Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MAKALAH

MATAKULIAH UTILITAS

BAB II (BAHAN BAKAR)

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1

Nama : - AINUL LATIFAH (061930400075)


- BIMA FERNANDO (061930400077)

Kelas : 4 KA

Dosen Pengajar : Ir. Siti Chodijah, M.T.

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

KOTA PALEMBANG, SUMATERA SELATAN

TAHUN AJARAN

2020/2021
Daftar Isi

Cover

Daftar Isi .....................................................................................................................................i

BAB II. BAHAN BAKAR ...........................................................................................................1

2.1. Batubara ................................................................................................................................1


2.1.1. Komposisi Batubara ..................................................................................................1
2.1.2. Materi Pembentuk Batubara ......................................................................................1
2.1.3. Jenis Batubara ...........................................................................................................2
2.1.4. Proses Pembentukan Batubara ..................................................................................3
2.1.5. Faktor-faktor Pembentukan Batubara .......................................................................3
2.1.6. Penggunaan Batubara pada Industri ..........................................................................4
2.1.7. Parameter-parameter dalam Analisa Kelayakan Batubara ........................................4
2.2. Gas ........................................................................................................................................6
2.2.1. Jenis-jenis Bahan Bakar Gas .....................................................................................6
2.2.2. Sifat-sifat Bahan Bakar Gas ......................................................................................6
2.2.3. CNG ..........................................................................................................................7
2.2.4. LPG ...........................................................................................................................7
2.2.5. Perbedaan antara CNG dan LPG ...............................................................................8
2.2.6. Coal Gas ....................................................................................................................9
2.2.7. Biogas ........................................................................................................................9
2.2.8. Gasifikasi Biomassa ..................................................................................................10
2.3. Minyak Bumi ........................................................................................................................12
2.3.1. Penyusun Minyak Bumi ............................................................................................12
2.3.2. Pengolahan Minyak Bumi .........................................................................................13
2.3.3. Sesifikasi Bahan Bakar Minyak ................................................................................15
2.3.4. Penyimpanan Bahan Bakar Minyak ..........................................................................15
Ringkasan ....................................................................................................................................16

i
BAHAN BAKAR

2.1. Batubara
Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil dari tumbuhan yang telah mati beribu-ribu
tahun dan mengeras seperti batu. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat
terbakar, terbentuk dari endapan organic sehingga kandungan utamanya adalah sisa-sisa
tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri atas
karbon, hydrogen, dan oksigen. Bentuk batubara yang berwarna hitam legam membuatnya
mudah dikenali dan tampak mencolok dibandingkan dengan bentuk bebatuan lain.
Sebagian batuan organik, batubara mempunyai sifat-sifat fisika dan kimia kompleks
yang dapat ditemui dalam berbagai rupa. Analisis organik memberikan rumus formula
empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminous C240H90O4NS untuk antrasit.
Keunggulan batubara dibandingkan dengan bahan bakar fosil lainnya, adalah sebagai
berikut:
1. Jumlah batubara yang dieploitasi secara ekonomi (economically exploitable) lebih banyak
jika dibandingkan dengan bahan bakar fosil lain, seperti minyak dan gas bumi
2. Penyebaran batubara yang lebih merata di seluruh dunia.

Kelemahan batubara antara lain :


1. komposisi kimia batubara berupa CHONS + Ash menjadikannya bahan bakar yang kotor
dan tidak ramah lingkungan.
2. Kadar kandungan C per mol batubara jauh lebih besar daripada bahan bakar fosil lainnya.

2.1.1. Komposisi Batubara


Secara umum, ada 2 jenis pembentuk batu bara, yaitu :
1. Combustible Material, yaitu bahan atau materi yang terbakar/teroksidasi oleh
oksigen. Materi ini umumnya terdiri atas karbon padat (fixed carbon), senyawa
hidrokarbon, senyawa nitrogen, dan beberapa senyawa lainnya dalam jumlah kecil.
2. Non Combustible material, yaitu bahan atau materi yang tidak terbakar/teroksidasi
oleh oksigen. Materi ini umumnya terdiri atas senyawa anorganik (SiO 2, Al2O3,
Fe2O3, TiO2, Mn3O4, CaO, MgO, Na2,O, K2O, dan senyawa logam lainnya dalam
jumlah kecil) yang membentuk abu/ash dalam batubara. kandungan ini lazimnya
tidak diinginkan karena mengurangi tingkat pembakaran.
Dalam proses pembentukan batubara/coalification, melalui factor fisika dan kimia alam,
kandungan selulosa yang berasal dari tanaman berubah menjadi lignit, subbituminusss,
bituminous, atau antrasit.
Untuk proses coalification tahap lanjutan, perlu waktu yang cukup lama atau dengan
batuan pemanasan, sehingga unsure senyawa karbon padat yang terbentuk bertambah.
Akibat proses coalification tahap lanjutan ini, kadar batubara lebih tinggi. Hidrogen
yang mengikat pada air yang berbentuk menjadi semakin lebih sedikit, ketika terjadi prose ini.

2.1.2. Materi Pembentukan Batubara


Bahan pembentukan batubara hamper secara keseluruhan berasal dari tumbuhan.
Menurut Dieesel (1981), jenis – jenis tumbuhan pembentukan batubara beserta usianya adalah
sebagai berikut :

1
 Alga, dari Zaman Pre-Kambrium hingga Zaman Ordovisium dan bersel tunggal. Endapan
batubara periode ini masih sangat sedikit.
 Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, yang masih turunan dari alga.
 Pteridofia, dari Zaman Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentukan
batubara berumur Zaman Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Jenis batubara ini berupa
tumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim
hangat.
 Gimnospermae, dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah. Jenis batubara ini berupa
tumbuhan heteroseksual, biji yang terbungkus dalam buah,semacam pohon pinus,
mengandung kadar getah ( resin) tingi. Jenis seperti gangamopteris dan glossopteris adalah
penyusun utama batubara Permian seperti di Benua Australia, Anak Benua India dan
Benua Afrika
 Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan ini modern, buah
yang menutupu biji, satu bunga ada jantan dan betina, kurang bergetah dibandingan
gimnospermae, sehingga kurang terawetkan lazimnya.

2.1.3. Jenis Batubara


Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikendalikan olehkan tekanan, panas
dan waktu. Batubara dibagi dalam lima kelas yaitu :
 Antrasit adalah jenis batubara yang baik kualitasnya. Tingkat kandungan karbon dalam
jenis sebesar 92,1% sampai dengan 98%, menyebabkan warnanya hitam mengkilap.
Batubara jenis ini digunakan untuk pembangkit listrik tenaga uap, masuk dalam jenis
batubara kelas tinggi ( High Grade ) dan kelas ultra tinggi ( ultra high grade). Namun
persediannya masih sangat terbatas, sebanyak 1% dari total pembangunan batubara. Cina,
Rusia, Ukraina, Korea Utara, Vietnam, Inggris, Australia dan Amerika Serikat termasuk
Negara penghasil batubara ini.
 Bituminus adalah jenis batubara yang lebih tinggi tingkat kualitasnya. Mayoritas jenis
batubara ini berwarna hitam, tetapi masih ada yang berwarna coklat tua.
 Sub-bituminus adalah jenis batubara sedang diantara jenis lignite dan bituminous. Ciri–
ciri fisik batubara jenis ini berwarna coklat gelap cenderung hitam. Kandungan
kelembapan yang lebih rendah dari jenis lignit cocok untuk bahan bakar pembangkit listrik
tenaga uap.
 Lignit atau batubara coklat adalah jenis batubara yang jenis rendah kualitas. Jenis batubara
ini biasanya digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap. Namun energy
konten rendah dan kandungan kelengasan (moisture) tinggi, menyebabkan lignit sangat
tidak efisien diangkut ke tempat jauh. Jadi tenaga listrik yang menggunakannya dibangun
dilokasi yang cukup dekat dengan lokasi pembangunannya.
 Gambut, ia mempunyai pori dan berkadar air diatas 75% serta paling rendah nilai
kalorinya.
Tabel 2.1 Komposisi unsure gambut, lignit, batubara subbitumen, bitumen dan anstrasit

Karbon Volatile Matter Calorivie Value Moistrure


Gambut 60% > 53% 16,8 MJ/kg >75% insitu
Lignit 60 – 71% 53 – 49% 23,0 MJ/kg 35% insitu
Subbitumen 71 – 77% 49 – 42% 29,3 MJ/ kg 25 -10% insitu
Bitumen 77 – 87% 42 – 49% 36,3 MJ/kg 8% insitu
2
2.1.4. Proses Pembuatan Batubara
Dua tahapan pembatubaraan yakni :
 Tahap diagenetik atau biokimia ( penggabutan ), bermula pada saat tumbuhan yang
telah mati mengalami pembusukan ( terdeposisi) dan menjadi humus. Humus
berubah menjadi gambut oleh bakteri anaerobic dan fungi hingga terbentuk lignit
( gambut ). Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air,
tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan
(dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk lignit.
 Tahap Malihan atau Geokimia ( Pembentukan Batubara), meliputi proses perubahan
dari lignit menjadi bituminous dan akhirnya antrasit.
Proses pembentukan batubara adalah sebagai berikut :
a. Pembusukan
Proses tumbuhan mengalami tahap pembusukan (decay) akibat aktivitas bakteri
anaerob. Bakteri ini bekerja tanpa oksigen dan menghancurkan bagian lunak dari
tumbuhan seperti selulosa , protoplasma dan pati
b. Pengendapan
Proses materi halus hasil pembusukan terakumulasi dan mengendap membentuk
lapisan gambut. Proses ini biasanya terjadi di lingkungan berair ( rawa- rawa).
c. Dekomposisi
Proses lapisan gambut mengalami perubahan berdasarkan proses biokimia yang
berakibat keluarnya air dan sebagiannya menghilang/beralih wujud dalam bentuk
karbon dioksida , karbon monoksida dan metana.
d. Geotektonik
Lapisan gambut yang mengalami pemadatan (compaction) oleh gaya tektonik dan
kemudian pada fase selanjutnya mengalami perlipatan dan patahan. Tambahan
lagi, gaya tektonik aktif dapat menimbulakan intrusi/terobosan magma, yang
mengubah batubara kelas rendah (low grade) menjadi kelas tinggi (high grade).
Akibatnya zona batubara yang terbentuk dapat berubah dari lingkungan berair ke
lingkungan darat, karena ada tectonics setting tertentu.
e. Erosi
Lapisan batubara yang telah mengalami gaya tektonik berupa pengangkatan
kemudian mengalami erosi sehingga permukaan batubara menjadi terkupas pada
permukaannya. Perlapisan batubara inilah yang dieksploitasi pada saat ini.

2.1.5. Faktor-faktor Pembentukan Batubara


1. Materi dasar, yakni Flora yang tumbuh beberapa juta tahun yang lalu, kemudian
terakumulasi pada suatu lingkungan dan zona fisiografi dengan iklim dan topografi
tertentu.
2. Proses dekomposisi, yakni proses transformasi dari material dasar pembentukan
batubara menjadi batubar. Pada proses ini, sisa tumbuhan yang terendapkan
mengalami perubahan, baik secara fisik maupun kimia.
3. Umur geologi, yakni skala waktu (dalam jutaan tahun) yang beberapa lama materi
dasar yang diendapkan dalam skala waktu geologi panjang, proses dekomposisi yang
terjadi adalah fase lanjut dan menghasilkan batubara dengan kandungan karbon yang
tinggi.

3
4. Posisi geotektonik, dapat memperngaruhi proses pembentukan suatu lapisan
batubara dari :
a. Proses geotektonik menghasilkan tekanan dan menekan lapisan batubara yang
terbentuk.
b. Struktur lapisan batubara, berupa bentuk cekungan stabil, lipatan atau patahan.
c. Instrusi magma, yang memperngaruhi atau memperngaruhi grade lapisan batubara
yang dihasilakan.
5. Lingkungan pengendapan, yakni lingkungan pada waktu proses pengendapan
( sedimentasi) dari materi dasar sedimen. Lingkungan pengendapan ini daapt ditinjau
dari beberapa segi berikut ini :
a. Struktur cekungan batubara
b. Topografi dan morfologi
c. Iklim

2.1.6. Penggunaan Batubara pada Industri


1. Pembangkit Listrik
2. Industri Baja
3. Pemanasan Ruangan
4. Molding Sand
5. Tar Batubara
6. Pupuk
7. Bensin dan diesel
8. Pembuatan Beton
9. Penggunaan Lain

2.1.7. Parameter – parameter dalam Analisa Kelayakan Batubara


1. Analisis proksimat batubara (eoal proximate analysis)
Analisis ini bermaksud untuk menentukan kadar Moisture (air dalam batubara).
Kadar moisture ini mencakup pula nilai free moisture dan moisture total, ash (debu),
volatile matters (zat terbang) dan fixed karbon (karbon tertambat).
- Moisture merupakan kandungan air yang ada dalam batubara.
- Ash adalah kandungan residu non-combustible yang terdiri atas senyawa-senyawa
silika oksida (SiO2), kalsium oksida (CaO), karbonat dan mineral-mineral lainnya.
- Volatil matters adalah kandungan batubara yang menguap pada temperature tinggi
tanpa keberadaan oksigen.
- Fixed Carbon artinya kadar karbon tetap yang ada dalam batubara, setelah
memisahkan volatile matters dari batubara. Kadar fixed karbon ini berbeda
dengan kadar karbon hasil analisis ultimat, karena sebagian karbonat berikatan
membentuk senyawa hidrokarbon volatile.
2. Nilai kalor batubara (coal calorifie value)
Nilai kalor batubara menjadi penentu kualitas batubara, yaitu seberapa banyak
energy yang dihasilkan per satuan massanya. Kalorimeter bom terdiri atas dua unit
yang digabungkan menjadi satu alat. Unit pertama ialah unit pembakaran yang
memasukan batubara ke dalam bomb lalu dibakar dengan pasokan udara/oksigen
sebagai pembakar. Unit kedua ialah unit pendingin/kondensor (water handling).

4
3. Kadar sulfur
Cara menentukan kadar sulfur melalui pembakaran pada suhu tinggi. Batubara
dioksida di dalam tube furnace dengan suhu mencapai 1350°C. Sulfur dioksida yang
terbentuk sebagai hasil pembakaran ditangkap oleh detector infra merah kalau
menggunakan metode infrared. Jika menggunakan metode HTM larutan perioksida
menangkap Sox, lalu dititrasi dengan natrium boratdan kemudian dianalisis.
4. Analisis ultimat batubara (coal ultimate analysis)
Analasis jenis ini dilakukan dengan menggunakan alat yang sudah terhubung dengan
computer. Procedur analisis ini cukup ringkas, cukup memasukan sample batubara
ke dalam alat dan hasil analisis muncul pada layar computer.
5. Analisis size
Data analisis hasil tambang ialah salah satu data dari data yang diperlukan dalam
perancangan coal preparation plant, crushing plant dan screening plant, pemeriksaan
size diperlukan untuk melihat kesesuian hasil proses dengan spesifikasi atau tidak.
Proses loading dilakukan untuk mengatisipasi masalah yang timbul. Kalau terlalu
banyak fine coal, nilai total moisturenya cenderung meningkat dan akan berdebu
pada saat kering.

5
2.2. GAS
Bahan bakar gas sangat memuaskan sebab hanya memerlukan sedikit handling dan
sistem burner-nya sangat sederhana dan hampir bebas perawatan. Bahan gas memiliki
keunggulan dari bahan bakar lain sebab tersedia dari jumlah yang kecil sampai besar, mudah
dianalisa dan lebih murah dibandingkan bahan bakar cair. Selain itu gas yang dikirimkan
melalui jaringan pipa distribusi, sehingga cocok untuk wilayah berpopulasi tinggi atau padat
industry. Walaupun demikian, banyak pengguna perorangan yang besar memiliki
penyimpngan gas, bahkan beberapa di antara mereka mampu memproduksi gasnya sendiri.
Ada dua jenis bahan bakar gas, yakni Compressed Natural Gas (CNG) dan Liquid Petroleum
Gas ( LPG). CNG terdiri atas metana sedangkan LPG adalah campuran dari propane, butane
dan bahan kimia lainnya.

2.2.1 Jenis-jenis Bahan Bakar Gas


1. Bahan bakar yang secara alami didapatkan dari alam yaitu :
 Gas alam
 metana dari penambangan batubara
2. bahan bakar gas yang terbuat dari bahan bakar padat
 gas yang terbentuk dari batubara
 gas yang terbentuk dari limbah dan biomassa
 Dari proes industry lainnya ( gas blast furnance)
3. Gas yang terbuat dari minyak bumi
 Gas Petroleum Cair (LPG)
 gas hasil penyulingan
4. Gas-gas dari proses fermentasi

Bahan bakar gas yang lazim digunakan adalah Gas Petroleum Cair (LPG),gas alam, gas
hasil produksi, gas blast furnance, gas dari pembuatan kokas dll. Nilai panas bahan bakar gas
dinyatakan dalam kilokalori pernormal meter kubik (KKal/Nm 3) yang ditentukan pada suhu
normal ( 20℃ ¿ pada tekanan normal(760 mmHg).

2.2.2. Sifat – Sifat Bahan Bakar Gas


Tabel 2.2 Sifat-sifat fisik dan kimia berbagai bahan bakar gas

Perbandingan
Bahan Masa Nilai Kalor Suhu Kecepatan
Udara/Bahan bakar -m3
Bakar Jenis yang lebih nyala api nyala api
udara terhadap m3 bahan
Gas Relatif tinggi kkal/Nm3 (℃ ¿ m/s
bakar
Gas alam 0,6 9350 10 1954 0,290

Propana 1,52 22200 23 1967 0,460

Butana 1,96 28500 32 1973 0,870

6
2.2.3. CNG
CNG (Commpressed Natural Gas) atau gas alam padat adalah gas bumi yang telah
dimurnikan dan dimampatkan pada tekanan 250 bar, sehingga aman, bersih dan murah
dipakai sebagai bahan bakar pengganti Premiun, Solar (HSD), Diesel (DMF), LPG atau
Minyak Bakar (MFO). CNG mengandung komponen utama berupa metana dan etana dengan
fraksi sekitar 90%. CNG merupakan bahan bakar ramah lingkungan, mengurangi emisi CO 2
sekitar 60% dibandingkan premium, bebas dari emisi Pb, Sox dan Nox konversi ke CNG
difasilitasi dengan pemberian harga yang lebih murah daripada bahan bakar cair (bensin dan
solar), peralatan konversi yang dibuat local dan infrastruktur distribusi CNG yang terus
berkembang.
Peningkatan harga minyak dan kesadaran lingkunagn menjadikan CNG saat ini mulai
digunakan untuk kendaraan penumpang dan truk barang berdaya ringan hingga menengah.
CNG bukanlah barang baru di Indonesia. Pelancaran menggunakan CNG yang harganya lebih
murah dan lebih bersih lingkungan daripada bahan bakar minyak (BBM) sudah dilakukan
sejak tahun 1986.

2.2.4. LPG
LPG (Liquid Petroleum Gas) merupakan campuran berbagai unsur hidrokarbon yang
berasal dari gas alam. Gas berubah menjadi cair dengan menambahkan tekanan dan
menurunkan temperaturnya. Gas hasil distilasi (metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap) yang dipergunakan untuk keperluan bahan
bakar rumah adalah bahan fosil berbentuk gas yang terutama dari metana (CH4). Jika LPG
mencair menguap, ia membentuk gas dengan volume sekitar 250 kali.
Dalam kondisi di atmosfer, LPG akan berbentuk gas. Volume LPG berbentuk cair lebih
kecil dibandingkan dalam bentuk gas untuk berat yang sama. Karena itu LPG dipasarkan
dalam bentuk cair dalam tabung-tabung logam bertekanan. Rasio antara volume gas dalam
keadaan cair bervariasi tergantung komposisi, tekanan dan temperature tetapi biasanya sekitar
250 : 1. Tekanan LPG berbentuk cair, dinamakan tekanan uap, juga bervariasi tergantung
komposisi dan temperature sebagai contoh, memerlukan tekanan sekitar 220 kPa (2,2 bar)
bagi butane murni pada 20℃ agarmencair dan sekitar 2,2 MPa bagi propane murni pada
suhu 55℃ .
Berdasarkan spesifikasi , LPG dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
a. LPG mix/ LPG campuran
LPG mix adalah campuran 70-80% propane dan butane 20-30% ditambahkan Mercaptat
dan digunakan dalam rumah tangga.
b. LPG propane
LPG propane adalah LPG yang mengandung propane 95% dan digunakan dalam industry.
c. LPG butane
LPG butane dalah LPG yang mengandung 97% butane dan digunakan dalam industry.

Sifat – sifat LPG adalah sebagai berikut :


- Cairan dan gasnya mudah terbakar
- Gas tidak beracun, tidak berwarna dan menghasilkan bau yang menyengat
- Gas dikirimkan sebagai cairan yang bertekanan didalam tangki atau silinder
- Cauran dapat menguap jika dilepas dan menyebar dengan cepat
- Gas ini lebih berat dibandingkan udara sehingga banyak menyempatu daerah yang rendah

7
Bahaya LPG
Ketika menggunakan LPG ada resiko terjadinya kebocoran pada tabung atau instalasi
gas yang mengakibatkan kebakaran jika tersambar api. Gas LPG sendiri tidak berbau
sehingga terjadi kesulitan mendeteksi kebocoran tabung gas. Pertamina menyadari hal ini
dengan menambhaka gas mercaptan yang berbau khas dan menusuk hidung. Langkah ini
bermanfaat untuk melacak sumber kebocoran kalau tabung gas bocor. Tekanan gas LPG
cukup besar sekitar 120 psig, yang menyebabkan kebocoran gas. LPG membentuk gas secara
cepat dan mengubah volumenya menjadi lebih besar.

2.2.5. Perbedaan Antara CNG, LNG dan LPG


a. LPG (Liquefied Petroleum Gas)
 LPG didominasi oleh propana dan butana. Titik didih propana sekitar -42 ° C,
sedangkan titik didih butana sekitar -7℃. Propana mulai mencair pada tekanan
6,31 bar. Butana mulai mencair pada tekanan 2,2 bar. Untuk itu, butana lebih
mudah mencair daripada propana.
 Tekanan yang dibutuhkan untuk penyimpanan LPG cukup rendah, sehingga lebih
aman untuk digunakan. Setelah dicairkan menjadi gas LPG, volume gas menjadi
lebih ringan. LPG dapat berubah wujud kembali menjadi gas pada suhu dan
tekanan normal setelah dikeluarkan dari dalam tabung.
 LPG memiliki massa lebih berat daripada udara, sehingga daerah dataran rendah
banyak mengandung LPG.
b. LNG (Liquefied Natural Gas)
 LNG didominasi oleh metana dan etana. Titik didih metana sekitar -162 ℃ ,
sedangkan titik didih etana sekitar -89℃. LNG didinginkan pada suhu -150℃
sampai -200℃. Metana mulai mencair pada tekanan 6,64 bar. LNG memiliki
massa jenis yang lebih ringan dari LPG.
 Namun, LNG tidak bisa diedarkan dalam bentuk tabung seperti LPG karena
memerlukan temperatur yang sangat rendah untuk mengubahnya wujudnya
kembali menjadi gas melalui fasilitas LNG regasification terminal. LNG
membutuhkan pendinginan dan tangki kriogenik (tangki penyimpanan terisolasi)
untuk penyimpanan.
c. CNG (Compressed Natural Gas)
 CNG adalah gas alam yang dimampatkan pada tekanan tinggi (3.000-3.600 psi
atau 200-250 bar) agar volumenya menjadi lebih rendah dan menghasilkan lebih
banyak gas. CNG didominasi oleh metana dan hidrogen. Di Indonesia, CNG lebih
dikenal dengan sebutan BBG (Bahan Bakar Gas). CNG memiliki massa lebih
rendah 0,6 daripada udara.
 CNG dan LNG sering dianggap sama karena kandungan metana di dalamnya.
Perbedaan antara CNG dan LNG, yaitu CNG merupakan gas yang terkompresi,
sedangkan LNG merupakan gas dalam bentuk cair. CNG lebih murah dalam
proses produksi dan penyimpanan daripada LNG.
 CNG memerlukan tempat penyimpanan yang lebih besar dan tekanan yang sangat
tinggi, sehingga sulit didistribusikan untuk jarak yang terlalu jauh dari sumber gas
tersebut berada. CNG digunakan sebagai bahan bakar kendaraan, seperti busway,
truk barang berdaya ringan hingga menengah dan bajaj.

8
 CNG lebih bersih dan murah daripada bensin atau solar. CNG lebih aman
digunakan sebagai bahan bakar kendaraan. CNG juga lebih aman daripada LPG
karena gas ini lebih ringan daripada udara, sehingga tidak mudah terbakar.
 CNG tidak mencair di bawah tekanan tinggi. CNG dapat mencair jika didinginkan
pada suhu -164 ℃. CNG dapat langsung digunakan sebagai bahan bakar setelah
proses kompresi (pemberian tekanan tinggi).
 Kebakaran pada kendaraan biasanya terjadi karena kesalahan pada bagian
kelistrikan (aki atau kompresor AC), gesekan pada bagian roda (kampas rem) dan
kebocoran bahan bakar pelumas pada mesin.

2.2.6. Coal Gas


Coal gas adalah gas yang mudah terbakar, berasal dari batubara dan disalurkan melalui
pipa-pipa. Coal gas juga dikenal dengan sebutan town gas umumnya diproduksi untuk dijual
kepada konsumen dan industry. Coal gas dikembangkan pada abad ke 19 sampai awal abad
20 untuk pembangkit listrik, memasak dan pemanas ruangan. Selam proses produksi coal gas
dicampurkan dengan gas berkalori seperti Hidrogen, CO2 dan Nitrogen.
Tabel 2.3 Properties Coal

No Properties Value
1 Calorifie value 20 MJ/m3 (550 Btu/ft3)
Composition
Hydrogen 50%
2 Ethylene 5%
Methana 35%
Carbon Monoksida 10%
3 Temperatur reaction >700℃
4 Heating value 32,18 MJ/Kg

2.2.7. Biogas
Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik yang mendegradasi
bahan-bahan organik.Contoh dari bahan organik ini adalah kotoran, limbah domestik, atau
setiap limbah organik yang dapat diurai oleh makhluk hidup dalam kondisi anaerobik.
Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan karbon dioksida. Biogas merupakan
sumber energi terbarukan dan ramah lingkungan. Energi dari biogas dapat digunakan sebagai
bahan bakar kendaraan maupun untuk menghasilkan listrik.
Penyusun utama biogas adalah metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2) dan beberapa
gas lain. Gas metana, hidrogen, dan karbon monoksida dapat dibakar atau dioksidasi dengan
oksigen sehingga melepaskan energi. Energi inilah yang nantinya akan dijadikan sebagai
bahan bakar. Energi ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan pemanasan, seperti memasak.
Energi ini juga dapat digunakan sebagai listrik.
Biogas dihasilkan dari degradasi anaerobik dengan menggunakan organisme anaerobik.
Organisme ini akan mencerna material organik tersebut dalam baik dalam sistem yang
bermacam-macam, seperti kontinu, semi-kontinu, ataupun tertutup. Sistem ini mendukung
organisme tersebut untuk mengubah biomassa dari materi organik menjadi biogas. Sistem ini
disebut biodigester atau bioreaktor. Selain pada sistem buatan, degradasi anaerobik juga
terjadi di alam dan menjadi proses penting dalam siklus karbon.
9
Beberapa sampah organik lebih sulit untuk didegradasi dibandingkan dengan yang lain.
Sampah makanan, lemak, minyak, dan rumput-rumputan merupakan sampah organik yang
paling mudah untuk diproses, sedangkan limbah ternak biasanya paling sulit. Oleh karena itu,
proses produksi biogas biasanya mencampurkan beberapa sampah sekaligus pada satu
bioreaktor yang sama untuk dapat meningkatkan produksi biogas. Cara ini disebut dengan ko-
digesti. Selain itu, bioreaktor juga dapat dibuat lebih hangat diantara suhu 30 sampai 38
derajat celcius agar sampah lebih cepat terurai.
Biogas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik sangat populer digunakan untuk
mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar dapat dihasilkan sambil mengurai dan
sekaligus mengurangi volume limbah buangan. Metana dalam biogas, bila terbakar akan
relatif lebih bersih daripada batu bara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan
emisi karbon dioksida yang lebih sedikit. Pemanfaatan biogas memegang peranan penting
dalam manajemen limbah karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya
dalam pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon dioksida. Karbon dalam biogas
merupakan karbon yang diambil dari atmosfer oleh fotosintesis tanaman, sehingga bila
dilepaskan lagi ke atmosfer tidak akan menambah jumlah karbon di atmosfer bila
dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil.
Komposisi biogas memiliki variasan, tergantung dengan asal proses anaerobic yang
terjadi. Gas landfill mempunyai konsentrasi metana 50% sedangkan sistem pengolahan
limbah maju dapat menghasilkan biogas antara 55-75% CH4.

2.2.8. Gasifikasi Biomassa


Gasifikasi merupakan suatu teknologi untuk memproses konversi bahan padat menjadi
gas yang mudah terbakar. Bahan padat yang dimaksud disini adalah batubara, biomassa dan
arang yang mengandung karbon (C), sedangkan gas disini adalah gas-gas yang dihasilkan dari
proses gasifikasi seperti CO, H2, dan CH4. Dengan cara gasifikasi, kita dapat mengkonversi
hamper semua bahan organik kering menjadi baha bakar sehingga dapat menggantikan bahan
bakar fosil sebagai sumber bahan bakar. Bahan baku gasifikasi dapat berupa limbah biomassa,
sepertu potongan kayu, tempering kelapa, sekam padi atau limbah pertanian lainnya.
Tahapan Gasifikasi untuk setiap teknologi berbeda namun, partikel akan mengalami
empat tahap utama, yaitu :
 Proses Draying
Pengeringan ( draying ) terjadi pada temperatur sekitar 100-120 °C. Pengeringan ini
bertujuan menghilangkan udara yang ada pada padatan yang direaksikan. Proses ini akan
menguapkan sebagian kandungan dalam bahan baku.
 Proses Pirolisis
Bila temperatur mencapai 250°C, biomassa mulai mengalami proses pirolisis
menghasilkan gas-gas, uap senyawa organik, tar dan arang. Proses pirolisis berlangsung
sampai temperatur 500 °C. Pada laju yang lambat, pirolisa biomassa akan menghasilkan
fraksi arang yang tinggi, serta banyak tar dan gas CH4. Sedangkan laju yang tinggi,
selulosa sebagian terkonversi menjadi hidrokarbon rantai panjang atau olefin dan sedikit
arang.
 Proses Reduksi (Gasifikasi)
Tahap reduksi merupakan proses utama Pemesanan gas-gas mempan bakar (combustile
gasses). Pada suhu di atas 600 ° C, arang bereaksi dengan udara uap (H2O) dan karbon
dioksida (CO2) menghasilkan hidrogen (H2) dan karbon monoksida (CO), serta senyawa
10
lain. Pada tahap reduksi berlangsung reaksi-reaksi kesetimbangan yang secara keseluruhan
endoterm.
C + CO. → 2CO ……………………………………. 1
C + H2O → CO + H2 ……………………………………. 2
CO2 + H2 →CO + H2O ……………………………………. 3
C + 2H2 → CH ……………………………………. 4
 Proses Oksidasi (Pembakaran)
Tahap merupakan bagian proses untuk mensuplai panas yang dibutuhkan dalam ketiga
proses diatas. Proses oksidasi (pembakaran) ini dapat mencapai temperatur 1200 °C dan
dimanfaatkan untuk proses perekahan tar. Reaksi oksidasi yang berlangsung adalah:
C + O2 → CO2 ……………………………………. 5
2H2 + O2 → 2H2O ……………………………………. 6
Proses klasifikasi biasanya dilaksanakan secara autothermal, yaitu panas untuk
reaksi-reaksi endotermal diatas dapat disuplai dengan panas reaksi eksotermal
menggunakan sebagian bahan baku. Perhitungan termodinamika sering kali digunakan
untuk memprediksi komposisi hasil gasifikasi. Banyak model-model termodinamika,
tetapi secara sederhana simulasi sederhana menggunakan salah satu dari model yang sudah
dikenal sejak lama yaitu model Schlapfer atau Gumz. Komposisi gas hasil klasifikasi tentu
saja sangat tergantung pada komposisi elemen biomassa. Komposisi gas hasil gasifikasi
bisa jauh berbeda antara biomassa, arang atau batubara. Gasifikasi arang atau batubara
akan menghasilkan gas dengan kandungan CO lebih banyak ditemani biomassa. Jika
diinginkan gas yang dihasilkan mengandung banyak Hz, gasifikasi dilakukan dengan agen
gasifikasi H2O (steam gasification). Jadi, jenis dan komposisi agen gasifikasi sangat
menentukan komposisi hasil klasifikasi. Gasifikasi dengan udara (21% Oz dan 79% ).

11
2.3. Minyak Bumi
Minyak bumi, dalam bahasa Inggris disebut Petroleum yang berasal dari bahasa latin,
Petrus yang disebut juga sebagai emas hitam adalah cairan kental, coklat gelap, atau
kehijauan yang mudah terbakar, berada di lapisan atas dari beberapa area kerak bumi. Minyak
bumi dan gas alam berasal dari jasad renik tumbuhan dan hewan di lautan yang mati sekitar
150 juta tahun lalu. Sisa-sisa organisme tersebut mengendap di dasar lautan, kemudian
tertutup oleh lumpur. Lapisan lumpur itu lambat laun berubah menjadi batuan karena
pengaruh tekanan lapisan di atasnya. Kemudian, dengan peningkatan tekanan dan suhu,
bakteri anaerob menguraikan sisa-sisa jasad renik itu dan mengubahnya menjadi minyak dan
gas.
Pembentukan minyak bumi dan gas ini memakan waktu hingga jutaan tahun. Minyak
dan gas yang terbentuk itu meresap dalam batuan berpori seperti air dalam batu karang.
Dalam beberapa hal, minyak dan gas dapat pula berimigrasi dari suatu daerah ke daerah lain,
kemudian terkonsentrasi jika terhalang oleh lapisan yang kedap. Kendati minyak bumi dan
gas alam terbentuk di dasar lautan, banyak sumber minyak bumi yang terdapat di daratan. Ini
terjadi karena pergerakan kulit bumi, yang menyebabkan sebagian lautan menjadi daratan.
Minyak bumi merupakan campuran berbagai macam hidrokarbon, jenis molekul yang
paling sering ditemukan adalah alkana (baik yang rantai lurus maupun bercabang),
sikloalkana, hidrokarbon aromatik atau senyawa kompleks seperti aspaltena. Minyak bumi
sendiri mempunyai keunikan molekulnya masing-masing, yang diketahui dari bentuk fisik
dan ciri-ciri kimia, warna dan viskositas.

2.3.1. Penyusun Minyak Bumi


a. Alkana, disebut juga dengan parafin, adalah hidrokarbon tersaturasi dengan rantai
lurus atau bercabang yang molekulnya hanya mengandung unsur karbon dan
hidrogen dengan rumus umum CnH2n+2. Minyak bumi pada asasnya mengandung 5
sampai 40 atom karbon per molekulnya, meskipun molekul dengan jumlah karbon
lebih sedikit/lebih banyak juga mungkin ada dalam campuran tersebut.
Alkana yang dari alkana yang berasal dari pentana (C5H12) sampai oktana atau
(C8H18) disuling menjadi bensin, sedangkan alkana jenis nonana (C9H20) sampai
heksadekana (C16H34) disuling menjadi diesel, kerosene dan bahan bakar jet. Alkana
yang berjumlah atom karbon 16 atau lebih akan disuling menjadi oli/pelumas.
Alkana yang berjumlah atom karbon lebih besar lagi, misalnya parafin wax
mempunyai 25 atom karbon, dan aspal mempunyai atom karbon lebih dari 35.
Alkana yang berjumlah atom karbon 1 sampai 4 akan berbentuk gas dalam suhu
ruangan, dan dijual sebagai elpiji (LPG). Pada musim dingin di negara-negara
beriklim sedang, butana (C4H10), digunakan sebagai bahan campuran pada bensin,
karena tekanan uap butana yang tinggi membantu mesin menyala pada musim
dingin. Alkana juga mempunyai kegunaan lain sebagai pemantik rokok. Di beberapa
negara, propana (C3H8) dapat dicairkan di bawah tekanan sedang, dan digunakan
masyarakat sebagai bahan bakar transportasi maupun memasak.
b. Sikloalkana, juga dikenal dengan nama naptena, adalah hidrokarbon tersaturasi yang
mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap pada karbonnya, dengan rumus umum
CnH2n. Sikloalkana berciri-ciri serupa dengan alkana tapi memiliki titik didih yang
lebih tinggi.

12
c. Hidrokarbon aromatik adalah hidrokarbon tidak tersaturasi yang memiliki satu
atau lebih cincin planar karbon-6 yang disebut cincin benzena, yaitu atom hidrogen
akan berikatan dengan atom karbon dengan rumus umum CnHn. Jika hidrokarbon
jenis ini dibakar, dapat menimbulkan asap hitam pekat. Beberapa di antaranya
bersifat karsinogenik.

Semua molekul yang berbeda-beda di atas dipisahkan dengan cara distilasi fraksional di
tempat pengilangan minyak untuk menghasilkan bensin, bahan bakar jet, kerosin, dan
hidrokarbon lainnya. Contohnya adalah 2,2,4-Trimetilpentana (isooktana) yang dipakai
sebagai campuran utama dalam bensin, mempunyai rumus kimia C8H18 dan bereaksi dengan
oksigen secara eksotermik :
C8H18(I) + 25O2(g) → 16CO2(g) + 18H2O(g) + 10,86 MJ/mol (oktana)

Jumlah masing-masing molekul minyak bumi dapat diteliti di laboratorium. Molekul-


molekul ini umumnya diekstraksi sebuah pelarut, kemudian dipisahkan di kromatografi gas,
dan dapat dideteksi dengan detektor yang cocok.

2.3.2. Pengolahan Minyak Bumi


Minyak bumi titik minyak bumi berada kira-kira 3-4 KM di bawah permukaan laut.
Minyak bumi diperoleh dengan cara dibuat sumur bor. Minyak mentah yang diperoleh
kemudian ditampung dalam kapal tanker atau dialirkan melalui pipa ke stasiun tangki atau ke
kilang minyak. Minyak mentah (crude oil) berbentuk cairan kental hitam dan berbau tidak
sedap. Minyak mentah yang diperoleh belum dapat digunakan baik sebagai bahan bakar
maupun keperluan lainnya, tetapi harus diolah terlebih dahulu. Ada sekitar 500 jenis
hidrokarbon dalam minyak mentah dengan jumlah atom C-1 hingga 50. Minyak bumi diolah
melalui distilasi bertingkat, ketika minyak mentah dipisahkan ke dalam kelompok-kelompok
dengan rentang titik didih tertentu.
Pengolahan minyak bumi dimulai dengan minyak mentah dipanaskan pada suhu 400ºC,
lalu dialirkan kedalam menara fraksionasi yang dipisahkan berdasarkan perbedaan titik didih.
Komponen yang bertitik didih lebih tinggi tetap berbentuk cairan dan turun, sedangkan
komponen yang bertitik didih lebih rendah menguap dan naik melalui sungkup-sungkup yang
disebut sungkup gelembung.
Semakin ke atas komponen bertitik didih tinggi, suhu semakin rendah, sehingga setiap
kali komponen titik didih lebih tinggi naik, akan mengembun dan terpisah. Komponen bertitik
didih lebih rendah terus naik ke bagian yang lebih tinggi. Alhasil komponen yang mencapai
puncak menara adalah komponen berupa gas pada suhu kamar. Komponen berupa gas tadi
disebut gas petrolium. Melalui proses kompresi dan pendinginan, gas petroleum dicairkan
hingga diperoleh LPG (Liquid Petroleum Gas).
Dalam minyak mentah terkandung berbagai senyawa hidrokarbon dengan bermacam-
macam sifat fisiknya. Untuk memperoleh materi-materi yang berkualitas baik dan sesuai
dengan kebutuhan, perlu dilakukan tahapan pengolahan minyak mentah yang meliputi proses
distilasi, cracking, reforming, polimerisasi, treating, dan blending yang penjelasannya sebagai
berikut :

13
1. Distilasi
Distilasi disebut juga dengan penyulingan adalah cara pemisahan. Campuran senyawa
berdasarkan pada perbedaan titik didih komponen-komponen penyusun campuran tersebut.
Walaupun komposisi dalam komponen penyusunnya kompleks, ada cara mudah
memisahkan komponen-komponennya berdasarkan perbedaan nilai titik didihnya, yang
disebut proses distilasi bertingkat. Jadi, distilasi adalah pemisahan fraksi-fraksi minyak
bumi berdasarkan perbedaan titik didihnya.
Sebelum minyak bumi atau minyak mentah masuk ke dalam kolom fraksinasi (kolom
pemisah) dipanaskan terlebih dahulu dalam aliran pipa dalam furnace (tanur) sampai
dengan suhu ± 350ºC. Minyak mentah yang sudah dipanaskan tadi kemudian masuk
kedalam fraksinasi pada bagian flash chamber (biasanya berada pada sepertiga bagian
bawah kolom fraksinasi). Guna menjaga suhu dan tekanan dalam kolom, maka dibantu
pemanasan dengan steam (uap air panas dan bertekanan tinggi).
Oleh sebab ada perbedaan titik didih setiap komponen hidrokarbon, maka komponen-
komponen tersebut terpisah dengan sendirinya, yaitu hidrokarbon ringan akan berada di
bagian atas kolom diikuti dengan fraksi yang lebih berat di bawahnya. Pada tray (sekat
dalam kolom), komponen itu terkumpul sesuai fraksinya masing-masing.
Dalam setiap tingkatan atau fraksi yang terkumpul komponen dipompakan ke luar kolom,
didinginkan dalam bak pendingin, lalu ditampung dalam tangki produknya masing-masing.
Produk hasil distilasi ini belum dapat langsung dipakai, karena masih harus ditambahkan
aditif (zat penambah).
2. Cracking
Crackingartinya proses menguraikan (memecahkan) molekul-molekul senyawa
hidrokarbon yang besar menjadi molekul-molekul yang lebih kecil. Dalam proses ini
terdapat dua cara proses cracking, yaitu:
o Cara panas (thermal cracking), adalah proses cracking dengan menggunakan suhu tinggi
serta tekanan rendah.
o Cara katalisator (catalytic cracking) adalah proses cracking dengan menggunakan bubuk
katalis platina atau molybdenum oksida.
3. Reforming
Reforming adalah proses mengubah bentuk molekul bensin bermutu kurang baik (rantai
karbon lurus) menjadi bensin bermutu lebih baik (rantai karbon bercabang).
4. Polimerisasi
Polimerisasi adalah proses penggabungan molekul-molekul kecil menjadi molekul besar.
5. Treating
Treating adalah proses pemurnian minyak bumi dengan menghilangkan pengotor-pengotor
nya. Cara-cara proses treating adalah sebagai berikut :
a. Copper sweetening dan doctor treating
b. Acid treatment
c. Desulfurizing (desulfurisasi)
6. Blending
Bensin menjadi contoh hasil minyak bumi yang jamak digunakan di dunia. Agar diperoleh
kualitas bensin yang baik dilakukan blending (pencampuran), yang dalam proses ini
terdapat sekitar 22 bahan pencampur (zat aditif) yang dapat ditambahkan ke dalam proses
pengolahannya.

14
2.3.3. Spesifikasi Bahan Bakar Minyak
Spesifikasi bahan bakar minyak ini antara lain :
1. Pertamax Plus
Pertamax Plus adalah bahan bakar motor bensin tanpa timbal yang diproduksi dari high
octane mogas component (HOMC) yang berkualitas tinggi ditambah dengan bahan
aditif generasi terbaru sesuai dengan kebutuhan yang direkomendasi pabrik kendaraan
bermotor. Bahan bakar ini diformulasikan khusus memenuhi tuntutan akan bahan bakar
minyak yang dapat melayani mesin yang bekerja pada kompresi tinggi tetapi ramah
lingkungan dan lebih aman terhadap kesehatan manusia.
Pertamax Plus mempunyai angka oktan minimal 95 di mana angka oktan ini lebih tinggi
dari pemix dan premium. Pertamax Plus dipasarkan tanpa diberi pewarna.
2. Premium
Premium adalah bahan bakar jenis ditilat dengan warna kekuningan yang jernih dan
mengandung timbal sebagai octane booster. Warna kuning pada premium ini
diakibatkan oleh penambahan. Umumnya premium digunakan untuk bahan bakar motor
bensin seperti mobil, sepeda motor.
3. Kerosene
Kerosene atau minyak tanah merupakan fraksi lebih berat daripada gasoline dan mudah
menguap. Kebutuhan jenis BBM ini lebih rendah daripada bensin. Kerosene ini
sebelumnya digunakan untuk lampu penerangan yang sering disebut minyak lampu.
4. Minyak diesel (solar)
Pemakaian minyak diesel terus menerus meningkat, karena makin pesatnya laju
ekonomi. Ia lebih banyak digunakan untuk transportasi darat, laut, dan mesin
pembangkit tenaga listrik.
5. Industrial Diesel Oil (IDO)
BBM ini khusus untuk keperluan industri lebih berat daripada solar (ADO), tetapi di
Indonesia tidak dibedakan. Penggunaan BBM lebih banyak dipakai untuk mencairkan
BBM yang lebih berat.
6. Minyak Pelumas
Mminyak pelumas termasuk sebagian kecil atau sisa produk minyak bumi. Namun ia
produk yang paling penting karena diperlukan untuk melumasi permukaan bagi mesin
yang saling bergesekan dan bergerak untuk mencegah keausan.

2.3.4. Penyimpanan Bahan Bakar Minyak


Cara menyimpan bahan bakar dengan aman adalah sebagai berikut.
1. Selama disimpan dalam tangki, kualitas bahan bakar dapat meningkat karena
bercampur kotoran selama proses dan pengeringan dapat berpisah, di samping itu, air
yang ada dalam bahan bakar mengendap yang menjadikan bahan bakar menjadi lebih
murni.
2. Oksidasi muncul apabila di terlalu lama disimpan. Untuk mengatasinya bahan bakar
harus dibungkus dengan gas nitrogen. Oksidasi dapat menimbulkan bahaya karena
dapat menghasilkan kotoran dan bensin mudah terbakar apabila temperatur naik.

15
Ringkasan
- Bahan bakar, yaitu bahan bakar padat, bahan bakar cair, dan bahan bakar gas, termasuk
dalam kelompok bahan bakar fosil.
- Proses pembentukan batubara dari tumbuh-tumbuhan melalui dua tahap, yaitu:
- tahap penggambutan dari tumbuhan disebut proses kreativitas Yon tahap pembentukan
batubara dari gambut disebut proses qualification
- Analisis proksimat merupakan analisis batubara yang paling sederhana dan menghasilkan
fraksi massa karbin tetap (FC), bahan mudah menguap (VM), kebasahan (M), dan Abu (A)
dalam batubara.
- Analisis ultimat batubara adalah suatu analisis laboratorium yang memuat fraksi massa
karbon (C), hidrogen (H2), oksigen (O2), sulfur (S), dan nitrogen (N2) dalam batubara
sekaligus dengan nilai pembakaran tinggi (HHIV)-nya.

16

Anda mungkin juga menyukai