PENDAHULUAN
Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya
adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur
utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.
Batubara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia
yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Analisa unsur
memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan
C240H90O4NS untuk antrasit.
Adapun maksud utama dari makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas
dari mata kuliah Batubara. Sedangkan tujuannya adalah untuk mengetahui proses
terjadinya pembentukan batubara.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Batubara
Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa
tumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses
fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun, dengan rumus kimia untuk
antrasit adalah C240H90O4NS dan untuk bituminus adalah C137H97O9NS. Oleh karena
itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil. Adapun proses yang
mengubah tumbuhan menjadi batubara tadi disebut dengan pembatubaraan
(coalification). Faktor tumbuhan purba yang jenisnya berbeda-beda sesuai dengan
zaman geologi dan lokasi tempat tumbuh dan berkembangnya, ditambah dengan
lokasi pengendapan (sedimentasi) tumbuhan, pengaruh tekanan batuan dan panas
bumi serta perubahan geologi yang berlangsung kemudian, akan menyebabkan
terbentuknya batubara yang jenisnya bermacam-macam. Oleh karena itu,
karakteristik batubara berbeda-beda sesuai dengan lapangan batubara (coal field) dan
lapisannya (coal seam).
2
akan meningkat, sedangkan hidrogen dan oksigenakan berkurang. Karena tingkat
pembatubaraan secara umum dapat diasosiasikan dengan mutu atau kualitas batubara,
maka batubara dengan tingkat pembatubaraan rendah disebut batubara bermutu
rendah, seperti lignite dan sub-bituminus.Biasanya lebih lembut dengan materi yang
rapuh dan berwarna suram seperti tanah, memiliki tingkat kelembaban (moisture)
yang tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga kandungan energinya juga
rendah. Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak,
serta warnanya akan semakin hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan
berkurang sedangkan kadar karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan
energinya juga semakin besar.
B. Teori Terbentuknya Batubara
Tempat terbentuknya batubara di kenal dua macam teori :
a. Teori insitu
Teori ini mengatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara,
terbentuknya di tempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada, dengan demikian
maka setelah tumbuhan tersebut mati, belum mengalami proses transportasi segera
tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami proses coalification. Jenis batu bara
yang terbentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran luas dan merata, kualitasnya
lebih baik karena kadar abunya relative kecil, batu bara yang tebentuk seperti ini di
Indonesia di dapatkan di lapangan batubara Muara Enim, Sumatra Selatan.
b. Teori drift
Teori ini menyebutkan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara
terjadinya di tempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula hidup dan
berkembang, dengan demikian tubuhan yang telah mati di angkut oleh media air dan
berakumulasi di suatu tempat kemudian mengalami proses coalification. Jenis
batubara yang terbentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran tidak luas,
dibeberapa tempat, kualitas kurang baik karena banyak mengandung material
pengotor yang terangkut bersama selama proses pengangkutan dari tempat asal
tanaman ke tempat sedimentasi.
3
C. Tahap Biokimia/ Diagenesa Gambut
Tahap diagenesa gambut merupakan tahap awal pembentukan batubara, yaitu
mencakup perubahan oleh mikroba dan proses kimia. Dimulai dari pembusukan
tumbuhan sampai terbentuk gambut (peat). Pada tahap ini dicirikan oleh aktivitas
bakteri aerob (membutuhkan oksigen) dan anaerob (tidak membutuhkan oksigen).
Secara umum tahapan biokimia dapat dikelompokan menjadi dua jenis (Diessel,
1992), yaitu:
4
bahan tumbuhan ini sebelum sedimentasi berakhir telah mengalami dehidrasi
pada suatu periode kering dan oksidasi yang intensif (fusinitisasi). Ada tiga
model proses fusinitisasi, yaitu:
Menurut Stach (1972) tahap geokimia atau tahap pembatubaraan disebut sebagai
tahap fisika-kimia (physicochemical stage), yaitu tahap perubahan dari gambut
menjadi batubara secara bertingkat (brown coal, sub-bituminous coal, bituminous
coal, semi anthracite, anthracite, meta-anthracite) yang disebabkan oleh peningkatan
temperatur dan tekanan. Prosesnya, jika lapisan gambut yang terbentuk kemudian
ditutupi oleh lapisan sedimen, maka akan mengalami tekanan dari lapisan sedimen
tersebut, tekanan akan meningkat dengan bertambahnya ketebalan lapisan sedimen.
Tekanan yang bertambah akan mengakibatkan peningkatan temperatur. Di samping
itu, temperatur juga akan meningkat dengan bertambahnya kedalaman yang disebut
gradien geotermal. Kenaikan temperatur dan tekanan juga disebabkan oleh aktivitas
magma dan aktivitas tektonik lainnya
5
Gambar 2.3 Tahap Geokimia
1. Iklim, yang merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pembentukan
batubara karena dapat mengontrol pertumbuhan flora atau tumbuhan sebelum
proses pengendapan. Iklim biasanya dipengaruhi oleh kondisi topografi
setempat.
2. Tumbuhan, yang tumbuh beberapa juta tahun yang lalu, yang kemudian
terakumulasi pada suatu lingkungan dan zona fisiografi dengan iklim clan
topografi tertentu. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batubara dan umurnya
menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut :
6
d) Gimnospermae, kurun waktu mulai Zaman Permian hingga Kapur
Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, misal
pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae
seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batubara
Permian seperti di Australia, India dan Afrika.
e) Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini.Jenis tumbuhan
modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga,
kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga secara umum kurang
terawetkan.
5. Umur geologi, yakni skala waktu (dalam jutaan tahun) yang menyatakan
berapa lama material dasar yang diendapkan mengalami transformasi. Untuk
material yang diendapkan dalam skala waktu geologi yang panjang, maka
7
proses dekomposisi yang terjadi adalah fase lanjut clan menghasilkan
batubara dengan kandungan karbon yang tinggi.
B. Rank Batubara
Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan
waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-
bituminus, lignit dan gambut.
Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster)
metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang
dari 8%.
Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari
beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.
Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya
menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.
Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air
35-75% dari beratnya.
Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling
rendah.
8
C. Substansi Batubara
1) Moisture
moisture didefinisikan sebagai air yang dapat dihilang bila batubara di
panaskan sampai 105 derajat celcius.
2) Organic Matter
yaitu senyawa organik terutama terdiri dari atas atom karbon, hidrogen,
oksigen, sulfur, dan nitrogen.
3) Mineral Matter
Zat mineral atau mineral metter yaitu suatu senyawa anorganik.
9
B. Sumberdaya Batubara Tereka (Inferred Coal Resource)
10
D. Cadangan Batu bara Terkira (Probable Coal Reserve)
Cadangan Batu bara terkira adalah sumber daya batu bara tertunjuk dan
sebagian sumber daya batu bara terukur, tetapi berdasarkan kajian kelayakan
semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga hasil kajiannya
dinyatakan layak.
Cadangan batu bara terbukti adalah sumber daya batu bara terukur yang
berdasarkan kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi
sehingga hasil kajiannya dinyatakan layak.
F. Dasar Klasifikasi
Klasifikasi sumber daya dan cadangan batu bara didasarkan pada tingkat
keyakinan geologi dan kajian kelayakan. Pengelompokan tersebut
mengandung dua aspek, yaitu:
1. Aspek Geologi
2. Aspek Ekonomi
Ketebalan minimal lapisan batu bara yang dapat ditambang dan ketebalan
maksimal lapisan pengotor atau “dirt parting” yang tidak dapat dipisahkan
pada saat ditambang, yang menyebabkan kualitas batu baranya menurun
karena kandungan abunya meningkat, merupakan beberapa unsur yang
11
terkait dengan aspek ekonomi dan perlu diperhatikan dalam menggolongkan
sumber daya batu bara.
Sumur Uji (Test Pit) absolut. Teknis pembuatan test pit ini adalah dengan
membuat lubang penggalian (sumuran) secara vertikal dan memotong tegak lurus
strike atau searah dipp, berdimensi panjang x lebar = 1 m x 1 m, sedangkan
kedalaman disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.
Parit Uji (Trenching) adalah salah satu metoda lain untuk memperoleh
ketebalan secara absolut. Teknis pembuatan trenching ini tidak jauh berbeda dengan
pembuatan test pit yaitu dengan cara membuat paritan sepanjang/searah dengan down
dip singkapan batubara (secara horizontal), berdimensi lebar ± 50 cm dengan
kedalaman parit tergantung dari posisi kontak antara lapisan penutup (soil) dengan
batubara, sedangkan panjang paritan disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.
12
Gambar 2.5 Teknik Eksplorasi Batubara
B. Tahapan Eksplorasi
13
Gambar 2.6 Pentahapan eksplorasi batubara
C. Metode Eksplorasi
14
aktif ang berbeda. Beberapa metode yang lazim digunakan dalam eksploeasi baubara
antara lain sebagai berikut.
a) Konvensional
b) Geofisika
c) Geokimia
A. Moisture
15
B. Volatile Matter
Banyaknya zat yang hilang bila sampel batubara dipanaskan pada suhu dan
waktu yang telah ditentukan. Volatile Matter digunakan sebagai parameter
penentu dalam penentuan peringkat batubara. Faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil penentuan VM ini adalah suhu, waktu, dan ukuran
partikel. Volatile Matter digunakan sebagai parameter penentu dalam
penentuan peringkat batubara. Volatile Matter dalam batubara dapat dijadikan
sebagai indikasi reaktifitas batubara pada saat dibakar.
C. Porositas
D. Density
Densitas atau massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume
benda. Semakin tinggi massa jenis suatu benda maka semakin besar pula
massa setiap volumennya.
E. Analisis Proximate
1) Moisture
16
2) Volatile matter
4) Fixed carbon
F. Analisis Ultimate
Faktor-faktor ini meliputi Ukuran (Dimensi: Tebal dan penyebaran) ,Bentuk (Tabular,
Masiv Dll), Attitude (Inklasi dan Dip), dan Kedalaman (nilai :rata-rata, nisba
pengupasa-SR).
17
Kondisi Geologi dan Hidrologi
Sifat mekanis dari endapan dan batuan sekitarnya merupakan faktor kunci dalam
pemilihan peralatan dalam tambang terbuka dan pada tambang bawah tanah hal ini
sangat berpengaruh pada kelas yang dipilih (unsupported, supported, atau caving)
.Faktor-faktornya meliputi , Sifat elastik (Kekuatan, modulus elastis dll), Prilaku
elastik atau viskoelastik (flow, creep), Keadaan teganggan (Tegangan awal, induksi),
Konsolidasi, kompaksi, dan kompetensi), dan Sifat fisik lainnya (Bobot isi, Voids,
Porositas, Premebilitas, kandungan lengas -miisture content).
Konsiderasi Ekonomi
Faktor ini mempengaruhi hasil, investasi, aliran kas, masa pengembalian dan
keuntungan.
meliputi Cadangan (Tonase dan kadar/kualitas), Laju produksi (Produksi per satuan
waktu), Umur tambang, Produktivitas (Produksi per satuan pekerja dan waktu
misalnya ton/kariawa-shift) dan Perbandingan ongkos penanbangan untuk metode
penambangan yang cocok.
18
Faktor Teknologi
Faktor lingkungan
Contour Mining
Tipe penambangan ini pada umumnya dilakukan pada endapan batubara yang
terdapat di pegunungan atau perbukitan. Penambangan batubara dimulai pada suatu
singkapan lapisan batubara dipermukaan atau crop line dan selanjutnya mengikuti
garis kontur sekeliling bukit atau pegunungan.
Open Pit Mining adalah penambangan secara terbuka dalam pengertian umum.
Apabila hal ini diterapkan pada endapan batubara dilakukan dengan jalan membuang
lapisan batuan penutup sehingga lapisan batubaranya tersingkap dan selanjutnya siap
untuk diekstraksi. Peralatan yang dipakai pada penambangan secara open pit dapat
bermacam-macam tergantung pada jenis dan keadaan batuan penutup yang akan
dibuang.
19
Stripping Mining
Metode Longwall
20
2.7 PENGOLAHAN DAN PENCUCIAN BATUBARA
C. Aglomerasi
Merupakan salah satu cara untuk mengurangi kadar abu dan sulfur pada
batubara. Sulfur anorganik berupa pirit maupun markasit yang merupakan bagian dari
21
total sulfur yang ada pada batubara bersama abu melekat pada permukaan butiran
batubara dapat dilepaskan pada bagian tersebut. Metoda aglomerasi ini dapat
diterapkan karena sifat oil loving (lipophilic) dan water hating (hydrophobic) dari
permukaan batubara (Osborne, 1998). Material yang tenggelam pada media air dan
mengendap merupakan bahan buangan, sedangkan material yang mengapung pada
media yang sama (air) adalah batubara yang bersih dengan permukaan yang dilapisi
minyak.
D.Dewatering
Proses ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air yang ada pada batubara
. Teknologi ini mengurangi kandungan air dengan cara pengeringan (drying).
A. Terbakar Sendiri
1.Tahap pertama : Mula-mula batubara akan menyerap oksigen dari udara secara
perlahan-lahan dan kemudian temperature batubara akan naik.
2.Tahap kedua : Sebagai akibat dari temperature naik kecepatan batubara menyerap
oksigen dari udara bertambah dan temperature akan mencapai 100-1400C.
3.Tahap ketiga : Setelah mencapai temperature 1400C, uap dan CO2 akan terbentuk.
5.Tahap kelima : Bila temperature telah berada diatas 3500C, ini berarti batubara
mencapai titik sulutnya dan akan cepat terbakar.
22
1. Karbonisasi yang rendah
2.Bakteria
Bilamana batubara ditimbun yang tertutup maka harus dibuat peraturan agar gudang
penyimpanan tersebut bersih dari endapan-endapan debu batubara, terutama yang
ditemukan dipermukaan alat-alat.
Dengan demikian maka ada perlu perwatan yang konstan. Apabila tempat
penimbunan terbuka maka sebaiknya dipilihkan tempat yang rata dan tidak lembab,
hal ini untuk menghindari penyusupan kotoran-kotoran.
D. Tinggi Onggokan
1.Pengecekan Temperatur
23
4.Perawatan Debu Batubara
1. China
2. Amerika Serikat
3. Indonesia
4. Australia
24
5. India
6. Rusia
7. Afrika Selatan
25
BAB 111
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas dapat dijelaskan bahwa ada 2 macam teori yang
menyatakan tempat terbentuknya batubara, yaitu :
A. Teori Insitu
Teori ini menyatakan bahwa bahan-bahan pembenrtuk lapisan batubara
terbentuknya ditempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan demikian
setelah tumbuhan tersebut mati, belum mengalami proses transportasi, segera
tertimbun oleh lapisan sedimen dan mengalami proses coalification. Jenis batubara
yang terbentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran luas dan merata, kualitasnya
lebih baik karena kadar abunya relatif kecil.
B. Teori Drift
3.2 SARAN
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan yaitu agar pada matakuliah batubara
berikutnya lebih banyak penjelasan dari dosen dan berdiskusi kepada sesame
mahasiswanya.
26