Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH BIOENERGI

GASIFIKASI BIOMASSA SEKAM PADI

Oleh :
Jatmiko Eko Witoyo

( 125100601111006)

Dosen Pengampu :
Dr. Ir. Bambang Susilo, M.Sc.Agr

PROGRAM STUDI TEKNIK BIOPROSES


JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

Kelas H

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Biomassa dianggap sebagai sumber alternatif energi terbarukan untuk bahan
bakar fosil yang memungkinkan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca . Biomassa
dapat terbentuk secara berkelanjutan melalui proses siklus fiksasi dan pelepasan CO2
, sehingga mengurangi masalah pemanasan global. Energi dapat diperoleh dengan
pembakaran biomassa secara langsung , dapat juga dengan pirolisis ( tanpa adanya
oksigen ) atau gasifikasi (dengan oksigen terbatas ) untuk menghasilkan bahan bakar
cair atau bahan bakar gas . Gasifikasi biomassa adalah salah satu teknologi yang
paling menjanjikan karena kemampuannya untuk cepat mengkonversi jumlah besar
dan berbagai jenis biomassa menjadi gas atau bahan bakar. Proses gasifikasi
biomassa yaitu dengan mengkonversi ke dalam campuran gas seperti karbon
monoksida , hidrogen dan hidrokarbon , bersama dengan karbon dioksida dan
nitrogen .
Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri
dari dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Pada proses
penggilingan beras sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau
limbah penggilingan. Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan
untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak dan energi atau
bahan bakar. Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 2030% dari bobot gabah. Penggunaan energi sekam bertujuan untuk menekan biaya
pengeluaran untuk bahan bakar bagi rumah tangga petani. Penggunaan Bahan Bakar
Minyak yang harganya terus meningkat akan berpengaruh terhadap biaya rumah
tangga yang harus dikeluarkan setiap harinya. Dari proses penggilingan padi
biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30%, dedak antara 8- 12% dan beras giling
antara 50-63,5% data bobot awal gabah. Sekam dengan persentase yang tinggi
tersebut dapat menimbulkan problem lingkungan.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apakah Pengertian Gasifikasi?
1.2.2. Bagaimana Tahapan Proses Gasifikasi ?
1.2.3. Bagaimana Mekanisme Gasifikasi ?
1.2.4. Apakah Faktor faktor yang mempengaruhi gasifikasi ?
1.2.5. Jenis Jenis reaktor apa yang digunakan dalam proses gasifikasi ?
1.2.6. Apakah keuntungan dan kekurangan Gasifikasi?
1.2.7. Apakah Pengertian Gasifikasi Sekam Padi ?
1.2.8. Apakah ada perbedaan penggunaan bahan bakar dengan menggunakan
campuran gasifikasi pada PLTD ?
1.2.9. Bagaimana Pengaruh temperature terhadap hasil gasifikasi Sekam Padi ?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.3.1. Untuk Mengetahui Pengertian Gasifikasi
1.3.2. Untuk Mengetahui Tahapan Proses Gasifikasi Untuk Mengetahui
Mekanisme Gasifikasi Untuk Mengetahui Faktor faktor yang
mempengaruhi gasifikasi Untuk Mengetahui Jenis Jenis reaktor apa
yang digunakan dalam proses gasifikasi
1.3.3. Untuk Mengetahui keuntungan dan kekurangan GasifikasiUntuk
Mengetahui Gasifikasi Sekam Padi
1.3.4. Untuk Mengetahui perbedaan penggunaan bahan bakar dengan
menggunakan campuran gasifikasi pada PLTD
1.3.5. Untuk Mengetahui Pengaruh temperature terhadap hasil gasifikasi
Sekam Padi

BAB II
ISI
2.1. Pengertian Gasifikasi
Gasifikasi merupakan proses pembakaran bahan-bakar padat dalam wadah
gasifier untuk menghasilkan bahan-bakar gas (syngas). Pembakaran bahan bakar
gas (syngas) lebih mudah dalam pengontrolan laju atau suhu pembakaran dibanding
pembakaran bahan bakar padat. Disamping itu, hasil pembakaran bahan bakar gas
lebih bersih. Namun, untuk menghasilkan syngas dari gasifikasi, teknologi gasifikasi
masih harus dikembangkan karena efisiensi tertinggi proses gasifikasi masih
disekitar 65%. Hal ini karena biomasa khususnya sekam padi memiliki karakteristik
yang berbeda dengan jenis bahan bakar lain yaitu memiliki kadar air yang tinggi
sekitar 11,7 % (Yin et al, 2002 dalam Anis,dkk, 2010).
Banyak parameter yang mempengaruhi efisiensi gasifikasi dan sangat
tergantung dari jenis bahan bakar dan tipe gasifier yang dipakai. Pemanasan awal
udara gasifikasi merupakan parameter penting yang berpengaruh terhadap efisiensi
gasifikasi. Pemanasan tersebut dapat membantu mengurangi kandungan moisture
bahan bakar. Semakin kecil prosentase moisture dalam bahan bakar padat, nilai
kalor syngas semakin besar. Namun, pemanasan awal udara gasifikasi harus dicari
nilai optimumnya sehingga tidak menimbulkan
permasalahan lagi yaitu
terbentuknya tar (Anis,dkk, 2010).
2.2. Tahapan Proses Gasifikasi
Proses gasifikasi pada gasifier
terdiri beberapa tahapan. Menurut
Mathieu dan Dubuisson (2002), proses gasifikasi berlangsung dengan empat
tahapan dasar yaitu pyrolysis, combustion, boudouard reaction, dan gasification
processes. Perbedaan gasifikasi dengan pembakaran langsung terletak pada jumlah
oksigen yang dipakai untuk reaksi pembakaran. Gasifikasi dikondisikan kurang O2,
besarnya sekitar 25% dari kebutuhan O2 untuk pembakaran sempurna. Apabila
jumlah O2 melebihi dari 25% efisiensi gasifikasi turun. Pemanasan awal udara juga
berpengaruh menaikan efisiensi gasifikasi. Pemanasan awal udara gasifikasi
divariasikan pada temperature 250C sampai 3000 C.

Gambar 1. Skema Tahapan Proses Gasifikasi


3

Menurut Sadaka (2006), selama gasifikasi biomassa, bahan dipanaskan


sampai suhu tinggi, yang menyebabkan serangkaian perubahan fisik dan kimia yang
menghasilkan produk yang mudah menguap dan residu padat karbon. Jumlah volatil
yang dihasilkan dan komposisi mereka tergantung pada suhu reaktor, jenis, dan
karakteristik bahan bakar. Hal ini berlaku umum bahwa tahap gasifikasi char adalah
tingkat membatasi dalam gasifikasi biomassa karena Tahap devolatilization sangat
cepat. Komposisi gas produk akhir juga tergantung pada tingkat keseimbangan
dicapai dengan berbagai reaksi fase gas, khususnya reaksi udara gas. Dengan tidak
adanya katalis, gasifikasi char dengan gas reaktif seperti O2 , H2O dan CO2 terjadi
pada suhu tinggi (700 oC sampai 1000 oC) menurut reaksi berikut ini :

Ketika char gasifikasi di uapkan, gas yang dihasilkan adalah terdiri dari CO2 ,
CO, H2 dan CH4 . Uap dapat ditambahkan dari sumber eksternal atau dari reaksi
dehidrasi sisa tanaman. Dalam reaktor yang beroperasi pada suhu rendah, tingkat
pemanasan yang rendah dan sangat tekanan tinggi, reaksi sekunder sangat penting
karena waktu tinggal yang lama (dari produk-produk volatil dalam zona reaksi). Di
sisi lain, pada tekanan rendah, suhu tinggi, dan tingkat pemanasan yang tinggi,
sebagian besar produk yang mudah menguap,sehingga mengurangi kemungkinan
interaksi char gas - padat.
Tujuan dari gasifikasi biomassa. Proses gasifikasi biomassa terjadi dalam
empat tahap yang saling terkait : 1) pengeringan bahan baku; 2) pirolisis untuk
menghasilkan materi yang volatil dan char; 3) gasifikasi in situ arang dibentuk
dengan gas reaktif seperti CO2, H2O, H2
dan O2; dan 4) reaksi sekunder gas primer dan tars.
Proses gasifikasi menggunakan agen, baik udara, oksigen, hidrogen atau uap
(lihat Gambar 2) untuk mengubah bahan karbon menjadi produk gas.

Gambar 2.Proses Gasifikasi dan Produknya


4

1)

Gasifikasi Udara
Proses gasifikasi sederhana menggunakan udara sebagai agen
gasifying. Kelebihan Char yang dibentuk oleh proses pirolisis dalam gasifier
dibakar dengan terbatasnya pasokan udara (biasanya pada rasio kesetaraan
0,25). Produk ini adalah energi dengan gas rendah yang mengandung
terutama hidrogen dan karbon monoksida yang diencerkan dengan nitrogen
dari udara. Nilai kalor dari gas yang dihasilkan adalah dalam range 3,5-7,8
MJ / Nm 3, yang membuatnya cocok untuk boiler dan mesin aplikasi tetapi
tidak untuk keperluan yang membutuhkan transportasi melalui pipa. Karena
kesederhanaannya, teknologi gasifikasi udara sedang dipelajari oleh banyak
peneliti untuk berbagai jenis biomassa. Karena udara adalah agen gasifying,
suhu reaktor tergantung pada laju aliran udara dan laju umpan biomassa.
Sangat rendah udara masuk ke hasil sistem sangat rendah suhunya sehingga
gas yang dihasilkan lebih rendah, dan hasil tar yang lebih tinggi
(Sadaka,2006).
2)
Gasifikasi Uap Panas
Tidak seperti gasifikasi udara, gasifikasi uap membutuhkan sumber
panas eksternal jika uap yang digunakan sebagai agen tunggal gasifying.
Menggunakan campuran uap dan udara sebagai agen gasifying merupakan
teknologi tidak yang biasa dan pada kenyataannya, telah dipelajari oleh
beberapa peneliti. Oksigen di udara akan membantu untuk menyediakan energi
yang dibutuhkan karena sifat eksotermis dari pembakaran biomassa. Suhu
tinggi akan membantu dalam proses devolatilisasi biomassa untuk
menghasilkan berbagai gas. Uap akan bereaksi dengan karbon monoksida
untuk menghasilkan hidrogen dan karbon dioksida. Reaksi Gasifikasi uap
dengan menggunakan reaksi berikut:

Dibandingkan dengan gasifikasi udara, gasifikasi uap menghasilkan


energi yang lebih tinggi dalam memproduksi gas (Sadaka,2006).
3)
Gasifikasi Oksigen
Jika jumlah nitrogen dipasok ke proses gasifikasi terbatas, gas produk
tidak akan mengandung nitrogen dan dengan demikian, memiliki energi
menengah (sekitar 12 - 21 MJ / Nm3 ). Gas tersebut dapat didistribusikan
secara ekonomis dalam sistem jaringan pipa dan oleh karena itu, menjadi
mudah digunakan untuk proses pemanasan atau mungkin sebagai gas sintesis
untuk menghasilkan bahan kimia dan bahan bakar. Dalam hal ini, pabrik
oksigen atau sumber oksigen diperlukan, yang dapat meningkatkan biaya
modal diperlukan untuk instalasi pabrik (Sadaka,2006).
4)
Gasifikasi Nitrogen
Melalui gasifikasi rute ini, bahan baku bahan bakar diubah menjadi
bahan bakar gas di adanya hidrogen dengan tekanan tinggi. Dengan proses ini,
sangat penting bahwa dalam reaksi, kondisi harus secara ketat dipertahankan
5

karena sebagian besar produk biasanya dalam fase gas. Proses ini tidak
menguntungkan karena tingkat kontrol yang diperlukan serta fakta bahwa
hidrogen harus tersedia (Sadaka,2006).
2.3. Mekanisme Gasifikasi
Dalam gasifiers, udara melewati tempat bahan bakar, pengeringan cukup
diskrit, pirolisis, gasifikasi dan zona oksidasi berkembang sepanjang reaktor. Lokasi
zona ini dalam gasifier tergantung pada gerakan relatif dari bahan bakar dan udara.
Zona ini dibedakan oleh berbagai reaksi atau proses yang terjadi dan rezim suhu saat
itu. Kedalaman dan relatif pentingnya darin setiap zona tergantung pada komposisi
kimia dari bahan baku, kadar air dan ukuran partikel, laju aliran massa dari agen
gasifying, dan suhu (Sadaka,2006).
1)
Zona Pengering
Zona pengeringan menerima energi melalui perpindahan panas dari zona
lainnya. Tingkat pengeringan tergantung pada suhu, kecepatan, dan kadar air
dari gas pengeringan, serta luas permukaan eksternal dari bahan, difusivitas
internal kelembaban dan sifat ikatan kelembaban ke materi yang, dan transfer
panas radioaktif. bahan bakar masuk zona pengeringan, suhu internal mereka
meningkat menjadi 100-150o C. Bahan yang memiliki kepadatan rendah
perubahan dimensi terjadi hanya sedikit karena susut dan kompresi sedangkan
perubahan ukuran diabaikan adalah perubahan yang dialami oleh bahan baku
dengan kepadatan tinggi serta Tidak ada reaksi kimia terjadi di zona ini
(Sadaka,2006).
2)
Zona Devolatilisasi
Perpindahan panas dari daerah reduksi panas yang berdekatan
menyebabkan devolatilisasi material. Suhu di zona devolatilisasi meningkat
dengan cepat karena perbedaan suhu yang besar antara bahan pakan yang relatif
dingin dan gas panas. Tingkat kenaikan suhu adalah dikendalikan oleh
perpindahan panas. Sebagai bahan pakan melewati zona ini, dibawa secar cepat
dan pengurangan volume terjadi, menyebabkan variasi dalam struktur serta fisik
dan sifat termal material. Produk dari zona devolatilisasi adalah gas, cair (Ter
dan minyak), dan char. Produksi cairan harus dikontrol dalam gasifiers di mana
produksi tidak diinginkan dapat ditekan. Jumlah dari masing-masing produk ini
bervariasi tergantung pada zona suhu, laju pemanasan, struktur, dan komposisi
dan ukuran katalis (Sadaka,2006).
3)
Zona Oksidasi
Dalam zona oksidasi, perubahan fisik dan kimia terhambat sebagai
pembawa oksigen, yang sebagian besar udara, dimasukkan ke dalam bahan
bakar. Oksigen membakar sebagian dari karbon dalam bahan bakar sampai
hampir semua karbon bebas habis. Oksigen menembus permukaan bahan untuk
sebagian kecil karena lebih mudah bereaksi di permukaan dengan karbon
monoksida terbentuk dan gas hidrogen. Ketika udara digunakan sebagai media
gasifikasi, yang kandungan oksigen menurun 21-0%, sedangkan persentase
karbon dioksida meningkat proporsional. Zona oksidasi memiliki suhu tertinggi
karena sifat eksotermik dari reaksi (Sadaka,2006).
6

4)

Zona abu pendinginan


Di zona abu pendinginan, partikel mulai untuk mendinginkan lebih cepat
dari suhu partikel di daerah lain. Zona abu pendinginan terbentuk di tempat
gasifiers tetap melindungi perapian dari panas intens dan mendistribusikan udara
di atas bed. Praktis tidak ada reaksi kimia terjadi di tempat ini, meskipun dalam
beberapa desain fixe bed, zona ini bertindak sebagai filter untuk gas yang
dihasilkan. Namun, zona ini aliran udara yang masuk dalam beberapa tahap
(Sadaka,2006).
2.4. Faktor yang Mempengaruhi Proses Gasifikasi
Beberapa variabel tampaknya mempengaruhi komposisi proses gasifikasi,
produk, dan distribusi, termasuk suhu bed, tekanan tidur, tinggi tempat bed,
kecepatan fluidisasi, gasifikasi menengah, rasio kesetaraan, kandungan air bahan,
ukuran partikel, rasio udara uap, dan adanya katalis. Parameter-parameter ini cukup
saling terkait dan masing-masing mempengaruhi tingkat gasifikasi, efisiensi proses,
nilai kalor gas produk dan distribusi produk.uraian parameter dalah sebagai berikut
(Sadaka,2006) :
1. Suhu Bed
Tingkat gasifikasi serta kinerja keseluruhan gasifier adalahtergantung suhu.
Semua reaksi gasifikasi biasanya reversibel dan titik ekuilibrium dari setiap reaksi
dapat digeser dengan mengubah suhu.
2. Tekanan Bed
Tekanan Bed telah dilaporkan memiliki efek yang signifikan pada proses
gasifikasi. Nandi dan Onischak (1985) menemukan penurunan berat badan selama
devolatilization residu tanaman di N2 suasana di 815oC, menurun dengan
peningkatan tekanan. Namun, pada suhu konstan, konstanta laju orde pertama (k)
untuk gasifikasi arang meningkat karena tekanan meningkat. Menggunakan media
gasifikasi 50:50 H2O / N2 pada suhu 815o C, nilai-nilai konstanta laju (k) untuk char
kayu adalah 0.101, 1.212 dan 0,201 min-1, masing-masing pada tekanan 0,17, 0,79
dan 2,17 MPa.
3. Tinggi Bed
Pada suhu reaktor tertentu, waktu tinggal yang lebih lama (karena ketinggian bed
yang lebih tinggi) meningkat berjumlah hasil gas. Sadaka et al. (1998) menunjukkan
bahwa ketinggian bed yang lebih tinggi menghasilkan lebih efisiensi konversi serta
suhu bed lebih rendah karena efek fly-wheel bed material. Efek fly-wheel
berkurang secara signifikan ketika jumlah bahan bed
berkurang sehingga
menghasilkan suhu bed yang lebih tinggi.
4. Kecepatan fluidisasi
Kecepatan fluidisasi memainkan peran penting dalam pencampuran partikel
dalam fluidized bed. Dalam sistem gasifikasi udara, semakin tinggi kecepatan
fluidisasi semakin tinggi suhu bed dan semakin rendah menghasilkan nilai kalor gas
akibat peningkatan jumlah oksigen dan nitrogen dalam gas inlet ke sistem
5. Rasio Kesetaraan
Rasio kesetaraan memiliki pengaruh kuat pada kinerja gasifiers karena itu
mempengaruhi suhu bed, kualitas gas, dan efisiensi termal. Peningkatan rasio
7

kesetaraan mengakibatkan tekanan rendah baik di bed padat dan daerah freeboard
ketika gasifier dioperasikan pada kecepatan fluidisasi yang berbeda dan ketinggian
bed.
6. Kadar air dari bahan
Kadar air dari bahan pakan mempengaruhi suhu reaksi karena energi diperlukan
untuk menguapkan air dalam bahan bakar. Oleh karena itu, proses gasifikasi
berlangsung pada suhu rendah .
7. Ukuran partikel
Ukuran partikel secara signifikan mempengaruhi hasil gasifikasi. Ukuran
partikel kasar akan menghasilkan lebih banyak char dan kurang tar yang mereka
hasilkan. Tingkat difusi termal dalam partikel menurun dengan peningkatan ukuran
partikel, sehingga mengakibatkan tingkat pemanasan yang lebih rendah. Untuk
diberikan suhu, hasil gas yang dihasilkan dan komposisi meningkat dengan
penurunan ukuran partikel.
8. Rasio udara dan uap
Meningkatkan rasio udara dan uap akan meningkatkan nilai kalor gas sampai
memuncak. Tomeczek et al. (1987) menggunakan campuran udara-uap dalam proses
gasifikasi batubara dalam fluidized bed reaktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengaruh rasio uap dan udara pada arang terutama pada rasio yang lebih rendah
karena fakta bahwa uap digunakan pada tahap devolatilisasi memberikan kontribusi
terhadap proses gasifikasi bahkan dalam kasus ketika uap tidak ditambahkan. Ketika
rasio uap air meningkat, nilai kalor meningkat, mencapai puncaknya pada 0,25 kg /
kg.
9. Ada Tidaknya Katalis
Katalis komersial dan non-komersial diuji dalam berbagai proses gasifikasi.
Salah satu masalah utama dalam steam katalitik tar adalah endapan karbon pada
katalis dari karakter aromatik karbon yang tinggi. Berbagai katalis yang digunakan
untuk meningkatkan kualitas produksi gas dan mengurangi tingkat produksi tar.
2.5.Reaktor Gasifikasi
Proses gasifikasi menggunakan beberapa reaktor, yang dapat diklasifikasikan
sesuai dengan gerakan relatif bahan bakar dan media gasifikasi baik sebagai bed
tetap (updraft, downdraft dan crossdraft) atau bed fluidized (menggelegak, beredar,
menyemburkan dan berputar-putar). Berikut ini adalah macam macam reaktor
menurut Sadaka (2006) :
1) Reaktor Gasifikasi Tipe Downdraft
Pada tipe ini sumber panas terletak di bawah bahan bakar seperti tampak dalam
Gambar 4. Dalam gambar ini terlihat aliran udara bergerak ke zona gasifikasi di
bagian bawah yang menyebabkan asap pirolisa yang dihasilkan melewati zona
gasifikasi yang panas. Hal ini membuat tar yang terkandung dalam asap terbakar,
sehingga gas yang dihasilkan oleh reaktor ini lebih bersih. Keuntungan reaktor
tipe ini adalah reaktor ini dapat digunakan untuk operasi gasifikasi yang
berkesinambungan dengan menambahkan bahan bakar melalui bagian atas
reaktor. Namun untuk operasi yang berkesinambungan dibutuhkan sistem

pengeluaran abu yang baik, agar bahan bakar bisa terus ditaambahkan ke dalam
reaktor.

Gambar 3. Skema Reaktor Gasifikasi Tipe Downdraft


2) Reaktor Gasifikasi Tipe Inverted Downdraft
Prinsip kerja reaktor gasifikasi tipe ini sama dengan prinsip kerja reaktor
gasifikasi downdraft gasifiers. Dalam Gambar 4. tampak bahwa perbedaan
antara reaktor gasifikasi downdraft gasifiers dengan reaktor gasifikasi inverted
downdraft gasifiers terletak pada arah aliran udara dan zona pembakaran yang
dibalik sehingga bahan bakar pada bagian bawah reaktor dengan zona
pembakaran diatasnya. Aliran udara mengalir dari bagian bawah ke bagian atas
reaktor.

Gambar 4. Skema Reaktor Gasifikasi Tipe Inverted Downdraft


3) Reaktor Gasifikasi Tipe Updraft
Pada reaktor gasifikasi tipe ini, zona pembakaan (sumber panas) terletak dibawah
bahan bakar dan bergerak keatas seperti tampak pada dalam gambar 4. Dalam
gambar ini, tampak bahwa gas panas yang dihasilkan mengalir keatas melewati
bahan bakar yang belum terbakar sementara bahan bakar akan terus jatuh
kebawah. Melalui pengujian menggunkana sekam padi, reaktor gasifikasi ini
dapat bekerja dengan baik. Kekurangan dari reaktor tipe ini adalah produksi asap
yang berlebihan dalam operasinya
9

Gambar 5. Skema Reaktor Gasifikasi Tipe Updraft


4) Reaktor Gasifikasi Tipe crossdraft
Pada reaktor ini, aliran udara mengalir tegak lurus dengan arah gerak zona
pembakaran. Reaktor tipe ini memungkinkan operasi yang berkesinambung
apabila memiiki sidtem pengeluaran abu yang baik.
5) Reaktor Gasifikasi Tipe Fluidized Bed
Berbeda dengan tipe tipe reaktor gasifikasi sebelumnya, pada reaktor gasifikasi
tipe ini bahan bakar bergerak di dalam reaktor. Sebuah fan bertekanan tinggi
diperlukan untuk menggerakkan bahan bakar yang sedang digasifikasi. Reaktor
gasifikasi tipe ini sangat cocok untuk keperluan industri karena mahalnya ongkos
yang dikeluarkan
2.6.Keuntungan dan Kekurangan Gasifikasi
Keuntungan gasifikasi antara lain: lebih bersih, karena pembakaran lebih
sempurna sehingga emisi polutan lebih rendah. Selain itu lebih mudah pengaturan
laju pembakarannya. Sedangkan kekurangan sistem gasifikasi dibanding pembakaran
langsung yaitu peralatan lebih rumit dan lebih mahal serta memerlukan ketrampilan
yang lebih tinggi.Sedangkan kekurangan sistem gasifikasi dibanding pembakaran
langsung yaitu peralatan lebih rumit dan lebih mahal serta memerlukan ketrampilan
yang lebih tinggi (Cahyono, 2012).
2.7. Gasifikasi Sekam Padi
Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri
dari dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Pada proses
penggilingan beras sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau
limbah penggilingan. Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan
untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak dan energi atau
bahan bakar (Pakpahan,2006).
Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30% dari
bobot gabah. Penggunaan energi sekam bertujuan untuk menekan biaya pengeluaran
untuk bahan bakar bagi rumah tangga petani. Penggunaan Bahan Bakar Minyak yang
harganya terus meningkat akan berpengaruh terhadap biaya rumah tangga yang harus
dikeluarkan setiap harinya. Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam
sekitar 20-30%, dedak antara 8- 12% dan beras giling antara 50-63,5% data bobot
10

awal gabah. Sekam dengan persentase yang tinggi tersebut dapat menimbulkan
problem lingkungan (Pakpahan,2006).
Ditinjau data komposisi kimiawi, sekam mengandung beberapa unsur kimia
penting seperti dapat dilihat pada tabel 1. Dengan komposisi kandungan kimiaseperti
tersebut pada tabel 1, sekam dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan di
antaranya: (a) sebagai bahan baku pada industri kimia, terutama kandungan zat
kimia furfural yang dapat digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri
kimia, (b) sebagai bahan baku pada industri bahan bangunan, terutama kandungan
silika (SiO2 ) yang dapat digunakan untuk campuran pada pembuatan semen portland,
bahan isolasi, husk-board dan campuran pada industri bata merah, (c) sebagai
sumber energi panas pada berbagai keperluan manusia, kadar selulosa yang cukup
tinggi dapat memberikan pembakaran yang merata dan stabil. Sekam memiliki
kerapatan jenis (bulk density)1 125 kg/m3, dengan nilai kalori 1 kg sekam sebesar
3300 k. Kalori (Pakpahan,2006).

1)

Gasifikasi Sekam Padi Menggunakan reactor gasifikasi jenis down-draft


Potensi limbah pertanian/kehutanan sebagai biomassa, khususnya sekam
padi yang cukup besar, harus dicarikan teknologi untuk dapat memanfaatkan
limbah tersebut sebagai sumber energi (alternatif). Gambar 3 merupakan alur
konversi sekam padi atas dasar pengalaman yang telah dilakukan. Uraian singkat
sebagai berikut; sekam padi yang terbebas dari beras dimanfaatkan sebagai
umpan gasifier (jenis open core down draft gasifier). Gas hasil gasifikasi yang
dihasilkan digunakan sebagai bahan bakar motor diesel untuk keperluan
penggilingan gabah (Affendi,dkk,2010).

Gambar 6. merupakan alur konversi sekam padi Menjadi energi Listrik


11

Pemilihan reactor gasifikasi jenis down-draft didasarkan pada


rendahnya kandungan tar yang dihasilkan dibandingkan jenis updraft. Hal
ini dikarenakan bahwa kandungan tar hasil pirolisis terbawa bersama gas dan
kemudian masuk ke dalam proses oksidasi parsial yang mencapai suhu
hingga 900C, dimana pada suhu tersebut kandungan tar dimungkinkan
dapat terurai menjadi senyawa yang lebih ringan. Gas hasil gasifikasi sistem
downdraft ini setelah direfinery dan didinginkan dapat langsung dimasukkan
ke dalam motor diesel yang dapat dioperasikan secara dual fuel
(Affendi,dkk,2010).
Sekam padi tersusun atas dua bagian, berupa bahan-bahan organik
dengan porsi 70%-85% berat atas dasar kering dan anorganik (mineral),
komponen utama lain berupa lignin dan selulosa. Analisa proksimasi sekam
padi volatile matte 57,3% 71,3%, abu 12,9% 28,1%, karbon tetap 12,7%
26,7%, kadar air 10,46% dan nilai kalor kcal/kg [Affendi, M, 2008]. Dari
Gas hasil gasifikasi terutama terdiri dari gas-gas mempan bakar yaitu CO, H2,
dan CH4 dan gas-gas tidak mempan bakar CO2, dan N2. Komposisi gas ini
sangat tergantung pada komposisi unsur dalam biomassa. bentuk dan partikel
biomassa, serta kondisi-kondisi proses gasifikasi. Sebagai ilustrasi komposisi
gas hasil gasifikasi sekam padi bentuk jarum ukuran 1 cm adalah CO 20,1%,
H2
11,3%, CH4 1,8%, CO2 % , N2 55,4% dan panas pembakaran
4350 kJ/. Gas ini dapat diumpankan ke dalam motor bakar torak maupun
sebagai bahan bakar untuk pemanas (Susanto H., 2005).
Untuk mengetahui efektifitas hasil Gasifikasi Sekam padi
dibandingkan dengan dengan bahan bakar minyak solar. Tahap pertama,
PLTD dengan bahan bakar minyak solar saja (Diesel Single Fuel), kemudian
dilakukan pembebanan listrik secara bertahap pada mesin-mesin Dryer dan
Huller. Kemudian tahap berikutnya dengan pembebanan listrik yang sama,
juga dilakukan dengan mengoperasikan PLTD-Gasifikasi Sekam (Diesel
Dual Fuel) di ruang pabrik penggilingan padi. Pembebanan listrik (
Spesifikasi Motor Listrik) adalah sebagai berikut (Affendi,dkk,2010):

12

Proses gasifikasi (jenis open core down draft gasifier) yang diawali
dengan penyalaan sekam padi di bagian unggun reaktor. Proses gasifikasi
berlangsung bersamaan dengan beroperasinya mesin diesel. Aliran udara
untuk gasifikasi terjadi karena adanya hisapan pada sistem venturi gas buang
(knalpot) mesin diesel. Bila proses gasifikasi beroperasi dengan baik, maka
gas hasil gasifikasi sekam dialirkan ke mesin diesel melalui inlet udaranya
yang diatur dengan damper. Pengaturan damper di bagian inlet udara mesin
diesel divariasikan beberapa perlakuan (dengan istilah cekikan, yaitu
menghambat aliran udara masuk sebagian dan sebagian lainnya dialirkan gas
hasil gasifikasi), sebagai berikut (Affendi,dkk,2010) :
o Cekikan I : Rasio gas hasil gasifikasi dengan udara, 50%
o Cekikan II : Rasio gas hasil gasifikasi dengan udara, 70%
o Cekikan III : Rasio gas hasil gasifikasi dengan udara, 80%
Uji operasional PLTD-Sekam dilakukan pencatatan konsumsi BBM,
konsumsi sekam padi, tegangan listrik, arus listrik, kemudian dilakukan
pencatatan dan analisis/perhitungan beban listrik untuk menggerakkan mesinmesin Dryer dan Huller di pabrik penggilingan gabah, serta
dianalisis/diperhitungkan SFC (spesific fuel consumption) dan penghematan
BBM mesin diesel, selanjutnya dilakukan analisis dengan gambar grafik
(Gambar 4 dan 5) yang menunjukkan pola konsumsi BBM spesifik (SFC)
terhadap besarnya beban listrik (beban 0 sampai beban 10) pada beberapa
perlakuan rasio gas hasil gasifikasi dengan udara (cekikan I, II, dan III).

Gambar 7. Grafik Konsumsi BBM (solar) Spesifik Terhadap Beban Listrik

13

Pada Gambar 7 menunjukkan pengoperasian PLTD (Diesel Single


Fuel) konsumsi BBM spesifik (SFC) antara 0,34 0,17 L/kWh pada beban
listrik 20 82 kW mesin-mesin Dryer dan Huller, kondisi ini
menunjukkanbahwa mesin diesel dalam keadaan prima yang mempunyai SFC
rata-rata 0,25 L/kWh. Selanjutnya pengoperasian PLTD-Gasifikasi sekam
(Diesel Dual Fuel) dengan cekikan I menunjukkan penurunan konsumsi
BBM spesifik (SFC) sebesar 0,31 0,15 L/kWh, dengan cekikan II
menunjukkan penurunan konsumsi BBM spesifik (SFC) sebesar 0,26 0,13
L/kWh, dan dengan cekikan III menunjukkan penurunan konsumsi BBM
spesifik (SFC) sebesar 0,17 0,086 L/kWh, pada kondisi cekikan III ini
diperoleh penghematan BBM mesin diesel sebesar 60% (mesin diesel hanya
mengkonsumsi BBM solar hanya 40% saja, dan sisanya digantikan oleh BBG
dari gasifikasi sekam) .

Gambar 8. Grafik Persentase Penghematan BBM Terhadap Beban Listrik


Dari hasil pengujian PLTD-Sekam dengan pembebanan listrik pada
mesin-mesin Dryer dan Huller, diperoleh penghematan BBM solar mesin
diesel sampai 60%, yaitu pada Gambar 7 dan Gambar 8 pada beban ke-5
cekikan III dengan beban listrik ke 5 sekitar 55 kW dengan SFC = 0,086
liter/kWh. Dari penggunaan reactor gasifikasi jenis down-draft, konversi
sekam padi melalui proses gasifikasi menghasilkan gas hasil gasifikasi untuk
substitusi BBM solar pada mesin Diesel-Genset menghasilkan listrik untuk
menggerakkan mesin-mesin Dryer dan Huller di pabrik penggilingan beras.
Diperoleh penghematan BBM solar pada mesin Diesel (Dual Fuel) sampai 60
% atau konsumsi spesifik bahan bakar minyak (SFC) sampai 0,086
liter/kWh, dibandingkan dengan SFC mesin Diesel (Single Fuel) sekitar 0,25
liter/kWh (Affendi,dkk,2010).
14

2)

Gasifikasi Sekam Padi pada Updraft Circulating Fluidized Bed Gasifier

Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap. Pertama, mendisain alat


penelitian gasifikasi (gasifier) jenis updraft circulating fluidized bed gasifier
berdasarkan penelitian pendahuluan yang sudah dilaksanakan. Bahan bakar
sekam padi terlebih dahulu diujikan karakteristiknya berdasarkan uji proximate
dan ultimate. Setelah karakteristik diketahui, kemudian dihitung dimensi gasifier
beserta komponen pendukungnya. Selanjutnya, mulai pembuatan gasifier dan
disebut sebagai gasifier UJI dan instalasi alat ukur. Pemanas awal udara
dipasang pada saluran pipa blower yang kemudian dimodifikasi pada dinding
gasifer sebagai heat exchanger dinding (HED)(Anis,dkk, 2010).
Kedua, melakukan pengujian untuk mengetahui parameter-parameter
kerja dari gasifier. Sesuai dengan tujuan penelitian, parameter yang harus
diketahui adalah temperatur pemanasan awal udara gasifikasi. Pada tahapan ini,
penelitian difokuskan untuk menentukan temperatur awal udara optimum
gasifikasi. Tahap terakhir (ketiga) adalah melakukan analisis untuk mendapatkan
efisiensi gasifikasi maksimum berdasar kondisi operasi temperatur awal udara
(Anis,dkk, 2010).

Gambar 9. Skema Instalasi alat ukur


Hasil dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
Pemanasan awal udara yang dilakukan sebelum masuk
gasifier
berdampak pada berbagai faktor, antara lain temperatur pembakaran (Tb), energi
gas yang dihasilkan (low heating value, LHV), komposisi gas hasil pembakaran,
dan efisiensi gasifikasi (gsf) sebagaimana ditunjukkan pada gambar 7 hingga
gambar 10.

15

Gambar 10. Profil temperatur bed (Tb) berdasar temperatur awal udara (Tu)
Pada gambar 10 ditunjukkan bahwa peningkatan temperatur awal udara
akan meningkatkan temperatur pembakaran. Hal ini terjadi karena kalor sensibel
udara panas yang masuk ke ruang pembakaran menginduksi peningkatan
temperatur dalam ruang bakar dari 7000C hingga 7810 C bilamana temperatur
awal udara dinaikkan dari 300C hingga 4000C.

Gambar 11. Energi syngas (LHV) pada variasi temperatur awal udara (Tu)

Gambar 12. Efisiensi gasifikasi (gsf) pada variasi temperatur awal udara (Tu)
16

Gambar 11 menunjukkan hubungan energi gas dengan temperatur


awal udara. Dari gambar tersebut terlihat bahwa energi gas meningkat dengan
meningkatnya temperatur awal udara. Peningkatan ini terjadi karena suhu
gasifikasi meningkat sehingga sebagian besar karbon terikat terkonversi
menjadi CO. Dengan meningkatnya konversi karbon akan berdampak pada
peningkatan efisiensi gasifikasi seperti ditunjukkan pada gambar 9. Efisiensi
gasifikasi meningkat secara signifikan dari 62,44% menjadi 64,90% ketika
temperatur awal udara dinaikkan dari 300C hingga 3000 C. Dari 3000 C
hingga 4000C, efisiensi gasifikasi masih meningkat namun hanya dari 64,90%
ke 64,97%.

Gambar 13. Komposisi syngas berdasar temperatur pemanasan awal udara (Tu)

Pada kondisi operasi temperatur awal udara yang semakin meningkat,


komposisi syngas mengalami perubahan. Komposisi CO dan H2 meningkat
sedangkan CH4 dan CO2 menurun (gambar 13). Kondisi ini terjadi
karena pemanasan udara awal akan mempercepat proses pirolisis dimana
volatile matter (CH4) dan moisture content cepat terlepas dari bahan bakar.
Selanjutnya volatile matter sebagian tergasifikasi membentuk CO dan
sebagian lagi terbakar yang dapat mempercepat reaksi Boudouard dimana
CO banyak terbentuk.

17

BAB III
PENUTUP
3.1.Keseimpulan
1. Gasifikasi merupakan proses pembakaran bahan-bakar padat dalam wadah
gasifier untuk menghasilkan bahan-bakar gas (syngas). Pembakaran bahan
bakar gas (syngas) lebih mudah dalam pengontrolan laju atau suhu
pembakaran dibanding pembakaran bahan bakar padat
2. Proses gasifikasi berlangsung dengan empat tahapan dasar yaitu pyrolysis,
combustion, boudouard reaction, dan gasification processes
3. Mekanisme Gasifikasi melewati 4 zona yaitu zona pengeringan, zona
devolatisasi, zona pirolisis, dan zona pendinginan
4. Faktor yang Mempengaruhi Proses Gasifikasi, meliputi Suhu Bed, Tekanan
Bed, Tinggi Bed , Kecepatan fluidisasi , Rasio Kesetaraan , Kadar air dari
bahan, Ukuran partikel, Rasio udara dan uap, dan Ada Tidaknya Katalis
5. Reaktor Gasifikasi yang sering digunakan adalah Reaktor Gasifikasi Tipe
Downdraft, Reaktor Gasifikasi Tipe Inverted Downdraft , Reaktor Gasifikasi
Tipe Updraft, Reaktor Gasifikasi Tipe crossdraft, dan Reaktor Gasifikasi
Tipe Fluidized Bed
6. Keuntungan gasifikasi antara lain: lebih bersih, karena pembakaran lebih
sempurna sehingga emisi polutan lebih rendah. Selain itu lebih mudah
pengaturan laju pembakarannya. Sedangkan kekurangan sistem gasifikasi
dibanding pembakaran langsung yaitu peralatan lebih rumit dan lebih mahal
serta memerlukan ketrampilan yang lebih tinggi.Sedangkan kekurangan
sistem gasifikasi dibanding pembakaran langsung yaitu peralatan lebih rumit
dan lebih mahal serta memerlukan ketrampilan yang lebih tinggi.
7. Gasifikasi sekam padi merupakan proses merubah sekam padi menjadi gas
yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar.
8. Konversi sekam padi melalui proses gasifikasi menghasilkan gas hasil
gasifikasi untuk substitusi BBM solar
pada mesin Diesel-Genset
menghasilkan listrik untuk menggerakkan mesin-mesin Dryer dan Huller di
pabrik penggilingan beras. Diperoleh penghematan BBM solar pada mesin
Diesel (Dual Fuel) sampai 60 %
9. Semakin tinggi temperatur awal udara gasifikasi, semakin meningkat efisiensi
gasifikasi dan efisiensi karbon.

18

DAFTAR PUSTAKA
Affendi, M., Sugiyatno, Imam Djunaedi, Haifa Wahyu, Herri Susanto .2008. Kajian
Awal Potensi Penghematan BBM Dengan Gasifikasi Sekam Pada PLTD 100
kW di Penggilingan Padi Haurgeulis, Indramayu.

Prosiding

Seminar

Teknik Kimia Soehadi Reksowardojo-2008, 3-4 November 2008.


Affendi, M., Sugiyatno, Imam Djunaedi, Haifa Wahyu. 2010. Uji Variasi Beban Listrik Dan Rasio Gas Hasil Gasifikasi Sekam Padi Pada Mesin Diesel Dual
Fuel. Seminar Rekayasa Kimia Dan Proses 2010, ISSN : 1411-4216
Anis,Samsudin, Karnowo, Wahyudi, Sri Mulyo Bondan Respati. 2010. Studi Eksperimen Gasifikasi Sekam Padi pada Updraft Circulating Fluidized Bed
Gasifier. Semarang : Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Negeri Semarang
Cahyono, Danan Eko. 2012. Gasifikasi. http://santosorising.blogspot.com/2012/07/
gasifikasi-pyrolysis-pembakaran.html. Diakses pada 7 April 2014 pukul 12 36
Mathieu, P. dan Dubuisson, R. 2002, Performance Analysis Of Biomass Gasifier.
Journal of Energi Convertion And Management. Vol 43 pp 1291-1299.
Pakpahan, A., 2006. Sekam Padi, Sebuah Alternatif Sumber Energi. Jakarta : Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian
Sadaka, Samy. 2006. Gasification. Nevada : Department of Agricultural and Biosystem Engineering Lowa State University.
Susanto, H. 2005. Pengujian PLTD-Gasifikasi Sekam 100 kW di Haurgeulis, Indramayu.

Laporan singkat Pengoperasian PLTD-G sekam di Haurgeulis

selama bulan September 2005, Dasar-dasar Proses Gasifikasi dan


Pengalaman Teknik Kimia ITB dalam pengoperasian PLTD-Gasifikasi
Sekam.
Yin, X.L., Wu, C.Z., Zheng, S.P. dan Chen, Y. 2002. Design and operation of CFB
gasification and power generation system for rice husk Dalam Anis,
Samsudin, Karnowo, Wahyudi, Sri Mulyo Bondan Respati. 2010. Studi
Eksperimen Gasifikasi Sekam Padi pada Updraft Circulating Fluidized Bed
Gasifier. Semarang : Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Negeri Semarang

19

Anda mungkin juga menyukai