Anda di halaman 1dari 3

PENGERTIAN PEMBAKARAN

Pembakaran merupakan oksidasi cepat bahan bakar disertai dengan produksi


panas, atau panas dan cahaya. Pembakaran sempurna bahan bakar terjadi hanya
jika ada pasokan oksigen yang cukup.
Oksigen (O2) merupakan salah satu elemen bumi paling umum yang
jumlahnya mencapai 20.9% dari udara. Bahan bakar padat atau cair harus diubah ke
bentuk gas sebelum dibakar. Biasanya diperlukan panas untuk mengubah cairan
atau padatan menjadi gas. Bahan bakar gas akan terbakar pada keadaan normal
jika terdapat udara yang cukup.
Hampir 79% udara (tanpa adanya oksigen) merupakan nitrogen, dan sisanya
merupakan elemen lainnya. Nitrogen dianggap sebagai pengencer yang
menurunkan suhu yang harus ada untuk mencapai oksigen yang dibutuhkan untuk
pembakaran.
Nitrogen mengurangi efisiensi pembakaran dengan cara menyerap panas dari
pembakaran bahan bakar dan mengencerkan gas buang. Nitrogen juga mengurangi
transfer panas pada permukaan alat penukar panas, juga meningkatkan volum hasil
samping pembakaran, yang juga harus dialirkan melalui alat penukar panas sampai
ke cerobong.
Nitrogen ini juga dapat bergabung dengan oksigen (terutama pada suhu nyala
yang tinggi) untuk menghasilkan oksida nitrogen (NOx), yang merupakan pencemar
beracun. Karbon, hidrogen dan sulfur dalam bahan bakar bercampur dengan
oksigen di udara membentuk karbon dioksida, uap air dan sulfur dioksida,
melepaskan panas masing-masing 8.084 kkal, 28.922 kkal dan 2.224 kkal. Pada
kondisi tertentu, karbon juga dapat bergabung dengan oksigen membentuk karbon
monoksida, dengan melepaskan sejumlah kecil panas (2.430 kkal/kg karbon).
Karbon terbakar yang membentuk CO2 akan menghasilkan lebih banyak panas per
satuan bahan bakar daripada bila menghasilkan CO atau asap.

PEMBAKARAN LUAR
Motor pembakaran luar adalah proses pembakaran bahan bakar terjadi diluar
motor itu, sehingga untuk melaksanakan pembakaran motor tersendiri. Panas dari
hasil pembakaran bahan bakar tidak langsung diubah menjadi tenaga gerak, tetapi
terlebh dulu melalui media penghantar, baru kemudian diubah menjadi tenaga
mekanik. Di dalam motor pembakaran luar bahan bakarnya dibakar diruang
pembakaran tersendiri dengan ketel untuk menghasilkan uap, selanjutnya uap yang
dihasilkan digunakan untuk menggerakan sudut sudut turbin.

PENGERTIAN PLTU
Pembangkit Listrik Tenaga Uap atau PLTU adalah pembangkit yang
mengandalkan energi kinetik dari uap untuk menghasilkan energi listrik. Bentuk
utama pembangkit listrik jenis ini adalah generator yang di hubungkan ke turbin
dimana untuk memutar turbin diperlukan energi kinetik dari uap panas atau kering.
Pembangkit listrik tenaga uap menggunakan berbagai macam bahan bakar terutama
batu-bara dan minyak bakar serta MFO untuk start awal. Pada PLTU, energi primer
yang dikonversikan menjadi energi listrik adalah bahan bakar. Baban bakar yang
digunakan dapat berupa batubara (padat), minyak (cair), atau gas. Ada kalanya
PLTU menggunakan kombinasi beberapa macam bahan bakar.

DAMPAK PLTU
1. Pencemaran Lingkungan
Dalam proses produksi listrik dari pada PLTU batu bara terdapat proses
pembakaran batubara. Seperti halnya bahan bakar fosil lainnya, dalam proses pembakaran
batubara selain dihasilkan pelepasan energy berupa panas juga dihasilkan abu dan asap.
Debu dan asap ini merupakan polutan yang dihasilkan dari PLTU batubara. Berikut polutan
utama yang dihasilkan oleh PLTU batubara :
-SOx merupakan emisi gas buang yang dikenal sebagai sumber gangguan paru-paru dan
dapat menyebabkan berbagai penyakit pernafasan.
-NOx merupakan emisi gas buang yang sekaligus dikeluarkan oleh PLTU batubara
bersama dengan gas Sox, keduanya merupakan penyebab terjadinya "hujan asam" yang
terjadi di banyak negara maju dan berkembang, terutama yang menggantungkan produksi
listriknya dari PLTU batubara. Hujan asam dapat memberikan dampak buruk bagi industri
peternakan dan pertanian.
-COx merupakan emisi gas buang yang dapat membentuk lapisan pada atmosfer yang
dapat menyelubungi permukaan bumi sehingga dapat menimbulkan efek rumah kaca
("green-house effect"), hal ini dapat berpengaruh pada perubahan iklim global.
fly ash ( abu terbang)
2. Pencemaran Udara
Dampak yang di timbulkan lainya dalam pembangunan PLTU adalah asap hasil
pembakaran batubara. Apabila terus menerus menghirup asap dari hasil pembakaran itu,
lambat laun akan mengalami kerusakan pernapasan. Unsur beracun menyebabkan
penyakit kulit, gangguan pencernaan, paru- paru dan penyakit kanker otak. Air sungai
tempat buangan limbah apabila digunakan masyarakat secara terus menerus, gejala
penyakit itu biasa akan tampak setelah bahan beracun terakumulasi dalam tubuh manusia.
Masyarakat pada umumnya hanya mengetahui bahwa pemakaian batubara sebagai bahan
bakar dapat menimbulkan polutan yang mencemari udara berupa CO (karbon monoksida),
NOx (oksida-oksida nitrogen), SOx (oksida-oksida belerang), HC (senyawa-senyawa
karbon), fly ash (partikel debu). dan juga partikel-partikel yang terhambur ke udara sebagai
bahan pencemar udara. Partikel-partikel tersebut antara lain adalah: Karbon dalam bentuk
abu atau fly ash (C), Debu-debu silika (SiO 2 ), Debu-debu alumia (Al 2 O 3 ) dan Oksida-
oksida besi (Fe 2 O 3 atau Fe 3 O 4 ) Partikel-partikel tersebut dapat menimbulkan dampak
pencemaran lingkungan, selain timbulnya hujan asam yang dapat merusak hutan dan lahan
pertanian maupun efek rumah kaca yang dapat menyebabkan kenaikan suhu di permukaan
bumi dengan segala efek sampingannya yang disebabkan oleh gas-gas hasil pembakaran
batubara. Sebagaimana halnya polutan (bahan pencemar) konvensional yang keluar dari
batubara, polutan radioaktif pun dapat dengan mudah masuk kedalam tubuh manusia
melalui udara yang dihirup oleh paru-paru, maupun melalui rantai makanan yang telah
terkontaminasi oleh polutan radioaktif. Polutan radioaktif yang terakumulasi didalam tubuh
dalam jumlah yang banyak dapat menimbulkan gangguan kesehatan, terutama karena sifat
polutan radioaktif yang pada umumnya adalah carcinogenik atau perangsang timbulnya
kanker. Jadi secara jujur dapat dikatakan bahwa pemakaian batubara juga dapat menaikkan
kontribusi zat radioaktif dilingkungan. PLTU batubara berkapasitas 1.000 MW akan
menghasilkan limbah per tahunnya berupa CO2 sebanyak 6,5 juta ton, SO2 sebanyak
44.000 ton, NOx 22.000 ton, dan abu 320.000 ton yang mengandung 400 ton racun logam
berat, seperti arsenik, kadmium, merkuri, dan timah. Limbah batubara dibuang ke biosfer
yakni ke udara, air dan tanah, sehingga menjadi berbahaya terhadap lingkungan.
3. Hujan Asam
Bahan bakar fosil adalah campuran dari berbagai macam bahan kimia, termasuk
belerang (sulfur) dalam jumlah kecil. Sulfur pada bahan bakar bereaksi
dengan oksigen membentuk sulfur dioksida (SO2), yang merupakan polutan udara. Sumber
utama SO2 adalah pembangkit tenaga listrik yang membakar batubara dengan kandungan
sulfur tinggi. Kendaraan bermotor juga merupakan salah satu sumber SO2 karena bensin
dan solar juga mengandung sulfur dengan jumlah kecil. Letusan gunung merapi dan air
mata panas juga melepaskan sulfur dioksida (ditandai dengan bau seperti bau telur busuk).
Sulfur oksida dan nitrat oksida bereaksi dengan uap air dan bahan kimia lainnya di lapisan
atas atmosfer dihadapan sinar matahari untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat.
Asam yang terbentuk biasanya terlarut dalam tetesan air yang jatuh ke dalam awan atau
kabut. Tetesan sarat asam ini, seperti pada jus lemon, turun dari udara ke tanah bersama
hujan atau salju. Hal ini dikenal sebagai hujan asam. Tanah mampu menetralkan asam
tertentu, tetapi jumlah besar yang dihasilkan oleh pembangkit listrik yang menggunakan
batubara murah dengan kandungan sulfur tinggi telah melampaui batas kemampuan tanah,
dan sebagai hasilnya banyak danau dan sungai di daerah-daerah industri menjadi sangat
asam bagi kehidupan ikan). Hutan di daerah-daerah tersebut juga mengalami kerusakan
secara perlahan karena menyerap asam melalui daun, batang, dan akar. Bahkan struktur
marmer memburuk akibat hujan asam. Besarnya masalah ini tidak diketahui sampai awal
1970-an, dan langkah-langkah serius telah dilakukan sejak saat itu untuk mengurangi
pembentukan sulfur dioksida secara drastis dengan penggunaan scrubber pada
pembangkit-pembangkit dan dengan desulfurisasi batubara sebelum pembakaran.
4. Kerusakan Ekosistem
Kerusakan yang di akibatkan oleh pencemaran udara yang berasal dari PLTU akan
merusak biota lautan dan pantai yang dekat dengan PLTU. Kerusakan berawal dari
kerusakan terumbu karang langka yang menjadi tempat berkembang- biaknya ikan dan
biota laut lainnya. Rusaknya terumbu karang dipastikan akan menyebabkan berkurangnya
populasi ikan dan biota laut lainnya di wilayah tersebut. Akibatnya, penghasilan para nelayan
sekitar pun akan menurun.PLTU menggunakan sumber energi yang berasal dari fosil
batubara yang berada di daerah lain. hal ini memerlukan sarana seperti dermaga dan
transportasi. dalam pembangunan PLTU memerlukan batu dan tanah. Batu dan tanah yang
diperuntukan untuk pembangunan dermaga itu diambil dari pegunungan atau dataran tinggi.
hal itu sangat merusak alam dan rawan akan bencana longsor

Anda mungkin juga menyukai