Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

TEKNOLOGI BATUBARA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Batubara


Pada Prodi Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Islam Bandung Tahun Akademik 2014 / 2015

Disusun oleh :
Hendy Prasetia

: 10070109043

PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1435 H / 2014 M

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Sumberdaya batubara sangat dicari-cari dan dibutuhkan di zaman

modern ini. Apalagi ditambah desas - desus yang beredar bahwasanya batubara
merupakan sumber energi alternatif yang akan menggantikan minyak bumi yang
makin lama makin berkurang.
Untuk mengeksploitasi batubara tersebut tidak dapat dilakukan secara
langsung tanpa adanya perhitungan, baik secara ekonomis dan keselamatan.
Untuk itu diperlukan pemilihan metode penambangan dan sistem penambangan
yang efisien dan efektif.
Dalam pemilihan metode dan sistem penambangan yang akan diterapkan
untuk

eksploitasi

perhitungan

dan

sumberdaya

tersebut,

pertimbangan.

Dari

perlu

dilakukan

perhitungan

dan

perhitungan

pertimbangan

pertimbangan tersebut untuk metode dan sistem penambangan diperlukan data


genesa batubara dalam kegiatan eksploitasi batubara tersebut nantinya.

1.2

Maksud dan Tujuan

1.2.1

Maksud
Adapun maksud dari makalah ini mengetahui genesa batubara.
Tujuan

1.2.2

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

Proses keterbentukan batubara.

Keterdapatan batubara.

Faktor faktor yang mempengaruhi batubara.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1

Genesa Batubara
Batubara merupakan suatu batuan sedimen yang dapat terbakar,

terbentuk dari tumbuhan yang telah terkarbonisasi di bawah tekanan dan suhu
tinggi dalam waktu yang relatif lama, batuan heterogen yang baik secara kimia
atau fisika, yang terdiri dari (terutama) : karbon, hidrogen dan oksigen dengan
sedikit nitrogen dan belerang, terdapat juga zat an-organik (mineral matter/ MM)
yang tersebar secara terpisah-pisah di seluruh tubuh batubara.

Gambar 2.1
Skema Tahapan Pembentukkan Batubara

Batubara juga merupakan batuan sedimen yang terbentuk secara organik


dari sisa tumbuhan yang terhumifikasi, daan terkena suatu proses fisika dan
kimia yang terjadi jutaan tahun hingga mengakibatkan pengkayaan kandungan
pada batuan tersebut. (Dikutip dari Wolf,1984 dalam Anggayana 2002). Selain itu
menurut (Cook, 1999) batubara berasal dari sisa tumbuhan yang terakumulasi
menjadi gambut yang kemudian tertimbun oleh sedimen. Setelah proses
pengendapan, terjadi peningkatan suhu dan tekanan yang mempengaruhi
kualitas suatu batubara.
Terbentuknya batubara dimulai dengan pengendapan bahan batubara
pada suatu cekungan.
Ada dua teori proses pengendapan material batubara, yaitu :

1. Teori drift : material terbawa arus air yang kemudian terendapkan di suatu
tempat (danau atau kuala sungai). Cirinya : terjadi delta, kandungan MM
yang tinggi, struktur kayu terbalik, adanya fosil laut di atas dan di bawah
batubara dengan lapisan yang tebal.
2. Teori insitu (endapan sendiri di tempat) : material yang berasal dari
tumbuhan setempat yang mati, kemudian terakumulasi di tempat (di
rawa-rawa, atau suatu cekungan), terjadi umumnya di daerah tropis.
Cirinya : adanya rawa-rawa gambut, MM yang rendah, ladanng yang luas,
peranan pembusukan bakteri sangat besar, adanya akar-akar dalam
lumpur, batang kayu yang tegak pada lapisan batubara.
Menurut (Cook, 1982) pembentukan tanaman menjadi gambut dan
batubara terjadi melalui dua tahap, di antaranya :
1. Tahap diagenesa gambut (biokimia), tahap pembentukan yang melibatkan

perubahan kimia dan mikroba. Gambut merupakan batuan sediment


organic yang dapat terbakar yang berasal dari tumpukan hancuran atau
bagian dari tumbuhan yang terhumifikasi dan dalam keadaan tertutup
udara ( dibawah air ), tidak padat, kandungan air lebih dari 75 %, dan
kandungan mineral lebih kecil dari 50% dalam kondisi kering.
2. Tahap pembatubaraan (geokimia), tahap pembentukan batubara yang

melibatkan proses fisika-kimia disertai perubahannya serta perubahan


batubara dari lignit sampai antrasit. Dalam hal ini, lapisan gambut yang
terbentuk kemudian ditutupi oleh suatu lapisan sedimen, maka lapisan
gambut tersebut mengalami tekanan dari lapisan sedimen di atasnya.
Tekanan yang meningkat mengakibatkan peningkatan temperature atau
suhu. Temperatur juga akan meningkat dengan bertambahnya kedalaman
atau biasa disebut gradient geotermik. Naiknya temperatur dan tekanan
dapat juga disebabkan oleh aktivitas magma, proses pembentukan
gunung api serta aktivitas tektonik lainnya. Peningkatan tekanan dan
temperatur pada lapisan gambut akan mengkonversi gambut menjadi
batubara dimana terjadi proses pengurangan kandungan air, pelepasan
gas gas ( CO2, H2O, CO, CH4 ), peningkatan kepadatan dan kekerasan
serta peningkatan nilai kalor.
Batubara terjadi pada cekungan geologi (coal basin) atau geosinklin,
tahap tahap genesa batubara yaitu :

1. Tahap pertama, tumbuhan / binatang (mati) terendapkan pada suatu


cekungan

(rawa)

terjadi

pembusukkan

oleh

bakteri

aerob

yang

bersamaan dengan oksidasi dan hidrolisa dengan produk yang bersifat


koloid dan hidrosol yang kemudian material tsb. busuk dan hancur (tetapi
struktur asalnya/ kayu tetap kelihatan).
2. Tahap ke dua, akumulasi produk butir satu di atas, tertimbun oleh
tumbuhan yang mati berikutnya dengan bakteri aerob masih bekerja,
tetapi karena makin lama oksigen berkurang bakteri aerob tidak bekerja
dan diganti oleh bakteri an-aerob.
3. Tahap ke tiga, terjadi perubahan bentuk produk menjadi berupa hidrogel,
yang diikuti oleh proses pemadatan dan konsolidasi dimana bakteri anaerob

berhenti

bekerja.

Pertambahn

beban

dari

atas

(tekanan)

menyebabkan gel menjadi padat, air terperas terbentuk asam humus


dengan waktu yang relatif lama (umur geologi) terbentuk lignit.
4. Tahap terakhir adalah pembentukkan subbituminus, bituminus, semi
bituminus, semi antrasit dan antrasit. (Terbentuknya macam-macam
batubara tersebut tergantung pada tekanan, suhu dan umur / waktu
geologi)
2.1.1

Proses keterbentukan batubara


Berdasarkan cara keterbentukannya, batubara dapat dibedakan menjadi

dua jenis, di antaranya :


1. Batubara ditempat (insitu), merupakan batubara yang terbentuk di tempat
tumbuhan itu terbentuk, yang selanjutnya mengalami proses dekomposisi
dan tertimbun dalam waktu yang singkat. Pada umumnya batubara ini
dicirikan dengan adanya bekas bekas akar pada seat earth serta
memiliki kandungan pengotor yang rendah. Adapun ciri lain dari batubara
ini adalah penyebarannya yang luas dan merata, dan kualitasnya baik.
Contohnya batubara pada formasi Muara Enim
2. Batubara apungan (drift), merupakan batubara yang terbentuk dari
timbunan

material

tanaman

yang

telah

mengalami

perpindahan,

selanjutnya terdekomposisi dan tertimbun. Berbeda dengan batubara


insitu, pada batubara ini tidak dijumpai bekas-bekas akar pada seat earth
dan memiliki kandungan pengotor yang tinggi. Adapun ciri lain dari
batubara ini adalah penyebarannya yang tidak luas tetapi dalam jumlah

yang banyak, kualitas kurang baik. Contohnya, pengendapan delta di


sungai Mahakam.
Menurut Diessel 1992 terdapat enam parameter yang mengendalikan
suatu proses pembentukan batubara, di antaranya :
1. Sumber vegetasi
2. Posisi muka air tanah
3. Penurunan yang terjadi dengan pengendapan dan penurununan yang
terjadi setelah pengendapan
4. Kendali lingkungan geoteknik

endapan

pengendapan terbentuknya batubara.


Berdasarkan pendekatan praktis, maka

batubara

dan lingkungan

pembentukan

batubara,

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut:


1. Letak geografi (paleogeografi), dan iklim
2. Perkembangan dan pertumbuhan vegetasi
3. Perkembangan tempat akumulasi vegetasi
4. Distribusi lateral dan vertikal akumulasi vegetasi
5. Pengaruh struktur deformasi tektonik
6. Pengaruh kegiatan pembentukan batuan beku
7. Lingkungan pengendapan limik, paralik:
a. Alluvial plain
b. Upper deltaic plain
c. Lower deltaic plain
d. Barrier bar
e. Offshore
8. Topografi lingkungan pengendapan
9. Proses transformasi vegetasi menjadi batubara
10. Media transformasi vegetasi menjadi batubara
11. Waktu transformasi vegetasi menjadi batubara
12. Umur batubara setelah proses transformasi batubara
2.1.2

Keterdapatan batubara

1. Telmatis,Lingkungan pengendapan ini menghasilkan gambut yang tidak


terganggu dan tumbuhannya tumbuh di situ (forest peat, reed peat dan
high moor moss peat).
2. Limnis/subaquatik/lingkungan bawah air (terendakan di rawa danau),
Batubara yang terendapkan pada lingkutan telmatis dan limnis sulit
dibedakan karena pada forest swamp biasanya ada bagian yang berbeda
di bawah air (feed swamp).
3. Payau/Marine, Batubara pada lingkungan ini memiliki ciri khas, yaitu kaya
abu, sulfur dan nitrogen serta mengandung fosil laut.
4. Ca-rich, Batubara yang terendapkan pada lingkungan ini kaya akan
Kalsium (Ca), mempunyai ciri yang sama dengan batubara yang
terendapkan pada lingkungan marine.

2.1.3

Faktor faktor yang mempengaruhi batubara


Faktor dalam pembentukan batubara sangat berpengaruh terhadap

bentuk maupun kualitas dari lapisan batubara tersebut. Beberapa faktor yang
berpengaruh dalam pembentukan batubara di antaranya :
1. Material dasar, terdiri dari flora atau tumbuhan yang tumbuh beberapa
juta tahun yang lalu, kemudian terakumulasi pada suatu lingkungan dan
zona fisiografi dengan iklim dan topografi tertentu. Jenis dari flora sendiri
sangat berpengaruh terhadap tipe dari batubara yang terbentuk.
2. Proses dekomposisi, terdiri dari proses transformasi biokimia dari material
dasar pembentuk batubara menjadi batubara. Dalam proses ini, sisa
tumbuhan yang terendapkan akan mengalami perubahan baik secara
fisika maupun kimia.
3. Umur geologi, merupakan skala waktu (dalam jutaan tahun) yang
menyatakan berapa lama material dasar yang diendapkan mengalami
transformasi. Untuk material yang diendapkan dalam skala waktu geologi
yang panjang, maka proses dekomposisi yang terjadi adalah fase lanjut
clan menghasilkan batubara dengan kandungan karbon yang tinggi.
4. Posisi geotektonik, yang dapat mempengaruhi proses pembentukan
suatu lapisan batubara sebagai berikut :
a. Tekanan yang dihasilkan oleh proses geotektonik dan menekan
lapisan batubara yang terbentuk.
b. Struktur dari lapisan batubara tersebut, yakni bentuk cekungan stabil,
lipatan, atau patahan.
c. Intrusi magma, yang akan mempengaruhi dan/atau merubah grade
dari lapisan batubara yang dihasilkan.
5. Lingkungan pengendapan, merupakan lingkungan pada saat proses
sedimentasi dari material dasar menjadi material sedimen. Lingkungan
pengendapan ini sendiri dapat ditinjau dari beberapa aspek sebagai
berikut:
a. Struktur

cekungan

batubara,

posisi

di

mana

material

dasar

diendapkan.
b. Topografi dan morfologi, bentuk dan kenampakan dari tempat
cekungan pengendapan material dasar. Topografi dan morfologi
cekungan

pada

saat

pengendapan

sangat

penting

karena

menentukan penyebaran rawa-rawa di mana batubara terbentuk.

c. Iklim,

merupakan

faktor

yang

sangat

penting

dalam

proses

pembentukan batubara karena dapat mengontrol pertumbuhan flora


atau tumbuhan sebelum proses pengendapan.
Faktor faktor yang mempengaruhi pembatubaraan :
1. Sejarah geologi (lamanya penimbunan) & tergantung prosesnya : anaerobik, aerobik dgn. T >, kondisi dan lokasi penimbunan (menentukan
MM)
2. Waktu : makin lama timbunan makin baik peringkat
3. Tekanan menyebabkan : perubahan fisik, pembentukkan struktur
(banded), perubahan kimia (aromatisasi)
4. Temperatur : makin > T, peringkat batubara >
5. Temperatur gradien : karena tektonik, aktivitas vulkanik, konduktivitas
panas (batu lempung & pasir berbeda), bertambahnya T dengan
kedalamn.
6. Kombinasi dari faktor-faktor tsb.

BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan cara keterbentukannya, batubara dapat dibedakan menjadi


dua jenis, di antaranya :
a. Batubara ditempat (insitu), merupakan batubara yang terbentuk di
tempat tumbuhan itu terbentuk, yang selanjutnya mengalami proses
dekomposisi dan tertimbun dalam waktu yang singkat.
b. Batubara apungan (drift), merupakan batubara yang terbentuk dari
timbunan material tanaman yang telah mengalami perpindahan,
selanjutnya terdekomposisi dan tertimbun.

Keterdapatan batubara dibedakan menjadi 4 menurut lingkungan


pengendapannya, yaitu :
a.
b.
c.
d.

Telmatis.
Limnis.
Payau / Marine.
Ca-rich.

Faktor faktor yang mempengaruhi batubara, yaitu :

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Sejarah geologi.
Waktu.
Tekanan.
Temperatur.
Temperatur gradien.
Kombinasi dari faktor-faktor tsb.

DAFTAR PUSTAKA

Sukandarrumidi, 1995, Batubara Dan Gambut , Gadjah Mada University Press.


Yogyakarta.
Admin.

Tanpa

tahun.

Lingkungan

Pengendapan

Batubara.

http://www.bgl.esdm.go.id. Diakses pada 24 September 2014


Jasmin. 2011. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Batubara.
jasminecreatif.blogspot.com. Diakses pada 24 September 2014
1902, Miner. 2011. Genesa Batubara. 1902miner.wordpress. Diakses pada 24
September 2014
Rinawan Rusman. 1992. Pengantar Kuliah Geologi Batubara. Sekolah Tinggi
Teknologi Mineral Indonesia. Bandung

Anda mungkin juga menyukai