fixed bed (up draft)
Material padat (sampah) ditempatkan sebagai jejalan (bed).
Fumigator dialirkan dari bawah, berlawanan arah dengan aliran “bahan bakar”
dari atas. Syngas yang terbentuk akan mengalir ke atas sedangkan abu sisa
pembakaran dapat ditampung di bawah.

2. . Co-current fixed bed (down draft)


Pada dasarnya, co-current memiliki prinsip yang sama dengan counter-
current, hanya saja aliran fumigator dialirkan dari atas, sejalan dengan arah
“bahan bakar”. Syngas yang terbentuk akan dialirkan ke bawah.

3. Fluidized bed :
Proses Fluidized Bed pertama sampah dijadikan butiran kecil
sebelum dibakar dalam sebuah reaktor dengan tiupan angin dari bagian bawah.
Sampah dibakar dalam keadaan terfluidisasi sehingga pembakaran sempurna
lebih terjamin. Fluidisasi adalah keadaan suatu fasa padat yang karena
pergerakannya memiliki sifat seperti fluida. Pada umumnya fluidisasi yang
diutilisasi untuk pembakaran menggunakan udara tiup sebagai fluida pem-
fluidisasi.
Feedstock adalah istilah yang seringkali digunakan ketika
membahas proses pirolisis dan gasifikasi. Feedstock atau daur ulang tersier
dengan termolisis adalah proses dimana komponen organik dari suatu limbah,
seperti limbah plastik dll, diubah oleh panas menjadi produk-produk
halus/sempurna bernilai tinggi seperti nafta, minyak mentah (crude oil) atau
syngas
4. . Entrained flow
Mirip seperti fluidized bed, tetapi partikel padatan sampah memiliki bentuk
dan massa yang lebih kecil sehingga dapat terbawa udara dari bawah hingga
terpental keluar dari reaktor untuk kemudian disirkulasikan kembali ke dalam
sistem. Keuntungan sistem ini adalah abu sisa pembakaran dapat
diminimalisasi karena ketika partikel padatan akan disirkulasi kembali, partikel
tersebut bersama abu mengalami perlakuan untuk memisahkan keduanya di
dalam cyclone.

5. Plasma Gasifikasi
Teknologi ini menggunakan arus tegangan tinggi untuk membuat api
plasma. Penggunaan api plasma dapat meningkatkan yield gasifikasi hingga
lebih dari 90% konversi. (Messerle and Ustimenko, 2007)
2.3 Produk Gasifikasi
Produk Gasifikasi antara lain adalah gasifikasi udara menghasilkan
gas dengan nilai panas yang rendah (5000–6000 kJ/kg atau 3–6 MJ/m3, LHV),
yang terdiri dari sekitar 50% nitrogen dan dapat digunakan sebagai bahan
bakar mesin dan furnace. Oksigen yang dialirkan bebas dari pencampur seperti
nitrogen akan menghasilkan LHV yang lebih tinggi (15000 kJ/kg atau 10-12
MJ/m3). Gas alam mempunyai LHV sekitar 50000 kJ/kg atau 40 MJ/m3.
2.4 Keunggulan Gasifikasi
Keunggulan gasifikasi antara lain adalah :
1. Mampu menghasilkan produk gas yang konsisten yang dapat digunakan
sebagai pembangkit listrik.
2. Mampu memproses beragam input bahan bakar termasuk batu bara, minyak
berat, biomassa, berbagai macam sampah kota dan lain sebagainya.
3. Mampu mengubah sampah yang bernilai rendah menjadi produk yang
bernilai lebih tinggi.
4. Mampu mengurangi jumlah sampah padat.
5. Gas yang dihasilkan tidak mengandung furan dan dioxin yang berbahaya.

2.5 Pirolisis
Pirolisis adalah degradasi limbah organik secara thermal dalam kondisi
tanpa oksigen untuk menghasilkan karbon, minyak dan gas. Besarnya produk yang
akan dihasilkan dipengaruhi kondisi proses, terutama temperatur dan laju
pemanasan. Pirolisis sejatinya adalah salah satu sub-proses dari gasifikasi secara
keseluruhan. Sama seperti gasifikasi, pirolisis tidak menghasilkan energi secara
langsung, tetapi menghasilkan gas maupun padatan yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bakar. Gas tersebut adalah H2 atau CH4 sedang padatannya adalah
arang dengan kandungan fixed carbon yang cukup tinggi sehingga lebih baik untuk
digunakan sebagai bahan bakar. Pada umumnya, proses pirolisis menggunakan
pasir sebagai “teman” bahan bakar (sampah) yang dibakar. Sampah yang akan
dipirolisis pada umumnya dikeringkan dan dibuat butiranva terlebih dahulu agar
proses pirolisis berjalan dengan baik dan benar. Perbedaan utama pirolisis,
gasifikasi dan insinerasi: jumlah oksigen yang disuplai ke rekator thermal.
Temparatur relatif rendah, yaitu dalam rentang 400-800 oC. Kondisi proses
yang bervariasi mengakibatkan perbedaan produk arang, gas atau minyak yang
dihasilkan. Panas disuplai melalui pemanasan tidak langsung, seperti pembakaran
dari gas atau minyak, atau pemanasan langsung menggunakan transfer gas panas.
Pirolisis memiliki kelebihkan dalam menghasilkan gas atau produk minyak dari
limbah yang dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk proses pirolisis itu sendiri.
Teknologi yang digunakan untuk melakukan pirolisis hingga saat ini antara lain :
1) Fixed bed, sama seperti fixed bed pada gasifikasi. Kapasitas dapat mencapai
10 ton perhari.
2) Augers, menggunakan screw untuk memindahkan pasir panah dan sampah
sambil mengaduknya
3) Ablative, partikel sampah ditumbukkan secara cepat ke logam panas.
4) Rotating cone, partikel sampah dan pasir diputar dalam kerucut metal dan
dibakar. Kapasitas dapat mencapai 5 ton per hari.
5) Fluidized bed, sama seperti fluidized bed pada gasifikasi.

2.6 Tahap-Tahap Pirolisis


Tahap tahap pirolisis dibagi dua yaitu tahap pirolisis primer dan pirolisis
sekunder.
1. PIROLISIS PRIMER
Pirolisis primer adalah proses pirolisis yang terjadi pada bahan baku
(umpan). Pirolisis primer terjadi pada suhu di bawah 600 C produk
penguraian yang utama adalah karbon (arang). Terjadi karena adanya energi
panas yang mendorong terjadinya oksidasi sehingga molekul karbon yang
komplek terurai sebagian besar menjadi karbon atau arang.
2. PIROLISIS SKUNDER
Pirolisis sekunder adalah pirolisis yang terjadi pada partikel dan gas
atau uap hasil pirolisis primer. Pirolisis sekunder terjadi pada suhu lebih
dari 600 C, berlangsung cepat, dan produk penguraian yang dihasilkan
adalah gas karbon monoksida (CO), hidrogen (H2), senyawa-senyawa
hidrokarbon berbentuk gas, serta tar.

2.7 Produk Pirolisis


Pirolisis dari limbah domestik (sampah kota) menghasilkan 35% produk
arang, kadar abu hingga 37%. Pirolisis dengan laju pemanasan yang lambat
terhadap limbah ban akan menghasilkan Arang hingga 50% dan kadar abu sekitar
10%. Pemanfaatan arang digunakan langsung sebagai bahan bakar, dipadatkan
menjadi briket bahan bakar, digunakan sebagai bahan adsorpsi spt karbon aktif, dan
dihancurkan dan dicampur dengan produk minyak priolisis menghasilkan lumpur
(slurry) untuk pembakaran. Nilai kalori arang relatif tinggi, yaitu arang dari sampah
kota sekitar 19 MJ/kg, arang dari ban sekitar 29 KJ/kg, dan arang limbah kayu
sekitar 33 MJ/kg. Nilai kalori batu bara 30 MJ/kg. Arang dari limbah dapat
digunakan sebagai bahan bakar kelas menengah. Produk minyak dari pirolisis
limbah dapat digunakan dalam sistem pembangkitan listrik secara konvensional,
seperti mesin diesel dan turbin gas. Karakteristik dari bahan bakar proses pirolisis
tidak sama dengan bahan bakar minyak alam memerlukan modifikasi sebagai
pembangkit tenaga atau peningkatan kualitas bahan bakar. Nilai kalor minyak dari
pirolisis 25 MJ/kg untuk minyak dari limbah domestik (sampah) dan 42 MJ/kg
untuk minyak dari limbah ban. Bila dibandingkan dengan minyak diesel dari
petroleum dari banyak hal, minyak dari limbah mempunyai beberapa kemiripan.
Akan tetapi, penggunaan langsung minyak dari limbah dalam sistem
pembakaran yang didesain untuk minyak petroleum akan menghadapi beberapa
kendala, antara lain: minyak dari biomassa dan sampah bersifat viskos, tingkat
asam tinggi, karena kehadiran asam organik dalam minyak dan dapat segera
terpolimerisasi. memungkinkan mengandung partikel solid karena proses
pengangkutan dari reaktor pirolisis. Gas yang dihasilkan dari proses pirolisis
terhadap sampah atau biomassa didominasi oleh karbon dioksida, karbon mono
oksida, hidrogen, methan, dan sebagian kecil gas hidrokarbon lainnya.
Tingginya konsentrasi gas karbon dioksida dan karbon mono oksida berasal
dari struktur oksigen yang ada dalam bahan aslinya, antara lain sellulosa,
hemisellulosa, dan lignin. Pirolisis dari limbah ban dan campuran plastik akan
menghasilkan konsentrasi yang lebih tinggi untuk gas hidrogen, methan, dan gas
hidrokarbon lainnya karena materi limbah mempunyai senyawa karbon dan
hidrogen yg tinggi dan senyawa oksigen yg lebih kecil. Nilai kalor gas hasil
pirolisis adalah gas pirolisis sampah 18 MJ/m3, dan gas pirolisis limbah kayu 16
MJ/m3.

2.8 Perbedaan antara Gasifikasi, Pirolisis dan Insenerasi

ASPEK INSENERASI GASIFIKASI PIROLISIS

PRODUK RATA Energi 10,5 MJ/kg Energi 12 MJ /kg Energi 22 MJ/m3


RATA
Panas langsung Lebih bersih dan Mendapatkan dua
dimanfaatkan . aman bagi produk untuk
KELEBIHAN Sampah tidak lingkungan. energi : gas dan
perlu penanganan Syngas dapat arang, sehingga
awal dibuat untuk nilai energi
berbagai macam keseluruhan besar.
produk. Energi Produk gas
pembakaran bisa langsung dapat
untuk energi dimanfaatkan
gasifikasi untuk bahan bakar
Dapat Peralatan yang Butuh peralatan
menimbulkan besar diperlukan besar. Penyedian
KEKURANGAN polusi berupa gas sehingga banyak atmosfer pirolisis
NOx atau SOx. energi yang hilang (miskin oksigen)
Tidak dapat dalam proses memerlukan biaya
menangani gasifikasi. Produk
sampah berbahaya harus diolah
plastik dengan kembali sebelum
kandungan klor dapat dipakai
BAB III
KESIMPULAN
1. Gasifikasi adalah suatu teknologi proses yang mengubah bahan bakar (biomassa,
batubara dan arang) menjadi gas (CO, CO2, H2, dan CH4)
2. Pirolisis adalah degradasi limbah organik secara thermal dalam kondisi tanpa
oksigen untuk menghasilkan karbon, minyak dan gas.
3. Proses Gasifikasi terdiri dari Tahap pemanasan, Tahap pengeringan, Tahap pirolisis,
Tahap oksidasi dan Tahap reduksi,
4. Tahap tahap pirolisis dibagi dua yaitu tahap pirolisis primer dan pirolisis sekunder.
Pirolisis primer adalah proses pirolisis yang terjadi pada bahan baku (umpan). Pirolisis
primer terjadi pada suhu di bawah 600 C produk penguraian yang utama adalah karbon
(arang). Pirolisis sekunder adalah pirolisis yang terjadi pada partikel dan gas atau uap
hasil pirolisis primer. Pirolisis sekunder terjadi pada suhu lebih dari 600 C, penguraian
yang dihasilkan adalah gas karbon monoksida (CO), hidrogen (H2), senyawa-senyawa
hidrokarbon berbentuk gas, serta tar.
5. Jika jumlah udara : bahan bakar (AFR, air fuel ratio) = 0, maka proses disebut
pirolisis. Jika AFR < 1,5 maka proses disebut gasifikasi. Jika AFR > 1,5 maka disebut
proses pembakaran
6. Kelebihan gasifikasi adalah Lebih bersih dan aman bagi lingkungan. Syngas dapat
dibuat untuk berbagai macam produk. Energi pembakaran bisa untuk energi gasifikasi.
7. Kelebihan pirolisis yaitu mendapatkan dua produk untuk energi : gas dan arang,
sehingga nilai energi keseluruhan besar. Produk gas langsung dapat dimanfaatkan
untuk bahan bakar
8. Kekuranganan gasifikasi peralatan yang besar diperlukan sehingga banyak energi
yang hilang dalam proses gasifikasi. Produk harus diolah kembali sebelum dapat
dipakai
9. Kekurangan pirolisis membutuhkan peralatan besar. Penyedian atmosfer pirolisis
(miskin oksigen) memerlukan biaya
MAKALAH
GASIFIKASI DAN PIROLISIS

Oleh: Rendi Ardi Tampang (114090033)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2016

Anda mungkin juga menyukai