Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Menurut perkembangannya, dalam mengukur kadar asam maupun basa dapat
dilakukan dengan beberapa cara baik secara manual menggunakan titrasi
volumetrik maupun cara membaca langsung menggunakan alat pH meter.
Dalam farmasi terdapat berbagai cabang ilmu. Salah satu cabang ilmu yang
dipelajari dalam bidang farmasi yaitu analisis farmasi. Analisis farmasi merupakan
ilmu yang menerapkan berbagai teknik, metode dan prosedur kimia analisis untuk
menganalisis bahan-bahan atau sediaan farmasi. Khusus untuk bahan obat-obat
yang berasal dari alam. Proses mengenal sifat-sifat fisika dan kimia bahan obat ini
disebut dengan identifikasi atau sering juga disebut analisa, sehingga ilmu kimia
farmasi lebih cenderung disebut dengan atau kimia analisa farmasi. Secara garis
besar, analisa farmasi dibagi menjadi 2 bagian yaitu analisa kualitatif dan analisa
kuantitatif.
Analisis kualitatif bertujuan untuk menemukan dan mengidentifikasi suatu
zat, sedangkan analisis kuantitatif bertujuan untuk menentukan jumlah/banyaknya
zat. Jadi analisis kualitatif berhubungan dengan unsur, ion atau senyawa apa yang
terdapat dalam suatu sampel, sedangkan analisis kuantitatif berhubungan dengan
berapa banyaknya suatu zat tertentu yang ada dalam sampel. Zat yang ditetapkan
disebut konstituen yang diinginkan atau analit. Sedangkan jumlah banyaknya suatu
zat tertentu dalam sampel biasanya dinyatakan sebagai kadar atau konsentrasi,
misalnya persen berat, molar, gram per liter, atau ppm.
Misalnya titrasi potensiometri merupakan salah satu analisis elektrokimia,
sebagian besar metode analitik di dasari pada sifat-sifat elektrokimia larutan.
Teknik analisis elektrokimia merupakan merupakan salah satu analisis elektrokimia
didasarkan pada signal-signal listrik yang timbul sebagai hasil interaksi antara
materi dengan listrik baik berupa potensial maupun hantaran listrik. Beragam teknik
analisis elektrokimia telah banyak dipakai dalam laboratorium sebagai alat-alat
isntrumen dasar. Berbagai metode elektroanalitik adalah potensiometri, volttametri,
coulometri, konduktometri, dan lain-lain.

1
Potensiometri adalah mengukur potensial dua elektroda yang tidak
terpolarisasi pada kondis arus nol yang mengaplikasi secara langsung dari
persamaan Nerst. Penyisipan elektroda tidak mengubah komposos larutan uji sesuai
dengan sifat nondesktruktif potensiometri terhadap sampel. Bahkan, dapat
digunakan untuk menetapkan tetapan kesetimbangan.
Potensial eletroda adalah ukuran kekuatan oksidasi-reduksi suatu elektroda
dan diukur dalam satuan volt. Pada potensiometri perubahan potensial elektroda
akibat penambahan volume titran dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
Nerst. Dalam pengukuran potensial elektroda yang dapat diukur adalah beda
potensial dari kedua elektroda (dalam suatu sel). Untuk itu diperlukan suatu
elektroda yang potensialnya diketahui sebagai elektroda pembanding yang disebut
sebagai elkektroda referensi. Terdapat tiga jenis elektroda referensi yaitu Standard
Hidrogen Elektrode, Elektroda Kalomel Jenuh, dan Elektroda Perak/Perak Klorida.
Elektroda indikator adalah suatu eklektroda yang potensial elektrodanya yang
bervariasi terhadap konsentrasi analit yang diukur. Elektroda indikator digunakan
unruk mengetahui konsentrasi suatu larutan dimana saat penggunaannya
dibandingkan dengan elktroda referensi. Melalui kedua elektroda tersebut terdapat
dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur berbagai potensi sampel yang
tidak diketahui yaitu metode standard addition dan sample addition. Selain itu
terdapat pula metode potensiometri langsung dan metode potensiometri tidak
langsung.
Dari uraian tersebut, maka kami melakukan sebuah kegiatan praktikum untuk
dapat mengetahui bahwa kegunaan potensiometri sangatlah banyak dan dapat
diterapkan dalam bidang farmasi misalnya pengukuran zat besi dan kadar senyawa
dalam obat-obatan.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan kali ini yaitu diharapkan mahasiswa mampu
mengetahui dan memahami cara penetapan kadar suatu senyawa dengan
menggunaan metode potensiometri.

2
1.2.2 Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan potensiometri
2. Mahasiswa dapat mengetahui manfaat dari penggunaan metode
potensiometri
3. Mahasiswa dapat menentukan kadar suatu senyawa dalam sampel HCl
dengan metode potensiometri berdasarkan reaksi netralisasi (asam-basa)

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Titrasi
Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi
yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah
contoh tertentu yang akan di analisis. Contoh yang akan dianalisis dirujuk sebagai
tak diketahui (unknown). Prosedur analitis yang melibatkan titrasi dengan larutan-
larutan yang konsentrasinya diketahui disebut analisis volumetri. Dalam analisis
larutan asam dan basa, titrasi melibatkan pengukuran yang seksama, volume-
volume suatu asam dan suatu basa yang tepat saling menetralkan (Keenan, 1998).
Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yang
ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan perubahan
warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi (Brady,
1999).
Larutan basa yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa
panjang berskala) dan jumlah yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan
sesudah titrasi. Larutan asam yang dititrasi dimasukkan kedalam gelas kimia
(erlenmeyer) dengan mengukur volumenya terlebih dahulu denga memekai pipet
gondok. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya disekitar
titik ekivalen. Dalam titrasi yang diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen
(Syukri, 1999).
Titik akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan. Dalam
titrasi biasanya diambil sejumlah alikuot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan
larutan yang dititrasi kemudian dilakukan proses pengenceran (Haryadi, 1990).
Kesalahan titrasi merupakan kesalahan yang terjadi bila titik akhir titrasi
tidak
tepat sama dgn titik ekivalen (≤ 0,1%), disebabkan ada kelebihan titran, indikator
bereaksi dengan analit, atau indikator bereaksi dengan titran. Diatasi dengan titrasi
larutan blanko. Larutan blanko adalah larutan yg terdiri atas semua pereaksi kecuali
analit. Untuk mengetahui titik ekivalen secara eksperimen biasanya dibuat kurva

4
titrasi yaitu kurva yang menyatakan hubungan antara –log [H+] atau –log [X-] atau
–log [Ag+] atau E (volt) terhadap volum (Haryadi, 1990).
2.1.2 Titrasi Potensiometri
Suatu eksperimen dapat diukur dengan menggunakan dua metode yaitu,
pertama (potensiometri langsung) yaitu pengukuran tunggal terhadap potensial dari
suatu aktivitas ion yang diamati, hal ini terutama diterapkan dalam pengukuran pH
larutan air. Kedua (titrasi langsung), ion dapat dititrasi dan potensialnya diukur
sebagai fungsi volume titran. Potensial sel, diukur sehingga dapat digunakan untuk
menentukan titik ekuivalen. Suatu petensial sel galvani bergantung pada aktifitas
spesies ion tertentu dalam larutan sel, pengukuran potensial sel menjadi penting
dalam banyak analisis kimia (Basset, J. dkk., 1994).
Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda
indikator dan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi
yang diperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter
yang ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan. Dari
grafik itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Elektroda indikator adalah elektroda
yang potensialnya bergantung pada konsentrasi ion yang akan ditetapkan dan
dipilih berdasarkan jenis senyawa yang hendak ditentukan. Sedangkan elektroda
pembanding adalah elektroda yang potensialnya diketahui dan selama pengukuran
tetap konstan. Elektroda pembanding yang banyak digunakan adalah elektroda
kalomel karena konstannya potensial yang dihasilkan. Antara elekroda pengukur
(elektroda indikator) dan elektroda pembanding terdapat jembatan arus atau garam
dengan larutan elektrolit yang di dalamnya terdapat transport ion arus (Widjaja
dkk., 2008).
Cara potensiometri ini bermanfaat bila tidak ada indikator yang cocok untuk
menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam hal larutan keruh atau bila daerah
kesetaran sangat pendek dan tidak cocok untuk penetapan titik akhir titrasi dengan
indikator (Rivai, 1995).
Keuntungan dari metode potensiometri adalah biayanya yang relatif murah
dan sederhana. Voltameter dan elektroda jauh lebih murah daripada instrumen
saintifik yang paling modern. Selain itu kelebihan dari metode potensiometri yaitu

5
pada saat potensial sel dibaca tidak ada arus yang mengalir dalam larutan (arus
residual tatanan sel dan efek polarisasi dapat diabaikan). Manfaat potensiometri
juga untuk menetapkan tetapan kesetimbangan. Potensial-potensial yang stabil
sering diperoleh dengan cukup cepat dan tegangan yang mudah dicatat sebagai
fungsi waktu, sehingga potensiometri kadang juga bermanfaat untuk pemantauan
yang kontinyu dan tidak diawasi (Skoog dkk., 1998).
2.1.3 Potensiometri
Potensiometri merupakan metode analisis kimia berdasar hubungan antara
potensial elektroda relatif dengan konsentrasi larutan dalam suatu sel kimia. Metode
ini berguna untuk menentukan titik setara suatu titirasi secra instrumental sebagai
pengganti indikator visual. Alat yang digunakan untuk melakukan percobaan ini
adalah potensiometri atau pH meter dengan elektroda kerja dan referensi yang
tercelup dalam larutan yang diukur. Hasil pengukuran berupa harga potnsional
elektroda yang dapat dibuat kurva hubungan antara potensial (E) dan volume
pereaksinya (Sumar dkk, 1994).
Potensiometri pada dasarnya bersifat nondestruktif terhadap sampel, dalam
pengertian bahwa penyisipan elektroda tidak megubah komposisi larutan uji
(kecuali untuk sedikit kebocoran elektrolit dari elektroda acuan) (Khopkar, 1990).
Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan menetapkan
volume pada mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika
ditambahkan titran. Dalam titrasi secara manual, potensial diukur setelah
penambahan titran secara berurutan, dan hasil pengamatan digambarkan pada suatu
kertas grafik terhadap volum titran untuk diperoleh suatu kurva titrasi. Dalam
banyak hal, suatu potensiometer sederhana dapat digunakan, namun jika tersangkut
elektroda gelas, maka akan digunakan pH meter khusus. Karena pH meter ini telah
menjadi demikian biasa, maka pH meter ini dipergunakan untuk semua jenis titrasi,
bahkan apabila penggunaannya tidak diwajibkan (Basset, J. dkk., 1994).
Potensial dalam titrasi potensiometri dapat diukur sesudah penambahan
sejumlah kecil volume titran secara berturut-turut atau secara kontinu dengan
perangkat automatik. Presisi dapat dipertinggi dengan sel konsentrasi. Elektroda
indikator yang digunakan dalam titrasi potensiometri tentu saja akan bergantung

6
pada macam reaksi yang sedang diselidiki. Jadi untuk suatu titrasi asam basa,
elektroda indikator dapat berupa elektroda hidrogen atau sesuatu elektroda lain
yang peka akan ion hidrogen, untuk titrasi pengendapan halida dengan perak nitrat,
atau perak dengan klorida akan digunakan elektroda perak, dan untuk titrasi redoks
(misalnya, besi(II)) dengan dikromat digunakan kawat platinum semata-mata
sebagai elektroda redoks (Khopkar, 1990).
Elektroda indikator yang digunakan adalah elektroda membran gelas yang
sensitif terhadap perubahan jumlah ion hidrogen (H+)dan elektroda
pembanding yang digunakan adalah Elektroda Kalomel (Khopkar, 2003).
Melalui kurva hubungan antara volume pentiter dan pH dapat ditentukan
titik akhir titrasinya. Titik akhir titrasi dideteksi dengan menetapkan volume di
mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan peniter
(Widjaja dan Laksmiani, 2010).
2.2 Uraian Bahan
1. Alkohol (Dirjen POM,1979)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama IUPAC : Etanol
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 46,068 gr/mol


Rumus Molekul : C2H5OH
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap,
dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas,
mudah terbakar dengan memberikan nyala biru
yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam
kloroform P, dan dalam eter P.
Kegunaan : Sebagai desinfektan.
Penyimpanan : Dalam botol yang tertutup baik.

7
2. Aluminium Hidroksida (Dirjen POM, 1979 ; Gunawan, 2007 ; Tjay, 2007)
Nama resmi : ALUMINUM HYDROXIDE
Nama IUPAC : Aluminum Trihydrate
Rumus molekul : Al(OH)3
Berat molekul : 78,00 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk amorf, putih; tidak berbau, tidak berasa


Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan etanol; larut dalam
asam encer
Kegunaan : Sebagai titrat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
3. Asam Klorida (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : ACIDUM HIDROCHIORIDUM
Nama IUPAC : Asam Klorida
Rumus molekul : HCl
Berat molekul : 36,5 g/mol
Rumus struktur :

H Cl

Pemerian : Cairan; tidak berwarna; berasap, dan bau


merangsang. Jika diencerkan dengan 2 bagian air,
asap dan bau hilang.
Kelarutan : Larut dalam air
Kegunaan : Sebagai titran
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

8
4. Asam Askorbat (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi : ACIDUM ASCORBICUM
Nama IUPAC : 2R)-2-[(1S)-1,2-dihydroxyethyl]-3,4 dihydroxy-
2H- furan-5-one
Rumus molekul : C6H8O6
Berat molekul : 176,13 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Hablur atau serbuk putih atau agak kuning. Oleh


pengaruh cahaya lambat laun menjadi berwarna
gelap. Dalam keadaan kering stabil diudara, dalam
larutan cepat teroksidasi.
Kelarutan : Mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam
etanol; tidak larut dalam kloroform, dalam eter dan
dalam benzena.
Kegunaan : Sebagai titrat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari
cahaya
5. Magnesium Hidroksida (Dirjen POM, 1979; Gunawan 2007; Tjay, 2007)
Nama resmi : MAGNESIUM HYDROXIDE
Nama IUPAC : Magnesium Dihydroxide
Rumus molekul : Mg(OH)2
Berat molekul : 58,32 g/mol
Rumus struktur :

9
Pemerian : Serbuk; putih; ruah
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan etanol; larut dalam
asam encer
Kegunaan : Sebagai titrat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
6. Natrium Hidroksida (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : NATRII HIDROXYDUM
Nama IUPAC : Natrium Hidroksida
Rumus molekul : NaOH
Berat molekul : 40,00 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Bentuk batang massa hablur air keping-keping,


keras dan
rapuh dan menunjukkan susunan hablur putih
mudah
meleleh basa sangat katalis dan korosif segera
menyerap
karbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%) P.
Kegunaan : Sebagai titran
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
7. Paracetamol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : ACETAMINOPHENUM
Nama IUPAC : Asetaminofen
Rumus molekul : C6H9O2
Berat molekul : 151,16 g/mol

10
Rumus struktur :

Pemerian : Hablur atau hablur serbuk putih; tidak berbau; rasa


pahit
Kelarutan : Larut dalam 17 bagian air, dalam 7 bagian etanol
(95%) P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40
bagian gliserol P dan dalam 9 bagian
propilenglikol P; larut dalam larutan alkali
hidroksida
Kegunaan : Sebagai titrat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik rapat

11
BAB III
METODE PENELITIAN
1.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Analisis Farmasi 1 tentang Potensiometri dilaksanakan pada
hari Sabtu, 9 Maret 2019 pukul 08.00-11.00 WITA, bertempat di Laboratorium
Bahan Alam Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan,
Universitas Negeri Gorontalo.
1.2 Alat dan Bahan
1.2.1 Alat
Buret, erlenmeyer, gelas kimia, gelaas ukur, labu takar, magnetic stirrer,
pH meter, statif dan klem.
1.2.2 Bahan
Alkohol 70 %, aluminium foil, antasida (obat maag), dancow (kalsium),
fasidol (sirup bayi), floridina (vit. C), Hcl, NaOH.
1.3 Cara Kerja
1.3.1 Titrasi HCl
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diukur pH awal masing-masing sampel (kalsium dan obat maag)
3. Dititrasi masing-masing sampel dengan titran HCl
4. Diukur pH masing-masing sampel setiap penambahan 2 mL titran
5. Dibandingkan pH sampel awal dan akhir
1.3.2 Titrasi NaOH
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diukur pH awal masing-masing sampel (sirup bayi dan minuman vit. C)
3. Dititrasi masing-masing sampel dengan titran NaOH
4. Diukur pH masing-masing sampel setiap penambahan 2 mL titran
5. Dibandingkan pH sampel awal dan akhir

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Kurva
4.1.2 Tabel Pengamatan
a. NaOH + Vitamin C (floridina)
Volume titran pH
0 mL 3
2 mL 5
4 mL 5
6 mL 9

b. NaOH + Vitamin C (smart C)


Volume titran pH
0 mL 3
2 mL 4
4 mL 5
6 mL 10

c. NaOH + Obat Maag (antasida)


Volume titran pH
0 mL 7
2 mL 3
4 mL 0
6 mL 1

13
d. NaOH + Obat Maag (magasida)
Volume titran pH
0 mL 10
2 mL 12
4 mL 11
6 mL 13

e. HCL + Dancow
Volume titran pH
0 mL 7
2 mL 11
4 mL 12
6 mL 12

f. HCL + Milo
Volume titran pH
0 mL 7
2 mL 4
4 mL 3
6 mL 2

g. HCL + Sirup bayi (fasidol)


Volume titran pH
0 mL 5
2 mL 3
4 mL 1
6 mL 0

h. HCL + Sirup bayi (tempra)

14
Volume titran pH
0 mL 4
2 mL 0
4 mL 0
6 mL 0

4.2 Reaksi Kimia


a. NaOH + Vitamin C (floridina dan smart C) (Rohman, 2007)
C6H8O7(aq) + NaOH(aq) → NaC6H7O6(aq) + H2O(l)
b. NaOH + Obat Maag (antasida dan magasida) (Ahmad, 1992)
Al2O3 (s) + 2OH- (aq) + 3H2O → 2 [Al (OH)4]- (aq) + H2 (g)
3MgO (s) + 3OH- + 5H2O → 3 [Mg(OH)3]- + 2H2 (g) + 2O2 (g)
c. HCL + Susu (dancow dan milo) (Vogel, 1985)
CaCO3 + 2 HCL → CaCl2 + H2O + CO2
d. HCL + Sirup Bayi (fasidol dan tempra) (Gandjar, 2007)
NaNO2 + HCl → HNO2 + HNO2 + HCl
4.3 Perhitungan
a. NaOH + Vitamin C (floridina dan smart C)
Vt ×Nt×Be
% kadar = ×100 %
Vsampel ×1000
6 ×0.1 ×40
× 100 %
100.000

= 0,024 %
b. NaOH + Obat Maag (antasida)
Vt ×Nt×Be
% kadar = ×100 %
Vsampel ×1000
4×0.1 ×40
× 100 %
100.000

= 0,016%
c. NaOH + Obat Maag (magasida)
Vt ×Nt×Be
% kadar = ×100 %
Vsampel ×1000
6×0.1 ×40
× 100 %
100.000

= 0,024%

15
d. HCL + Susu (dancow dan milo)
Vt ×Nt×Be
% kadar = ×100 %
Vsampel ×1000
2×0.1 ×37
× 100 %
100.000

= 0,074%
e. HCL + Sirup Bayi (fasidol dan tempra)
Vt ×Nt×Be
% kadar = ×100 %
Vsampel ×1000
2×0.1 ×37
× 100 %
100.000

= 0,074%
4.4 Pembahasan
Potensiometri adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pengukuran
potensial yaitu adanya voltage dari suatu sel elektrokimia yang terdiri dari elektroda
dan larutan. Larutan tersebut berisi komponen utama yang mempunyai kemampuan
mengion. Potensiometri bekerja berdasarkan hukum Nernst (Harvey, 2000).
Potensiometri dilakukan dengan tujuan untuk untuk membuat kurva
hubungan antara pH dan volume pentiter, menentukan titik akhir titrasi, dan
menentukan kadar larutan HCl yang dianalisis.
Pada praktikum potensiometri kali ini menggunakan metode titrasi asam basa
yakni ketetapan untuk dapat menemukan titik akhir pada titrasi tergantung dari
konsentrasi dan kekuatan asam serta basa (Day dan Underwood, 1981). Dalam
titrasi asam basa, diamati setiap perubahan ion H+ atau perubahan pH yang
ditunjukkan pada alat pengukur pH.
Pada titrasi potensiometri ini digunakan NaOH 0,1 N dan HCL 0,1 N sebagai
titran sedangkan untuk titrat (sampel) yang digunakan yaitu dancow, milo, fasidol,
tempra, magasida, antasida, smart C dan floridina. Langkah pertama yang
dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, kemudian
membersihkan alat menggunakan alkohol 70% dimana alkohol 70% berfungsi
untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme (Dirjen POM, 1979). Sebelum
melakukan titrasi terlebih dahulu dikalibrasi pH meter yang akan digunakan, hal ini
bertujuan untuk mendapatkan hasil pengukuran dengan penulusuran tingkat tinggi

16
sehingga dapat sesuai dengan standar nasional dan internasional. Selain itu juga
bertujuan untuk nilai kebenaran atas menyimpangan nilai konvensional dengan
menunjukan suatu instrumen ukur (Rivai, 1995). Diukur sampel yang akan
digunakan sebanyak 100 mL dalam hal ini sampel yang digunakan yaitu susu
dancow, milo, fasidol, tempra, antasida, magasida, smart C dan floridina kemudian
dimasukkan ke dalam gelas kimia. Dimasukkan NaOH dan HCL pada masing-
masing buret sebanyak 50 mL. Pasang elektroda pH meter sampai tercelup pada
cairan dalam gelas kimia hal ini bertujuan untuk mengetahui pH awal dari masing-
masing sampel sebelum dititrasi.
Proses titrasi berlangsung saat larutan yang terdapat diburet (titran)
ditambahkan dalam larutan atau sampel yang akan ditentukan pH-nya (titrat),
larutan pentiter yang ditambahkan ke dalam titrat tersebut sebanyak 2 mL dan
ditambahkan sebanyak 3 kali jadi total larutan pentiter yang digunakan untuk
masing-masing sampel ialah sebanyak 6 mL. Setiap penambahan larutan titran, pH
larutan diukur menggunakan kertas pH dengan cara dicelupkan ke dalam larutan
titrat atau sampel yang akan diuji pH-nya.
Saat kertas pH dicelupkan ke dalam campuran larutan antara titran dan titrat,
terjadi kesetimbangan antara ion-ion hidrogen yang terdapat dalam larutan titran
dan ion hidrogen yang terletak dalam larutan yang diuji (titrat). Berdasarkan
mekanisme kerja dari kertas pH yaitu kertas pH tersebut akan membiarkan ion H+
untuk menembusnya, tetapi menahan ion yang lain. Semakin besar konsentrasi ion
hidrogen dalam larutan, semakin banyak ion hidrogen yang masuk ke dalam. Hal
ini menyebabkan pada saat awal-awal titrasi, nilai pH kecil. Semakin banyak
pentiter yang ditambahkan, semakin sedikit ion hidrogen yang terdapat dalam
larutan, karena ion hidrogen akan bereaksi dengan ion hidronium (OH -) dan
membentuk air. Hal ini akan menyebabkan ion hidrogen yang memasuki lapisan
akan semakin sedikit sehingga muatan elektrode berkurang, maka nilai pH pun
meningkat. Hal ini dapat dilihat pada kurva hubungan antara pH dan volume
pentiter (Day dan Underwood, 1981).
Titrasi potensiometri ini dilihat berdasarkan kurva diatas yaitu kurva
potensiometri. Jadi berdasarkan kurva potensiometri diatas dapat dilihat bahwa

17
semakin banyak volume larutan pentiter yang ditambahkan ke dalam larutan titrat,
pH larutan menjadi semakin naik ataupun turun hal ini sesuai dengan penjelasan
dari Khopkar (2003), pada saat larutan basa ditetesi dengan larutan asam, pH larutan
akan turun. Sebaliknya, jika larutan asam ditetesi dengan larutan basa, maka pH
larutan akan naik.
Pada percobaan kali ini terjadi lonjakan pH yaitu untuk sampel yang vitamin
C (floridina dan smart C) yang ditambahkan dengan NaOH terjadi lonjakan pH dari
3 menjadi 9, untuk sampel obat maag (antasida dan magasida) yang ditambahkan
dengan NaOH terjadi lonjakan pH dari 10 menjadi 13, untuk sampel susu (dancow
dan milo) yang ditambahkan HCL terjadi penurunan pH yaitu dari 7 menjadi 2 dan
untuk sampel sirup bayi (fasidol dan tempra) yang ditambahkan dengan HCL
terjadi penurunan pH yaitu dari 4 menjadi 0. Menurut Vogel (1985), lonjakan pH
yang terjadi secara drastis dengan penambahan sedikit volume titran ini
menunjukkan titik akhir titrasi telah terjadi. Lonjakan pH terjadi disebabkan
terjadinya titik akhir titrasi dimana ion hidrogen (H+) dari HCl telah habis bereaksi
dengan ion hidronium (OH-) dari NaOH.
Titrasi akan dihentikan ketika telah terjadi lonjakan pH. Lonjakan pH
menunjukkan telah terjadinya titik ekuivalen dengan demikian, tidak terdapat lagi
ion hidrogen dalam bentuk bebas dalam larutan titrat. Penambahan larutan titrat
setelah titik akhir titrasi terjadi menyebabkan jumlah ion hidronium akan semakin
meningkat dan menyebabkan naiknya pH larutan (pH larutan basa) atau turunnya
pH larutan (pH larutan asam). Tidak adanya ion hidrogen di dalam elektrode gelas
secara tiba-tiba akan membuat arus yang dihasilkan oleh elektrode gelas menjadi
meningkat secara tiba-tiba dan kemudian turun secara tiba-tiba pula (Gandjar
2007).
Berdasarkan perhitungan kadar untuk sampel vitamin C (floridina dan smart
C) didapatkan persen kadar 0,024% sedangkan menurut komposisinya minuman
tersebut mengandung 80% vitamin C hal ini dapat berpengaruh bagi tubuh karena
menurut Yuliarti (2009), vitamin C merupakan salah satu senyawa yang sangat
dibutuhkan pada reaksi metabolisme tubuh. Kekurangan vitamin C pada makanan
yang dikonsumsi dapat berpengaruh terhadap penurunan daya tahan tubuh. Sampel

18
susu (dancow dan milo) didapatkan persen kadar 0,074% sedangkan menurut
komposisinya minuman tersebut mengandung 25% kalsium hal ini dapat
berpengaruh bagi tubuh, karena kalsium merupakan bagian terbesar bahan organik
pembentuk tulang. Kekurangan kalsium dapat berpengaruh terhadap kualitas tulang
karena tulang merupakan jaringan yang terdiri dari sel yang tertanam dalam matriks
ekstra seluler yang terdapat serabut kolagen yang bersatu dan jaringan matrriks
akan menjadi keras dengan adanya deposisi jaringan (Pinandi Sri Pudyandi, 2005).
Sampel obat maag (antasida) didapatkan persen kadar 0,16% sedangkan pada
komposisinya obat tersebut mengandung 200 mg magnesium hidroksi dan
aluminium hidroksi, sedangkan obat maag (magasida) didapatkan persen kadar
0,024%, pada komposisinya obat tersebut mengandung 200 mg magnesium
hidroksi dan aluminium hidroksi dan untuk sirup bayi (fasidol dan tempra)
didapatkan persen kadar 0,074% pada komposisinya obat tersebut mengandung 120
mg paracetamol.

19
4.5 Kemungkinan kesalahan
Adapun beberapa hal yang mungkin dapat mepengaruhi hasil percobaan yaitu
kurangnya ketelitian dalam melihat volume titran yang akan digunkan untuk titrasi
dan kurangnya ketelitian dalam melihat perubahan pH yang ada pada kertas pH.

20
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
2. Potensiometri adalah suatu cara analisis berdasarkan pengukuran beda
potensial sel elektrokimia.
3. Manfaat penggunaan metode potensiometri agar dapat mengetahui
pengukuran zat besi dan kadar senyawa dalam obat-obatan.
4. Kadar senyawa HCl yang terkandung dalam sampel kalsium dan sirup bayi
0,0074 %
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Jurusan
Diharapkan adanya penambahan sarana dan prasarana laboratorium agar
lebih lengkap sehingga jalannya praktikum dapat terlaksana dengan baik dan sesuai
dengan yang diinginkan.
5.2.2 Saran Untuk Laboratorium
Diharapkan untuk dapat menambah jumlah alat-alat lab agar waktu praktikum
lebih efektif.
5.2.3 Saran Untuk Asisten
Diharapkan kerja sama antara asisten dan praktikan lebih ditingkatkan dengan
banyak memberi materi atau pengetahuan mengenai yang akan dipraktekan
dilaboratorium kimia analisis farmasi.
5.2.4 Saran Untuk Praktikan
Diharapkan setelah menimbang bahan dibersihkan timbangan atau neraca
analitik.

21
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rohman. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ahmad, Hiskia. 1992. Kimia Unsur dan Radiokimia.Bandung: PT.Citra Aditya


Bakti.

Basset, J, et al. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif


Anorganik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Bandung: Binarupa


Aksara.

Day, RA dan A.L Underwood. 1981. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga : Jakarta

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. 1979. Farmakope Indonesia


Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Dirjen POM, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia.

Gandjar, I.G., dan Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Gunawan, Gan Sulistia. Farmakologi dan terapi edisi 5. Departemen Farmakologi


dan Terapeutik FKUI.2007.

Harvey, David. 2000. Modern Analitycal Chemistry. The McGraw-Hill Companies.


USA.

Haryadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia

Keenan, C. W. 1998. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Khopkar, S. M. 2003.Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia


Press.

Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Penerbit Universitas


Indonesia.

Rivai Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Penerbit UI Press.

Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Penerbit UI Press.

22
Skoog, D. A., F. J. Holler and T. A. Nieman.1998. Principles of Instrumental
Analysis,5th edition.USA: Saunders College Publishing.

Sumar Hendayana, Asep Kadarohman, AA Sumarna dan Asep Supriatna. 1994.


Kimia Analitik Instrumen Edisi Kesatu. Semarang: IKIP Semarang Press.

Syukri.1999. Kimia Dasar Jilid 2.Bandung: UI Press.

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007. Obat-Obat Penting Khasiat,
Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi Keenam, 262, 269-271, PT.
Elex Media Komputindo, Jakarta

Vogel.1985.Analisis Anorganik Kualitatif makro dan semimikro.Jakarta : PT.


Kalman Media Pusaka

Widjaja, I N.K. dan Laksmiani, N.P.L. 2010. Petunjuk Praktikum Kimia Analisis.
Jimbaran: Jurusan Farmasi FMIPA UNUD.

Widjaja, I N.K., K.W. Astuti, N.M.P. Susanti, dan I M.A.G. Wirasuta. 2008. Buku
Ajar Analisis Farmasi Fisiko Kimia. Jimbaran: Jurusan Farmasi FMIPA
UNUD.

Yuliarti, Nurheti. (2009). A to Z Food Supplement. Yogyakarta: Penerbit Andi.

23

Anda mungkin juga menyukai