Anda di halaman 1dari 24

1

TEKNOLOGI PEMANFAATAN BATUBARA


HIDROGEN BATUBARA

Oleh:
Kelompok VI:
1. Eka Anggraini

(061330400298)

2. Nurul Agustini

(061330400306)

3. Putri Utami

(061330400307)

Dosen Pembimbing: Ir. Fadarina, M.T.

TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penyusun
dapat menyelesaikan makalah Pemanfaatan Batu Bara dengan judul Hidrogen Batubara.
Makalah ini dibuat agar pembaca mengenal lebih jauh mengenai bagaimana proses
pembentukan gas hidrogen dari batubara, struktur serta cadangan batubara yang ada di
Indonesia. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Fadarina, M.T., selaku dosen
pembimbing, yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini. Mudahmudahan makalah ini dapat berguna untuk menambah pengetahuan kita mengenai
pembentukan lapisan batu bara. Penyusun menyadari masih banyak terdapat kekurangan
dalam pembuatan makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dari
pembaca untuk kesempurnaan tulisan ini.

Palembang, Desember 2015

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Batubara ada yang thermal (steaming) coal dan metalurgi coal. Batubara termal
biasanya dihaluskan dan dibakarkan dalam boiler untuk menghasilkan listrik dan batubara
metalurgi digunakan untuk menghasilkan coke untuk pelelehan besii dan baja. Akan tetapi,
utilitas batubara pada teknologi yang digunakan sekarang ini mempunyai dampak yang tidak
diinginkan terhadap lingkungan. Polutan utama meliputi oksida oksida nitrogen dan sulfur,
abu dan slag, emisi partikel dan gas rumah kaca seperti karbondioksida. Oleh karena itu
diperlukan penyikapan secara insentif tinggi untuk menurunkan emisi dan mengembangkan
efisiensi fuel (bahan bakar) teknologi utilitas batubara.
Gasifikasi batubara adalah proses untuk mengubah batubara menjadi fuel gas yang kaya
akan CO dan H2. Hal ini bukan lagi teknologi baru. Gas yang dihasilkan dari karbonisasi
coking coal telah digunakan sebagai penerangan sejak tahun 1792. Proses original yang sama
dengan coking ini adalah proses yang mengubah non-coking coal yang didemonstrasikan
pada tahun 1860. Tetapi pada akhirnya tidak dipakai lagi karena CO merupakan gas beracun
lebih beracun dari pada CO2 karena kecepatan CO mengikat hemoglobin lebih cepat
dibandingkan dengan CO2. Pada akhir tahun 1880 produksi kimia dari proses gasifikasi
didemonstrasikan dalam pembuatan amoniak. Teknologi ini berkembang sangat cepat ke
daerah Eropa, Jepang dan Amerika Serikat.
Sistem gasifikasi batubara modern digunakan untuk menghasilkan bahan-bahan kimia
seperti hidrogen dan metanol dan untuk menyediakan sistem yang lebih bersih dan efisien.
Ada beberapa tipe gasifier modern yang sudah ada yaitu entrained-flow, fluidized-bed dan
fixed-bed dan kondisi ketiga sistem itu sangat berdasarkan pada tipe batubara yang
digunakan.
Hidrogen memegang janji besar untuk memenuhi energi dan bahan bakar masa depan
kebutuhan kita. Salah satu kekuatan terbesar hidrogen adalah kemampuannya untuk
diproduksi dari berbagai macam sumber. Salah satu sumber daya tersebut adalah batu bara.
Produksi hidrogen dari batubara, dengan teknologi carbon capture, dapat memberikan biaya
rendah, emisi rendah, aliran volume tinggi hidrogen untuk menyediakan energi bersih untuk
segala sesuatu dari bangunan dan komputer laptop untuk mobil dan bus. Hidrogen belum
diproduksi secara komersial dari batubara, tetapi teknologi yang dibutuhkan terkenal.
Kelimpahan dan biaya rendah batubara sebagai bahan baku membuat pemain penting
dalam mengembangkan masa depan hidrogen. Dengan 273 miliar ton, AS memiliki perkiraan

4
cadangan recoverable terbesar batu bara, memiliki 27 % dari cadangan dunia. Pada tahun
2005, menurut Administrasi Informasi Energi AS, batubara biaya $ 1,54 per juta Btu,
dibandingkan dengan $ 7,59 untuk minyak dan $ 8,21 untuk gas alam (Electric Power
Bulanan, November 2006).
Proses yang paling mungkin untuk digunakan untuk mengubah batu bara menjadi
hidrogen disebut gasifikasi. Gasifikasi batubara tanggal kembali ke pertengahan abad ke- 19
ketika itu digunakan untuk membuat kota gas untuk memasak lokal, pemanasan, dan
pencahayaan-banyak menggunakan gas alam yang bertemu hari ini. Gasifikasi bekerja
dengan mencampur batubara dengan oksigen, air, atau uap pada suhu yang sangat tinggi
tanpa membiarkan pembakaran terjadi (oksidasi parsial). Sebagian besar dari bubuk
pembangkit listrik tenaga batubara saat ini membakar batubara (pembakaran) untuk
menghasilkan uap untuk digunakan dalam turbin. Saat ini, hanya dua yang dioperasikan
secara komersial pembangkit listrik yang menggunakan teknologi gasifikasi yang lebih
efisien dan lebih bersih .
1.2 Rumusan Masalah
Pada penulisan makalah ini, ada beberapa permasalahan yang akan dibahas antara lain:
1. Bagaiman produksi hidrogen dari batubara, dengan teknologi Carbon Capture?
2. Bagaimana proses-proses pengolahan batubara?
3. Bagaimana proses proses pencairan batubara dengan teknologi DCL (Direct Coal
Liquefaction) dan ICL (Indirect Coal Liquefaction) untuk menghasilkan senyawa
sintetic?
4. Apakah hasil yang didapat dari teknologi Gasifikasi batubara?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini, sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui proses pencairan yang terjadi pada batubara
2. Dapat membedakan proses pencairan dan grasifikasi pada batubara
3. Dapat mengetahui proses produksi hidrogen dari batubara, dengan teknologi
Carbon Capture
4. Mengetahui hasil yang didapat dari teknologi produksi hidrogen dari batubara.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gasifikasi Batubara

6
Proses yang paling mungkin untuk digunakan untuk mengubah batu bara menjadi
hidrogen disebut gasifikasi. Gasifikasi batubara tanggal kembali ke pertengahan abad ke- 19
ketika itu digunakan untuk membuat kota gas untuk memasak lokal, pemanasan, dan
pencahayaan-banyak menggunakan gas alam yang bertemu hari ini. Gasifikasi bekerja
dengan mencampur batubara dengan oksigen, air, atau uap pada suhu yang sangat tinggi
tanpa membiarkan pembakaran terjadi (oksidasi parsial). Sebagian besar dari bubuk
pembangkit listrik tenaga batubara saat ini membakar batubara (pembakaran) untuk
menghasilkan uap untuk digunakan dalam turbin. Saat ini, hanya dua yang dioperasikan
secara komersial pembangkit listrik yang menggunakan teknologi gasifikasi yang lebih
efisien dan lebih bersih .
Batubara adalah batuan sedimen yang secara kimia dan fisika adalah heterogen dan
mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen sebagai unsur utama dan belerang
serta nitrogen sebagai unsur tambahan. Zat lain, yaitu senyawa organik pembentuk ash
tersebar sebagai partikel zat mineral dan terpisah-pisah di seluruh senyawa batubara.
Beberapa jenis batu meleleh dan menjadi plastis apabila dipanaskan, tetapi meninggalkan
residu yang disebut kokas. Batubara dapat dibakar untuk membangkitkan uap atau
dikarbonisasikan untuk membuat bahan bakar cair atau dihidrogenisasikan untuk membuat
metan. Gas sintetis atau bahan bakar berupa gas dapat diproduksi sebagai produk utama
dengan jalan gasifikasi sempurna dari batubara dengan oksigen dan uap atau udara dan uap.
Amerika Serikat memiliki berlimpah, sumber daya domestik batubara-hampir pasokan
250 tahun berdasarkan perkiraan saat ini. Produksi hidrogen dari batubara menawarkan
efisiensi dan manfaat lingkungan ketika terintegrasi dengan teknologi canggih dalam
gasifikasi batubara, produksi listrik, dan penyerapan karbon. Integrasi teknologi ini
memfasilitasi penangkapan beberapa polutan seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, merkuri,
dan partikulat, serta gas rumah kaca seperti karbon dioksida .
DOE Kantor Energi Fosil mendukung kegiatan untuk memajukan batubara untuk
hidrogen teknologi, khususnya melalui proses gasifikasi batubara dengan penyerapan. DOE
mengantisipasi bahwa gasifikasi batubara untuk produksi hidrogen dengan penyerapan bisa
dikerahkan dalam kerangka waktu jangka menengah. Secara kimia, batubara adalah zat yang
kompleks dan sangat bervariasi yang dapat diubah menjadi berbagai produk. Gasifikasi
batubara merupakan salah satu metode yang dapat menghasilkan tenaga, bahan bakar cair,
bahan kimia, dan hidrogen. Secara khusus, hidrogen diproduksi dengan terlebih dahulu
bereaksi batubara dengan oksigen dan uap di bawah tekanan tinggi dan suhu untuk

7
membentuk gas sintesis, campuran yang terutama terdiri dari karbon monoksida dan
hydrogen.
Reaksi gasifikasi batubara (tidak seimbang):
CH0.8 + O2 + H2O CO + CO2 + H2 + spesies lain
Setelah kotoran dikeluarkan dari gas sintesis, karbon monoksida dalam campuran gas
direaksikan dengan steam melalui reaksi pergeseran air - gas untuk menghasilkan hidrogen
tambahan dan karbon dioksida. Hidrogen dihapus oleh sistem pemisahan, dan aliran CO2
sangat terkonsentrasi kemudian dapat ditangkap dan diasingkan.
Amerika Serikat memiliki berlimpah, sumber daya domestik batubara hampir pasokan
250 tahun berdasarkan perkiraan saat ini. Penggunaan batubara untuk menghasilkan hidrogen
untuk sektor transportasi dapat mengurangi jumlah penggunaan energi Amerika dan
ketergantungan pada minyak impor sambil membantu untuk menciptakan lapangan kerja
melalui penciptaan industri dalam negeri. Produksi hidrogen dari batubara juga menawarkan
manfaat lingkungan ketika terintegrasi dengan teknologi canggih dalam gasifikasi batubara,
produksi listrik, dan penyerapan karbon. Integrasi teknologi ini memfasilitasi penangkapan
polutan seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, merkuri, dan partikulat, serta gas rumah kaca
seperti karbon dioksida. Ketika hidrogen digunakan dalam kendaraan hemat sebagai bahan
bajar, emisi dari sector transporasi dapat hamper di eliminasi.
Ada beberapa tantangan untuk menggunakan gasifikasi batubara untuk menghasilkan
hidrogen dengan biaya dan dengan target dekat emisi gas rumah kaca nol. Tambahan R & D
diperlukan untuk:
1. Mengembangkan penangkapan dan penyerapan teknologi karbon yang memastikan tidak
ada karbon dioksida dilepaskan dalam proses produksi
2. Mengembangkan teknologi baru yang dapat menggantikan proses cryogenic saat ini
digunakan untuk memisahkan oksigen yang dibutuhkan dari udara
3. Mengembangkan teknologi membran baru untuk memisahkan dan memurnikan hidrogen
dari aliran gas.

2.2 Proses Pengolahan Batubara


Proses pengolahan batubara diantaranya:
2.2.1 Hidrogenasi (Hydrogenation)

8
Hidrogenasi adalah proses reaksi batubara dengan gas hydrogen bertekanan tinggi.
Reaksi ini diatur sedemikian rupa (kondisi reaksi, katalisator dan kriteria bahan baku) agar
dihasilkan senyawa hidrokarbon sesuai yang diinginkan, dengan spesifikasi mendekati
minyak mentah.
Sejalan perkembangannya, hidrogenasi batubara menjadi proses alternativ untuk
mengolah batubara menjadi bahan bakar cair pengganti produk minyak bumi, proses ini
dikenal dengan nama Bergius Proses, disebut juga proses pencairan batubara (coal
liquefaction).
2.3 Karakteristik Cairan Batubara
Produk pencairan batubara secara umum dibedakan atas 3 fraksi yaitu cairan (termasuk
air), gas dan padatan.fraksi padat yang larut dalam pentana atau heksana dinamakan minyak
(oil), fraksi kedua adlah fraksi yang larut dalam benzena tetapi tidak larut dalam pentena
yang disebut asfalten serta fraksi yang ketiga yaitu fraksi yang tidak larut dalam benzena
tetapi larut dalam larutan piridin yang disebut preasfalten.
2.4 Faktor yang mempengaruhi Proses Pencairan batubara
Adapun beberapa hal yang sangat mempengaruhi kuantitas dan kualitas proses
pencairan batubara diantaranya adalah:
1. Reaktifitas Batubara
Setiap jenis batubara memiliki reaktifitas yang berda-beda tergantung pada peringkat
batubara tersebut. Batubara jenis antrasit sukar untuk dicairkan. Batubara jenis biuminus
kualitas tinggi memerlukan kondisi operasi tertentu dibandingkan batubara kualitas
rendah. High volatile bituminous coal memberikan hasil cairan yang banyak. Batubara
peringkat rendah (low rank coal)seperti lignit mencair lebih ceepat tetapi hasil (cairan)
sedikit.
2. Laju Pemanasan
Laju pemansan didalam reaktor diusahakan secepat mungkin untuk menghindari
repolimerisasi dari radikal bebas yang terbentuk dari pemecahan ikatan kimia dari
batubara. Suhu optimum yang diperlukan untuk mencairkan batubara antara 400-550o C
3. Katalis

9
Kebanyakan logam (metal) dapat digunakan sebagai katalis. Abu batubara juga dapat
bertindak sebagai katalis daalm proses hidrogenasi batubara.
4. Tekanan
Untuk mencairkan batubara dibutuhkan tekanan operasi yang cukup tinggi yaitu berkisar
antara 500-4000 psi (34-270 atm. Namun demikian batubara juga dapat mencair pada
tekanan operasi yang relatif rendah pada kondisi super kritik pelarut donor hidrogen yang
digunakan.
5. Waktu kontak
Waktu kontak adalah waktu yang dibutuhkan untuk proses pencairan batubara didalam
reaktor yang berkisar antara 20 menit sampai 2 jam. Batubara juga dapat dicairkan pada
waktu kontak yang lebih rendah sekitar 10 menit. Proses ini disebut Short contact time
liquidfaction.
2.5 Metode Prose Pencairan Batubara
a. Pencairan Batubara (coal Liquefaction)
Coal liquefaction adalah terminologi yang dipakai secara umum mencakup pemrosesan
batubara menjadi BBM sintetik (synthetic fuel). Pendekatan yang mungkin dilakukan untuk
proses ini adalah: pirolisis, pencairan batubara secara langsung (Direct Coal LiquefactionDCL) ataupun melalui gasifikasi terlebih dahulu (Indirect Coal Liquefaction-ICL).
Secara intuitiv aspek yang penting dalam pengolahan batubara menjadi bahan bakar
minyak sintetik adalah: efisiensi proses yang mencakup keseimbangan energi dan masa, nilai
investasi, kemudian apakah prosesnya ramah lingkungan sehubungan dengan emisi gas
buang, karena ini akan mempengaruhi nilai insentiv menyangkut tema tentang lingkungan.
Undang-Undang No.2/2006 yang mengaatur tentang proses pencairan batubara.
Efisiensi pencairan batubara menjadi BBM sintetik adalah 1-2 barrel/ton batubara. Jika
diasumsikan hanya 10% dari deposit batubara dunia dapat dikonversikan menjadi BBM
sintetik, maka produksi minyak dunia dari batubara maksimal adalah beberapa juta
barrel/hari. Hal ini jelas tidak dapat menjadikan batubara sebagai sumber energi alternativ
bagi seluruh konsumsi minyak dunia. Walaupun faktanya demikian, bukan berarti batubara
tidak bisa menjadi jawaban alternativ energi untuk kebutuhan domestik suatu negara. Faktor
yang menjadi penentu adalah: apakah negara itu mempunyai cadangan yang cukup dan
teknologi yang dibutuhkan untuk meng-konversi-kannya. Jika diversivikasi sumber energi
menjadi strategi energi suatu negara, pastinya batubara menjadi satu potensi yang layak untuk

10
dikaji menjadi salah satu sumber energi, selain sumber energi terbarukan (angin, solar cell,
geothermal, biomass).
b. Pencairan batubara metode langsung (DCL)
DCL adalah proses hydro-craacking dengan bantuan katalisator. Prinsip dasar dari DCL
adalah meng-introduksi-an gas hydrogen kedalam struktur batubara agar rasio perbandingan
antara C/H menjadi kecil sehingga terbentuk senyawa-senyawa hidrokarbon rantai pendek
berbentuk cair. Proses ini telah mencapai rasio konversi 70% batubara (berat kering) menjadi
sintetik cair. Pada tahun 1994 proses DCL kembali dikembangkan sebagai komplementasi
dari proses ICL terbesar setelah dikomersialisasikan oleh Sasol Corp.
Tahun 2004 kerjasama pengembangan teknologi upgrade (antara China Shenhua Coal
Liquefaction Co. Ltd. dengan West Virginia University) untuk komersialisasi DCL rampung,
untuk kemudian pembangunan pabrik DCL kapasitas dunia di Inner Mongolia. Dalam Phase
pertama pabrik ini akan dihasilkan lebih dari 800.000 ton bahan bakar cair pertahunnya.
Yang menjadikan proses DCL sangat bervariasi adalah beberapa faktor di bawah:
a) Pencapaian dari sebuah proses DCL sangat tergantung daripada jenis feedstock/
(spesifikasi batubara) yang dipergunakan, sehingga tidak ada sebuah sistem yang bisa
optimal untuk digunakan bagi segala jenis batubara.
b) Jenis batubara tertentu mempunyai kecenderungan membentuk lelehan (caking perform),
sehingga menjadi bongkahan besar yang dapat membuat reaktor kehilangan tekanan dan
gradient panas terlokalisasi (hotspot). Hal ini biasanya diatasi dengan mencampur
komposisi batubara, sehingga pembentukan lelehan dapat dihindari.
c) Batubara dengan kadar ash yang tinggi lebih cocok untuk proses gasifikasi terlebih
dahulu, sehingga tidak terlalu mempengaruhi berjalannya proses.
d) Termal frakmentasi merupakan phenomena yang terjadi dimana serpihan batubara
mengalami defrakmentasi ukuran hingga berubah menjadi partikel-partikel kecil yang
menyumbat jalannya aliran gas sehingga menggangu jalannya keseluruhan proses.
c. Proses Pencairan Batubara Muda rendah emisi (Low Emission Brown Coal
Liquefaction)
Tahapan proses pencairan batubara muda (Brown Coal Liquefacion):
1. Pengeringan/penurunan kadar air secara efficient

11
2. Reaksi pencairan dengan limonite katalisator
3. Tahapan hidrogenasi untuk menghasilkan produk oil mentah
4. Deashing Coal Liquid Bottom/heavy oil (CLB)
5. Fraksinasi/pemurnian light oil (desulfurisasi, pemurnian gas, destilasi produk)
Cogas
pyro
lisis
Direct
Liquefa
ction

Char &Co-gas
Productions

Lurgi-Rhurgas
Rockwell

Flash Hydro
Solvent
Extraction
s

Hot-Riser

Non- Catalytic

SRC-I
SRC-II

Cat.donor
Solvent

coal

CSF
EDS

Catalytic
Critical
solvent
indirect
Liquefa
ction

Synthgas

Metanol

NCB

Contack
Catalyst

H-coal

Once
Through
Cat

GW

synthoil

Mobil-M

DOW
sasol

Mobil

Gambar 1. Skema Peoses Pencairan Batubara


2.6 Mekanisme Pencairan Batubara
Langka prose liquefaksi menurut Neavel terdiri atas konversi senyawa organik yang ada
dari batubara menjadi produk yang larut dalam piridin yang disebut preasfalten dan konversi
preasfalten menjadi gas,minyak dan cairan yang larut dalam benzen yang disebut asfalten

12

asfalten
Batubara + pelarut

preasfalten

minyak
Gas

Konversi senyawa organik dalam batubara menjadi preasfalten merupakan kombinasi dari
proses dispersi partikel batubara dalam larutan donor dan pemutus ikatan kimia yang sangat
lemah dalam batubara. Hal ini ditandai dengan lemahnya energi aktifasi yaitu 7 kcal/mol,
sedikitnya konsumsi hidrogen dan reaksi yang berlangsung dengan cepat. Konversi
preasfalten menjadi asfalten,minyak dan gas berlangsung lambat serta memerlukan hidrogen
yang lebih banyak.
Curren ,el-al menyatakan bahwa batubara jenis bituminus dengan pelarut tetralin
memerlukan 2,2,-2,6 % H dari batubara umpan. Konsumsi hidrogen yang tinggi
menunjukkkan terjadinya peristiwa hidrogenasi dan perengkahan batubara oleh pelarut yang
digunakan > jadi proses liquefaksi batubara mencakup reaksi depolimerisasi, hidrogenasi dan
perengkahan (hydrocracking). Mekanisme yang diajukan merupakan perbaikan mekanisme
yang dikemukakan oleh Weller yang berangkapan bahwa proses pencairan batubara adalah
melalui tahapan berikut:
Batubara

asfalten

minyak

2.7 Prinsip proses pencairan batubara


a) Langkah pertama adalah memisahkan air secara efisien dari batubara yang berkualitas
rendah.
b) Langkah kedua melakukan proses pencairan di mana hasil produksi minyak yang
dicairkan ditingkatkan dengan menggunakan katalisator, kemudian dilanjutkan
dengan proses hidrogenasi di mana heteroatom (campuran sulfur-laden, campuran
nitrogen-laden, dan lain lain) pada minyak batubara cair dipisahkan untuk
memperoleh bahan bakar bermutu tinggi, kerosin, dan bahan bakar lainnya.
c) Akhirnya, sisa dari proses tersebut (debu dan unsur sisa produksi lainnya)
dipisahkan/dikeluarkan.
2.8 Keutungan Dan Kelebihan Proses Pencairan Batubara
a. Keuntungan

13
-

Setiap satu ton batubara padat yang diolah dalam reaktor Bergius dapat menghasilkan
6,2 barel bahan bakar minyak sintesis berkualitas tinggi. Bahan ini dapat
dipergunakan sebagai bahan pengganti BBM pesawat jet (jet fuel), mesin diesel
(diesel fuel), serta gasoline dan bahan bakar minyak biasa.

Kualitas batubara cair yang dihasilkan sama dengan minyak mentah, namun harga
jualnya bisa lebih murah 50 persen dibandingkan BBM biasa. Jadi, kalau solar dijual
Rp 6.000 per liter, maka harga solar dari batubara cair hanya Rp 3.000 per liter.

Teknologi pengolahannya juga lebih ramah lingkungan. Dari pasca produksinya tidak
ada proses pembakaran, dan tidak dihasilkan gas CO2. Kalaupun menghasilkan
limbah (debu dan unsur sisa produksi lainnya), masih dapat dimanfaatkan untuk
bahan baku campuran pembuatan aspal. Bahkan sisa gas hidrogen masih laku dijual
untuk dimanfaatkan menjadi bahan bakar.

Bila teknologi dan harga jual produksi batu bara cair tersebut dianggap tidak
kompetitif lagi, perusahaan dapat berkonsentrasi penuh memperoduksi gas hidrogen
dan tenaga listrik yang masih memiliki prospek sangat cerah. Karena dengan
memanfaatkan Panel Surya berteknologi tinggi (photovoltaic), energi matahari yang
mampu ditangkap adalah 100 kali lipat dibandingkan dengan panel biasa. Setiap panel
/.dapat menghasilkan daya sebesar satu megawatt, dengan biayanya hanya US$ 5 atau
100 kali lebih murah dibandingkan dengan menggunakan instalasi panel surya yang
biasa.

b. Kerugian/kelemahan
-

Keekonomian Batubara cair akan ekonomis jika harga minyak bumi di atas US
$35/bbl, masalahnya harga minyak bumi sangat fluktuatif, sehingga seringkali
investor ragu untuk membangun kilang pencairan batubara.

Investasi Awal Tinggi Biaya investasi kilang pencairan batubara komersial, cukup
mahal yaitu US $ 1,5 milyar untuk kilang 13.500 barel/hari dan bisa mencapai US $
2,1 miliar untuk kilang berkapasitas 27.000 barel /hari.

Merupakan Investasi Jangka panjang Break Even Point (BEP) baru dicapai setelah 7
tahun beroperasi, sedangkan tahap pembangunan memakan waktu 3 tahun.

2.9 Hidrogenasi Batubara

14
Reaksi Hidrogenisasi pada senyawa organik adalah penambahan atom hidrogen ke
dalam senyawa, ermasuk pemecahan senyawa oleh hidrogen/hidrogenolisis, isomerisasi
maupun cyclisasi.
Reaksi lain yang melibatkan molekul hidrogen dan katalis adalah reduksi aminasi/
hidroamonolisis, hidroformilasi yaitu reaksi oxo dan oxoyl serta sintesa amoniak.
Hidrogenasi sinonim dengan reduksi, bila dalam reaksi melibatkan oksigen, nitrogen, sulfur,
karbon maupun halogen dengan menambahkan hidrogen untuk senyawa baru.
Penggunaan hidrogen dalam proses industri sangat dibutuhkan banyak seperti
pembuatan amoniak, metanol, bahan bakar cair, penjenuhan minyak nabati dan sebagainya.
1. Hidrogenasi Batu bara
Hidrogenasi batu bara menjadi bahan bakar cair (bensin), prosesnya adalah distruksi
hidrogenasi, atom-atom karbon pada batubara terdistruksi kemudian bersenyawa dengan
hidrogen membentuk hidrokarbon dengan rantai panjang yang sesuai dengan fraksi bahan
bakar cair yang diinginkan misalnya bensin.
2. Hidrogenasi Minyak Bumi
Minyak bumi merupakan fraksi berat atau rantai panjang hidrokarbon, dilakukan proses
perengkahan (cracking) yaitu pemutusan rantai hidrokarbon panjang menjadi lebih
pendek (fraksi ringan) dengan menambahkan kadar

hidrogen disebut proses

hidrocracking.
3. Hidrogenasi lemak/minyak
Minyak yang dimakan (edible oil) bisa dibuat margarine dengan cara penambahan
hidrogen bertekanan. Sedangkan minyak yang tak dimakan (non edible oil), dimanfaatkan
pada industri sabun, penyamakan kulit, cat dan farmasi. Pada industri sabun, proses yang
terpenting dari hasil hidrogenasi asam lemak (pada tekanan tinggi), akan tereduksi
menjadi alkohol/gliserol yang mempunyai harga ekonomis tinggi.
Proses reaksi hidrogenisasi diperlukan suplai hidrogen yang banyak, secara umum
hidrogen dihasilkan dari 4 jenis proses, yaitu:

1. Dekomposisi termal/cracking
Dekomposisi hidrokarbon secara sempurna seperti gas alam (metan) akan menghasilkan
karbon (jelaga) dan gas hidrogen.

15
2. Steam Reforming
Gas metan dengan uap air pada suhu tinggi terjadi kesetimbangan dengan gas CO dan
hidrogen.
3. Oksidasi parsiel
Gas alam atau minyak bumi bila dibakar dengan oksigen terbatas pada tekanan 200-300
psig, suhu 1100 0C akan dihasilkan campuran gas H2 dan CO.
4. Produk samping dari katalitik reforming
Proses ini untuk minyak bumi, dihasilkan produk samping sebagai gas yang mengandung
77-95% H2.
2.10 Pembuatan Hidrogen
Hidrogen dari Batubara Teknisi melakukan penyesuaian peralatan di unit testing
membran hidrogen pada Laboratorium Teknologi Energi Nasional FE itu. Peneliti NETL di
Kantor Penelitian dan Pengembangan menguji berbagai jenis bahan yang dapat digunakan
untuk memisahkan hidrogen dari gas-gas lainnya.
Teknisi melakukan penyesuaian peralatan di unit testing membran hidrogen pada
Laboratorium Teknologi Energi Nasional FE itu. Peneliti NETL di Kantor Penelitian dan
Pengembangan menguji berbagai jenis bahan yang dapat digunakan untuk memisahkan
hidrogen dari gas-gas lainnya.
Hidrogen dari penelitian batubara mendukung tujuan meningkatkan keamanan energi,
mengurangi dampak lingkungan dari penggunaan energi, mempromosikan pembangunan
ekonomi,

dan

mendorong

penemuan

ilmiah

dan

inovasi

dengan

meneliti

dan

mengembangkan teknologi baru yang mengkonversi sumber daya bangsa yang berlimpah
batu bara menjadi hidrogen. Penggunaan batubara - terbesar sumber energi fosil dalam negeri
Amerika - menawarkan potensi untuk menghasilkan hidrogen ekonomi dan menangkap emisi
karbon dioksida untuk pembangkitan listrik rendah karbon . Hidrogen dapat diproduksi dari
batubara dengan gasifikasi (yaitu, oksidasi parsial).
Gasifikasi batubara bekerja dengan terlebih dahulu bereaksi batubara dengan oksigen
dan uap di bawah tekanan tinggi dan suhu untuk membentuk gas sintesis, campuran yang
terutama terdiri dari karbon monoksida dan hidrogen. Sintesis gas dibersihkan dari kotoran
dan karbon monoksida dalam campuran gas direaksikan dengan steam melalui reaksi
pergeseran air - gas untuk menghasilkan hidrogen tambahan dan karbon dioksida. Hidrogen
dihapus oleh sistem pemisahan dan aliran CO 2 sangat terkonsentrasi kemudian dapat

16
ditangkap dan diasingkan. Hidrogen dapat digunakan dalam turbin pembakaran atau sel
bahan bakar oksida padat untuk menghasilkan listrik, atau digunakan sebagai bahan bajar
atau bahan baku kimia.
Gasifikasi batubara adalah teknologi yang menjanjikan untuk co - produksi tenaga
listrik dan hidrogen dari gasifikasi terpadu siklus gabungan ( IGCC ) teknologi. Namun, saat
ini tidak ada demonstrasi komersial dari pembangkit listrik bersama dan hidrogen. Tanaman
konseptual telah disimulasikan dengan menggunakan model komputer untuk memperkirakan
kinerja teknis dan ekonomis fasilitas co - produksi.
Untuk mengurangi biaya, teknologi canggih harus dikembangkan diseluruh system
yang menghasikan hidrogen dari barubara. Sebagai contoh, karbon dioksida yang dihasilkan
dalam proses hidgogen bias diasingkan oleh teknologi sekarang sedang dikembangkan di
Carbon Program Pengasingan DOE dan akhirnya ditunjukkan dalam kegiatan lain oleh Kanto
Batubara Bersih Penelitian dan Pengenmbangan (R&D)
Hidrogen dari produksi batubara kegiatan R & D meliputi: teknologi canggih
pergeseran air - gas, pemisahan hidrogen, proses intensifikasi, dan demonstrasi. Canggih
teknologi pergeseran air - gas akan fokus pada pengembangan katalis pergeseran lebih aktif
dan pengotor - toleran dan teknologi yang mengintegrasikan pergeseran air - gas dan
pemisahan hidrogen menjadi satu langkah.
Pemisahan hidrogen canggih akan mengeksplorasi teknologi untuk tekanan ayunan
adsorpsi canggih (PSA), membran, pelarut, sistem reverse selektif, dan alternatif teknologi
lainnya. Area fokus akan menjadi identifikasi bahan murah, stabilisasi membran, membran
segel dan teknologi fabrikasi metode untuk persiapan modul dan skala -up, dan analisis status
saat ini dan pilihan pemisahan disukai.
Proses intensifikasi adalah konsep mengintegrasikan beberapa proses menjadi satu
langkah, seperti gas sintesis bersih-bersih, pergeseran air - gas, dan pemisahan hidrogen akan
diselidiki. Novel, "out-of - the-box" konsep juga akan dipelajari yang menghasilkan hidrogen
dari batubara. Demonstrasi akan dilakukan untuk menguji teknologi canggih untuk
mengkonfirmasi laboratorium, bangku - skala, dan hasil modul pra rekayasa.
1. Syngas

17

Gambar 2. Syngas
Semua metode produksi ini melepas karbon dioksida atau C02 dalam proses konversinya, lebih hebat ketimbang ekstraksi dan proses pengilangan minyak mentah menjadi
bahan bakar. Artinya, walaupun produk bahan bakar yang dihasilkan lebih hijau dan ramah
lingkungan-sesuai dengan standar emisi bahan bakar Euro 3 justru prosesnya lebih hitam
dan melepas lebih banyak karbon dioksida ke atmosfer. Beberapa pihak mencoba
memasukkan proses sequestration dalam metode ini, yaitu sebelum dibuang, C02 didilusikan
dengan nitrogen dan gas lain. Tapi proses ini menambah biaya produksi.
Indonesia sendiri sudah lama mengenal teknologi memproses bahan bakar cair dari batu
bara. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi sejak 1994 sudah bekerja sama dengan
New Energy and Industrial Technology Development Organization untuk melakukan
penelitian dasar dan penelitian terapan mengenai teknologi tersebut. Keduanya telah
menyiapkan rencana untuk membangun proyek percontohan instalasi komersial pencairan
batu bara di Berau, Kalimantan Timur.
Pemerintah, dalam strategi pengelolaan energi nasional 2005-2025, juga mentargetkan
pembangunan tiga pabrik pencairan batu bara berkapasitas produksi 6.000 ton per hari untuk
mengantisipasi lonjakan kebutuhan BBM. Ketiga pabrik tersebut diharapkan akan dapat
mengurangi 10 persen kebutuhan BBM untuk transportasi.
2. Gasifikasi Batubara Sebagai Teknologi Batubara Terbersih
Batubara sebagai batuan hitam yang keras. Anggap saja sebagai massa atom. Sebagian
besar terdiri dari atom-atom karbon. Dan hidrogen. Dan juga atom lainnya, seperti sulfur dan

18
nitrogen. Ahli Kimia dapat mengambil massa atom, memisahkannya, dan membuat bentuk
zat baru - menjadi gas
Bagaimana memecah atom batubara? Kita mungkin berpikir caranya adalah
menggunakan palu godam, namun sebenarnya yang dibutuhkan adalah air dan panas.
Panaskan batubara di dalam bejana logam besar, tambahkan uap (air), dan atom batubara
akan terpisah. Menjadi apa?
Atom-atom karbon bergabung dengan oksigen yang ada di udara (atau oksigen murni
dapat disuntikkan ke dalam bejana). Atom-atom hidrogen bergabung satu sama lain. Hasilnya
adalah campuran karbon monoksida dan hidrogen - berupa gas.

Gambar 3. Gasifikasi batubara


3. Konsep gasifikasi

19

Gambar 4. Konsep gasifikasi


Kita dapat membakarnya dan menggunakan gas panas hasil pembakaran untuk memutar
turbin gas untuk menghasilkan listrik. Gas buangan yang keluar dari turbin gas cukup panas
untuk mendidihkan air untuk menghasilkan uap yang dapat memutarkan turbin lainnya dan
menghasilkan lebih banyak listrik.
Alasan utama adalah bahwa kotoran dalam batubara - seperti sulfur, nitrogen dan
banyak elemen lainnya - hampir seluruhnya dapat disaring saat batubara diubah menjadi gas
(proses yang disebut gasifikasi). Bahkan, para ilmuwan memiliki cara untuk menghilangkan
99,9% sulfur dan partikel kotoran kecil dari gas batubara. Gasifikasi batubara adalah salah
satu cara terbaik untuk membersihkan polusi batubara.
Alasan lain adalah bahwa gas batubara - karbon monoksida dan hidrogen - tidak harus
dibakar. Mereka juga dapat digunakan sebagai bahan kimia yang berharga. Para ilmuwan
telah mengembangkan reaksi kimia yang mengubah karbon monoksida dan hidrogen menjadi
berbagai bentuk, mulai dari bahan bakar cair untuk mobil dan truk sampai sikat gigi plastik!
Gasifikasi batubara bisa menjadi salah satu cara yang paling menjanjikan untuk
pemanfaatan batubara di masa depan guna menghasilkan listrik dan produk berharga lainnya.
Namun, ini hanyalah salah satu dari pemrosesan energi yang disebut "teknologi batubara
bersih" - teknologi yang dapat membuat bahan bakar fosil menjadi bahan bakar masa depan.

20

Gambar 5. Hydrogen from coal via gasification

Gambar 6. Comparison of process options for hydrogen from coal

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah melakukan penulisan mengenai pencairan batubara, dapat disimpulkan bahwa :
a. Proses terbentuknya batubara terjadi ratusan tahun yang lalu dibantu oleh tunbuhan
organik yang mengalami proses pembusukan. Tahapan terbentuknya batubara ini
terdiri dari tahap : penggambutan dan pembatubaraan.
b. Pencairan batubara adalah proses konversi dari batubara yang padat menjadi cair pada suhu
dan tekanan tinggi memakai gas hidrogen dan katalis. Produk pencairan batubara dapat
dipakai untuk substitusi BBM seperti bensin, kerosin dan minyak diesel. Teknologi ini sudah
dikaji sejak tahun 1995 bekerja sama dengan NEDO-Jepang dan berhasil mendapatkan paten
dan kepastian aplikasi teknologi untuk berbagai jenis batubara.
c. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses pencairan batubara. seperti

Raktifitas Batubara

Laju Pemanasan

Katalis

Waktu kontak

d. Proses pencairan batubara


-

Direct coal liquefaction (langsung)


Metode ini digunakan oleh Jerman selama Perang Dunia I dan II untuk memenuhi
kebutuhan minyak sintetik oleh militer. Selain itu, Jepang pun berhasil
mengembangkan sendiri teknologi DCL ini dengan menggabungkan 3 macam
metode pencairan pada batubara bituminus yaitu, direct hydrogenation, solven
extraction, dan Solvolysis. Teknologi tersebut dikenal dengan proses NEDOL,
yang dapat diaplikasikan pula untuk pencairan batubara muda.

Indirect coal liquefaction (tidak langsung)


Selain pencairan secara langsung, metode lain untuk menghasilkan minyak
sintetik dari batubara adalah dengan pencairan tidak langsung (indirect coal
liquefaction,

ICL), yaitu

melalui

proses gasifikasi batubara

yang.Pada

perkembangannya, pencairan batubara akhirnya lebih banyak menggunakan


metode tidak langsung, yaitu melalui gasifikasi.

22
-

Peningkatan peran batubara sebagai penyedia energy alternative terus dilakukan,


hal ini telah mendorong dilakukannya penelitian dengan bahan utama batubara
yang semula dalam bentuk padat menjadi bahan cair.

Gasifikasi batubara adalah teknologi yang menjanjikan untuk co - produksi


tenaga listrik dan hidrogen dari gasifikasi terpadu siklus gabungan ( IGCC )
teknologi. Namun, saat ini tidak ada demonstrasi komersial dari pembangkit
listrik bersama dan hidrogen . Tanaman konseptual telah disimulasikan dengan
menggunakan model komputer untuk memperkirakan kinerja teknis dan
ekonomis fasilitas co produksi.

Proses yang paling mungkin untuk digunakan untuk mengubah batu bara
menjadi hidrogen disebut gasifikasi. Gasifikasi bekerja dengan mencampur
batubara dengan oksigen, air, atau uap pada suhu yang sangat tinggi tanpa
membiarkan pembakaran terjadi

3.2 Saran
a. Melihat potensi indonesia yang kaya akan sumber daya alam, khusunya bahan
tambang batubara, diharapkan generasi muda pada umunya serta mahasiswa teknik
pada khususnya untuk lebih tekun dalam mempelajari materi mengenai batubara
agar Indonesia dapat mengolah sendiri sumber daya alam yang dimiliknya dan dapat
menfaatkan energy
b. Mengingat banyaknya industri proses yang perlu menggunakan gas hidrogen
sebagai salah satu komponen penting dalam proses industri itu sendiri, sehingga
diperlukannya pengembangan teknologi pengolahan batubara untuk menghasilkan
gas hidrogen agar dapat menghemat biaya produksi.

23
Pertanyaan
1. RA. Rifka Fadillah (Kelompok 7)
Pertanyaan:
Pada faktor liquification salah satunya adalah tekanan. Berapakah tekanan optimum
yang digunakan? dan mengapa pada range tekanan tersebut yang digunakan?
Jawab:
Untuk mencairkan batubara dibutuhkan tekanan operasi yang cukup tinggi yaitu berkisar
antara 500-4000 psi (34-270 atm). Namun demikian batubara juga dapat mencair pada
tekanan operasi yang relatif rendah pada kondisi super kritik pelarut donor hidrogen yang
digunakan. Jadi, tekanan operasi yang tergantung dari jenis batu bara yang digunakan,
contohnya seperti penggunaan batu bara subituminus yang merupakan batubara yang
memiliki range tinggi sehingga diperlukan tekanan operasi yang tinggi pula untuk
mempercepat proses liquification sehingga dapat mengefisiensi waktu dan bisa menghemat
dari segi ekonomi.

2. Anggik Pratama (Kelompok 3)


Pertanyaan:
Pengolahan hydrogen bisa dilakukan secara konvensional dan membran. Pada gas
cleaning (proses membran) apakah masih ada hydrogen yang tersisa?
Jawab:
Membrane tersebut berfungsi untuk memisahkan hydrogen dan CO 2, sehingga tidak
ada hydrogen yang tersisa, karena CO2 sudah terpisah pada alat pemurnian dan
hydrogen sudah langsung terbentuk tanpa proses pemurnian.
3. Diah Lestari (Kelompok 5)
Pertanyaan:
Adakah jenis-jenis gasifier yang digunakan pada proses konvensional dan proses
membran?
Jawab:
Penggunaan gasifier didasarkan pada katalis yang digunakan. Ada beberapa macam
jenis gasifier, salah satunya adalah jenis fluidized gasifier yang digunakan untuk
batubara yang halus.

Parameter

Fixed/Moving Bed

Fluidized Bed

Entrained Bed

Ukuran umpan

< 51 mm

< 6 mm

< 0.15 mm

Toleransi
partikel

kehalusan

Terbatas

Baik

Sangat baik

Toleransi

kekasaran Sangat baik

Baik

Buruk

24

partikel
Batubara
Toleransi jenis umpan
rendah

Segala jenis batubara,


kualitasBatubara
kualitas
tetapi
tidak cocok
rendah dan biomassa
untuk biomassa

Kebutuhan oksidan

Rendah

Menengah

Tinggi

Kebutuhan kukus

Tinggi

Menengah

Rendah

Temperatur reaksi

1090 C

800 1000 C

> 1990 C

450 600 C

800 1000 C

> 1260 C

Produksi abu

Kering

Kering

Terak

Efisiensi gas dingin

80%

89.2%

80%

Kapasitas penggunaan Kecil

Menengah

Besar

Permasalahan

Konversi karbon

Pendinginan
produk

Temperatur
keluaran

gas

Produksi tar

gas

Anda mungkin juga menyukai