Anda di halaman 1dari 3

KIMIA ANALITIK

Nama : Jayusandi Mulya Sentosa


NPM : 1406571470
Kelompok/Program Studi : 3/Teknik Kimia
Topik Materi : Teknik Potensiometri, Pengotor reaksi
Outline : - Titrasi Potensiometri
-
Pembahasan :

1. Titrasi Potensiometri
Potensiometri merupakan salah satu cara pemeriksaan fisiokimia yang menggunakan
peralatan listrik untuk mengukur potensial elektroda indicator. Salah satu pemakaian
potensiometri yang paling penting adalah untuk pengukuran pH larutan berair. Potensial sel
yang terukur sebanding dengan pH larutan.
Selain potensiometri langsung, teknik potensiometri lainnya yaitu titrasi
potensiometri. Titrasi potensiometri adalah titrasi yang titik akhirnya ditemukan melalui
pengukuran potensial elektroda (elektroda direndam dalam campuran pereaksi). Beda
potensial antara kedua elektroda diukur memakai alat ukur potensial atau alat ukur pH. Salah
satu elektroda dinamakan elektroda indicator, elektroda ini peka terhadap perubahan
keaktifan salah satu species dalam larutan. Elektroda indicator dikelompokkan menjadi dua
kelompok yaitu elektroda logam dengan elektroda membran. Elektroda lainnya dinamakan
elektroda pembanding dengan harga potensial praktis tidak berubah selama berlangsungnya
pengukuran.
Dalam aplikasi metode potensiometri yaitu titrasi potensiometri, kurva titrasi
dihasilkan dengan jalan mengalurkan harga potensial/pH terhadap volume. Sedangkan titik
akhir titrasi ditandai dengan perubahan tajam dalam harga potensial/pH, jumlah atau
konsentrasi analit yang diamati dihitung berdasarkan mL larutan penitrasi yang diperlukan
untuk mencapai titik akhir titrasi. Pengamatan/pembacaan dilakukan pada awal sebelum titik
ekivalen dan setelah titik ekivalen. Letak titik ekivalen dapat ditentukan dengan memakai
metode konstruktif atau metode derivatif.
Metode titrasi potensiometri ini terjadi berdasarkan pada harga potensial suatu
elektroda indikator. Besarnya potensial elektroda indikator ini bergantung pada kepekatan ion
– ion tertentu dalam larutan. Karena itu, dengan menggunakan persamaan Nernst, kepekatan
ion dalam larutan dapat dihitung dari harga potensial yang diukur. Potensial sel ini sebanding
dengan pH larutan. Penentuan titik ekivalen dengan cara ini lebih teliti dibanding penggunaan
indikator. Hal ini disebabkan karena metode titrasi potensiometri ini bermanfaat apabil tidak
ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir reaksi, misalnya dalam hal larutan
keruh atau bila daerah kesetaraan sangat pendek dan tidak cocok untuk penetapan titik akhir
titrasi dengan indikator. Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan
menetapkan volume pada mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika
ditambahkan titran.

Titik ekivalen dapat ditentukan dari kurva titrasi potensiometri yaitu kurva hubungan
antara pH dan mL titran; kurva yang diperoleh dengan cara diferensial yaitu dengan
menghitung kenaikan potensial per satuan kenaikan volume titran sebagai fungsi dari volume
titran yang ditambahkan; dan perubahan kemiringan kurva titrasi terhadap volume titran.

Reaksi-reaksi yang berperan dalam pengukuran titrasi potensiometri yaitu reaksi


pembentukan kompleks, reaksi netralisasi dan pengendapan, dan reaksi redoks. Pada reaksi
pembentukan kompleks dan pengendapan, endapan yang terbentuk akan membebaskan ion
terhidrasi dari larutan. Umumnya digunakan elektroda Ag dan Hg sehingga berbagai logam
dapat dititrasi dengan EDTA. Reaksi netralisasi terjadi pada titrasi asam basa dapat diikuti
dengan elektroda indikatornya elektroda gelas.

2. Ketentuan Larutan untuk Analisis Potensiometri


Umumnya setiap elektroda indikator mempunyai batas nilai pada setiap senyawa ion
ataupun molekul. Misalkan elektroda bermembran kristal dapat mengukur kadar flour hingga
analitnya 10-6 M. Akan tetapi, pada beberapa pengukuran dibutuhkan kondisi tertentu agar
tidak terjadi kesalahan dalam pembacaan potensial. Salah satunya adalah pengukuran pH,
untuk mengukur pH dibutuhkan kondisi sebagai berikut:

 Kuat ion larutan uji kurang dari kira-kira 3


 Tak ada ion yang mobilitasnya luar biasa berada dalam larutan (misal ion organik
yang sangat besar atau ion lithium yang sangat terhidrasi)
 Tak ada suspensi bermuatan listrik, seperti tanah liat, humus, atau resin penukar ion
dalam larutan uji
 Jangkauan pH 8-10
Larutan yang diuji tidak boleh terlalu asam agar elektroda tidak jenuh dengan ion H +.
Selain itu, apabila kadar H+ terlalu tinggi, maka larutan bisa mengendap pada kaca
reaksi.

Apabila ini diabaikan, maka alat pembaca potensial akan kehingan presisi dalam menilai
data. Beberapa faktor kesalahan yang terjadi adalah sebagai berikut:

 Perubahan potensial fungsi


 Waktu kesetimbangan
 Suhu

3. Pengotor dalam Sampel Analisis

Ada sebuah kondisi apabila dalam teknik potensiometri, sampel larutan yang
dianalisis mempunyai banyak ion/senyawa lain yang mengganggu proses potensiometri, dan
hal ini tentunya akan mempengaruhi jalannya proses potensiometri, tergantung seberapa
besar koefisien selektivitasnya. Apabila koefisien selektivitasnya relatif mendekati nol
(dibawah 10-2), maka ion atau senyawa tersebut tidak mempengaruhi pengukuran
potensiometri.

Referensi:
- Harvey, David. 2000. Modern Analitycal Chemistry. New York:McGraw-HillCompanies
- Harrizul Rivai. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1995.
- Watoni, Abdul. 2000. Studi Aplikasi Metode Potensiometri Pada Penentuan Kandungan
Karbon Organik Total Tanah. Bandung. www.journal.fmipa.itb.ac.id/jms/article/view/52/46
[ONLINE]

Anda mungkin juga menyukai