Anda di halaman 1dari 16

Gasifikasi Batubara dan Bahan Bakar Material Kotor

Menjadi Syngas Energi Bersih


This entry was posted on Maret 9, 2013, in Ensiklopedia. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar

Para ilmuwan menemukan kunci untuk menciptakan bahan bakar bersih dari batubara dan limbah. Proses
gasifikasi disempurnakan untuk menyelamatkan jutaan ton karbon dan dan memberikan energi.

Jutaan ton karbon dioksida dapat dicegah


memasuki atmosfer. Berikut penemuan sebuah cara untuk mengubah batubara, rumput atau sampah kota yang
menjadi bahan bakar yang bersih dan lebih efisien. Para ilmuwan mengadaptasi sebuah proses yang disebut
proses gasifikasi (gasification process), yang digunakan untuk membersihkan bahan-bahan kotor sebelum
digunakan untuk menghasilkan listrik atau membuat bahan bakar terbarukan. Teknik pemanasan melibatkan
bahan organik untuk menghasilkan campuran hidrogen dan karbon monoksida yang disebut gas sintetis
(syngas).
Namun energi gasifikasi sangat intensif yang memerlukan suhu udara tinggi, uap atau oksigen untuk bereaksi
dengan bahan organik. Pemanasan hal ini mengarah kepada munculnya karbon dioksida dalam jumlah besar.
Selain itu gasifikasi sering tidak efisien karena meninggalkan limbah padat pada akhir proses dalam jumlah
besar. Untuk mengetahui bagaimana membuat proses lebih efisien, para peneliti yang dipimpin oleh Marco
Castaldi, dari Department of Earth and Environmental Engineering di Columbia University, mencoba
memvariasikan suasana di dalam gasifier. Mereka menambahkan CO2 ke dalam steam atmosfer dari
suatu gasifier, secara signifikan lebih dari biomassa atau batubara yang diubah menjadi syngas lebih baik.
Teknik ini memiliki manfaat ganda bagi lingkungan yaitu menjaga CO2 yang dihasilkan tidak akan melarikan
diri ke atmosfir dan setelah penyedotan hidrogen dari syngas maka sisa karbon monoksida dapat dikuburkan
dengan aman di bawah tanah. Hasil penelitian Castaldi akan diterbitkan pada edisi minggu ini dalam Journal of
Environmental Science & Technology. Tim peneliti menghitung bahwa penggunaan CO2 selama gasifikasi dari
bahan bakar biomassa seperti beechgrass dalam rangka untuk membuat biofuel yang mampu diterapkan untuk
memenuhi tuntutan lima model transportasi di dunia yang selama ini menyumbang sampai 437 juta ton gas
rumah kaca. Mencegah racun memasuki atmosfer akan setara dengan menyingkirkan 308 juta kendaraan dari
jalan. Mengganti 30% uap atmosfer dari gasifier dengan CO2 yang dipastikan aman bila semua bahan bakar
padat berubah menjadi gas sintesis. Proses Castaldi akan mengurangi jumlah air yang harus dipanaskan
di gasifier, sehingga menghemat energi dan 10% sampai 30% lebih efisien daripada gasifikasi standar.

“Anda mengambil bahan bakar padat


seperti biomassa atau batu bara atau bahkan limbah dan biasanya apa yang anda lakukan adalah mengubah
menjadi gas dengan menggunakan uap, udara atau oksigen. Dalam proses oksidasi yang khas, udara yang
bereaksi dengan sangat cepat dan bentuk-bentuk karbon char labil yang membutuhkan suhu sangat tinggi untuk
dikonversi menjadi gas. Bila Anda menggunakan uap maka masalah akan muncul yaitu tidak reaktif seperti
oksigen sehingga terlalu lambat,” kata Castaldi. CO2 yang sedikit lebih reaktif dibanding uap tetapi tidak reaktif
seperti oksigen, karena CO2 mengkonversi bahan bakar padat ke gas, juga memiliki kemampuan untuk bereaksi
dengan format karbon char.”
Bekerja pada suhu yang sama seperti gasifier yang normal, penggunaan CO2 berarti konversi bahan bakar padat
yang lebih menjadi gas sintesis. “Kalau saya berjalan pada 1.000 C dan tidak menggunakan CO2 maka saya
akan memiliki beberapa sisa karbon yang tersisa di mana bisa menjadi bahan bakar sebagai hukuman efisiensi.
Menggunakan sekitar 30% CO2 untuk penggunaan yang sama dengan 1.000 C anda mendapatkan gasifikasi
lengkap dari karbon ke dalam syngas,” kata Castaldi. Diterapkan pada modernisasi IGCC (Integrated
Gasification Combined Cycle) pembangkit tenaga listrik dengan gasifier batubara dapat
menyebabkan gainefisiensi hingga 4%. “Meskipun kedengarannya tidak banyak, untuk menghasilkan energi
listrik 500 megawatt menjadi signifikan,” kata Castaldi.
TEKNOLOGI GASIFIKASI BATU BARA

Gasifikasi adalah suatu proses perubahan bahan bakar padat secara termokimia menjadi gas.
Pada saat ini gasifikasi batu bara digunakan sebagai cara alternatif pengganti bahan bakar
minyak. Salah satunya karena udara yang diperlukan lebih rendah dari udara yang digunakan
untuk proses pembakaran bahan bakar minyak.

1. Sejarah Perkembangan Gasifikasi


Gasifikasi batu bara pertama kali diusulkan untuk dijadikan cara alternatif oleh presiden
Amerika Serikat Jimmy Carter pada tahun 1970. Proyek tersebut termasuk dalam program
Synthetic Fuels Corporation. Usulan itu muncul ketika itu karena pada tahun 1970 harga
minyak yang diimpor terus-menerus mengalami peningkatan. Alasan lain adalah karena
gasifikasi batu bara lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan pembakaran minyak.
Namun pada tahun 1980an proyek itu mengalami kendala karena pada tahun 1980 harga
bahan bakar minyak mengalami penurunan.

Gasifikasi masih berkembang sampai dengan saat ini. Pada tahun 2009 pabrik gasifikasi batu
bara dibangun di The Great Plains di kota Beulah, Amerika Serikat, dan berhasil
memproduksi gas alam serta mengurangi emisi karbon.

2. Prinsip Kerja Umum


1. Proses Fisika
Beberapa proses fisis yang terjadi pada gasifikasi adalah sebagai berikut:
1. Pemanasan, yaitu proses penambahan batu bara dengan oksigen dan uap air, kemudian
dipanaskan/dikompresi sampai suhunya tinggi.
2. Pengeringan, yaitu pelepasan uap air dari padatan batu bara.
3. Pemanasan lanjut: Batu bara dipanaskan kembali sampai suhunya sangat tinggi.
4. Devolatilisasi, yaitu pengeluaran volatil (senyawa dengan struktur benzena) yang terdapat
pada batu bara sampai hanya tersisa arang saja.
5. Pembakaran arang agar tidak ada lagi udara yang tersisa.
2. Proses Kimia
Selama reaksi, oksigen (O2) mengoksidasi air (H2O) dari batu bara dan menghasilkan karbon
dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), uap air (H2O), dan gas hidrogen (H2). Reaksi
tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
3C + O2 + H2O → H2 + 3CO

3. Spesifikasi
Berikut ini adalah dua komponen penting pada proses gasifikasi:

1. Gasifier
Ada 4 tipe gasifier, yaitu:

1. Counter current fixed bed gasifier: Terdiri dari bahan bakar karbon yang dasarnya tetap. Uap,
oksigen, dan/atau udara mengalir melalui konfigurasi counter-currentnya.

2. Co-current fixed bed gasifier: Mirip dengan tipe counter current namun gasnya mengalir di
dalam konfigurasi co-currentnya.
3. Fluidized bed reactor gasifier: Bahan bakar difluidisasi (dilewatkan oleh fluida tertentu) di
dalam oksigen dan uap air.

4. Entrained flow gasifier: Bahan bakar cair digasifikasi dengan oksigen (udara) pada aliran
co-current.
2. Combustor: Fungsinya sama dengan combustor pada komponen pembangkit listrik tenaga
uap, hanya saja pada gasifikasi combustor dihubungkan langsung dengan produk hasil
gasifikasi.

4. Perkembangan Teknologi Gasifikasi


Perkembangan terbaru gasifikasi saat ini adalah dengan ditemukannya sistem Integrated
Gasification Combined Cycle (IGCC). IGCC merupakan suatu sistem teknologi yang
mengubah batu bara menjadi gas, yang lebih tepatnya ialah gas sintesis (syngas). IGCC
selanjutnya menghilangkan pengotor yang terdapat pada batu bara sebelum di bakar dan
dapat mengubah polutan-polutan menjadi suatu re-usable produk sampingan. Hal ini
menyebabkan berkurangnya emisi sulfur dioksida, raksa dan partikel-partikel lainnya. Kalor
yang dibuang dari ruang pembakaran dan pembangkit utama akan dialihkan ke suatu steam
cycle, atau bisa juga seperti dialihkan ke combined cycle gas turbine. Pengalihan ini juga
berdampak pada peningkatan efisiensi yang cukup tinggi dibandingkan dengan batu bara
yang di-pulverized. Akibat dari tetapnya harga batu bara dunia pada beberapa tahun, sekitar
50 persen listrik di pasok oleh pembangkit tenaga batu bara. Dengan munculnya IGCC yang
memiliki emisi yang lebih rendah ketimbang pembangkit tenaga batu bara yang lainnya,
maka teknologi ini akan menjadi peranan penting dalam pasar pembangkit tenaga batu bara
sejalan dengan makin ketatnya regulasi emisi global. Berikut ini adalah diagram siklus IGCC:
5. Potensi Energi
Teknologi gasifikasi batu bara tentunya tidak lepas dari potensi batu bara di seluruh dunia.
Menurut data British Petroleum tahun 2006, cadangan batu bara di dunia masih cukup untuk
155 tahun kedepan (bandingkan dengan minyak bumi yang akan habis sekitar 90 tahun lagi,
dan gas alam yang akan habis sekitar 48 tahun lagi). Di seluruh dunia cadangan batu bara
sangat banyak dan sangat luas penyebarannya, karena itu teknologi gasifikasi batu bara masih
dapat menjadi alternatif pengganti bahan bakar minyak dan gas alam.

Sementara itu, menurut data Dewan Energi Dunia, pada tahun 2005 Amerika Serikat
merupakan negara yang memiliki cadangan batu bara terbanyak di dunia yaitu sejumlah
249,99 milyar ton. Sedangkan Indonesia meraih peringkat ke-15 dengan cadangan batu bara
sejumlah 5,37 milyar ton.

6. Potensi Peluang Implementasi di Indonesia


Gasifikasi batu bara di Indonesia sangat berpeluang untuk dijadikan sebagai penghasil energi
alternatif. Diantaranya adalah karena harga batu bara di pasar dunia relatif stabil, dan aman
untuk ditransportasikan dan disimpan (karena batu bara tidak terpengaruh oleh
cuaca). Alasan lain yang mendukung adalah:

1. Produk dari gasifikasi batu bara yang berkalori rendah (sekitar 4500 kkal) dapat
menghasilkan gas bakar sintetis. Selain itu, dapat juga menggunakan batu bara muda
(menurut data sekitar 70% batu bara di Indonesia adalah batu bara muda).
2. Tidak mengandung resiko/bahaya, tidak berbau, dan ramah lingkungan.
Batu bara di Indonesia tersebar dengan luas terutama di Kalimantan Timur (Kutai, Tarakan),
dan Sumatera Selatan. Meskipun begitu, implementasi gasifikasi di Indonesia masih sangat
kurang, karena sebagian besar batu bara langsung dibakar habis dan dijadikan energi listrik
melalui PLTU tanpa digasifikasi. Padahal, batu bara akan lebih efisien jika dikonversi
terlebih dahulu menjadi migas sintetis atau bahan petrokimia lainnya. Salah satu caranya
adalah dengan gasifikasi.

7. Teknik Pengukuran, Instrumentasi, dan Kontrol


Untuk mengontrol proses gasifikasi, sangatlah penting untuk menganalisa aliran gas dari
produk secara terus menerus. Selain aliran gas, flow rate dari inputnya, suhu, dan tekanan
input harus diukur dalam berbabai bagian dari rangkaian gasifikator untuk memastikan
bahwa tekanan dan suhu dari batubara tersebut tidak melebihi yang sudah diperhitungkan.
Variabel-variabel yang harus diperhatikan agar tidak melewati batas adalah:

1. Komposisi dan flow rate dari gas


2. Tekanan balik dari reactor
3. Suhu tempat terjadinya produksi
4. Pengawasan keamanan dan kontrol alarm
Sedangkan variabel yang harus dikontrol terhadap lingkungan adalah:

1. Emisi atmosfir
2. Kondisi air di lingkungan
3. Noises
4. Air tanah
5. Subsidence (pergerakan udara dalam atmosfir)
8. Contoh Perhitungan Sistem Energi

Pada dasarnya konsumsi daya yang dibutuhkan pada suatu proses gasifikasi sangat
tergantung dari unit gasifikasi yang digunakan, karena diameter dari tiap unit gasifikasi
berbeda-beda. Berikut ini adalah tabel konsumsi daya berdasarkan jenis unit gasifikasinya.

9. Estimasi Biaya Penerapan Sistem Energi


Detail biaya penerapan gasifikasi batu bara dapat dilihat dari tabel berikut ini.

10. Potensi Pasar di Indonesia


1. Letak sumber batu bara: Letak sumber batu bara di Indonesia cukup banyak, yaitu di sekitar
sumatera dan kalimantan. Banyaknya sumber batu bara di Indonesia, membuat cadangan batu
bara tersebut dapat dipergunakan untuk bahan bakar dan juga dapat digunakan dalam proses
gasifikasi batu bara tersebut. Hal ini sangat mempermudah proses gasifikasi batu bara.
2. Daya yang dihasilkan : Daya yang dihasilkan oleh gasifikasi batu bara cukup besar, sehingga
proses gasifikasi batubara ini berpotensi tinggi dalam mempengaruhi pasar di Indonesia.
3. Gasifikasi batu bara sangat ramah lingkungan dan hanya menghasilkan sedikit gas buangan.
Karena itu, penggunaan teknologi gasifikasi batu bara sebagai energi alternatif dapat
mengurangi emisi CO2 di Indonesia sehingga dapat mempengaruhi pasar di Indonesia.
11. Potensi Peluang Implementasi di Indonesia
Gasifikasi batu bara memang menghasilkan energi yang besar dan dapat menjadi sumber
energi jangka panjang yang bagus untuk negara Indonesia. Tetapi gasifikasi batu bara ini juga
mempunya berbagai hambatan. Salah satu hambatan yang dihadapi dalam pengembangan
gasifikasi batubara di Indonesia adalah, investasi yang dibutuhkan untuk proyek gasifikasi
batu bara ini sangatlah besar. Investasi untuk gasifikasi ini besar karena harga batu bara
sangat tinggi. Harga batu bara juga lebih mahal dibandingkan dengan minyak bumi. Hal ini
akan menyebabkan perusahaan akan lebih memilih untuk menggunakan minyak bumi
daripada batubara. Aplikasi teknologi ini masih sangat mahal dan tingat efisiensinya masih
sangat kecil.

Batu bara bukanlah bahan bakar yang sempurna, karena di dalamnya terdapat sulfur dan
nitrogen. Bila batu bara ini terbakar maka kotoran-kotoran ini akan dilepaskan ke udara, bila
mengapung di udara maka zat kimia ini dapat menggabung dengan uap air (seperti contoh
kabut) dan tetesan yang jatuh ke tanah akan menjadi asam sulfurik dan nitrit. Hal ini akan
mengakibatkan hujan asam.

TEKNOLOGI GASIFIKASI BATU BARA

Gasifikasi adalah suatu proses perubahan bahan bakar padat secara termokimia menjadi gas.
Pada saat ini gasifikasi batu bara digunakan sebagai cara alternatif pengganti bahan bakar
minyak. Salah satunya karena udara yang diperlukan lebih rendah dari udara yang digunakan
untuk proses pembakaran bahan bakar minyak.

1. Sejarah Perkembangan Gasifikasi


Gasifikasi batu bara pertama kali diusulkan untuk dijadikan cara alternatif oleh presiden
Amerika Serikat Jimmy Carter pada tahun 1970. Proyek tersebut termasuk dalam program
Synthetic Fuels Corporation. Usulan itu muncul ketika itu karena pada tahun 1970 harga
minyak yang diimpor terus-menerus mengalami peningkatan. Alasan lain adalah karena
gasifikasi batu bara lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan pembakaran minyak.
Namun pada tahun 1980an proyek itu mengalami kendala karena pada tahun 1980 harga
bahan bakar minyak mengalami penurunan.

Gasifikasi masih berkembang sampai dengan saat ini. Pada tahun 2009 pabrik gasifikasi batu
bara dibangun di The Great Plains di kota Beulah, Amerika Serikat, dan berhasil
memproduksi gas alam serta mengurangi emisi karbon.
2. Prinsip Kerja Umum
1. Proses Fisika
Beberapa proses fisis yang terjadi pada gasifikasi adalah sebagai berikut:

1. Pemanasan, yaitu proses penambahan batu bara dengan oksigen dan uap air, kemudian
dipanaskan/dikompresi sampai suhunya tinggi.
2. Pengeringan, yaitu pelepasan uap air dari padatan batu bara.
3. Pemanasan lanjut: Batu bara dipanaskan kembali sampai suhunya sangat tinggi.
4. Devolatilisasi, yaitu pengeluaran volatil (senyawa dengan struktur benzena) yang terdapat
pada batu bara sampai hanya tersisa arang saja.
5. Pembakaran arang agar tidak ada lagi udara yang tersisa.
2. Proses Kimia
Selama reaksi, oksigen (O2) mengoksidasi air (H2O) dari batu bara dan menghasilkan karbon
dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), uap air (H2O), dan gas hidrogen (H2). Reaksi
tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
3C + O2 + H2O → H2 + 3CO

3. Spesifikasi
Berikut ini adalah dua komponen penting pada proses gasifikasi:

1. Gasifier
Ada 4 tipe gasifier, yaitu:

1. Counter current fixed bed gasifier: Terdiri dari bahan bakar karbon yang dasarnya tetap. Uap,
oksigen, dan/atau udara mengalir melalui konfigurasi counter-currentnya.

2. Co-current fixed bed gasifier: Mirip dengan tipe counter current namun gasnya mengalir di
dalam konfigurasi co-currentnya.
3. Fluidized bed reactor gasifier: Bahan bakar difluidisasi (dilewatkan oleh fluida tertentu) di
dalam oksigen dan uap air.

4. Entrained flow gasifier: Bahan bakar cair digasifikasi dengan oksigen (udara) pada aliran
co-current.
2. Combustor: Fungsinya sama dengan combustor pada komponen pembangkit listrik tenaga
uap, hanya saja pada gasifikasi combustor dihubungkan langsung dengan produk hasil
gasifikasi.

4. Perkembangan Teknologi Gasifikasi


Perkembangan terbaru gasifikasi saat ini adalah dengan ditemukannya sistem Integrated
Gasification Combined Cycle (IGCC). IGCC merupakan suatu sistem teknologi yang
mengubah batu bara menjadi gas, yang lebih tepatnya ialah gas sintesis (syngas). IGCC
selanjutnya menghilangkan pengotor yang terdapat pada batu bara sebelum di bakar dan
dapat mengubah polutan-polutan menjadi suatu re-usable produk sampingan. Hal ini
menyebabkan berkurangnya emisi sulfur dioksida, raksa dan partikel-partikel lainnya. Kalor
yang dibuang dari ruang pembakaran dan pembangkit utama akan dialihkan ke suatu steam
cycle, atau bisa juga seperti dialihkan ke combined cycle gas turbine. Pengalihan ini juga
berdampak pada peningkatan efisiensi yang cukup tinggi dibandingkan dengan batu bara
yang di-pulverized. Akibat dari tetapnya harga batu bara dunia pada beberapa tahun, sekitar
50 persen listrik di pasok oleh pembangkit tenaga batu bara. Dengan munculnya IGCC yang
memiliki emisi yang lebih rendah ketimbang pembangkit tenaga batu bara yang lainnya,
maka teknologi ini akan menjadi peranan penting dalam pasar pembangkit tenaga batu bara
sejalan dengan makin ketatnya regulasi emisi global. Berikut ini adalah diagram siklus IGCC:
5. Potensi Energi
Teknologi gasifikasi batu bara tentunya tidak lepas dari potensi batu bara di seluruh dunia.
Menurut data British Petroleum tahun 2006, cadangan batu bara di dunia masih cukup untuk
155 tahun kedepan (bandingkan dengan minyak bumi yang akan habis sekitar 90 tahun lagi,
dan gas alam yang akan habis sekitar 48 tahun lagi). Di seluruh dunia cadangan batu bara
sangat banyak dan sangat luas penyebarannya, karena itu teknologi gasifikasi batu bara masih
dapat menjadi alternatif pengganti bahan bakar minyak dan gas alam.

Sementara itu, menurut data Dewan Energi Dunia, pada tahun 2005 Amerika Serikat
merupakan negara yang memiliki cadangan batu bara terbanyak di dunia yaitu sejumlah
249,99 milyar ton. Sedangkan Indonesia meraih peringkat ke-15 dengan cadangan batu bara
sejumlah 5,37 milyar ton.

6. Potensi Peluang Implementasi di Indonesia


Gasifikasi batu bara di Indonesia sangat berpeluang untuk dijadikan sebagai penghasil energi
alternatif. Diantaranya adalah karena harga batu bara di pasar dunia relatif stabil, dan aman
untuk ditransportasikan dan disimpan (karena batu bara tidak terpengaruh oleh
cuaca). Alasan lain yang mendukung adalah:

1. Produk dari gasifikasi batu bara yang berkalori rendah (sekitar 4500 kkal) dapat
menghasilkan gas bakar sintetis. Selain itu, dapat juga menggunakan batu bara muda
(menurut data sekitar 70% batu bara di Indonesia adalah batu bara muda).
2. Tidak mengandung resiko/bahaya, tidak berbau, dan ramah lingkungan.
Batu bara di Indonesia tersebar dengan luas terutama di Kalimantan Timur (Kutai, Tarakan),
dan Sumatera Selatan. Meskipun begitu, implementasi gasifikasi di Indonesia masih sangat
kurang, karena sebagian besar batu bara langsung dibakar habis dan dijadikan energi listrik
melalui PLTU tanpa digasifikasi. Padahal, batu bara akan lebih efisien jika dikonversi
terlebih dahulu menjadi migas sintetis atau bahan petrokimia lainnya. Salah satu caranya
adalah dengan gasifikasi.

7. Teknik Pengukuran, Instrumentasi, dan Kontrol


Untuk mengontrol proses gasifikasi, sangatlah penting untuk menganalisa aliran gas dari
produk secara terus menerus. Selain aliran gas, flow rate dari inputnya, suhu, dan tekanan
input harus diukur dalam berbabai bagian dari rangkaian gasifikator untuk memastikan
bahwa tekanan dan suhu dari batubara tersebut tidak melebihi yang sudah diperhitungkan.
Variabel-variabel yang harus diperhatikan agar tidak melewati batas adalah:

1. Komposisi dan flow rate dari gas


2. Tekanan balik dari reactor
3. Suhu tempat terjadinya produksi
4. Pengawasan keamanan dan kontrol alarm
Sedangkan variabel yang harus dikontrol terhadap lingkungan adalah:

1. Emisi atmosfir
2. Kondisi air di lingkungan
3. Noises
4. Air tanah
5. Subsidence (pergerakan udara dalam atmosfir)
8. Contoh Perhitungan Sistem Energi

Pada dasarnya konsumsi daya yang dibutuhkan pada suatu proses gasifikasi sangat
tergantung dari unit gasifikasi yang digunakan, karena diameter dari tiap unit gasifikasi
berbeda-beda. Berikut ini adalah tabel konsumsi daya berdasarkan jenis unit gasifikasinya.

9. Estimasi Biaya Penerapan Sistem Energi


Detail biaya penerapan gasifikasi batu bara dapat dilihat dari tabel berikut ini.

10. Potensi Pasar di Indonesia


1. Letak sumber batu bara: Letak sumber batu bara di Indonesia cukup banyak, yaitu di sekitar
sumatera dan kalimantan. Banyaknya sumber batu bara di Indonesia, membuat cadangan batu
bara tersebut dapat dipergunakan untuk bahan bakar dan juga dapat digunakan dalam proses
gasifikasi batu bara tersebut. Hal ini sangat mempermudah proses gasifikasi batu bara.
2. Daya yang dihasilkan : Daya yang dihasilkan oleh gasifikasi batu bara cukup besar, sehingga
proses gasifikasi batubara ini berpotensi tinggi dalam mempengaruhi pasar di Indonesia.
3. Gasifikasi batu bara sangat ramah lingkungan dan hanya menghasilkan sedikit gas buangan.
Karena itu, penggunaan teknologi gasifikasi batu bara sebagai energi alternatif dapat
mengurangi emisi CO2 di Indonesia sehingga dapat mempengaruhi pasar di Indonesia.
11. Potensi Peluang Implementasi di Indonesia
Gasifikasi batu bara memang menghasilkan energi yang besar dan dapat menjadi sumber
energi jangka panjang yang bagus untuk negara Indonesia. Tetapi gasifikasi batu bara ini juga
mempunya berbagai hambatan. Salah satu hambatan yang dihadapi dalam pengembangan
gasifikasi batubara di Indonesia adalah, investasi yang dibutuhkan untuk proyek gasifikasi
batu bara ini sangatlah besar. Investasi untuk gasifikasi ini besar karena harga batu bara
sangat tinggi. Harga batu bara juga lebih mahal dibandingkan dengan minyak bumi. Hal ini
akan menyebabkan perusahaan akan lebih memilih untuk menggunakan minyak bumi
daripada batubara. Aplikasi teknologi ini masih sangat mahal dan tingat efisiensinya masih
sangat kecil.

Batu bara bukanlah bahan bakar yang sempurna, karena di dalamnya terdapat sulfur dan
nitrogen. Bila batu bara ini terbakar maka kotoran-kotoran ini akan dilepaskan ke udara, bila
mengapung di udara maka zat kimia ini dapat menggabung dengan uap air (seperti contoh
kabut) dan tetesan yang jatuh ke tanah akan menjadi asam sulfurik dan nitrit. Hal ini akan
mengakibatkan hujan asam.

gasifikasi batubara adalah konversi batubara menjadi produk gas dalam sebuah reaktor,
dengan atau tanpa menggunakan pereaksi berupa udara, campuran udara, uap air atau campuran oksigen/uap air.
Gas panas hasil proses gasifikasi dapat dibakar maupun digunakan untuk memutar turbin gas untuk
menghasilkan listrik. Alasan utama proses gasifikasi adalah untuk menyaring beberapa komponen dalam
batubara, seperti: sulfur dan nitrogen. Dengan kata lain, proses gasifikasi dapat meminimalisir terjadinya polusi
jika dibandingkan dengan pembakaran batubara secara langsung. Gasifikasi batubara bisa menjadi salah satu
cara yang paling menjanjikan untuk pemafaatan batubara di masa depan. Selain menghasilkan gas panas, proses
gasifikasi juga menghasilkan beberapa produk lainnya. Skema gasifikasi dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3. Konsep Gasifikasi Batubara

Bagaimana perkembangan teknologi gasifikasi batubara di Indonesia?


Di Indonesia, telah dilakukan beberapa penelitian mengenai gasifikasi batubara, salah satunya yang
telah dilakukan oleh Tekmira. Tekmira telah berhasil menguji coba gasifikasi batubara dengan kapasitas 150-
200 kg batubara/jam untuk mesin diesel berkapasitas 240 kW. Pada tahun 2014, bahkan Tekmira telah berhasil
mengembangkan gasifier dengan kapasitas 40-50 kg batubara/jam untuk membangkitkan listrik pada genset
berkapasitas 8-10 kW. Secara ringkas, gasifier yang dikembangkan oleh Tekmira dapat dilihat pada gambar
berikut ini.
Gambar 4. Layout Gasifier Mini Batubara Tekmira

Sementara yang dimaksud dengan gasifikasi mini batubara adalah gasifier yang memiliki skala kecil,
misalnya 10-20 kg batu bara/jam (saya tidak mendapatkan data berapa rentang persisnya). Pada intinya, gasifier
mini yang dimaksud adalah gasifier yang cukup untuk digunakan oleh IKM sehingga dapat digunakan secara
efisien sesuai dengan kebutuhan energi IKM tersebut. Gasifier yang sudah ada sekarang ini jauh melebihi
kebutuhan energi rata-rata IKM.
Sebagai penutup dari tulisan ini, semoga kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar sehingga Teknologi
Gasmin benar-benar bisa dimanfaatkan oleh IKM di DIY sebagai permulaan dan seluruh penjuru Indonesia pada
akhirnya, khususnya daerah-daerah yang menjadi basis pertambangan di Indonesia. Tren implementasi ini akan
menjadi semakin adil jikalau daerah yang terkenal dengan pertambangan batu bara seperti: Bukit Asam di
Sumatera Selatan, Kota Baru di Kalimantan Selatan, Sungai Berau di Kalimantan Timur serta Umbilin di
Sumatera Barat, memanfaatkan secara langsung harta yang diambil dari daerahnya sendiri. Sudah cukup rasanya
mendengar daerah yang memiliki cadangan energi di dalamnya tetapi listriknya menyala secara bergilir.

Anda mungkin juga menyukai