Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

I.I Latar belakang

Indonesia merupakan salah satu dari sepuluh negara penghasil batubara


terbesar di seluruh di dunia. Total sumber daya dan cadangan batubara nasional
sebesar 105,2 miliar ton. Sedangkan nilai cadangan sebesar 21,13 miliar ton. Besarnya
cadangan batu bara nasional menyebabkan peningkatan produksi batubara setiap
tahunnya. Perkembangan teknologi berlangsung sangat cepat terutama dalam bidang
konversi energi. Pemakaian konsumsi global energy saat ini lebih terpusatkan dalam
non-renewable energy. Dilansir dari Renewable Energy Policy Network for the 21st
Century (REN21), penggunaan konsumsi energi fosil dunia yaitu batubara sebesar
78,4% yang merupakan persentase terbanyak dibandingkan dengan energi nuklir
sebesar 2,3% dan renewable energi sebesar 19,3%. Saat ini batubara merupakan bahan
bakar utama dalam industri pembangkitan terutama pada pembangkit listrik tenaga
uap. Total listrik yang dihasilkan secara global adalah 23.322 TWh
pada tahun 2013 di mana 41,3% dihasilkan dari batubara. Oleh karena itu
penggantian batubara tidak mungkin dilakukan dalam waktu dekat meskipun batubara
mempunyai kontribusi terhadap emisi gas rumah kaca/greenhouse gas (GHG) yang
paling banyak. Selama masa transisi dari fosil ke energi terbarukan, penggunaan
kualitas batubara dengan cara yang lebih efektif merupakan pilihan yang paling tepat.
Suatu desain boiler dirancang oleh manufaktur industri mengikuti kualitas spesifikasi
batubara geografis di daerah tersebut. Pada unit pembangkit menggunakan desain
boiler untuk kualitas batubara rendah atau low rank coal (LRC) dan batubara
menengah atau medium rank coal (MRC), oleh karena itu untuk mendapatkan nilai
pembakaran atau high heating value (HHV) yang optimal maka dilakukan
pencampuran antara dua kualitas batubara (coal blending). Suatu nilai pembakaran
(HHV) dikatakan optimal dan efektif apabila sesuai atau mendekati nilai dari
spesifikasi desain boiler. Dampak ketika pembakaran yang optimal dilakukan, maka
kesiapan atau Equivalent Availability Factor (EAF) dan gangguan kinerja atau
Equivalent Force Outage Rate (EFOR) operasi pembangkit dapat diminimalisir. Dari
sisi ekonomis, pembakaran yang optimal dapat menghemat pengeluaran untuk

1
pemakaian bahan bakar dan meningkatkan keuntungan pembangkitan ditinjau dari fuel
saving cost (Urgusal, V. I dan Taweel, A.M).

1.1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang dikemukakan, maka


dapat dibuat suatu rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa faktor yang menyebabkan apabila terjadi kualitas batubara rendah ?
2. Apa dampak yang ditimbulkan apabila kualitas batubara rendah yang
dihasilkan?
3. Bagaimana cara mengatasi apabila kualitas batubara rendah yang dihasilkan?

1.2. Maksud dan Tujuan

Adapun Tujuan dari penelitian di PT Rekind Daya Mamuju, Sulawesi Barat yaitu:
1. Mengetahui penyebab tersedianya kualitas batubara rendah
2. Mengetahui dampak yang ditimbulkan apa bila terjadi kualitas batubara rendah
3. Mengetahui cara mengatasi apabila terjadi kualitas batubara rendah

1.4. Batasan Masalah

Adapun Batasan Masalah dalam melakukan penelitian ini sebagai berikut:


1. Penelitian ini membahas jenis dan karakteristik penggunaan kualitas batubara
yang digunakan sebagai bahan bakar pada boiler.
2. Penelitian ini akan membahas proses pengangkutan batubara
3. Penelitian ini membahas parameter yang batubara yang di butuhkan
4. Penelitan ini berfokus pada hasil pengukuran draf batubara pada stok file

1.5. Alat dan Bahan


Adapun Alat dan Bahan yang dapat digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Alat pelindung diri (APD)
2. Bom kalori meter
3. Alat uji proksimat batubara
4. Kertas dan buku lapangan
5. Excavator
6. Loader
7. Boldoser

2
1.6. Waktu, Lokasi, dan Kesampaian Daerah Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama ± 2 bulan. Secara Administrasi daerah


penelitian berada di Desa Belang-Belang, Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju,
Sulawesi Barat. Dengan Jarak sekitar 495 km. Secara geografis, lokasi penelitian
berada pada koordinat 2° 28'22'' Lintang Selatan, sampai 119° 08' 49" Bujur Timur.
Kesampaian daerah penelitian dari Kota Makassar dicapai dengan jalur darat
menggunakan kendaraan roda 2 maupun roda 4 menuju lokasi penelitian dengan
waktu tempuh ± 12 jam dari Makassar ke PT Rekind Daya Mamuju.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batubara

Batubara merupakan salah satu bahan galian dari alam. Batubara dapat
didefinisikan sebagai batuan sedimen yang terbentuk dari dekomposisi tumpukan
tanaman selama kira-kira 300 jutatahun.Dekomposisi tanaman ini terjadi karena
proses biologi dengan mikroba dimana banyak oksigen dalam selulosa diubah menjadi
karbondi oksida (CO2) danair (H2O).Perubahan yang terjadi dalam kandungan bahan
tersebut disebabkan oleh adanya tekanan, pemanasan yang kemudian membentuk
lapisan tebal sebagai akibat pengaruh panas bumi dalam jangka waktu berjuta-juta
tahun,sehingga lapisan tersebut akhirnya memadat dan mengeras. (Mutasim, 2007).
Polayang terlihat dari proses perubahan bentuk tumbuh– tumbuhan hingga menjadi
batubara yaitu dengan terbentuknya karbon. Kenaikan kandungan karbon dapat
menunjukkan tingkatan batubara. Dimana tingkatan batubara yang paling tinggi
adalah antrasit,sedang kantingkatan yang lebih rendah dari antrasit akan lebih banyak
mengandung hidrogen dan oksigen.(Yunita,2000).

2.1.1 Proses Pembentukan Batubara


Proses pembentukan batubara terdiri atas dua tahap, yaitu:
1. Tahap biokimia (penggambutan) adalah tahap ketika sisa-sisa tumbuhan yang
terakumulasi tersimpan dalam kondisi bebas oksigen (anaeorobik) di daerah rawa
dengan sistem penisiran (drainage system) yang buruk dan selalu tergenang air
beberapa inci dari permukaan air rawa. Material tumbuhan yang busuk tersebut
melepaskan unsur H, N, O, dan C dalam bentuk senyawa CO2, H2O dan NH3
untuk menjadi humus. Selanjutnya oleh bakteri anaerobik dan fungi, material
tumbuhan itu diubah menjadi gambut. (Stach, 1982, opcit. Susilawati 1992). 6 2.
Tahap pembatubaraan (coalification)
2. Tahap pembatubaraan (coalification) merupakan merupakan proses diagenesis
terhadap komponen organik dari gambut yang menimbulkan peningkatan
temperatur dan tekanan sebagai gabungan proses biokimia, kimia dan fisika yang
terjadi karena pengaruh pembebanan sedimen yang menutupinya dalam kurun
waktu geologi. Pada tahap tersebut, persentase karbon akan meningkat, sedangkan

4
persentase hidrogen dan oksigen akan berkurang sehingga menghasilkan batubara
dalam berbagai tingkat maturitas material organiknya. (Fischer, 1927, op cit.
Susilawati 1992). Teori yang menerangkan terjadinya batubara yaitu :
a) Teori In-situ Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari
hutan di tempat dimana batubara tersebut. Batubara yang terbentuk biasanya
terjadi di hutan basah dan berawa, sehingga pohon-pohon di hutan tersebut pada
saat mati dan roboh, langsung tenggelam ke dalam rawa tersebut dan sisa
tumbuhan tersebut tidakmengalami pembusukan secara sempurna dan akhirnya
menjadi fosil tumbuhan yang membentuk sedimen organik.
b) Teori Drift Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari hutan
yang bukan ditempat dimana batubara tersebut. Batubara yang terbentuk biasanya
terjadi di delta mempunyai ciri-ciri lapisannya yaitu tipis, tidak menerus
(splitting), banyak lapisannya (multiple seam), banyak pengotor (kandungan abu
cenderung tinggi). Proses pembentukan batubara dapat dilihat pada gambar 1. 7

Gambar 2.1 Proses pembentukan Batubara

Pada dasarnya terdapat dua jenis material yang membentuk batubara, yaitu:
1. Combustible material, yaitu bahan atau material yang dapat dibakar/dioksidasi
oleh oksigen. Material tersebut umumnya terdiri dari karbon padat (fixed
carbon), senyawa hidrokarbon, total sulfur, senyawa hidrogen, dan beberapa
senyawa lainnya dalam jumlah kecil.

5
2. Non combustible material, yaitu bahan atau material yang tidak dapat
dibakar/dioksidasi oleh oksigen. Material tersebut umumnya terdiri dan
senyawa anorganik (SiO2, A12O3, Fe2O3, TiO2, Mn3O4, CaO, MgO, Na2O,
K2O dan senyawa logam lainnya dalam jumlah kecil) yang akan membentuk
abu dalam batubara. Kandungan non combustible material ini umumnya tidak
diingini karena akan mengurangi nilai bakarnya.

2.1.2 Klasifikasi Batubara

Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan,


panas dan waktu batubara umumnya dibagi dalam lima bagian yaitu: gambut,
lignit, subbitumus, bituminus, dan antrasit.
1. Gambut Berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori
yang paling rendah.
2. Lignit Lignit merupakan batubara peringkat rendah dimana kedudukan
lignit dalam tingkat klasifikasi batubara berada pada daerah transisi dari
jenis gambut ke batubara.Lignit adalah batubara yang berwarna cokelat
kehitaman dan memiliki tekstur seperti kayu.
3. Sub-bituminus Batubara jenis ini merupakan peralihan antara jenis
lignit dan bituminus.Batubara jenis ini memiliki warna hitam yang
mempunyai kandungan air,zat terbang, dan oksigen yang tinggi serta
memiliki kandungan karbon yang rendah. Sifat-sifat tersebut
menunjukkan bahwa batubara jenis sub bituminus ini merupakan
batubara tingkat rendah.
4. Bituminus Batubara jenis ini merupakan batubara yang berwarna hitam
dengan tekstur ikatan yang baik.Bituminus mengandung 68-86% unsur
karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya.
5. Antrasit Antrasit merupakan batubara paling tinggi tingkatan yang
mempunyai kandungan karbon lebih dari 93% dan kandungan zat
terbang kurang dari 10%. Antrasit umumnya lebih keras, kuat dan
sering kali berwarna hitam mengkilat seperti kaca (Yunita, 2000).
Berdasarkan fixed carbon,volatile matter dan heating value peringkat
batubara menurut ASTM dapat dilihat pada tabel 1.

6
Tabel 1. ASTM Specification For Solid Fuel

Fixed
Group Volatile matter Heating values
Carbon
Dry Dry basis
Class Name Symbol Dry (%)
(%) (kkal/kg)
Anthracite meta-anthracite Ma >98 >2 7740
Anthracite An 92-98 2.0- 8000
semiantrahracite Sa 86-92 8.0 8300
8.0-15
Bituminous low-volatile medium Lvb 78-86 14-22 8741
volatile Mvb 89-78 22-31 8640
high-volatile A hvAb <69 >31 8160
high-volatile B hvBb 57 57 6750-
high-volatile C hvCb 54 54 8160
7410-
8375
6765-
7410
Subbituminous Sub bituminous A subA 55 55 6880-
Sub bituminous B subB 56 56 7540
Sub ituminous C subC 53 53 6540-
7230
5990-
6860
Lignite Lignite A ligA 52 52 4830-
Lignite B ligB 52 52 6360
5250

2.1.3 Analisa Batubara


Secara garis besar, analisis dan pengujian batubara dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu :
1. Analisa Proksimat (Analisa pendekatan) Analisis proksimat batubara bertujuan
untuk menentukan kadar moisture (air dalam batubara) kadar moisture ini
mencakup pula nilai free moisture serta total moisture, ash (abu), volatile matters
(zat terbang), dan fixed carbon (karbon tertambat). Moisture ialah kandungan air
yang terdapat dalam batubara sedangkan ash (abu) merupakan kandungan residu

7
non-combustible yang umumnya terdiri dari senyawa-senyawa silika oksida
(SiO2), kalsium dioksida (CaO), karbonat, dan mineral-mineral lainnya. Volatile
matters adalah kandungan batubara yang terbebaskan pada temperatur tinggi
tanpa keadaan oksigen (misalkanya CxHy, H , SOx, dan sebagainya). Fixed
carbon ialah kadar karbon tetap yang terdapat dalam batubara setelah volatile
matters dipisahkan dari batubara. Kadar fixed carbon ini berada dengan kadar
karbon (C) hasil analisis ultimat karena sebagian karbon berikatan membentuk
senyawa hidrokarbon volatile.
2. Analisa Ultimat (Analisa Elementer) Analisa Ultimat dilakukan untuk
menentukan kadar karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), dan sulfur
(S) dalam batubara. Seiring dengan perkembangan teknologi, analisis ultimat
batubara sekarang sudah dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Analisa
ultimat ini sepenuhnya dilakukan oleh alat yang sudah terhubung dengan
komputer. Prosedur analisis ultimat ini cukup ringkas, cukup dengan memasukkan
sampel batubara ke dalam alat dan hasil analisis akan muncul kemudian pada layar
komputer.
3. Analisa Lain-Lain Analisa lain-lain adalah analisa untuk menentukan calorfic
value (nilai kalor), total sulfur, ash (susunan kandungan abu), ash fusion
temperature /AFT (titik leleh abu), hardgrove grindability index(HGI) dan lain-
lain. Penyajian data kualitas batubara harus berdasarkan dasar atau basis-basis
tertentu, antara lain : a. As Received (ar), adalah suatu analisis yang didasarkan
pada kondisi dimana batubara diasumsikan seperti dalam keadaan diterima. b. Air
Dried Base (adb), adalah suatu analisis yang dinyatakan pada basis contoh
batubara dengan kandungan air dalam kesetimbangan dengan atmosfir
laboratorium. c. Dry Based (db), adalah suatu analisis yang didasarkan pada
kondisi dimana batubara diasumsikan bebas air total. d. Dry Ash Free (daf), adalah
suatu analisis yang dinyatakan pada kondisidimana batubara di asumsikan bebas
air total dan kadar abu. e. Dry Mineral Matter Free (dmmf), adalah suatu analisis
yang dinyatakan pada kondisi dimana batubara di asumsikan bebas air total dan
bahan mineral. Dasar analisis pengujian kualitas batubara dapat dilihat pada
gambar 2.

8
Gambar 2.2. Diagram Dasar Analisis Pengujian Kualitas Batubara

2.1.4 Kualitas Batubara

Kualitas batubara dapat dinyatakan dengan parameter yang di tunjukkan pada


saat memberikan perlakuan panas terhadap batubara, cara ini biasa disebut analisa
proksimat dan analisa ultimat.
Parameter-parameter yang terukur pada analisa proksimat adalah kandungan
abu (ash), lengas tertambat (inherent moisture), kadar karbon, hidrogen, sulfur,
nitrogen dan oksigen.
Pengujian sifat fisik batubara yang juga sering dilakukan yaitu pengujian nilai
kalor (calorific value), indeks kegerusan hirdgrove (hirdgrove gridability index),
analisis titik leleh abu (ash fusion temperature), pengujian nilai muai bebas (free
swelling index) dan lain-lain.
1. Lengas
a) Lengas permukaan merupakan lengas yang berada pada permukaan batubara akibat
pengaruh dari luar seperti cuaca, iklim, penyemprotan di stock pile pada saat
penimbangan atau pada saat transportasi batubara.
b) Lengas tertambat (inherent moisture) merupakan nilai yang menunjukkan
persentasi jumlah lengas yang terikat secara kimiawi batubara.

9
c) Lengas total merupakan banyaknya air yang terkandung dalam batubara sesuai
dengan kondisi diterima, baik yang terikat secara kimiawi maupun akibat pengaruh
kondisi luar seperti iklim, ukuran butiran, maupun proses penambangan.
2. Zat terbang
Zat terbang (volatile matter) merupakan nilai yang menunjukkan persentasi jumlah
zat-zat terbang yang terkandung di dalam batubara, seperti H2, CO, metana dan
uap-uap yang mengembun seperti gas CO2, dan H2O. Volatile matter sangat erat
kaitannya dengan peringkat batubara, makin tinggi kandungan volatile matter
makin rendah kelasnya. Dalam pembakaran batubara dengan volatile matter tinggi
akan mempercepat pembakaran fixed carbon (karbontetap). Sebaliknya bila volatile
matter rendah mempersulit proses pembakaran. Volatile matter merupakan salah
satu parameter yang sangat penting dalam klasifikasi batubara dan dipakai sebagai
parameter dalam penentuan proporsi blending (pencampuran).
3. Abu
Abu di dalam batubara atau disebut mineral matter yaitu yang dapat dicuci dari
batubara extraneous mineral matter yang tidak dapat dicuci atau dihilangkan dari
batubara. Kandungan abu adalah zat organik yang dihasilkan setelah batubara
dibakar. Kandungan abu dapat dihasilkan dari pengotoran bawaan dalam proses
pembentukan batubara maupun pengotoran yang berasal dari proses penambangan.
Kandungan abu terutama sodium (Na2O) sangat berpengaruh terhadap titik leleh
abu dan dapat menimbulkan pengotoran atau kerak pada peralatan pembakaran
batubara.
4. Karbon tetap (fixed carbon)
Fixed carbonmerupakan karbon yang tertinggal sesudah pendeterminasian zat
terbang. Dengan adanya pengeluaran zat terbang dan kandungan air maka, karbon
tertap secara otomatis akan naik sehingga makin tinggi kandungan karbonnya, kelas
batubara semakin baik. Karbon tetap menggambarkan penguraian sisa komponen
organik batubara dan mengandung sebagian kecil unsur kimia nitrogen, belerang,
hidrogen dan oksigen atau terikat secara kimiawi. Perbandingan antara karbon tetap
dengan zat terbang disebut fuel ratio. Berdasarkan fuel ratio tersebut dapat
ditentukan derajat batubara.

10
5. Nilai kalor
Nilai kalor batubara adalah panas yang dihasilkan oleh pembakaran setiap satuan
berat batubara pada kondisi standar. Terdapat 2 macam nilai kalor yaitu:
a) nilai kalor bersih(net calorific value) yang merupakan nilai kalor pembakaran
dimana semua air (H2O) dihitung dalam keadaan wujud gas.
b) nilai kalor kotor(gross calorific value) yang merupakan nilai kalor pembakaran
dimana semua air (H2O) dihitung dalam keadaan wujud cair.

11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Uraian metodologi yang diterapkan dalam penelitian ini meliputi beberapa


tahapan diantaranya:

3.1. Tahap Pengambilan Data

Pada tahap ini dilakukan pencarian dan pengumpulan data primer kemudian
membahas tentang alur penelitian analisa kualitas batubara performa terhdap PLTU
Rekind Daya Mamuju. Dimana pada bab ini juga akan menjelaskan beberapa
komponen-komponen yang ada pada batubara. Dari tahapan penelitian seperti pada
gambar 3.1 dapat diketahui mengenai langkah-langkah untuk menganalisa kualitas
batubara yang di gunakan pada PLTU.
Langkah awal untuk melakukan penelitian ini adalah melakukan studi literatur
dan akan digunakan sebagai bahan pertimbangan, dan literatur dasar untuk melakukan
tahapan penelitian selanjutnya, yaitu meliputi pemahaman terhadap berbagai teori
mengenai kualittas batubara. Selanjutnya adalah melakukan pengambilan data dari
jenis dan penggunaan batubara yang dipakai selama proses produksi selama 2 bulan,
selanjutnya dilakukan validasi mengenai data yang didapatkan kemudian dari validasi
data tersebut akan dapat dilakukan perhitungan berapa ton batubara yang di gunakan
setiap hari maupun perbulan. Kemudian melakukan penulisan laporan tugas akhir
sampai dengan selesai.

3.1.1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh melalui Identifikasi alat yang merupakan
kumpulan spesifikasi-spesifikasi data-data teknik tentang suatu alat produksi yang
berfungsi sebagai pedoman agar proses produksi berjalan baik, efektif, dan efisien.
Berikut ini merupakan spesifikasi alat yang digunakan sebagai objek penelitian.

3.2.2. Data sekunder

Dari data operasional dari perusahaan untuk boiler, didapatkan data batubara yang
digunakan selama operasional bulan Januari- Februari. Data tersebut dapat digunakan
untuk menganalisa potensi kebutuhan batubara yang digunakan. Pengolahan Data

12
dibahas mengenai analisis kualitas batubara yang di hasilkan pada pembakaran
pada boiler. Boilernya menggunakan bahan bakar batubara. Batubara yang digunakan
termasuk tipe batubara sub bituminous atau lignit. Bahan bakar batubara yang
digunakan untuk supply boiler dalam 1 bulan ada 4 kali pengiriman. Dengan rata-rata
GCV yang digunakan adalah 4200 Kkal/kg. Untuk menghitung nilai base acid rasio
dari batubara yang digunakan, perlu adanya data komposisi unsur senyawa dari hasil
pembakaran batubara tersebut. Untuk data tersebut ada pada Tabel 3.1 ada beberapa
unsur senyawa yang terbentuk dari hasil pembakaran batubara.

3.2.1. Tahap Penulisan Skripsi

Dari hasil pengolahan data yang dilakukan, kemudian dirampungkan kembali


setelah dievaluasi dan dituangkan dalam bentuk tulisan ilmiah yang selanjutnya
menjadi laporan akhir atau skripsi. Skripsi yang telah disusun sebagai laporan akhir
dipresentasikan dalam bentuk ujian seminar hasil dan ujian akhir di depan dosen
penguji. Tahap ini dilakukan pada Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi
Industri Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar. Bagan alir penelitian dapat
dilihat pada gambar 3.1

13
Metodologi Penelitian

Tahap Persiapan

Studi Literatur

Tinjauan Lapangan

Tahap Pengambilan Data

Data Primer Data Sekunder


a. Jumlah pengguna batubara a. Kapasitas coal yard batubara
b. Data progsimat
c. Data suhu boiler

Tahap Pengolahan atau Analisis Data

Peyusunan Skripsi

Seminar

Skripsi

Gambar 3.1. Bagan Alir Penelitian.

14
BAB IV
RENCANA WAKTU DAN ANGGARAN BIAYA

RENCANA ANGGARAN BIAYA

Adapun rencana anggaran biaya yang dibutuhkan selama penelitian didasarkan


pada tahap persiapan hingga penyusunan skripsi dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Rencana Anggaran Biaya Penelitian

No Uraian Biaya (Rp)

1 Perlengkapan Lapangan Rp. 700.000,-


2 Penyusunan Skripsi Rp. 500.000,-
3 Transportasi Rp 1.000.000,-
4 Konsumsi Rp. 1.000.000,-
5 Biaya Tak Terduga Rp. 300.000,-
Total Biaya Rp. 3.500.000,-

WAKTU JADWAL KEGIATAN


Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan (2) bulan yang dimulai dari tahap
persiapan sampai seminar akhir. Adapun jadwal kegiatan penelitian dapat dilihat pada
Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Jadwal Kegiatan Penelitian


No Januari 2020 Februari 2020 Maret 2020
Tahapan
. 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Study Pustaka

Bimbingan dan Seminar


2. Proposal

3. Pengambilan Data

4. Penyusunan Skripsi

5. Konsultasi Laporan
6. Seminar Hasil

15

Anda mungkin juga menyukai