Oleh:
Kelompok VI:
1. Eka Anggraini
(061330400298)
2. Nurul Agustini
(061330400306)
3. Putri Utami
(061330400307)
TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penyusun
dapat menyelesaikan makalah Pemanfaatan Batu Bara dengan judul Hidrogen Batubara.
Makalah ini dibuat agar pembaca mengenal lebih jauh mengenai bagaimana proses
pembentukan gas hidrogen dari batubara, struktur serta cadangan batubara yang ada di
Indonesia. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Fadarina, M.T., selaku dosen
pembimbing, yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini. Mudahmudahan makalah ini dapat berguna untuk menambah pengetahuan kita mengenai
pembentukan lapisan batu bara. Penyusun menyadari masih banyak terdapat kekurangan
dalam pembuatan makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dari
pembaca untuk kesempurnaan tulisan ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
4
cadangan recoverable terbesar batu bara, memiliki 27 % dari cadangan dunia. Pada tahun
2005, menurut Administrasi Informasi Energi AS, batubara biaya $ 1,54 per juta Btu,
dibandingkan dengan $ 7,59 untuk minyak dan $ 8,21 untuk gas alam (Electric Power
Bulanan, November 2006).
Proses yang paling mungkin untuk digunakan untuk mengubah batu bara menjadi
hidrogen disebut gasifikasi. Gasifikasi batubara tanggal kembali ke pertengahan abad ke- 19
ketika itu digunakan untuk membuat kota gas untuk memasak lokal, pemanasan, dan
pencahayaan-banyak menggunakan gas alam yang bertemu hari ini. Gasifikasi bekerja
dengan mencampur batubara dengan oksigen, air, atau uap pada suhu yang sangat tinggi
tanpa membiarkan pembakaran terjadi (oksidasi parsial). Sebagian besar dari bubuk
pembangkit listrik tenaga batubara saat ini membakar batubara (pembakaran) untuk
menghasilkan uap untuk digunakan dalam turbin. Saat ini, hanya dua yang dioperasikan
secara komersial pembangkit listrik yang menggunakan teknologi gasifikasi yang lebih
efisien dan lebih bersih .
1.2 Rumusan Masalah
Pada penulisan makalah ini, ada beberapa permasalahan yang akan dibahas antara lain:
1. Bagaiman produksi hidrogen dari batubara, dengan teknologi Carbon Capture?
2. Bagaimana proses-proses pengolahan batubara?
3. Bagaimana proses proses pencairan batubara dengan teknologi DCL (Direct Coal
Liquefaction) dan ICL (Indirect Coal Liquefaction) untuk menghasilkan senyawa
sintetic?
4. Apakah hasil yang didapat dari teknologi Gasifikasi batubara?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini, sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui proses pencairan yang terjadi pada batubara
2. Dapat membedakan proses pencairan dan grasifikasi pada batubara
3. Dapat mengetahui proses produksi hidrogen dari batubara, dengan teknologi
Carbon Capture
4. Mengetahui hasil yang didapat dari teknologi produksi hidrogen dari batubara.
BAB II
PEMBAHASAN
6
Proses yang paling mungkin untuk digunakan untuk mengubah batu bara menjadi
hidrogen disebut gasifikasi. Gasifikasi batubara tanggal kembali ke pertengahan abad ke- 19
ketika itu digunakan untuk membuat kota gas untuk memasak lokal, pemanasan, dan
pencahayaan-banyak menggunakan gas alam yang bertemu hari ini. Gasifikasi bekerja
dengan mencampur batubara dengan oksigen, air, atau uap pada suhu yang sangat tinggi
tanpa membiarkan pembakaran terjadi (oksidasi parsial). Sebagian besar dari bubuk
pembangkit listrik tenaga batubara saat ini membakar batubara (pembakaran) untuk
menghasilkan uap untuk digunakan dalam turbin. Saat ini, hanya dua yang dioperasikan
secara komersial pembangkit listrik yang menggunakan teknologi gasifikasi yang lebih
efisien dan lebih bersih .
Batubara adalah batuan sedimen yang secara kimia dan fisika adalah heterogen dan
mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen sebagai unsur utama dan belerang
serta nitrogen sebagai unsur tambahan. Zat lain, yaitu senyawa organik pembentuk ash
tersebar sebagai partikel zat mineral dan terpisah-pisah di seluruh senyawa batubara.
Beberapa jenis batu meleleh dan menjadi plastis apabila dipanaskan, tetapi meninggalkan
residu yang disebut kokas. Batubara dapat dibakar untuk membangkitkan uap atau
dikarbonisasikan untuk membuat bahan bakar cair atau dihidrogenisasikan untuk membuat
metan. Gas sintetis atau bahan bakar berupa gas dapat diproduksi sebagai produk utama
dengan jalan gasifikasi sempurna dari batubara dengan oksigen dan uap atau udara dan uap.
Amerika Serikat memiliki berlimpah, sumber daya domestik batubara-hampir pasokan
250 tahun berdasarkan perkiraan saat ini. Produksi hidrogen dari batubara menawarkan
efisiensi dan manfaat lingkungan ketika terintegrasi dengan teknologi canggih dalam
gasifikasi batubara, produksi listrik, dan penyerapan karbon. Integrasi teknologi ini
memfasilitasi penangkapan beberapa polutan seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, merkuri,
dan partikulat, serta gas rumah kaca seperti karbon dioksida .
DOE Kantor Energi Fosil mendukung kegiatan untuk memajukan batubara untuk
hidrogen teknologi, khususnya melalui proses gasifikasi batubara dengan penyerapan. DOE
mengantisipasi bahwa gasifikasi batubara untuk produksi hidrogen dengan penyerapan bisa
dikerahkan dalam kerangka waktu jangka menengah. Secara kimia, batubara adalah zat yang
kompleks dan sangat bervariasi yang dapat diubah menjadi berbagai produk. Gasifikasi
batubara merupakan salah satu metode yang dapat menghasilkan tenaga, bahan bakar cair,
bahan kimia, dan hidrogen. Secara khusus, hidrogen diproduksi dengan terlebih dahulu
bereaksi batubara dengan oksigen dan uap di bawah tekanan tinggi dan suhu untuk
7
membentuk gas sintesis, campuran yang terutama terdiri dari karbon monoksida dan
hydrogen.
Reaksi gasifikasi batubara (tidak seimbang):
CH0.8 + O2 + H2O CO + CO2 + H2 + spesies lain
Setelah kotoran dikeluarkan dari gas sintesis, karbon monoksida dalam campuran gas
direaksikan dengan steam melalui reaksi pergeseran air - gas untuk menghasilkan hidrogen
tambahan dan karbon dioksida. Hidrogen dihapus oleh sistem pemisahan, dan aliran CO2
sangat terkonsentrasi kemudian dapat ditangkap dan diasingkan.
Amerika Serikat memiliki berlimpah, sumber daya domestik batubara hampir pasokan
250 tahun berdasarkan perkiraan saat ini. Penggunaan batubara untuk menghasilkan hidrogen
untuk sektor transportasi dapat mengurangi jumlah penggunaan energi Amerika dan
ketergantungan pada minyak impor sambil membantu untuk menciptakan lapangan kerja
melalui penciptaan industri dalam negeri. Produksi hidrogen dari batubara juga menawarkan
manfaat lingkungan ketika terintegrasi dengan teknologi canggih dalam gasifikasi batubara,
produksi listrik, dan penyerapan karbon. Integrasi teknologi ini memfasilitasi penangkapan
polutan seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, merkuri, dan partikulat, serta gas rumah kaca
seperti karbon dioksida. Ketika hidrogen digunakan dalam kendaraan hemat sebagai bahan
bajar, emisi dari sector transporasi dapat hamper di eliminasi.
Ada beberapa tantangan untuk menggunakan gasifikasi batubara untuk menghasilkan
hidrogen dengan biaya dan dengan target dekat emisi gas rumah kaca nol. Tambahan R & D
diperlukan untuk:
1. Mengembangkan penangkapan dan penyerapan teknologi karbon yang memastikan tidak
ada karbon dioksida dilepaskan dalam proses produksi
2. Mengembangkan teknologi baru yang dapat menggantikan proses cryogenic saat ini
digunakan untuk memisahkan oksigen yang dibutuhkan dari udara
3. Mengembangkan teknologi membran baru untuk memisahkan dan memurnikan hidrogen
dari aliran gas.
8
Hidrogenasi adalah proses reaksi batubara dengan gas hydrogen bertekanan tinggi.
Reaksi ini diatur sedemikian rupa (kondisi reaksi, katalisator dan kriteria bahan baku) agar
dihasilkan senyawa hidrokarbon sesuai yang diinginkan, dengan spesifikasi mendekati
minyak mentah.
Sejalan perkembangannya, hidrogenasi batubara menjadi proses alternativ untuk
mengolah batubara menjadi bahan bakar cair pengganti produk minyak bumi, proses ini
dikenal dengan nama Bergius Proses, disebut juga proses pencairan batubara (coal
liquefaction).
2.3 Karakteristik Cairan Batubara
Produk pencairan batubara secara umum dibedakan atas 3 fraksi yaitu cairan (termasuk
air), gas dan padatan.fraksi padat yang larut dalam pentana atau heksana dinamakan minyak
(oil), fraksi kedua adlah fraksi yang larut dalam benzena tetapi tidak larut dalam pentena
yang disebut asfalten serta fraksi yang ketiga yaitu fraksi yang tidak larut dalam benzena
tetapi larut dalam larutan piridin yang disebut preasfalten.
2.4 Faktor yang mempengaruhi Proses Pencairan batubara
Adapun beberapa hal yang sangat mempengaruhi kuantitas dan kualitas proses
pencairan batubara diantaranya adalah:
1. Reaktifitas Batubara
Setiap jenis batubara memiliki reaktifitas yang berda-beda tergantung pada peringkat
batubara tersebut. Batubara jenis antrasit sukar untuk dicairkan. Batubara jenis biuminus
kualitas tinggi memerlukan kondisi operasi tertentu dibandingkan batubara kualitas
rendah. High volatile bituminous coal memberikan hasil cairan yang banyak. Batubara
peringkat rendah (low rank coal)seperti lignit mencair lebih ceepat tetapi hasil (cairan)
sedikit.
2. Laju Pemanasan
Laju pemansan didalam reaktor diusahakan secepat mungkin untuk menghindari
repolimerisasi dari radikal bebas yang terbentuk dari pemecahan ikatan kimia dari
batubara. Suhu optimum yang diperlukan untuk mencairkan batubara antara 400-550o C
3. Katalis
9
Kebanyakan logam (metal) dapat digunakan sebagai katalis. Abu batubara juga dapat
bertindak sebagai katalis daalm proses hidrogenasi batubara.
4. Tekanan
Untuk mencairkan batubara dibutuhkan tekanan operasi yang cukup tinggi yaitu berkisar
antara 500-4000 psi (34-270 atm. Namun demikian batubara juga dapat mencair pada
tekanan operasi yang relatif rendah pada kondisi super kritik pelarut donor hidrogen yang
digunakan.
5. Waktu kontak
Waktu kontak adalah waktu yang dibutuhkan untuk proses pencairan batubara didalam
reaktor yang berkisar antara 20 menit sampai 2 jam. Batubara juga dapat dicairkan pada
waktu kontak yang lebih rendah sekitar 10 menit. Proses ini disebut Short contact time
liquidfaction.
2.5 Metode Prose Pencairan Batubara
a. Pencairan Batubara (coal Liquefaction)
Coal liquefaction adalah terminologi yang dipakai secara umum mencakup pemrosesan
batubara menjadi BBM sintetik (synthetic fuel). Pendekatan yang mungkin dilakukan untuk
proses ini adalah: pirolisis, pencairan batubara secara langsung (Direct Coal LiquefactionDCL) ataupun melalui gasifikasi terlebih dahulu (Indirect Coal Liquefaction-ICL).
Secara intuitiv aspek yang penting dalam pengolahan batubara menjadi bahan bakar
minyak sintetik adalah: efisiensi proses yang mencakup keseimbangan energi dan masa, nilai
investasi, kemudian apakah prosesnya ramah lingkungan sehubungan dengan emisi gas
buang, karena ini akan mempengaruhi nilai insentiv menyangkut tema tentang lingkungan.
Undang-Undang No.2/2006 yang mengaatur tentang proses pencairan batubara.
Efisiensi pencairan batubara menjadi BBM sintetik adalah 1-2 barrel/ton batubara. Jika
diasumsikan hanya 10% dari deposit batubara dunia dapat dikonversikan menjadi BBM
sintetik, maka produksi minyak dunia dari batubara maksimal adalah beberapa juta
barrel/hari. Hal ini jelas tidak dapat menjadikan batubara sebagai sumber energi alternativ
bagi seluruh konsumsi minyak dunia. Walaupun faktanya demikian, bukan berarti batubara
tidak bisa menjadi jawaban alternativ energi untuk kebutuhan domestik suatu negara. Faktor
yang menjadi penentu adalah: apakah negara itu mempunyai cadangan yang cukup dan
teknologi yang dibutuhkan untuk meng-konversi-kannya. Jika diversivikasi sumber energi
menjadi strategi energi suatu negara, pastinya batubara menjadi satu potensi yang layak untuk
10
dikaji menjadi salah satu sumber energi, selain sumber energi terbarukan (angin, solar cell,
geothermal, biomass).
b. Pencairan batubara metode langsung (DCL)
DCL adalah proses hydro-craacking dengan bantuan katalisator. Prinsip dasar dari DCL
adalah meng-introduksi-an gas hydrogen kedalam struktur batubara agar rasio perbandingan
antara C/H menjadi kecil sehingga terbentuk senyawa-senyawa hidrokarbon rantai pendek
berbentuk cair. Proses ini telah mencapai rasio konversi 70% batubara (berat kering) menjadi
sintetik cair. Pada tahun 1994 proses DCL kembali dikembangkan sebagai komplementasi
dari proses ICL terbesar setelah dikomersialisasikan oleh Sasol Corp.
Tahun 2004 kerjasama pengembangan teknologi upgrade (antara China Shenhua Coal
Liquefaction Co. Ltd. dengan West Virginia University) untuk komersialisasi DCL rampung,
untuk kemudian pembangunan pabrik DCL kapasitas dunia di Inner Mongolia. Dalam Phase
pertama pabrik ini akan dihasilkan lebih dari 800.000 ton bahan bakar cair pertahunnya.
Yang menjadikan proses DCL sangat bervariasi adalah beberapa faktor di bawah:
a) Pencapaian dari sebuah proses DCL sangat tergantung daripada jenis feedstock/
(spesifikasi batubara) yang dipergunakan, sehingga tidak ada sebuah sistem yang bisa
optimal untuk digunakan bagi segala jenis batubara.
b) Jenis batubara tertentu mempunyai kecenderungan membentuk lelehan (caking perform),
sehingga menjadi bongkahan besar yang dapat membuat reaktor kehilangan tekanan dan
gradient panas terlokalisasi (hotspot). Hal ini biasanya diatasi dengan mencampur
komposisi batubara, sehingga pembentukan lelehan dapat dihindari.
c) Batubara dengan kadar ash yang tinggi lebih cocok untuk proses gasifikasi terlebih
dahulu, sehingga tidak terlalu mempengaruhi berjalannya proses.
d) Termal frakmentasi merupakan phenomena yang terjadi dimana serpihan batubara
mengalami defrakmentasi ukuran hingga berubah menjadi partikel-partikel kecil yang
menyumbat jalannya aliran gas sehingga menggangu jalannya keseluruhan proses.
c. Proses Pencairan Batubara Muda rendah emisi (Low Emission Brown Coal
Liquefaction)
Tahapan proses pencairan batubara muda (Brown Coal Liquefacion):
1. Pengeringan/penurunan kadar air secara efficient
11
2. Reaksi pencairan dengan limonite katalisator
3. Tahapan hidrogenasi untuk menghasilkan produk oil mentah
4. Deashing Coal Liquid Bottom/heavy oil (CLB)
5. Fraksinasi/pemurnian light oil (desulfurisasi, pemurnian gas, destilasi produk)
Cogas
pyro
lisis
Direct
Liquefa
ction
Char &Co-gas
Productions
Lurgi-Rhurgas
Rockwell
Flash Hydro
Solvent
Extraction
s
Hot-Riser
Non- Catalytic
SRC-I
SRC-II
Cat.donor
Solvent
coal
CSF
EDS
Catalytic
Critical
solvent
indirect
Liquefa
ction
Synthgas
Metanol
NCB
Contack
Catalyst
H-coal
Once
Through
Cat
GW
synthoil
Mobil-M
DOW
sasol
Mobil
12
asfalten
Batubara + pelarut
preasfalten
minyak
Gas
Konversi senyawa organik dalam batubara menjadi preasfalten merupakan kombinasi dari
proses dispersi partikel batubara dalam larutan donor dan pemutus ikatan kimia yang sangat
lemah dalam batubara. Hal ini ditandai dengan lemahnya energi aktifasi yaitu 7 kcal/mol,
sedikitnya konsumsi hidrogen dan reaksi yang berlangsung dengan cepat. Konversi
preasfalten menjadi asfalten,minyak dan gas berlangsung lambat serta memerlukan hidrogen
yang lebih banyak.
Curren ,el-al menyatakan bahwa batubara jenis bituminus dengan pelarut tetralin
memerlukan 2,2,-2,6 % H dari batubara umpan. Konsumsi hidrogen yang tinggi
menunjukkkan terjadinya peristiwa hidrogenasi dan perengkahan batubara oleh pelarut yang
digunakan > jadi proses liquefaksi batubara mencakup reaksi depolimerisasi, hidrogenasi dan
perengkahan (hydrocracking). Mekanisme yang diajukan merupakan perbaikan mekanisme
yang dikemukakan oleh Weller yang berangkapan bahwa proses pencairan batubara adalah
melalui tahapan berikut:
Batubara
asfalten
minyak
13
-
Setiap satu ton batubara padat yang diolah dalam reaktor Bergius dapat menghasilkan
6,2 barel bahan bakar minyak sintesis berkualitas tinggi. Bahan ini dapat
dipergunakan sebagai bahan pengganti BBM pesawat jet (jet fuel), mesin diesel
(diesel fuel), serta gasoline dan bahan bakar minyak biasa.
Kualitas batubara cair yang dihasilkan sama dengan minyak mentah, namun harga
jualnya bisa lebih murah 50 persen dibandingkan BBM biasa. Jadi, kalau solar dijual
Rp 6.000 per liter, maka harga solar dari batubara cair hanya Rp 3.000 per liter.
Teknologi pengolahannya juga lebih ramah lingkungan. Dari pasca produksinya tidak
ada proses pembakaran, dan tidak dihasilkan gas CO2. Kalaupun menghasilkan
limbah (debu dan unsur sisa produksi lainnya), masih dapat dimanfaatkan untuk
bahan baku campuran pembuatan aspal. Bahkan sisa gas hidrogen masih laku dijual
untuk dimanfaatkan menjadi bahan bakar.
Bila teknologi dan harga jual produksi batu bara cair tersebut dianggap tidak
kompetitif lagi, perusahaan dapat berkonsentrasi penuh memperoduksi gas hidrogen
dan tenaga listrik yang masih memiliki prospek sangat cerah. Karena dengan
memanfaatkan Panel Surya berteknologi tinggi (photovoltaic), energi matahari yang
mampu ditangkap adalah 100 kali lipat dibandingkan dengan panel biasa. Setiap panel
/.dapat menghasilkan daya sebesar satu megawatt, dengan biayanya hanya US$ 5 atau
100 kali lebih murah dibandingkan dengan menggunakan instalasi panel surya yang
biasa.
b. Kerugian/kelemahan
-
Keekonomian Batubara cair akan ekonomis jika harga minyak bumi di atas US
$35/bbl, masalahnya harga minyak bumi sangat fluktuatif, sehingga seringkali
investor ragu untuk membangun kilang pencairan batubara.
Investasi Awal Tinggi Biaya investasi kilang pencairan batubara komersial, cukup
mahal yaitu US $ 1,5 milyar untuk kilang 13.500 barel/hari dan bisa mencapai US $
2,1 miliar untuk kilang berkapasitas 27.000 barel /hari.
Merupakan Investasi Jangka panjang Break Even Point (BEP) baru dicapai setelah 7
tahun beroperasi, sedangkan tahap pembangunan memakan waktu 3 tahun.
14
Reaksi Hidrogenisasi pada senyawa organik adalah penambahan atom hidrogen ke
dalam senyawa, ermasuk pemecahan senyawa oleh hidrogen/hidrogenolisis, isomerisasi
maupun cyclisasi.
Reaksi lain yang melibatkan molekul hidrogen dan katalis adalah reduksi aminasi/
hidroamonolisis, hidroformilasi yaitu reaksi oxo dan oxoyl serta sintesa amoniak.
Hidrogenasi sinonim dengan reduksi, bila dalam reaksi melibatkan oksigen, nitrogen, sulfur,
karbon maupun halogen dengan menambahkan hidrogen untuk senyawa baru.
Penggunaan hidrogen dalam proses industri sangat dibutuhkan banyak seperti
pembuatan amoniak, metanol, bahan bakar cair, penjenuhan minyak nabati dan sebagainya.
1. Hidrogenasi Batu bara
Hidrogenasi batu bara menjadi bahan bakar cair (bensin), prosesnya adalah distruksi
hidrogenasi, atom-atom karbon pada batubara terdistruksi kemudian bersenyawa dengan
hidrogen membentuk hidrokarbon dengan rantai panjang yang sesuai dengan fraksi bahan
bakar cair yang diinginkan misalnya bensin.
2. Hidrogenasi Minyak Bumi
Minyak bumi merupakan fraksi berat atau rantai panjang hidrokarbon, dilakukan proses
perengkahan (cracking) yaitu pemutusan rantai hidrokarbon panjang menjadi lebih
pendek (fraksi ringan) dengan menambahkan kadar
hidrocracking.
3. Hidrogenasi lemak/minyak
Minyak yang dimakan (edible oil) bisa dibuat margarine dengan cara penambahan
hidrogen bertekanan. Sedangkan minyak yang tak dimakan (non edible oil), dimanfaatkan
pada industri sabun, penyamakan kulit, cat dan farmasi. Pada industri sabun, proses yang
terpenting dari hasil hidrogenasi asam lemak (pada tekanan tinggi), akan tereduksi
menjadi alkohol/gliserol yang mempunyai harga ekonomis tinggi.
Proses reaksi hidrogenisasi diperlukan suplai hidrogen yang banyak, secara umum
hidrogen dihasilkan dari 4 jenis proses, yaitu:
1. Dekomposisi termal/cracking
Dekomposisi hidrokarbon secara sempurna seperti gas alam (metan) akan menghasilkan
karbon (jelaga) dan gas hidrogen.
15
2. Steam Reforming
Gas metan dengan uap air pada suhu tinggi terjadi kesetimbangan dengan gas CO dan
hidrogen.
3. Oksidasi parsiel
Gas alam atau minyak bumi bila dibakar dengan oksigen terbatas pada tekanan 200-300
psig, suhu 1100 0C akan dihasilkan campuran gas H2 dan CO.
4. Produk samping dari katalitik reforming
Proses ini untuk minyak bumi, dihasilkan produk samping sebagai gas yang mengandung
77-95% H2.
2.10 Pembuatan Hidrogen
Hidrogen dari Batubara Teknisi melakukan penyesuaian peralatan di unit testing
membran hidrogen pada Laboratorium Teknologi Energi Nasional FE itu. Peneliti NETL di
Kantor Penelitian dan Pengembangan menguji berbagai jenis bahan yang dapat digunakan
untuk memisahkan hidrogen dari gas-gas lainnya.
Teknisi melakukan penyesuaian peralatan di unit testing membran hidrogen pada
Laboratorium Teknologi Energi Nasional FE itu. Peneliti NETL di Kantor Penelitian dan
Pengembangan menguji berbagai jenis bahan yang dapat digunakan untuk memisahkan
hidrogen dari gas-gas lainnya.
Hidrogen dari penelitian batubara mendukung tujuan meningkatkan keamanan energi,
mengurangi dampak lingkungan dari penggunaan energi, mempromosikan pembangunan
ekonomi,
dan
mendorong
penemuan
ilmiah
dan
inovasi
dengan
meneliti
dan
mengembangkan teknologi baru yang mengkonversi sumber daya bangsa yang berlimpah
batu bara menjadi hidrogen. Penggunaan batubara - terbesar sumber energi fosil dalam negeri
Amerika - menawarkan potensi untuk menghasilkan hidrogen ekonomi dan menangkap emisi
karbon dioksida untuk pembangkitan listrik rendah karbon . Hidrogen dapat diproduksi dari
batubara dengan gasifikasi (yaitu, oksidasi parsial).
Gasifikasi batubara bekerja dengan terlebih dahulu bereaksi batubara dengan oksigen
dan uap di bawah tekanan tinggi dan suhu untuk membentuk gas sintesis, campuran yang
terutama terdiri dari karbon monoksida dan hidrogen. Sintesis gas dibersihkan dari kotoran
dan karbon monoksida dalam campuran gas direaksikan dengan steam melalui reaksi
pergeseran air - gas untuk menghasilkan hidrogen tambahan dan karbon dioksida. Hidrogen
dihapus oleh sistem pemisahan dan aliran CO 2 sangat terkonsentrasi kemudian dapat
16
ditangkap dan diasingkan. Hidrogen dapat digunakan dalam turbin pembakaran atau sel
bahan bakar oksida padat untuk menghasilkan listrik, atau digunakan sebagai bahan bajar
atau bahan baku kimia.
Gasifikasi batubara adalah teknologi yang menjanjikan untuk co - produksi tenaga
listrik dan hidrogen dari gasifikasi terpadu siklus gabungan ( IGCC ) teknologi. Namun, saat
ini tidak ada demonstrasi komersial dari pembangkit listrik bersama dan hidrogen. Tanaman
konseptual telah disimulasikan dengan menggunakan model komputer untuk memperkirakan
kinerja teknis dan ekonomis fasilitas co - produksi.
Untuk mengurangi biaya, teknologi canggih harus dikembangkan diseluruh system
yang menghasikan hidrogen dari barubara. Sebagai contoh, karbon dioksida yang dihasilkan
dalam proses hidgogen bias diasingkan oleh teknologi sekarang sedang dikembangkan di
Carbon Program Pengasingan DOE dan akhirnya ditunjukkan dalam kegiatan lain oleh Kanto
Batubara Bersih Penelitian dan Pengenmbangan (R&D)
Hidrogen dari produksi batubara kegiatan R & D meliputi: teknologi canggih
pergeseran air - gas, pemisahan hidrogen, proses intensifikasi, dan demonstrasi. Canggih
teknologi pergeseran air - gas akan fokus pada pengembangan katalis pergeseran lebih aktif
dan pengotor - toleran dan teknologi yang mengintegrasikan pergeseran air - gas dan
pemisahan hidrogen menjadi satu langkah.
Pemisahan hidrogen canggih akan mengeksplorasi teknologi untuk tekanan ayunan
adsorpsi canggih (PSA), membran, pelarut, sistem reverse selektif, dan alternatif teknologi
lainnya. Area fokus akan menjadi identifikasi bahan murah, stabilisasi membran, membran
segel dan teknologi fabrikasi metode untuk persiapan modul dan skala -up, dan analisis status
saat ini dan pilihan pemisahan disukai.
Proses intensifikasi adalah konsep mengintegrasikan beberapa proses menjadi satu
langkah, seperti gas sintesis bersih-bersih, pergeseran air - gas, dan pemisahan hidrogen akan
diselidiki. Novel, "out-of - the-box" konsep juga akan dipelajari yang menghasilkan hidrogen
dari batubara. Demonstrasi akan dilakukan untuk menguji teknologi canggih untuk
mengkonfirmasi laboratorium, bangku - skala, dan hasil modul pra rekayasa.
1. Syngas
17
Gambar 2. Syngas
Semua metode produksi ini melepas karbon dioksida atau C02 dalam proses konversinya, lebih hebat ketimbang ekstraksi dan proses pengilangan minyak mentah menjadi
bahan bakar. Artinya, walaupun produk bahan bakar yang dihasilkan lebih hijau dan ramah
lingkungan-sesuai dengan standar emisi bahan bakar Euro 3 justru prosesnya lebih hitam
dan melepas lebih banyak karbon dioksida ke atmosfer. Beberapa pihak mencoba
memasukkan proses sequestration dalam metode ini, yaitu sebelum dibuang, C02 didilusikan
dengan nitrogen dan gas lain. Tapi proses ini menambah biaya produksi.
Indonesia sendiri sudah lama mengenal teknologi memproses bahan bakar cair dari batu
bara. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi sejak 1994 sudah bekerja sama dengan
New Energy and Industrial Technology Development Organization untuk melakukan
penelitian dasar dan penelitian terapan mengenai teknologi tersebut. Keduanya telah
menyiapkan rencana untuk membangun proyek percontohan instalasi komersial pencairan
batu bara di Berau, Kalimantan Timur.
Pemerintah, dalam strategi pengelolaan energi nasional 2005-2025, juga mentargetkan
pembangunan tiga pabrik pencairan batu bara berkapasitas produksi 6.000 ton per hari untuk
mengantisipasi lonjakan kebutuhan BBM. Ketiga pabrik tersebut diharapkan akan dapat
mengurangi 10 persen kebutuhan BBM untuk transportasi.
2. Gasifikasi Batubara Sebagai Teknologi Batubara Terbersih
Batubara sebagai batuan hitam yang keras. Anggap saja sebagai massa atom. Sebagian
besar terdiri dari atom-atom karbon. Dan hidrogen. Dan juga atom lainnya, seperti sulfur dan
18
nitrogen. Ahli Kimia dapat mengambil massa atom, memisahkannya, dan membuat bentuk
zat baru - menjadi gas
Bagaimana memecah atom batubara? Kita mungkin berpikir caranya adalah
menggunakan palu godam, namun sebenarnya yang dibutuhkan adalah air dan panas.
Panaskan batubara di dalam bejana logam besar, tambahkan uap (air), dan atom batubara
akan terpisah. Menjadi apa?
Atom-atom karbon bergabung dengan oksigen yang ada di udara (atau oksigen murni
dapat disuntikkan ke dalam bejana). Atom-atom hidrogen bergabung satu sama lain. Hasilnya
adalah campuran karbon monoksida dan hidrogen - berupa gas.
19
20
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah melakukan penulisan mengenai pencairan batubara, dapat disimpulkan bahwa :
a. Proses terbentuknya batubara terjadi ratusan tahun yang lalu dibantu oleh tunbuhan
organik yang mengalami proses pembusukan. Tahapan terbentuknya batubara ini
terdiri dari tahap : penggambutan dan pembatubaraan.
b. Pencairan batubara adalah proses konversi dari batubara yang padat menjadi cair pada suhu
dan tekanan tinggi memakai gas hidrogen dan katalis. Produk pencairan batubara dapat
dipakai untuk substitusi BBM seperti bensin, kerosin dan minyak diesel. Teknologi ini sudah
dikaji sejak tahun 1995 bekerja sama dengan NEDO-Jepang dan berhasil mendapatkan paten
dan kepastian aplikasi teknologi untuk berbagai jenis batubara.
c. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses pencairan batubara. seperti
Raktifitas Batubara
Laju Pemanasan
Katalis
Waktu kontak
ICL), yaitu
melalui
yang.Pada
22
-
Proses yang paling mungkin untuk digunakan untuk mengubah batu bara
menjadi hidrogen disebut gasifikasi. Gasifikasi bekerja dengan mencampur
batubara dengan oksigen, air, atau uap pada suhu yang sangat tinggi tanpa
membiarkan pembakaran terjadi
3.2 Saran
a. Melihat potensi indonesia yang kaya akan sumber daya alam, khusunya bahan
tambang batubara, diharapkan generasi muda pada umunya serta mahasiswa teknik
pada khususnya untuk lebih tekun dalam mempelajari materi mengenai batubara
agar Indonesia dapat mengolah sendiri sumber daya alam yang dimiliknya dan dapat
menfaatkan energy
b. Mengingat banyaknya industri proses yang perlu menggunakan gas hidrogen
sebagai salah satu komponen penting dalam proses industri itu sendiri, sehingga
diperlukannya pengembangan teknologi pengolahan batubara untuk menghasilkan
gas hidrogen agar dapat menghemat biaya produksi.
23
Pertanyaan
1. RA. Rifka Fadillah (Kelompok 7)
Pertanyaan:
Pada faktor liquification salah satunya adalah tekanan. Berapakah tekanan optimum
yang digunakan? dan mengapa pada range tekanan tersebut yang digunakan?
Jawab:
Untuk mencairkan batubara dibutuhkan tekanan operasi yang cukup tinggi yaitu berkisar
antara 500-4000 psi (34-270 atm). Namun demikian batubara juga dapat mencair pada
tekanan operasi yang relatif rendah pada kondisi super kritik pelarut donor hidrogen yang
digunakan. Jadi, tekanan operasi yang tergantung dari jenis batu bara yang digunakan,
contohnya seperti penggunaan batu bara subituminus yang merupakan batubara yang
memiliki range tinggi sehingga diperlukan tekanan operasi yang tinggi pula untuk
mempercepat proses liquification sehingga dapat mengefisiensi waktu dan bisa menghemat
dari segi ekonomi.
Parameter
Fixed/Moving Bed
Fluidized Bed
Entrained Bed
Ukuran umpan
< 51 mm
< 6 mm
< 0.15 mm
Toleransi
partikel
kehalusan
Terbatas
Baik
Sangat baik
Toleransi
Baik
Buruk
24
partikel
Batubara
Toleransi jenis umpan
rendah
Kebutuhan oksidan
Rendah
Menengah
Tinggi
Kebutuhan kukus
Tinggi
Menengah
Rendah
Temperatur reaksi
1090 C
800 1000 C
> 1990 C
450 600 C
800 1000 C
> 1260 C
Produksi abu
Kering
Kering
Terak
80%
89.2%
80%
Menengah
Besar
Permasalahan
Konversi karbon
Pendinginan
produk
Temperatur
keluaran
gas
Produksi tar
gas